DISUSUN OLEH:
Kelompok 2
1.Olia Ramadani 20200306015
2.Nursamina Pulungan 20200306050
3.Nadella Putri Prisrilia 20200306011
4. Salsa Bila Putri C 20200306049
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan Rahmat dan HidayahNya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang KERAWANAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
TAHUN 2010 – 2019 . Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada pihak yang membantu baik
berupa materi maupun pikiran sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi kita semua. Kami
menyadari makah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membenagun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Kata Pengantar ................................................................................................................................ 2
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................................. 5
BAB II............................................................................................................................................. 7
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................. 7
2.1 Penyakit yang dipilih ........................................................................................................ 7
2.2 Faktor penyebab ............................................................................................................... 7
2.3 Analisis Spasial ................................................................................................................ 7
BAB III ........................................................................................................................................... 9
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP .................................................................... 9
3.1 Kerangka Teori ................................................................................................................. 9
3.2 Kerangka Konsep ........................................................................................................... 10
BAB IV ......................................................................................................................................... 11
METODELOGI PENELITIAN .................................................................................................... 11
4.1 Rancangan Penelitian ..................................................................................................... 11
4.2 Lokasi dan Waktu........................................................................................................... 11
4.3 Pengumpulan data .......................................................................................................... 11
4.4 Analisis Spasial .............................................................................................................. 11
BAB V .......................................................................................................................................... 12
HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................................... 12
5.1 Hasil Analisis Berdasarkan Curah Hujan ....................................................................... 12
5.2 Hasil Analisis Berdasarkan Kelembaban ....................................................................... 13
5.3 Hasil Analisis Berdasarkan Suhu ................................................................................... 14
BAB VI ......................................................................................................................................... 16
KESIMPULAN ............................................................................................................................. 16
Daftar Pustaka ............................................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
merupakan penyakit akibat infeksi virus dengue yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk betina Aedes aegypti atau nyamuk Aedes albopictus. Penyakit DBD masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Indonesia merupakan
negara endemis demam berdarah dengue yang menempati urutan kedua setelah
Negara Brasil dengan kasus DBD tertinggi. Pada tahun 2010 Indonesia
memperoleh peringkat pertama di ASEAN dengan kasus jumlah kasus 156.086 dan
kematian 1.358 orang (Lisdawati, 2012). Penyakit DBD disebabkan oleh gigitan
nyamuk Aedes aegypti yang mengandung virus Dengue. Pada saat nyamuk
menghisap darah maka virus akan masuk kedalam tubuh, setelah masa inkubasi 3-
15 hari penderita mengalami demam tinggi 3 hari berturut-turut (Ariani, 2016).
Upaya yang paling efektif untuk pencegahan DBD adalah melakukan pemutusan
mata rantai penularan yaitu pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan kegiatan
yang sering disebut 3M plus (DEPKES, 2008). Kasus DBD telah ditemukan di
seluruh provinsi di Indonesia. Provinsi Aceh kasus DBD masih tinggi dimana
tercatat pada tahun 2015, terdapat 1516 kasus, di mana 6 orang di antaranya
meninggal dunia. Pada tahun 2016 tertinggi terjadi di Aceh Tengah dengan jumlah
293 kasus, disusul Lhokseumawe 280 kasus dan Bireuen 278 kasus. Pada 2017,
terdapat 1.218 kasus DBD di seluruh Aceh, yang menyebabkan 7 di antaranya
meninggal dunia. Angka di 2017 ini sedikit menurun dibandingkan 2016 yaitu 2672
kasus, yang 21 orang dari jumlah itu meninggal dunia (Dinkes Aceh, 2018) Salah
satu penyakit menular yang bermasalah di Indonesia adalah Demam Berdarah
Dengue (DBD) yang disebabkan oleh virus dari golongan Arbovirosis group A dan
B. Penyakit DBD mulai dikenal di Indonesia tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta
[1]. Terminologi DBD berasal dari definisi yang dibuat Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) dan merupakan terjemahan dari Dengue Haermorrhagic Fever
(DHF) sebagai salah satu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue [2].
Sementara Indonesia dilaporkan sebagai negara kedua dengan kasus demam
berdarah terbesar diantara 30 negara endemik. [3] DBD juga dapat menyebabkan
kematian, maka upaya untuk mencegah meluasnya penyebaran DBD harus segera
dilakukan. Pemetaan merupakan langkah awal yang bisa dilakukan untuk
pencegahan DBD. Dengan adanya pemetaan tingkat kerawanan DBD maka akan
memudahkan masyarakat dan petugas kesehatan dalam melakukan pencegahan dan
penyebarannya. Kota Banda Aceh termasuk salah satu daerah rawan DBD di
Indonesia. Dalam kurun waktu 10 tahun, mulai dari tahun 2010 - 2019 total kasus
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Banda Aceh adalah sebanyak 3.168 kasus
dengan jumlah kematian 16 orang [4]. Curah hujan, suhu udara, kelembaban udara
dan kepadatan penduduk dapat mempengaruhi parasit dan vector DBD. Genangan
air yang disebabkan oleh turunnya hujan dapat menjadi media
perkembangbiakannya nyamuk sedangkan kelembaban dibawah 60% akan
menghambat dan memperpendek umur nyamuk [5]. Curah hujan, kelembaban,
suhu dan kepadatan penduduk adalah faktor lingkungan fisik yang paling
berpengaruh terhadap peningkatan dan penularan penyakit DBD. Cara
penyimpanan air yang salah pada saat musim kemarau akan menjadi breeding place
yang dapat menambah populasi nyamuk [6]. Selain itu populasi nyamuk juga bisa
meningkat apabila curah hujan kecil terjadi dalam waktu yang lama [7]. Pada suhu
kurang dari 20 ºC siklus reproduksi dan fertilasi nyamuk betina akan berkurang.
Selain itu kasus DBD juga akan semakin tinggi jika kepadatan penduduk pada suatu
wilayah semakin tinggi [8]. Perkembangan pemanfaatan Geographic Information
System (GIS) untuk analisis spasial (spatial analysis) sudah sedemikian luas[9].
Dalam bidang kesehatan, pemanfaatan GIS sangat besar dalam pemantauan sebaran
suatu penyakit dalam suatu wilayah. Salah satu penyakit yang bisa dianalisis
sebaran spasialnya adalah kasus DBD. Data dan Informasi yang berkaitan dengan
penyakit DBD seperti jumlah penderita, lokasi penderita dan fasilitas kesehatan
dapat simpan, dianalisis dan kemudian bisa dipanggil kembali dengan lebih cepat
dan dapat disajikan sebagai informasi baru berbasis spasial (peta) [10]. Penyajian
data terkait kasus DBD dalam bentuk Peta, seperti kerawanan DBD, jumlah kasus
per keluraham/kecamatan dan ketersediaan fasilitas kesehatan akan lebih
informative bagi dinas terkait dibandingkan penyajian dalam bentuk grafik maupun
tabel. Dengan mengetahui sebaran spasialnya maka akan memudahkan dalam
penanganan DBD dan pencegahan penyebaran DBD [11]. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis sebaran spasial kerawanan demam
berdarah dengue di Kota Banda Aceh berdasarkan data sekunder tahun 2010 –
2019. Data yang dipergunakan untuk menganalisis sebaran spasial DBD ini adalah
curah hujan bulanan, kelembaban udara bulanan, suhu udara bulanan, dan
kepadatan penduduk.
TINJAUAN PUSTAKA
Menerapkan 3 M
Lingkungan:
METODELOGI PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Rancangan metode penelitian ini dilakukan berdasarkan dengan memanfaatkan data
series curah hujan bulanan, kelembaban udara bulanan, suhu udara bulanan, dan kepadatan
penduduk . Data time series yang digunakan adalah data dari Tahun 2010 sampai 2019
yang diperoleh dari data sekunder dari instansi terkait.
Hasil analisis terhadap data curah hujan yang diperoleh dari 9 stasiun curah hujan
selama kurun waktu dari tahun 2010 sampai 2019 di Kota Banda Aceh, yaitu stasiun
Baiturrahman, Banda Raya, Jaya Baru, Lueng Bata, Kuta Alam, Kuta Raja, Lampineung,
Meuraxa, dan Ulee Kareng. Curah hujan dan puncak kasus DBD dari tahun 2010 sampai
dengan Tahun 2019. Sebagian besar bulan puncak curah hujan terjadi pada bulan
November. Puncak kasus DBD sebagian besar terjadi pada saat bulan puncak curah hujan,
yaitu pada bulan November, Desember, dan Januari. Adapun puncak kasus DBD tertinggi
terjadi pada tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014. Kemudian kasus DBD menurun dari
tahun 2015 sampai tahun 2018 dan naik kembali pada Tahun 2019, sedangkan kasus DBD
terendah di tahun 2018.
Jumlah Kasus DBD dan curah hujan setiap bulan Tahun 2010-2019
Bulan kelembaban tertinggi dan puncak kasus DBD dalam satu tahun kalender dari
tahun 2010 sampai 2019. Puncak kasus DBD sebagian besar terjadi pada saat bulan dengan
tingkat kelembaban tertinggi, yaitu pada bulan September, Oktober, November, Desember,
dan Januari. Korelasi antara kelembaban dengan kasus DBD yang tertinggi adalah antara
kasus DBD dengan kelembaban satu bulan sebelumnya, dengan korelasi 0,7727 atau 77,27
%. Kasus DBD dengan kelembaban pada bulan yang sama hanya 42,06 % dan kasus DBD
dengan kelembaban 2 bulan sebelumnya adalah 53,17 %.
Jumlah kasus DBD dan suhu setiap bulan selama Tahun 2010-2019
Tingkat suhu dan jumlah Kasus DBD tertinggi terjadi pada suhu 26 °C – 27 °C. Dari
tahun 2010 sampai Tahun 2019 Kasus DBD tertinggi terjadi pada bulan Januari dengan
suhu rata – rata 26,4 °C. selanjutnya puncak kasus DBD tertinggi kedua terjadi pada bulan
Desember dengan suhu rata – rata 26,8 °C dan kasus DBD tertinggi ketiga terjadi pada
bulan Februari dengan suhu rata – rata 26,6 °C. Korelasi antara suhu dengan kasus DBD
yang tertinggi adalah antara kasus DBD dengan suhu satu bulan sebelumnya, dengan
korelasi 0,7727 atau 77,27 %. Kasus DBD dengan suhu pada bulan yang sama hanya -
47,26 % dan kasus DBD dengan suhu 2 bulan sebelumnya adalah 53,17 %.
Jumlah kasus DBD dan suhu setiap bulan Tahun 2010-2019
Tahun Variabel Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des
2010 Suhu (°C ) 26.4 27.3 27.0 27.6 28.2 27.6 27.2 27.5 26.8 27.3 25.8 26.0
Jumlah 74 79 93 30 58 55 43 30 36 106 81 74
Kasus
2011 Suhu (°C) 26.0 26.2 26.2 26.8 27.6 28.5 27.7 27.2 26.9 26.7 26.2 26.4
Jumlah 81 57 37 42 35 15 13 3 6 36 14 43
Kasus
2012 Suhu (°C) 26.1 26.4 26.2 26.8 27.5 28.3 27.8 27.6 27.4 26.4 26.2 26.4
Jumlah 71 62 32 30 25 26 28 6 22 54 82 68
Kasus
2013 Suhu (°C) 26.7 26.3 27.3 27.3 27.4 28.0 27.6 27.0 27.4 26.5 26.3 26.1
Jumlah 57 38 28 20 9 7 6 4 18 8 24 39
Kasus
2014 Suhu (°C) 25.7 26.0 27.0 27.3 27.8 29.0 29.0 27.3 26.8 26.2 26.6 26.4
Jumlah 14 7 11 10 11 24 9 25 46 50 50 42
Kasus
2015 Suhu (°C) 26.5 26.3 27.1 26.7 27.8 28.0 28.1 27.8 27.1 26.7 26.7 26.8
Jumlah 13 18 7 6 9 4 6 8 15 22 12 7
Kasus
2016 Suhu (°C) 27.4 27.1 28.0 28.3 28.2 28.2 27.6 28.3 17.1 26.7 26.4 26.3
Jumlah 12 21 4 4 6 7 3 4 6 17 19 49
Kasus
2017 Suhu (°C) 26.0 26.6 26.7 27.4 27.9 28.3 28.6 27.5 27.1 26.8 26.5 26.2
Jumlah 81 67 45 12 5 3 1 1 1 7 8 5
Kasus
2018 Suhu (°C) 26.7 27.1 27.6 27.6 27.4 28.3 28.9 28.1 27.2 26.3 26.3 26.5
Jumlah 7 6 7 3 4 2 7 1 2 4 31 31
Kasus
2019 Suhu (°C) 26.9 26.9 27.2 27.8 28.0 28.3 27.8 28.2 27.6 25.7 26.7 26.3
Jumlah 52 58 23 10 7 6 8 17 12 28 54 69
Kasus
Rerata Suhu 26.4 26.6 27.0 27.4 27.8 28.3 28.0 27.7 27.1 26.5 26.4 26.4
Suhu Tertinggi 27.4 27.3 28.0 28.3 28.2 29.0 29.0 28.3 27.6 27.3 26.7 26.8
BAB VI
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa peta spasial
yang dihasilkan dari tahun 2010 – 2019 Kota Banda Aceh Sebagian besar berwarna merah, artinya
Kota Banda Aceh termasuk ke dalam wilayah dengan tingkat kerawanan DBD beresiko tinggi.
Parameter curah hujan, suhu, kelembaban dan kepadatan penduduk berpengaruh terhadap kejadian
DBD di Kota Banda Aceh di dukung dengan uji statistik korelasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kasus DBD berkorelasi dengan curah hujan sebesar 25,07 %. Kasus DBD berkorelasi
dengan kelembaban yaitu sebesar 42,06%. Sedangkan korelasi antara suhu dengan kasus DBD
adalah -47,26%. Hasil analisis spasial kerawanan DBD menunjukkan bahwa kerawanan DBD
tinggi terdapat di Kecamatan Jaya Baru, Kecamatan Baiturrahman, Kecamatan Kuta Alam dan
Kecamatan Syiah Kuala.
Daftar Pustaka
Asniati1, SM Indirawati2. (2020). Analisis Sebaran Spasial Kerawanan Penyakit Demam Berdarah.
Analisis Sebaran Spasial Kerawanan Penyakit Demam Berdarah, 9.