Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN

IMUNOLOGI DEMAM BERDARAH DENGUE

Oleh Kelompok 4

Ari Warisman - NIM. 821233012


Edy Fitriyaningsih - NIM. 821233026
Fitriandi – NIM. 821233043
Heri Iman Santoso – NIM. 821233047
Juniar Winarti – NIM. 821233051
Rista Ariestia – NIM. 821233091
Silvia Marjulina – NIM. 821233094

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM (YARSI) PONTIANAK
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karuniaNya
penulis akhirnya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu. Dan dengan
mengucap puji syukur atas curahan kasih karunia-Nya kepada penulis, terutama ilmu
dan akal sehat sehingga dengan ijin-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
GANGGUAN IMUNOLOGI DEMAM BERDARAH DENGUE”. Makalah ini disusun
sebagai tugas mata kuliah “KEPERAWATAN ANAK.

Dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari beberapa
pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bpk. Ns. Uti Rusdian Hidayat, M.Kep, selaku ketua STIKES Yarsi Pontianak.
2. Ibu. Ns. Nur Pratiwi, M.Kep, selaku ketua prodi S1 Keperawatan STIKES Yarsi
Pontianak.
3. Ibu, Ns.Lintang Sari, M.Kep Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Keperawatan
Anak.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini penuh
keterbatasan dan masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, saran yang konstruktif
merupakan bagian yang tak terpisahkan dan senantiasa kami harapkan demi
penyempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi banyak pihak. Allahumma Amin.

Pontianak, September 2023

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. DEFINISI............................................................................................................3
B. ETIOLOGI/ FAKTOR RESIKO .......................................................................3
C. PATOFISIOLOGI...............................................................................................4
D. MANIFESTASI KLINIS....................................................................................5
E. SKEMA PATHWAY..........................................................................................6
F. FARMAKOLOGI...............................................................................................6
G. HASIL PENELITIAN
1. Pengaruh Konsumsi Jambu Biji Terhadap Peningkatan Jumlah Trombosit
Pasien DBD................................................................................................8
2. Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Suhu Tubuh Anak Dengan DBD di
Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam..........................9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN....................................................................................................10
B. ANALISA DATA...............................................................................................13
C. DIAGNOSA........................................................................................................15
D. RENCANA KEPERAWATAN..........................................................................15

BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN...................................................................................................22
B. SARAN...............................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue, perkembangan nyamuk Aedes aegypti tumbuh paling cepat di dunia, yang dapat
mempengaruhi hampir 390 juta anak setiap tahunya. Akibatnya, penyakit ini menjadi
penyakit yang mengancam kesehatan, karena penyebabnya yang semakin meningkat
senhingga jumlah penderita DBD menjadi meningkat (Putri Ariani, 2016). Kasus demam
berdarah telah melonjak secara dramatis selama beberapa dekade terakhir, sehingga
membuat perhatian global terhadap penyakit ini semakin meningkat. Menurut World Health
Organization (WHO, 2023), Sekitar setengah dari populasi dunia kini berisiko terkena
demam berdarah dengan perkiraan 100–400 juta infeksi terjadi setiap tahunnya. Insiden
demam berdarah telah meningkat secara dramatis di seluruh dunia dalam beberapa dekade
terakhir, dengan kasus yang dilaporkan ke WHO meningkat dari 505.430 kasus pada tahun
2000 menjadi 5,2 juta pada tahun 2019. jumlah kasus demam berdarah tidak
dilaporkan. Banyak kasus juga salah didiagnosis sebagai penyakit demam lainnya.

Menurut Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, (2022) Sampai


dengan akhir tahun 2022 jumlah kasus dengue di Indonesia mencapai 143 ribu kasus,
dengan kejadian terbanyak di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sesuai
rencana stratejik Kementerian Kesehatan 2020-2024, tujuan penanggulangan dengue adalah
menurunkan beban kesehatan masyarakat dengan target 80% (2022), 85% (2023) dan 95%
(2024) kabupaten-kota dengan incidence rate (IR) dengue ≤10/100.000 penduduk. Capaian
angka IR dengue nasional pada tahun 2022 adalah 52/100.000 dan hanya 16% kabupaten-
kota yang memiliki angka IR ≤10/100.000 penduduk.

Makalah ini akan membahas secara mendalam tentang demam berdarah pada anak-
anak, dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang penyakit ini. Kami akan
mengulas gejala, faktor risiko, dan komplikasi demam berdarah pada anak, serta
memberikan wawasan tentang langkah-langkah pencegahan dan perawatan yang efektif.
Dengan demikian, makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam upaya
pencegahan dan pengendalian demam berdarah pada anak-anak, yang pada gilirannya dapat
mengurangi dampak buruk penyakit ini terhadap kesehatan anak-anak di seluruh dunia.

1
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
1. Tujuan Umum.
Makalah ini bertujuan agar setiap orang, khususnya Mahasiswa/i keperawatan dapat
memahami dan mengintegrasikan hasil dari penelitian ke dalam Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan Anak dengan Gangguan Sistem Imunologi: DBD
2. Tujuan Khusus.
Adapun tujuan khusus pembuatan makalah ini antara lain agar :
a. Mahasiswa/i mampu memahami dan menjelaskan Definisi penyakit DBD
b. Mahasiswa/i mapu memahami dan menjelaskan Etiologi/faktor resiko penyakit DBD
c. Mahasiswa/i mampu memahami dan menjelaskan patofisiologi penyakit DBD
d. Mahasiswa/i mampu memahami dan menjelaskan manifestasi klinis penyakit DBD
e. Mahasiswa/i mampu memahami dan menjelaskan skema pathway serta farmakologi
penyakit DBD
f. Mahasiswa/i mampu memahami dan menjelaskan hasil intervensi sebuah penelitian
keperawatan terkait penyakit DBD .
g. Mahasiswa/i mampu memahami dan menjelaskan Konsep Asuhan keperawatan
Pada An. M dengan Gangguan Sistem imununologi : DBD yang meliputi
Pengkajian, Analisa data, Diagnosa, dan Rencana Keperawatan.

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI PENYAKIT.
Demam berdarah (demam patah tulang) adalah infeksi virus yang menyebar dari
nyamuk ke manusia. Ini lebih sering terjadi di daerah beriklim tropis dan subtropis
(WHO, 2023). Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang ditularkan oleh
gigitan nyamuk bernama Aedes aegypti (Kemenkes RI, 2022). Demam Berdarah Dengue
(DBD) merupkan masalah kesehatan yang jumlah penderitanya dari tahun ketahun terus
meningkat serta penyebarannya semakin meluas, penyakit menular ini cenderung
menyerang anak-anak (Irma & Masluhiya AF, 2021).
Demam berdarah Dengue adalah penyakit berpotensi KLB/ wabah yang
disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes Aegypty.
Penyakit ini menyerang sebagian besar anak usia <15 tahun, namun dapat juga
menyerang orang dewasa (Dinkes, 2015). Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthtopod-Bone
Virus, genus Flavivirus, dan famili Flaviviridae. Demam Berdarah Dengue (DBD)
ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes terutama Aedes aegypti atau Aedes
albopictus. Penyakit ini dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh
kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku
masyarakat (Kemenkes RI, 2018).
Jadi, demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi oleh virus yang disebakan
oleh virus dengue yang tergolong Arthtopod-Bone Virus, genus Flavivirus, dan famili
Flaviviridae. Virus ini ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty atau nyamuk aedes
albopictus melalui gigitannya.

B. ETIOLOGI/ FAKTOR RESIKO.


Menurut (Hidayani, 2020) terdapat beberapa hal mengenai etiologi penyakit ini yang
harus diketahui meliputi :
1. Agent
Virus dengue termasuk dalam arbovirus (Arthropod borne virus) grup B. Virus
dengue terdiri dari empat serotipe virus yaitu Dengue tipe 1,2,3 dan virus dengue
termasuk dalam genus flavivirus, famili flaviviridae dengan diameter virion
berukuran 40 nm (nanometer). Keempat serotipe virus ini telah ditemukan di
berbagai daerah Indonesia dan yang terbanyak adalah tipe 2 dan tipe 3. Penelitian di
Indonesia Malaysia dan Thailand menunjukkan dengue tipe 3 merupakan serotipe
virus yang dominan menyebabkan penyakit berat.

3
2. Host
Host penyakit demam berdarah dengue adalah manusia. Penderita demam berdarah
dengue merupakan sumber penularan. Virus dengue menyerang semua golongan
umur, jenis kelamin, dan etnis, tetapi sebagian besar penderitanya adalah usia anak-
anak.
3. Environment
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap kehidupan vektor, sehingga berpengaruh
pula terhadap penularan DBD, lingkungan tersebut terdiri dari dari:
a. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap epidemiologi DBD adalah musim,
iklim, keadaan geografik.
b. Lingkungan Biologi
Lingkungan biologi berupa tanam-tanaman yang dapat menampung air pada
daun, pelepah maupun batang, kepadatan penduduk suatu wilayah.
c. Lingkungan Sosial-Ekonomi
Lingkungan sosial-ekonomi berupa perilaku masyarakat yang kurang
memperhatikan kebersihan lingkungannya, terutama perilaku dalam
pemberantasan sarang nyamuk salah satunya menguras bak atau penampungan
air, perilaku dalam pengelolaan sampah rumah tangga, penggunaan insektisida
rumah tangga.

Adapun faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit


demam berdarah diantaranya : lingkungan rumah (jarak rumah, tata rumah, jenis
kontainer, ketinggian tempat dan iklim), lingkungan biologi, dan lingkungan sosial. Jarak
antara rumah mempengaruhi penyebaran nyamuk dari satu rumah ke rumah lain, semakin
dekat jarak antar rumah semakin mudah nyamuk menyebar kerumah sebelah menyebelah.
Bahan-bahan pembuat rumah, konstruksi rumah, warna dinding dan pengaturan barang -
barang dalam rumah menyebabkan rumah tersebut disenangi atau tidak disenangi oleh
nyamuk. Berbagai penelitian penyakit menular membuktikan bahwa kondisi perumahan
yang berdesak-desakan dan kumuh mempunyai kemungkinan lebih besar terserang
penyakit (Selni, 2020)

C. PATOFISIOLOGI

Menurut (Marni, 2016), Virus dengue masuk ke dalam tubuh lalu beredar dalam
aliran darah dan menginfeksi yang disebut viremia. Hal tersebut menyebabkan
pengaktifan komplemen sehingga terjadi komplek imun Antibodi - virus. Pengaktifan
tersebut akan membentuk dan melepaskan zat (C3a, C5a), yang akan merangsang PGE2
(prostaglandin yang berfungsi layaknya senyawa sinyal tetapi hanya bekerja di dalam sel
yang bersifat sintesis) di Hipotalamus sehingga terjadi termoregulasi instabil yaitu
hipertermia yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+dan air sehingga terjadi

4
hipovolemia. Hipovolemia juga dapatdisebabkan peningkatkan permeabilitas dinding
pembuluh darah menyebabkan

kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik sehingga


perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan. Adanya komplek
imun antibodi - virus juga menimbulkan agregasi trombosit sehingga terjadi
trombositopeni. Trombositopenia yaitu trombosit kurang dari 100.000/ml. Ketiga hal
tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi syok dan jika
syok tidak teratasi terjadi hipoksia jaringan dan akhirnya terjadi asidosis metabolik.

D. MANIFESTASI KLINIS.
Penyakit DBD ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas disertai
gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan,
punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala-gejala tersebut menyerupai influenza biasa.
Pada hari ke-2 dan ke-3 demam muncul bentuk perdarahan yang beraneka ragam dimulai
dari yang paling ringan berupa perdarahan dibawah kulit (petekie atau ekimosis),
perdarahan gusi, epistaksis, sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat
perdarahan lambung, melena, dan juga hematuria massif (Ngastiyah, 2014).

5
E. SKEMA PATHWAY

F. FARMAKOLOGI
a) Antipiretik
Obat antipiretik diberikan bila suhu tubuh lebih dari 38.5°C. Obat antipiretik
diberikan apabila diperlukan. Obat antipiretik digunakan bertujuan untuk menurunkan
suhu tubuh menjadi dibawah 39° C. Antipiretik yang dianjurkan adalah parasetamol,
sedangkan asetosal tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan gastritis, perdarahan,
atau asidosis.
b) Antibiotik
Belum ada bukti yang mendukung penggunaan antibiotik pada pasien DBD.
Pertimbangan pemberian antibiotik pada keadaan syok mengingat kemungkinan adanya
kejadian infeksi sekunder dengan translokasi dari saluran cerna. Antibiotik yang
digunakan hendaknya yang tidak berefek terhadap sistem pembekuan.
c) Antisedatif
Antisedatif dibutuhkan terutama pada pasien yang sangat gelisah. Obat
hepatotoksik sebaiknya dihindarkan, kloralhidrat oral atau rektal dianjurkan dengan dosis
12,5 – 50 mg/kg tidak lebih dari 1 jam digunakan sebagai satu macam obat hipnotik.

6
d) Antikonvulsan.
Anti konvulsan seperti diazepam, fenobarbital atau largaktil diberikan apabila
terdapat indikasi kejang.
e) Kortikosteroid
Pemakaian kortikosteroid pada penderita DBD masih kontroversial. Pemberian
steroid tidak direkomendasikan pada pasien DBD. Sedangkan menurut Dep.Kes. RI.
menyebutkan bahwa pemberian deksametason 0,5 mg /Kg BB/ kali tiap 8 jam berguna
untuk mengurangi udem otak karena syok yang berlangsung lama, tetapi apabila terdapat
perdarahan saluran cerna sebaiknya kortikosteroid tidak diberikan.
f) Antidiuretik
Furosemid 1 mg/ Kg BB dapat diberikan pada pengobatan syok apabila diuresis 1
ml/ Kg BB sebelum cukup untuk memperbaiki keadaan penderita. Furosemid diberikan
terutama jika pada pasien syok terdapat overload. antara lain edema atau pernafasan
meningkat.
g) Neomisin dan laktulosa
Neomisin dan laktulosa dapat diberikan pada pasien yang mengalami ensefalopati
karena berguna untuk mengurangi produksi amoniak.
h) Vitamin K
Pemberian vitamin K secara intravena 3-10 mg selama 3 hari dapat diberikan
apabila terdapat disfungsi hati.
i) Vasopresor
Obat-obatan vasopresor seperti dopamin, dobutamin, atau epinephrine dapat
diberikan jika pasien mengalami syok yang belum teratasi dengan pemberian ringer
laktat.
j) Heparin
Heparin diberikan apabila secara klinis dan laboratories didapatkantanda-tanda
Koagulasi Intravaskuler Disseminata (KID).
k) Natrium bikarbonat
Hiponatremia dan asidosis metabolik sering menyertai pasien DBD/SSD, maka
analisis gas darah dan kadar elektrolit harus selalu diperiksa pada DBD berat. Apabila
asidosis tidak dikoreksi, akan memacu terjadinya KID, sehingga tatalaksana pasien
menjadi lebih kompleks. Pada umumnya, apabila penggantian cairan plasma diberikan
secepatnya dan dilakukan koreksi asidosis dengan natrium bikarbonat, maka perdarahan
sebagai akibat KID, tidak akan tejadi sehingga heparin tidak diperlukan.

7
G. HASIL PENELITIAN MUTAKHIR TENTANG INTERVENSI KEPERAWATAN
TERKAIT
a. Pengaruh Pemberian Terapi Tepid Sponge Water Untuk Mengatasi
Hipertermi Pada Pasien DBD

Pengarang Judul Tahun Hasil Penelitian


Endah Pengaruh Pemberian 2023 Nilai rata-rata pre test suhu tubuh pasien
Fajarwati, Terapi Tepid Sponge demam berdarah dengue pada kelompok
Nurvinanda, Water Untuk Mengatasi intervensi adalah 38,23oC dan kelompok
Nova Hipertermi Pada Pasien kontrol adalah 38,02oC. Nilai rata- rata post
Mardiana DBD test suhu tubuh pasien demam berdarah
dengue pada kelompok intervensi adalah
37,656oC dan kelompok kontrol adalah
38,067oC. Berdasarkan hasil uji Independen
sampel test menunjukan bahwa terdapat
perbedaan selisih skor nilai suhu tubuh
setelah diberikan intervensi tepid sponge
water pada kelompok intervensi dengan
kelompok kontrol yang tanpa diberikan
tepid sponge water dengan hasil uji statistik
didapatkan nilai p-value 0,018 < 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan nilai rata rata suhu tubuh pada
pasien demam berdarah dengue sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol (Fajarwati
et al., 2023)

1. Pengaruh Konsumsi Jambu Biji Terhadap Peningkatan Jumlah Trombosit Pasien


DBD

Pengarang Judul Tahu Hasil Penelitian


n
Asvini Pengaruh Konsumsi 2023 Berdasarkan hasil review Asvini pada 4
Darmaningra Jambu Biji Terhadap literatur yang telah diseleksi sesuai kriteria
t Peningkatan Jumlah inklusi salah satu penelitian nya yaitu
Trombosit Pasien DBD penelitian Widhawati & Sholehah (2018)
pengaruh jambu biji terhadap kenaikan
trombosit pasien DBD adalah terdapat
perbedaan signifikan rerata jumlah
trombossit pada pasien yang diberikan jus
jambu biji dengan pasien yang tidak
diberikan jus jambu biji (p<0,05). Dengan
demikian dapat disimpulakan bahwa

8
konsumsi jus jambu biji rutin dapat
meningkatkan jumlah trombosit pada pasien
DBD sehingga dapat membantu proses
penyembuhan dan dapat dijadikan salah satu
bentuk intervensi dalam menangani pasien
DBD (Darmaningrat, 2023)

2. Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Suhu Tubuh Anak Dengan DBD di Rumah
Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam

Pengarang Judul Tahun Hasil Penelitian


Arfah May Pengaruh Kompres 2021 Suhu tubuh anak sebelum dilakukan
Syara, Hangat terhadap Suhu kompres hangat (pretest) yaitu tidak ada
Tubuh Anak dengan
Syatriwati, anak yang suhunya normal (36-37,4°C),
Demam Berdarah Dengue
Pitriani, (DBD) di Rumah Sakit mayoritas suhu tubuh febris barada pada
Grace Erlyn Umum Daerah skala 37,5-40°C yaitu 7 orang (87,5%), dan
Deli Serdang Lubuk
Sitohang minoritas suhu tubuh hipertermi berada pada
Pakam
skala >40°C yaitu 1 orang (12,5%). Suhu
tubuh anak setelah dilakukan kompres
hangat (postest) yaitu mayoritas suhu tubuh
anak normal berada pada skala 36-37,4°C
yaitu 6 orang (75%), minoritas suhu tubuh
febris berada pada skala 37,5-40°C yaitu 1
orang (12,5%), dan suhu tubuh hipertermi
berada pada skala >40°C yaitu 1 orang
(12,5%). Ada perubahan suhu tubuh yang
terjadi setelah pemberian kompres hangat
pada anak usia 5-12 tahun dengan penyakit
DBD dengan peningkatan suhu tubuh
sebelum diberikan kompres hangat, dan
terdapat pengaruh yang bermakna bahwa
rerata selisih suhu tubuh di peroleh hasil
0.75 dengan standart deviasi -0.39. Serta p
value =0,003 lebih kecil dari nilai a =0,05
atau 0,003 < 0,05. bahwa ada pengaruh
pemberian kompres hangat terhadap
penurunan suhu tubuh pada anak usia 5-12
tahun dengan penyakit DBD (Syara et al.,
2021).

9
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

URAIAN KASUS

Seorang anak laki-laki berinisial M berusia 10 tahun dirawat diruang rawat inap di diagnosa
Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan keluhan utama adanya demam selama 3 hari berturut-
turut, pagi demam reda dan pada malam hari demam lagi. Anak mendapat terapi infus RLD5 20
tpm. Hasil Pengkajian : Keadaan umum cukup, kesadaran composmentis, TD 100/60 mmHg, S
38,1 oC, N : 104x/mt,RR 23x/mnt, kulit kemerahan, mengeluh mual dan muntah dan sakit saat
menelan.Hasil lab darah : Trombosit 100.000 gr/dL.

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
 Pasien
- Nama : An. M
- Umur : 10 tahun
- Kelamin : Laki-laki
- Pendidikan : SD
- Pekerjaan :-
- Status Pernikahan : -
- Agama : Islam
- Suku ; Melayu
- Alamat : Rasau Jaya
- Tanggal Masuk : 10 Oktober 2023
- Waktu pengkajian : 12 Oktober 2023
 Keluarga/Orang Tua
- Nama : Tn . F
- Hubungan dengan pasien : Ayah
2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Klien Mengatakan keluhan muncul 5 hari yang lalu sekitar tanggal 7 oktober 2023
sehabis pulang sekolah klien mersakan seluruh badan nya sakit semua dan tiba-tiba
badan nya terasa panas, setelah dibawa kerumah sakit ternyata klien di diagnosa
terkena penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
b. Riwayat penyakit terdahulu
Klien mengatakan tidak pernah masuk rumah sakit, tidak pernah ada penaykit parah
yang diderita,tidak pernah terjadi insiden kecelakaan dan lain-lainya,klien tidak
pernah terserang penyakit DBD sebelumnya.

10
c. Riwayat Keluarga
Genogram : -
Dalam keluarga pasien tidak pernah menderita sakit seperti ini,dan tidak pernah ada
terserang penyakit menular, hanya saja ayah klien pernah kecelakaan patah tulang
paha akibat jatuh memanjat pohon pinang saat ikut lomba 17 agustus, sedangkan ibu
hanya menderita alergi kulit saat terkena bedak.
3. Terapi yang sudah diberikan
Klien sampai saat ini baru diberikan terapi melalu cairan RLD5% 20 tetes/menit
4. Pola Fungsional
a. Pola perseprsi kesehataan :Klien mengatakan tidak pernah terserang penyakit yang
berat, biasanya ia hannya demam biasa,kadang batuk pilek saja,dan ibu nya biasa
membelikan nya obat di apotek jika demam.
b. Pola Nutrisi : Sebelum sakit ayah klien mengatakan nafsu makan anak nya sangat
baik, namun semenjak sakit nafsu makan nya menurun,dikarenakan perut mual dan
kadang muntah disertai sakit tenggorokan saat menelan makanan. Klien tampak
terpasang infus RLD5% 20 tetea/menit yang membantu untuk memenuhi kebutuhan
cairan dan elektrolit klien.
c. Pola Eliminasi : klien mengatakan tidak ada masalah,diare atau konstipasi,klien BAB
2x sehari,BAK 3 kali sehari dan tidak terpasang kateter.
d. Pola Aktivitas : Sebelum sakit klien sangat senang beersepeda , setelah dirawat klien
tampak lemas dan pucat dan selama sakit ini aktivitas nya dibantu ibu dan ayahnya.
e. Pola tidur dan istirahat : selama sakit klien sering terjekut saat tidur
f. Kognitif dan perseptual : respon klien saat diajak berbicara baik dan jelas,suara
sedikit pelan karena lemas
g. Konsep diri : ibu klien mengatakan saat sakit ini klien seirng merengek becampur
marah saat diberikan makanan. Klien mengatakan tidak senang sakit karena
menggangsu aktivitas nya untuk bermain dengan teman-teman terganggu.
h. Hubungan dengan keluarga : hubungan klien dan orang tua baik.
i. Seksualitas/reproduksi : klien mengatakan tidak ada masalah pada organ
repsoduksinya
j. Koping : klien mengatakan ingin cepat sembuh dan kembali berkumpul dan bermain
beersama teman-temanya.
k. Kepercayaan : klien mengatakan sselam sakit ibu dan ayahnya selalu menyuruhnya
untuk berdoa agar cepat diberikan kesembuhan pleh Allah SWT.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum :
Keadaan umum klien cukup baik, badan nampak lemah, kesadaran Composmentis
b. TTV :

 TD : 100/60 mmHh  RR : 23x/menit


 Nadi : 104x/ menit  S : 38,1oC

11
c. Antropometri

 BB : -  LP :-
 TB ; -  IMT : -
 LL : -

d. Kepala :
 Bentuk kepala : normal, tidak ada lesi ,tidak ada benjolan
 Kulit kepala :bersih,tidak ada ketombe maupun lesi
 Rambut :hitam dan lurus,tidak rontok
 Muka : tampak kemerahan karena demam
e. Mata :

 Palpebra ; tidak ada edema


 Konjungtiva : tampak Anemis
 Sklera : warna putih dan tidak Ikterik.
 Penggunaan alat bantu : tidak memakai kacamata
 Pupil : isokor
 Reflek cahaya : Normal

12
f. Hidung :
Bentuk hidung simetris, tidak ada polip tidak menggunakan selang oksigen,
penciuman baik.
g. Mulut :
Lidah nampak putih, mukosa mulut tampak kering , ujung lidah tampak merah dan
bibir nampak pucat, sakit saat menelan, kelenjar tiroid membesar, tenggorokan
mengalamia hyperemia pharing. Hygiene bersih,gusi normal dan gigi normal.
h. Telinga :
Telinga simetris, tidak ada infeksi,ada sedikit serumen di sebelah kiri,pendengaran
baik.
i. Leher : nampak merah bawaan demam
j. Dada/thorax :
Tidak ada luka ataupun benjolan ,bentuk dada normal
k. Jantung :
 Inspeksi : tidak tampak pulpasi/denyutan dan ictus cardis
 Auskultasi :lup-dup bunyi jantung 1 dan 2,tidak ada suara tambahan
 Perkusi : pekak jantung
 Palpasi :tidak teraba pulpasi/denyutan
l. Paru-paru :
 Inspeksi : tidak ada tarikan dinding dada
 Aukultasi : terdengar vesikuler
 Perkusi :bunyi sonor
 Palpasi :Vokal fremitus. Pergerakan dinding dada kanan kiri sama

m. Abdomen :
 Inspeksi : simetris, tidak ada luka,tidak ada bengkak
 Auskultasi : bising usus normal
 Perkusi : bunyi timpani
 Palpasi : sedikit nyeri saat ditekan dengan skala nyeri 2- 3
n. Punggung :
Tidak ada gangguan di tulang punggung,tidak ada nyeri.
o. Genitalia :
Jenis kelamin laki-laki,tidak ada kelainan ataupun cedera pada kemaluan,tidak
terpasang kateter.
p. Ekstremitas :
Tidak ada luka, terpasang infus sebelah kanan, badan pegal-pegal
q. Kulit :
Akral teraba hangat,timbul kemerahan pada kulit klien (peteki) di kedua belah
tangan, warna kulit putih,turgor kulit elastic.
r. Neurologis :
Tidak ada gangguan pada saraf anggota gerak klien.

13
6. Pemeriksaan Penunjang
- Hasil pemeriksaan Trombosit klien : 100.000 gr/dL.
- Hasil uji torniket : (+)

14
B. ANALISA DATA

Analisa Data Etiologi Masalah


DS : Virus masuk sirkulasi Hipertermia D.0130
- Orang tua klien mengatakan ↓ (SDKI,2018)
anaknya demam selama 3 Menempel di sel fagisosit
hari,demam hilang datang mononuklear
DO ; ↓
- Keadaan umum cukup, Masuk & menginfeksi sel
kesadaran fagosit
composmentis,muka ↓
merah,akral terasa hangat Virus bereplikasi di
TD 100/60 mmHg, R : dalam sel fagosit
23x/mt, N : 103x/mt, S : Aktivasi sel T helper,T
38,1oC, sitotoksin & sistem
komplemen

Merangsang mikrofag
melepaskan IL-1,TNF-a
& IFN-y (pirogen
endogen)

Aktivasi IL-! Di
hipotalamus

Endothelium hipotalamus
meningkatkan produksi
prostaglandain&
neurotransmitter

Porstaglandin berikatan
dengan neuron prepiotik
di hipotalamus

Peningktan thermostatic
set poin
Peningkatan Suhu
>37,5Oc

Hipertermia

DS : Infeksi Virus Dengue Resiko ketidakseimbangan


- Orang tua mengatakan ↓ Elektrolit D.0037
klien susah menelan,mual Hepatomegali (SDKI,2018)
dan muntah,nafsu makan ↓
menurun Mual dan Muntah
DO : ↓
- Klien tampak sulit menelan Resiko
makanan,hepatomegali, ketidakseimbangan
badan lemah, berkeringat, elektrolit
TD 100/60 mmHg, R :
23x/mt, N : 103x/Mt, S:
38,1oC

DS : Bintik-bintik Resiko Perdarahan D.0012


Orang tua klien mengatakan kemerahan(ptekie) (SDKI,2018)
badan klien lemah,panas dan ↓
demam hilang datang selama Resiko gangguan
3 hari, kulit kemerahan koagulasi

15
Analisa Data Etiologi Masalah
DO : ↓
Lengan ada bintik Risiko perdarahan
kemerahan,tes torniqet (+),
Trombosit 100.000 gr/dL

- Klien tampak pucat,torniqet


test (+), trombosit < 100.000
gr/dL lengan kemerahan, S :
38,1oC

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan analisa data yang telah dilakukan , diagnosa yang muncul pada klien An. M
yaitu (PPNI, 2017) :
1. Hipertermia b.d proses penyakit viremia d.d suhu diatas normal
2. Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit berhubungan dengan mual dan muntah
3. Resiko Perdarahan berhubungan dengan Gangguan koagulasi(trombositopenia)

D. RENCANA KEPERAWATAN
Setelah perumusan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat perencanaan intervensi
keperawatan. Tujuan intervensi keperawatan adalah untuk menghilangkan,mengurangi dan
mencegah masalah keperawatan klien.

DIAGNOSIS LUARAN INTERVENSI


D.0130. Hipertermia TERMOREGULASI Manajemen Hipertermia (I.15506)
Kategori : Lingkungan (L.14134) Observasi :
Subkategori : Keamanan dan Setelah dilakukan tindakan  Identifikasi penyebab hipertermia
Proteksi. keperawatan selama …jam suhu (mis. Dehidrasi, terpapar lingkungan
Definisi : Suhu tubuh meningkat tubuh berada pada rentang panas, penggunaan inkubator)
diatas rentang normal tubuh. normal dengan  Monitor suhu tubuh
Penyebab : Kriteria Hasil :  Monitor kadar elektrolit
1. Dehidrasi 1. Menggigil menurun  Monitor haluaran urine
2. Terpapar lingkungan panas 2. Kulit merah mnurun  Monitor komplikasi akibat
3. Proses penyakit (mis. Infeksi, 3. Kejang menurun hipertermia.
kanker) 4. Akrosianosis menurun Terapeutik :
4. Ketidaksesuaian pakaian 5. Konsumsi oksigen menurun  Sediakan lingkungan yang dingin
dengan suhu lingkungan 6. Piloereksi menurun
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
5. Peningkatan laju 7. Vasokontriksi perifer
 Basahi dan kipas permukaan tubuh
metabolisme menurun
6. Respon trauma 8. Kutis memorata menurun  Berikan cairan oral
7. Aktivitas berlebihan 9. Pucat menurun  Ganti linen setiap hari atau lebih
8. Penggunaan inkubator 10. Takikardia menurun sering jika mengalami hiperhidrosis
Gejala Mayor : 11. Takipnea menurun (keringat berlebih)
Subjektif : 12. Bradikardia menurun  Lakukan pendinginan eksternal (mis.
Tidak ada 13. Dasar kuku sianotik menurun Selimut hipotermia atau kompres
Objektif : 14. Hipoksia menurun dingin pada dahi, leher, dada,
1. Suhu tubuh diatas nilai 15. Suhu tubuh membaik abdomen, aksila)
normal 16. Suhu kulit membaik  Hindari pemberikan antipiretik atau
Gejala Minor : 17. Kadar glukosa tubuh aspirin.
Subjektif : membaik  Berikan oksigen, jika perlu
Tidak ada 18. Pengisian kapiler membaik Edukasi :
Objektif : 19. Ventilasi membaik  Anjurkan tirah baring
1. Kulit merah 20. Tekanan darah membaik Kolaborasi :
2. Kejang (PPNI, 2019)  Kolaborasi pemberian cairan dan

16
DIAGNOSIS LUARAN INTERVENSI
3. Takikardi elektrolit intravena, jika perlu.
4. Takipnea (PPNI, 2018)
5. Kulit terasa hangat.
Kondisi Klinis :
1. Proses penyakit
2. Hipertiroid
3. Stroke
4. Dehidrasi
5. Trauma
6. Prematuritas
(PPNI, 2017)
D.0037. Resiko Keseimbangan Elektrolit Pemantauan Elektrolit (I.03122)
Ketidakseimbangan Elektrolit (L.03021) Observasi :
Kategori : Fisiologis Setelah dilakukan tindakan  Identifikasi kemungkinan penyebab
Subkategori : Nutrisi dan keperawatan selama …..jam, ketidakseimbangan elektrolit
Cairan. kadar serum elektrolit dalam  Monitor kadar elektrolit serum
Definisi : Berisiko mengalami batas normal.  Monitor mual, muntah, diare
perubahan kadar serum Kriteria Hasil :  Monitor kehilangan cairan, jika perlu
elektrolit. 1. Serum natrium membaik  Monitor tanda dan gejala hipokalemia
Faktor Risiko 2. Serum kalium membaik (mis. Kelemahan otot, inteval QT
1. Ketidakseimbangan cairan 3. Serum klorida membaik memanjang, gelombang T datar atau
(mis. Dehidrasi dan 4. Serum kalsium membaik terbalik, depresi segmen ST,
intoksikasi air) 5. Serum magnesium membaik gelombang U, kelelahan, parestesia,
2. Kelebihan volume cairan 6. Serum fosfor membaik penurunan refleks, anoreksia,
3. Gangguan mekanisme (PPNI, 2019) konstipasi, motilitas usus menurun,
regulasi (mis. Diabetes) pusing, depresi pernafasan)
4. Efek samping prosedur (mis.  Monitor tanda dan gejala hiperkalemia
Pembedahan) (mis. Peka rangsang, gelisah, mual,
5. Diare muntah, takikardia, mengarah ke
6. Muntah bradikardia, fibrilasi/ takikardia
7. Disfungsi ginjal ventrikel, gelombang T tinggi,
8. Disfungsi regulasi endokrin. gelombang P datar, kompleks QRS
Kondisi Klinis : tumpul, blok jantung mengarah
1. Gagal ginjal asistol).
2. Anoreksia nervosa
 Monitor tanda dan gejala
3. Diabetes melitus
hiponatremia (mis. Disorientasi, otot
4. Penyakit chron
berkedut, sakit kepala, membran
5. Gastroenteritis
mukosa kering, hipotensi postural,
6. Pankreatitis
kejang, letergi, penurunan kesadaran)
7. Cedera kepala
 Monitor tanda dan gejala
8. Kanker
hipernatremia (mis. Haus, demam,
9. Trauma multiple
mual, muntah, gelisah, peka rangsang,
10. Luka bakar
membran mukosa kering, takikardia,
11. Anemia sel sabit.
hipotensi, letargi, konfusi, kejang)
(PPNI, 2017)
 Monitor tanda dan gejala
hipokalsemia (mis. Peka rangsang,
tanda chvostek [spasme karpal], kram
otot, interval QT memanjang)
 Monitor tanda dan gejala
hiperkalsemia (mis. Nyeri tulang,
haus, anoreksia, letargi, kelemahan
otot, segmen QT memendek,
gelombang T lebar, kompleks QRS
lebar, interval PR memanjang)
 Monitor tanda dan gejala
hipomagnesemia (mis. Depresi
pernafasan, apatis, tanda Chvostek,
Trousseau, konfusi, disritmia)
 Monitor tanda hipermagnesemia (mis.
Kelemahan otot hiporefleks,

17
DIAGNOSIS LUARAN INTERVENSI
bradikardia, depresi SSP, letargi,
koma, depresi)
Terapeutik
 Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauau
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil pemantuan, jika
perlu
(PPNI, 2018)
D.0012. Risiko Perdarahan Tingkat Perdarahan (L.02017) Manajemen Perdarahan (I.02040)
Kategori : Fisiologis Setelah dilakukan tindakan Observasi
Subkategori : Sirkulasi keperawatan selama …x 24 jam,  Identifikasi penyebab perdarahan
Definisi : Berisiko mengalami kehilangan darah baik internal  Periksa adanya darah pada muntah,
kehilangan darah baik internal maupun eksternal menurun, sputum, fase, urine, pengeluaran
(terjadi didalam tubuh) maupun dengan NGT, dan drainase luka, jika perlu
eksternal (terjadi diluar tubuh). Kriteria Hasil :  Periksa ukuran dan karakteristik
Faktor Risiko : 1. Kelembaban membran hematoma, jika ada
1. Aneurisma mukosa meningkat  Monitor terjadinya perdarahan (sifat
2. Gangguan gastrointestinal 2. Kelembapan kulit meningkat dan jumlah)
(mis. Ulkus lambung, polip, 3. Kognitif meningkat.  Monitor nilai hemoglobin dan
varises). 4. Hemoptisis menurun hematrokrit sebelum dan setelah
3. Gangguan fungsi hati (mis. 5. Hematemesis menurun kehilangan darah
Sirosis hepatis) 6. Hematuria menurun  Monitor tekanan darah dan parameter
4. Komplikasi kehamilan (mis. 7. Perdarahan anus menurun hemodinamik (tekanan vena sentral
Ketuban pecah sebelum 8. Distensi abdomen menurun dan tekanan baji kapiler atau arteri
waktunya, plasenta previa/ 9. Perdarahan vagina menurun pulmonal), jika ada
abrupsio, kehamilan kembar) 10. Perdarahan paska operasi
 Monitor intake dan output cairan
5. Komplikasi pasca partum menurun
 Monitor koagulasi darah (prothrombin
(mis. Atonia uterus, retensi 11. Hemoglobin membaik
time PT), partial thrombopastin time
plasenta) 12. Hematokrit membaik
(PTT), fibrinogen, degradai fibrin, dan
6. Gangguan koagulasi (mis. 13. Tekanan darah membaik
jumlah trombosit), jika ada
Trombositopenia) 14. Frekuensi nadi membaik
7. Efek agen farmakologis 15. Suhu tubuh membaik.  Monitor deliveri oksigen jaringan
8. Tindakan pembedahan (PPNI, 2019) (mis. PaO2, SaO2, hemoglobin dan
9. Trauma curah jantung)
10. Kurang terpapar informasi  Monitor tanda dan gejala perdarahan
tentang pencegahan masif
perdarahan Terapeutik
11. Proses keganasan.  Istiratkan area yang mengalami
Kondisi Klinis : pendarahan
1. Aneurisma  Berikan kompres dingin, jika perlu
2. Koagulopati intravaskuler  Lakukan penekanan atau balut
diseminata tekanan, jika perlu
3. Sirosis hepatis  Tinggikan eksternalitas yang
4. Ulkus lambung mengalami pendarahan
5. Varises  Pertahankan akses IV
6. Trombositopenia Edukasi
7. Ketuban pecah sebelum  Jelaskan tanda-tanda perdarahan
waktunya  Anjurkan melapor jika menemukan
8. Plasenta previa/ abrupsio tanda-tanda perdarahan
9. Atonia uterus  Anjurkan membatasi aktivitas
10. Retensi plasenta Kolaborasi
11. Tindakan pembedahan  Kolaborasi pemberian cairan, jika
12. Kanker perlu
13. Trauma  Kolaborasi pemberian transfusi darah,
(PPNI, 2017) jika perlu
(PPNI, 2018)

18
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan teori dan kasus diatas dapat disimpulkan bahwasanya dalam melakukan
asuhan keperawatan pada kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat menjelaskan
konsep dari demam berdarah dan dapat menyerang siapapun. Penyakit demam berdarah
disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh inangnya,yaitu nyamuk Aedes aegepty.
Penyebab penyakit demam berdarah dengue di indonesia adalah virus dengue yang
memiliki tipe derajat 1, 2, 3 dan 4 yang nantinya akan menimbulkan gejala
demam,perdarahan,mual,muntah,badan lemas,kram,nyeri tulang sendi dan otot,abdomen
bahkan kejang. Maka dari itu petugas kesehattan khususnya perawat dituntut untuk
memahami pengaplikasian asuhan keperawatan dari mulai pengkajian sampai evaluasi
dalam menangani perawatan pasien dengan kasus DBD.

B. SARAN
Adapun saran yang bisa kami berikan untuk masyarakat agar dapat melakukan tindakan
pencegahan dan merawat penderita demam berdarah sesaui dengan arahan tim kesehatan
dan dapat melakukan penatalaksanaan rehabilitasi pasca rawat dirumah dengan baik dan
benar. Yang kedua disaran kan kepada institusi dan kepada mahasiswa/I agar makalah ini
bisa dijadikan sedikit bahan bacaan atau acuan serta ilmu pengetahuan dalam menangani
ksaus DBD supaya kedepanya dapat membantu kita dalam melakukan asuhan
keperawatan dengan baik dan semaksimal mungkin.

19
DAFTAR PUSTAKA

Darmaningrat, A. (2023). Pengaruh Konsumsi Jambu Biji terhadap Peningkatan Jumlah


Trombosit Pasien Demam Berdarah Dengue. 04(3).

Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. (2022). Membuka Lembaran Baru.
LAPORAN TAHUNAN 2022. Demam Berdarah Dengue. In Germas.
http://p2p.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2023/06/FINAL_6072023_Layout_DBD-1.pdf

Fajarwati, E., Nurvinanda, R., & Mardiana, N. (2023). Pengaruh Pemberian Terapi Tepid
Sponge Water untuk Mengatasi Hipertermi pada Pasien Demam Berdarah Dengue. Jurnal
Penelitian Perawat Profesional, 5(2), 703–712. https://doi.org/10.37287/jppp.v5i2.1542

Hidayani. (2020). Demam Berdarah Dengue : Perilaku Rumah Tangga dalam Pemberantasan
Sarang Nyamuk dan Program Penanggulangan Demam Berdarah Dengue. Paper
Knowledge . Toward a Media History of Documents, 1–20.

Irma, I., & Masluhiya AF, S. (2021). Trend Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Sulawesi Tenggara Berbasis Ukuran Epidemiologi. JUMANTIK (Jurnal Ilmiah Penelitian
Kesehatan), 6(1), 70. https://doi.org/10.30829/jumantik.v6i1.7968

Kemenkes RI. (2018). Profil Kesehatan Indonesia 2017 (Vol. 1227, Issue July).
https://doi.org/10.1002/qj

Kemenkes RI. (2022). Demam Berdarah Dengue.


https://ayosehat.kemkes.go.id/topik-penyakit/ntd--malaria/demam-berdarah-dengue

Marni. (2016). Asuhan keperawatan anak pada penyakit tropis (R. Astikawati (ed.); Cetakan 1).
Erlangga.

Ngastiyah. (2014). Perawatan Anak Sakit. Buku Kedokteran EGC.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik
Edisi 1. Dewan Pengurus Pusat PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan
Edisi 1 Cetakan II.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan Edisi 1 Cetakan II.

Putri Ariani, A. (2016). Demam Berdarah Dengue (DBD). Nuha Medika.

Selni, P. S. M. (2020). Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah
Dengue Pada Balita. Jurnal Kebidanan, 9(2), 89–96. https://doi.org/10.35890/jkdh.v9i2.161

Syara, A. M., Syatriawati, Pitriani, & Sitohang, G. E. (2021). Pengaruh Kompres Hangat
terhadap Suhu Tubuh Anak dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Rumah Sakit
Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam. Elisabeth Health Jurnal, 6(1), 20–24.

20
https://doi.org/10.52317/ehj.v6i1.321

WHO. (2023). Dengue and severe dengue.


https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dengue-and-severe-dengue

21

Anda mungkin juga menyukai