Anda di halaman 1dari 30

ASKEP

LEUKEMIA
KELOMPOK 3
Content Outline
• Pengertian Leukemia

• Etiologi/Faktor Risiko Leukemia

• Patofisiologi

• Manifestasi Klinis

• Penatalaksanaan

• Asuhan Keperawatan
PENGERTIAN LEUKEMIA
Leukemia mengacu pada sekelompok
penyakit ganas pada sumsum tulang
dan sistem limfatik. Ada banyak jenis
dan klasifikasi, masing-masing
dengan terapi dan prognosisnya
sendiri. Klasifikasi leukemia limfoid
akut (ALL) bergantung pada
karakteristik sel ganas di sumsum
tulang (Gloria, 2018).
Sifat khas leukimia adalah
proliferasi tidak teratur atau
akumulasi sel darah putih
dalam sumsum tulang,
menggantikan elemen
sumsum tulang normal. Juga
terjadi proliferasi di hati,
limpa, nodus limfa, dan nvasi
organ nonhematologis, seperti
meninges, traktus
gastrointestinal, ginjal, dan
kulit (Hinkle et al, 2021).
Etiologi/Faktor Risiko
Leukemia

Umumnya, pada sebagian


besar penderita leukimia
faktor-faktor penyebabnya
tidak dapat diidentifikasi,
tetapi ada beberapa
faktor yang terbukti dapat
menyebabkan leukemia
Etiologi/Faktor Risiko
Leukemia
Faktor Internal Faktor Lingkungan
Faktor genetik, Jenis Sinar Radioaktif, Virus, Paparan
Kelamin, Riwayat Insektisida Rumah Tangga dan
pemberian ASI Perilaku Merokok Orang Tua
Patofisiologi
Leukemia disebabkan akibat dari adanya mutasi pada DNA
somatik.
Mutasi tersebut disebabkan oleh terjadinya aktivasi
onkogen atau deaktivasi gen tumor supresor dan
terganggunya pengaturan program kematian sel
(apoptosis).
Mutasi tersebut bisa terjadi secara spontan atau karena
pengaruh radiasi atau pemaparan substansi karsinogen dan
erat hubungannya dengan faktor genetik.
Beberapa penderita disebabkan oleh pengaruh radiasi ion,
pemaparan bahan kimia misalnya benzen dan agen
kemoterapi alkyl untuk pengobatan malignan
sebelumnya, karakteristik kelahiran anak, kondisi
reproduktif orang tua, pengaruh kondisi lingkungan, faktor
immunologi tubuh seseorang dan kebiasaan perilaku
yang tidak sehat seperti merokok.
Patofisiologi
Sel leukemia terbentuk di dalam sumsum
tulang sehingga menggantikan sel darah yang
normal sehingga sel darah yang normal
menjadi mati.

Oleh sebab itu, leukemia dapat


menyebabkan anemia

Dengan adanya pergantian sel normal oleh sel


kanker terjadi infiltrasi ekstra medular sehingga
terjadi pembesaran limpa, lifer, nodus limfe dan
tulang sehingga bisa menimbulkan nyeri tulang dan
persendian.

Infiltrasi ekstra medular juga menyebabkan


hepatosplenomegali, serta splenomegali dan
pembesaran kelenjar getah bening
Manifestasi Klinis
Leukemia
Gejala yang paling umum pada tahap
awal leukemia adalah demam
ringan, pucat, kecenderungan memar,
nyeri kaki dan sendi, lesu, sakit perut,
dan pembesaran kelenjar getah
bening.

Gejala-gejala ini dapat berkembang


secara bertahap atau timbul secara
tiba-tiba.
Manifestasi Klinis
Leukemia
Seiring berkembangnya penyakit, hati dan
limpa membesar.
Kulitnya mungkin memiliki warna kuning lemon
yang tidak biasa.
Petechiae dan purpura mungkin merupakan
gejala objektif awal.
Anoreksia, muntah, penurunan berat badan,
dan dispnea juga sering terjadi.
Ginjal dan testis bisa membesar, dan pasien
mungkin mengalami hematuria, anemia, dan
trombositopenia
Penatalaksanaan
Leukemia
Kemoterapi

Radioterapi

Transplantasi Sumsum Tulang

Terapi Suportif
Hasil Penelitian Mutakhir Tentang Intervensi Keperawatan
Pada Anak Dengan Leukemia

Penerapan Terapi Musik Pada Anak Dengan


Leukemia

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ellen Putri Liliarmita


Khasanah dan Irma Mustika Sari, Maryatun dan Lin
Marhamah Azizah dari Universitas ‘Aisyiyah Surakarta, yang
dilakukan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta di Ruang Flamboyan
9, yang kemudian di publikasikan tanggal 16 Agustus 2023,
dapat disimpulkan bahwa penerapan terapi musik pada
anak-anak dengan leukemia dapat mempengaruhi
penurunan hemodinamik (Putri et al, 2023).
Setelah dilakukan terapi musik selama 1 hari, tekanan darah
dan frekuensi nadi anak-anak tersebut menurun menjadi
dalam batas normal. Hal ini menunjukkan bahwa terapi
musik dapat digunakan sebagai terapi komplementer untuk
meningkatkan respon psikologis dan menurunkan kecemasan
pada pasien leukemia
Penerapan Terapi Storytelling Terhadap
Kecemasan Pada Anak Dengan Leukemia

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur Sita Dwi Jayanti dari
Universitas ‘Aisyiyah Surakarta, yang dilakukan di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta di Ruang Flamboyan 9, yang kemudian di
publikasikan tanggal 31 Juli 2023, dapat disimpulkan bahwa
terapi bercerita dapat efektif mengurangi tingkat kecemasan
pada anak-anak dengan leukemia
Terapi ini membantu menciptakan perasaan lega dan
relaksasi, serta memicu pelepasan endorfin yang mengurangi
rasa sakit. Penelitian telah menunjukkan bahwa terapi
bercerita dengan media audiovisual efektif dalam
mengurangi tingkat kecemasan pada pasien leukemia.
Terapi ini diterapkan sekali sehari selama tiga sesi, yang
mengakibatkan penurunan tingkat kecemasan dari sedang
menjadi ringan (Jayanti et al,
2023).
Pengaruh Sleep Hygiene Terhadap Peningkatan Kualitas
Tidur Anak Kanker Leukemia Limfoblastik Akut Post
Kemoterapi

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Astri Kinanti


Pangestuti, Sri Hartini M.A., dan Anis Ardiyanti, dari
STIKES Telogorejo Semarang, yang dilakukan
di RSUP Dr. Kariadi Semarang, dapat
disimpulkan bahwa Sleep hygiene memiliki
pengaruh signifikan dalam meningkatkan
kualitas tidur pada anak- anak dengan kanker
Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) setelah
menjalani kemoterapi. Implementasi rutinitas
sleep hygiene dan pengisian jurnal tidur
membantu meningkatkan kualitas tidur pada
anak-anak ini (Pangesti et al, 2022)
Studi ini merekomendasikan agar para
profesional
kesehatan menerapkan intervensi sleep hygiene
untuk anak-anak pasien kanker dan
mengedukasi mereka tentang pentingnya
kualitas tidur yang baik.

Penelitian selanjutnya dapat mengeksplorasi efek


sleep hygiene pada kualitas tidur anak-anak
dengan jenis kanker lainnya dan menganalisis
dampak pengisian jurnal tidur terhadap
peningkatan tidur.

Studi ini juga merekomendasikan pengembangan


kuesioner yang disesuaikan untuk anak-anak
usia prasekolah (Pangesti et al, 2022).
Asuhan Keperawatan
Leukemia
Bayi P usia 7 dibawa ke RS dengan keluhan pucat
disertai dengan benjolan di leher dan perut yang
mengeras yang disertai demam naik turun
selama
2 hari.
Sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit bayi
mengalami diare dan muntah yang berulang
lalu, penurunan berat badan drastis, rewel.
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit
kanker, maupun keluhan serupa.
Riwayat imunisasi lengkap.
Riwayat nutrisi tidak diberikan ASI eksklusif.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran
kompos mentis, suhu 37,2oC, nadi 150x/ menit,
napas 50x/menit, status gizi baik dengan
perawakan normal.
Konjungtiva anemis (+/+), wajah tampak pucat,
terdapat perbesaran kelenjar getah bening
parotis dextra dengan konsistensi keras, mobile,
ukuran
2x3 cm.
Pemeriksaan foto thoraks dalam batas normal.
Pemeriksaan abdomen tampak cembung, bising
usus normal, perkusi pekak, dan terdapat
hepatomegali.
Ekstremitas superior dan inferior dalam
batas normal.
Pemeriksaan neurologis didapatkan refleks
fisiologis positif normal, rangsang meningeal
negatif dan genitalia externa dalam batas
normal.
Pemeriksaan laboratorium terjadi hiperleukosit
sebesar 285.000/μL, dan penurunan kadar
hemoglobin yaitu 9,5 g/dL, eritrosit 3,1 juta/μL ,
hematokrit 22 % dan trombosit 30.000 /μL.

Pemeriksaan penunjang lain yang dilakukan


seperti morfologi darah tepikesan leukositosis
dengan anemia normokrom anisopoikilositosis
disertai trombositopenia dan pemeriksaan
Leukemia Phenotyping dengan hasil ALL tipe L1.

Terapi: Infus glukosa 5% dalam 0,225% normal


salin 2-3 liter/m2/hari, sodium bikarbonat ke
dalam cairan parenteral sebanyak 40-60 meq/L,
Paracetamol 3/4 cth/6jam, Ceftazidim
400mg/12 jam, Asam Folat 2 x 1 tablet.
Diagnosa Keperawatan

• Risiko Infeksi

• Hipertermia

• Perfusi Perifer Tidak Efektif

• Diare

• Risiko Defisit Nutrisi


Intervensi Keperawatan
• Risiko Infeksi

Tujuan :
Tingkat infeksi menurun.

Kriteria evaluasi :
• Demam menurun
• Kemerahan menurun
• Periode menggigil menurun
• Kadar sel darah
putih membaik
Intervensi Keperawatan
• Pencegahan Infeksi (I.14539)

Observasi
1)Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
2)Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi
3)Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan ke
pelayanan kesehatan

Terapeutik
1)Berikan suntikan pada pada bayi dibagian paha
anterolateral
2)Dokumentasikan informasi vaksinasi
3)Jadwalkan imunisasi pada interval waktu
yang tepat
Intervensi Keperawatan
• Hipertermia
Tujuan :
Termoregulasi membaik.

Kriteria Hasil :
r ,
I )

1.Tidak menggigil
2.Kulit merah
Suhu tubuh 36-37oC

• --- r-=�----

=- .•. '
� .
..,,_
Intervensi Keperawatan
• Manajemen Hipertermia (I.15506)

Observasi
• Identifkasi penyebab hipertermi (mis. dehidrasi
terpapar lingkungan panas penggunaan
incubator)
• Monitor suhu tubuh
• Monitor kadar elektrolit
• Monitor haluaran urine
• Manajemen Hipertermia (I.15506)

Terapeutik
1)Sediakan lingkungan yang dingin
2)Longgarkan atau lepaskan pakaian
3)Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4)Berikan cairan oral
5)Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)
6)Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
7)Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
8)Batasi oksigen, jika perlu

Edukasi
Anjurkan tirah baring

Kolaborasi
Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
Intervensi Keperawatan
• Perfusi Perifer Tidak Efektif

Tujuan :
Perfusi perifer meningkat

Kriteria Hasil :
1.Kekuatan nadi perifer meningkat
2.Warna kulit pucat menurun
3.Pengisian kapiler membaik
4.Akral membaik
Y/ 5.Turgor kulit membaik
• Perawatan Sirkulasi (I.02079)

Observasi
1)Periksa sirkulasi perifer (mis: nadi perifer, edema, pengisian
kapiler, warna, suhu, ankle-brachial index)
2)Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis: diabetes,
perokok, orang tua, hipertensi, dan kadar kolesterol tinggi)
3)Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada
ekstremitas

Terapeutik
1)Hindari pemasangan infus, atau pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
2)Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
3)Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area
yang cidera
4)Lakukan pencegahan infeksi
5)Lakukan perawatan kaki dan kuku
6)Lakukan hidrasi
• Perawatan Sirkulasi (I.02079)

Edukasi
• Anjurkan mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar
• Anjurkan melakukan perawatan kulit yang
tepat
(mis: melembabkan kulit kering pada kaki)
• sirkulasi (mis: rendah lemak jenuh, minyak ikan
omega 3)
• Informasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan (mis: rasa sakit yang
tidak hilang saat istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa).
II
THANK



YOU
• '

Anda mungkin juga menyukai