1. Dayu Amizora
2. Della Lingkim
3. Devi Arani
4. Dewica Tiara Ningtyas
5. Diah Oktaprianti
6. Diana Hermawati
7. Diar Muhamad Haerulloh
8. Dinda Nazla Badjiser
9. Ella Purlia Maya Asri
10. Enzelia Fadilah
11. Ergo Esa Muharram Hermawan
12. Esy Tri Handan
Judul........................................................................................................................... i
Daftar Isi
.............................................................................................................................. ii
2.1Bentuk Kegiatan...................................................................................... 3
2.2Sasaran .................................................................................................... 3
3.1Kesimpulan .............................................................................................6
3.2Saran........................................................................................................6
Daftar Pustaka........................................................................................................... 7
Lampiran................................................................................................................... 8
Daftar Hadir.................................................................................................. 9
PENDAHULUAN
1. 1 LATAR BELAKANG
Infeksi dengue merupakan sekelompok penyakit yang disebabkan oleh virus dengue pada manusia. Penyakit
tersebut dibagi menjadi Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD), dan Expanded Dengue Syndrome (EDS).
Virus dengue termasuk golongan arthropod-borne viruses, genus flavivirus, famili flaviviridae. Virus ini memiliki 4
serotipe (DENV-1, DENV-2, DENV-3 dan DENV-4) yang telah teridentifikasi bersirkulasi di sebagian belahan dunia
terutama pada daerah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Saat ini sekitar 2,5 milyar atau lebih kurang 40% penduduk
dunia tinggal di wilayah yang memiliki risiko penularan infeksi dengue. Badan Kesehatan Dunia atau WHO
memperkirakan sekitar 50 sampai 100 juta kejadian infeksi dengue setiap tahunnya. Di Indonesia, istilah DBD lebih
dikenal oleh sebagian besar masyarakat umum untuk mendeskripsikan penyakit yang disebabkan infeksi virus dengue.
Infeksi dengue adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus dengue yang ditandai demam 2–7 hari disertai
dengan manifestasi perdarahan, penurunan trombosit (trombositopenia), adanya hemokonsentrasi yang ditandai kebocoran
plasma (peningkatan hematokrit, asites, efusi pleura, hipoalbuminemia).
Infeksi dengue dapat disertai gejala-gejala tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri otot dan tulang, ruam kulit atau
nyeri belakang bola mata. Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD di Indonesia yang pertama dilaporkan pada tahun 1968 di
Jakarta dan Surabaya dengan 58 kasus dan 24 kematian (Case Fatality Rate/CFR 41,3%). Dalam kurun waktu 50 tahun,
angka kematian DBD telah berhasil diturunkan menjadi di bawah 1%. Sepuluh tahun terakhir (2008–2017), incidence rate
(IR) DBD berada pada kisaran 26,1 per 100.000 penduduk hingga 78,8 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2018 jumlah
kasus DBD di Indonesia sebanyak 65.602 dengan CFR 0,71%, artinya terdapat 467 kasus kematian per tahun atau 1,3
kematian per hari. Tidak semua yang terinfeksi virus dengue akan menunjukkan manifestasi DBD berat. Ada yang hanya
bermanifestasi demam ringan yang akan sembuh dengan sendirinya atau bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit
(asimtomatik). Sebagian lagi akan menderita demam dengue saja yang tidak menimbulkan kebocoran plasma dan
mengakibatkan kematian.
Angka morbiditas DBD masih berfluktuasi dan dipengaruhi oleh curah hujan, perilaku masyarakat, perubahan
iklim (climate change) global, dan mobilitas penduduk yang tinggi. Pada kondisi curah hujan yang tinggi, jumlah kasus
DBD cenderung meningkat, begitu pula sebaliknya pada saat intensitas curah hujan rendah maka jumlah kasus DBD
cenderung rendah. Intensitas curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan bertambahnya genangan air sebagai tempat
perindukan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang merupakan vektor penular DBD. Akibatnya populasi
nyamuk dewasa meningkat, dan penularan DBD meningkat. Dalam 3 dekade terakhir penyakit ini meningkat insidennya di
berbagai belahan dunia terutama daerah tropis dan sub-tropis, banyak ditemukan di wilayah urban dan semi-urban. Hal ini
karena vektor penular DBD tersebar luas baik di tempat pemukiman maupun ditempat umum. Selain itu kepadatan
penduduk, mobilitas penduduk, urbanisasi yang semakin meningkat terutama sejak 3 dekade yang terakhir.
Sampai saat ini belum ada obat atau vaksin yang spesifik, tetapi bila pasien berobat dini, dan mendapat tata
laksana yang adekuat, umumnya kasus-kasus penyakit ini dapat diselamatkan. Penurunan angka kematian DBD
memerlukan proses yang terorganisir dengan baik sejak awal - 7 - diagnosis sampai tahap rujukan. Hal ini dapat dicapai
antara lain dengan cara meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya membawa pasien DBD
ke fasilitas pelayanan kesehatan, pemerataan distribusi tenaga dan alat kesehatan, serta peningkatan mutu pelayanan
kesehatan.
B. Cuci Tangan Yang Baik dan Benar
Cuci tangan pakai sabun merupakan salah satu perilaku hidup sehat dan bersih (PHBS) yang saat ini menjadi perhatian
dunia karena permasalahan praktik perilaku cuci tangan yang buruk tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di
negara maju di mana sebagian besar masyarakatnya masih lupa untuk mencuci tangan. Akibatnya angka kejadian diare
masih tinggi di negara-negara seperti Indonesia. Oleh karena itu, pada tanggal 15 Oktober 2008, persatuan bangsa-bangsa
menetapkan hari ini sebagai hari cuci tangan pakai sabun sedunia yang berfokus pada anak sekolah sebagai “agen
perubahan” (Kementrian Kesehatan Republik indonesia, 2015) Cuci tangan pakai sabun merupakan salah satu tindakan
sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari-jemari menggunakan air dan sabun untuk menjadi bersih serta dapat
mencegah teradinya penyakit. Cuci tangan pakai sabun merupakan cara mudah dan tidak perlu biaya mahal. Karena itu,
membiasakan CTPS sama dengan mengajar anak-anak dan seluruh keluarga hidup sehat sejak dini.
Anak usia sekolah pada umumnya belum paham betul akan kebersihan bagi tubuhnya, anak usia sekolah bila jam
istirahat tiba, mereka bermain dan makan sehingga lupa untuk mencuci tangan. Perilaku cuci tangan pakai sabun yang tidak
benar masih banyak ditemukan pada anak usia sepuluh tahun kebawah. Karena anak pada usia-usia tersebut sangat aktif
dan rentan terhadap penyakit, maka dibutuhkan kesadaran dari mereka bahwa pentingnya perilaku sehat cuci tangan
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pengetahuan,
sikap, dan tindakan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
obyek tertentu. Bukti-bukti telah ditemukan bahwa praktik - praktik menjaga kesehatan dan kebersihan seperti mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan/ buang air besar/ kecil, dapat mengurangi tingkat infeksi hingga 25%.
Diare dan ISPA dilaporkan telah membunuh 4 juta anak setiap tahun di negara-negara berkembang. Anak-anak yang
tumbuh di daerah miskin berisiko meninggal 10 kali lebih besar dari mereka yang tinggal di daerah kaya. perilaku CTPS di
Indonesia terhadap 5 waktu penting CTPS menunjukkan hasil yang sangat rendah yaitu 12% setelah ke jamban, 9% setelah
menceboki anak, 14% sebelum makan, 7% sebelum memberi makan anak, dan hanya 6% sebelum menyiapkan makanan.
Banyak penyakit yang bisa bersarang dalam tubuh bila lalai mencuci tangan, misalnya tifus, infeksi jamur, polio, disentri,
diare, kolera, cacingan, ISPA dan hepatitis A. Praktik higiene yang terdokumentasi seringkali lebih buruk daripada
memadai dalam pengaturan perawatan institusional. Beberapa studi banding menemukan bahwa anak-anak yang
menunjukkan kebersihan diri yang buruk mengalami kesehatan yang lebih buruk (Michelle Moffa et.all, 2019).
Pendidikan kesehatan cuci tangan dengan sabun sangat penting dan bermanfaat bagi anak- anak karena membantu
merangsang otak anak untuk mengingat penting nya menjaga kebersihan tangan dengan cuci tangan pakai sabun dalam
melalui harinya seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, mencuci tangan sebelum dan sesudah BAB / BAK
1.2 KONDISI OBYEKTIF MASYARAKAT SASARAN
Kecamatan Labuhan Ratu berasal dari sebagian wilayah geografis dan administratif Kecamatan Kedaton,
yang berdasarkan dari Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012 tentang Penataan dan
Pembentukan Kelurahan dan Kecamatan (Badan Pusat Statistik, 2020). Sehingga dapat dikatakan bahwa
Kecamatan Labuhan Ratu merupakan pemekaran dari Kecamatan Kedaton. Adapun batas wilayah administrasi
dari Kecamatan Labuhan Ratu yaitu :
a. Sebelah utara : Kecamatan Tanjung Senang
b. Sebelah selatan : Kecamatan Kedaton dan Langkapura
c. Sebelah timur : Kecamatan Kedaton
d. Sebelah barat : KecamatanRajabasa dan Tanjung Senang Kecamatan
Labuhan Ratu memiliki kondisi topografi yang sebagian besarnya merupakan daerah daratan, dengan
diantaranya terdapat juga daerah pegunungan dan perbukitan. Untuk pusat pemerintahan dari kecamatan Labuhan
Ratu berada di Kelurahan Kampung Baru Raya. Secara luas wilayah, Kecamatan Labuhan Ratu seluas 7,97 Km²
dengan mempunyai 6 kelurahan.
Gambar 1 : (Map
data,2023)https://www.bing.com/maps?osid=15bd29ff-d8db-
4149a2864606aa4e562b&cp=5.377116~105.239498&lvl=4.4
7&pi=0&v=2&sV=2&form=S00027
BAB II PELAKSANAAN
KEGIATAN
2.1BENTUK KEGIATAN
a. Apresiasi dan pemberian door prize bagi Anak-anak Panti Asuhan Bussaina.
b. Bemberian Bingkisan Kepada Pihak Panti Asuhan Bussaina
c. Foto bersama.
d. Berpamitan dengan Kepala Panti Asuhan Bussaina dan Anak- anak Panti Asuhan
Bussaina
e. Pembuatan laporan kegiatan pengabdian masyarakat.
2.2SASARAN
Tahap persiapan dari kegiatan ini yang pertama adalah mencari lokasi
penyuluhan yang dapat dijadikan tempat untuk dilakukannya program
pengabdian masyarakat. Faktor pemilihan lokasi yang kami pertimbangkan
adalah faktor lingkungan, potensi wilayah, aspek sosial-ekonomi, dan
tingkat pengetahuan terhadap penyakit tidak menular serta sasaran kegiatan
yang sesuia dengan tema penyuluhan . Tahap persiapan selanjutnya adalah
pembuatan materi, tempat alat – alat,serta Bingkisan dan konsumsi lainnya
pada hari pelaksanaan disiapkan oleh anggota kami yang berkordinasi
dengan dosen pendamping. Teknis pelaksanaan dilaksanakan 1 kali
pertemuan. Kegiatan pertama yaitu pendahuluan, dilakukan oleh dosen
fasilitator dan Kepala Panti Asuhan Bussainna. Pada pendahuluan ini
dijelaskan tujuan untuk peningkatan pengetahuan mengenai penyakit
Deman Berdarah Denguedan pentingnya cuci tangan yang baik dan benar.
Kegiatan kedua akan dilakukan penyuluhan kepada Anak-anak di Panti Asuhan
Bussaina mengenai materi penyakit Deman Berdarah dengue dan pentingnya
cuci tangan yang baik dan benar. Kegiatan penyuluhan ini dilakukan
secara offline (tatap muka). Evaluasi pelaksanaan kegiatan ini dilakukan
setelah intervensi menggunakan tanya jawab yang menunjukan terjadi
peningkatan pengetahuan Anak-anak di Panti Asuhan As-salam sebagai subjek
dengan kategori baik yang sebelumnya 60% meningkat menjadi 80%.
Pembentukan komunitas ini dianggap efisien untuk meningkatkan
pengetahuan Anak-anak di Panti Asuhan Bussaina dan menerapkannya di
masyarakat. Hasil akhir dari pengabdian ini adalah meningkatkan
pengetahuan kepada Anak-anak di Panti Asuhan Bussaina di Kecamatan
Kedaton.
2.5KEBERLANJUTAN PROGRAM
3.1KESIMPULAN
3.2SARAN