Di susun oleh :
TEGUH SEPTIAWAN
233203051
1. Definisi
Muntah atau vomitus merupakan ekspulsi isi lambung yang disemburkan keluar.
Otot lambung memberikan kekuatan untuk menyemburkan isi lambung. Bagian fundus
lambung serta sfingter gastroesofageal mengadakan relaksasi dan kontraksi diafragma erta
otot dinding perut yang kuat meningkatkan tekanan intraabdomen. Keadaan ini yang
dikombinasikan dengan kontraksi annulus pilorik lambung akan memaksa isi lambung
masuk ke dalam esophagus. Kemudian peningkatan tekanan intratorakal menggerakan isi
lambung dari esofagus ke dalam mulut (Kowalak, 2017).
2. Etiologi
Ada beberapa etilogi mual muntah yang terjadi akibat peningkatan kadar hormone
dalam tubuh akibat adanya konsepsi yaitu hormone estrogen dan progesterone dan human
chorionic ghonadotropin (HCG). (Cholifah & Nuriyanah, 2018)
Sinyal dari otak
luka pada kepala, pembengkakan otak (geger otak atau trauma kepala), infeksi (meningitis
atau encephalitis), tumor, atau keseimbangan abnormal dari elektrolit dan air dalam aliran
darah.
Noxious stimulus : bau bau atau suara suara
Kelelahan karena panas, terik matahari yang ekstrem atau dehidrasi
3. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala nausea ada dua yaitu tanda dan gejala mayor minor
a. Tanda dan gejala mayor
Subyektif:
1) Mengeluh mual
2) Merasa ingin muntah
3) Tidak berminat makan
Obyektif:
Tidak tersedia
b. Tanda dan gejala minor
Subyektif:
1) Merasa asam di mulut
2) Sensasi panas / dingin
3) Sering menelan
Obyektif:
1) Saliva meningkat
2) Pucat
3) Diaphoresis
4) Takikardia
4. Patofisiologi
Pada system saraf pusat, terdapat tiga struktur yang dianggap sebagai pusat
koordinasi reflex muntah yaitu chemoreceptor trigger zone (CTZ), pusat muntah, dan
nucleus traktus solitaries. Semua struktur tersebut terletak pada daerah batang otal. Muntah
di kontrol oleh dua buah pusat di dalam medulla oblongata pusat muntah dan zona pemicu
kemoreseptor (chemereceptor trigger zone, CTZ) dengan ini pusat muntah memulai yang
sebenarnya dan pusat ini distimulasi oleh traktus GI dan pusat yang lebih tinggi di dalam
batang otak secara korteks serebri dan CTZ. Berbagai stimulasi atau obat seperti
apomorfin, levodopa, digitalis, toksin bakteri, radiasi, dan kelainan metabolism dapat
mengaktifkan zona tersebut.
Pada daerah pusat muntah tersebut banyak terdapat reseptor-reseptor yang berperan
dalam proses mual dan muntah, dan antiemetik umumnya bekerja menghambat
neurotransmitter pada reseptor tersebut. Impuls efferent melalui saraf kranialis V,VII, IX,
X dan XII menuju ke saluran gastrointestinal dapat menimbulkan mual dan muntah.
5. Pathway
6. Pemeriksaan diagnostic
a. Sel darah merah
Pemeriksaan darah lengkap tentu melibatkan sel darah merah yang berfungsi membawa
oksigen dan nutrisi lain ke seluruh tubuh. Tingkat sel darah merah yang tidak normal,
terlalu banyak adalah pertanda penyakit tertentu misalmya anemia, pendarahan,
kekurangan cairan atau dehidrasi
b. Sel darah putih
Tingkat sel darah putih yang tidak normal kemungkinan adalah gejala terjadinya
infeksi, ganguan system kekebalan tubuh bahkan mungkin kanker darah untuk
memastikan umunya akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui jenis
sel darah putih yang abnormal
c. Hematrokrit
Adanya tingkat hematrokrit yang tinggi menandakan kemungkinan mengalami
dehidrasi sebaliknya jika hematrokrit rendah mungkin mengalami kekurangan darah.
Tingkat hematrokrit yang tidak normal juga bisa menandakan adanya gangguan pada
darah atau sumsum tulang.
7. Penatalaksanaan medis
Terapi non farmakologi :
a. Pasien dengan keluhan sederhana, menghindari makanan tertentu atau moderasi asupan
makanan yang lebih baik
b. Pasien dengan gejala penyakit sistenik sebaiknya mengobati kondisi yang
mendasarinya
c. Antisipasi mual muntah pada pasien terapi kanker dengan memberikan profilaksis
atiemetik
d. Intervensi perilaku dan termasuk relaksasi, biofeedback, self-hyponosis
Terapi farmakologi
Cholifah, S., & Nuriyanah, T. E. (2018). Aromaterapi lemon menurunkan mual muntah pada ibu
hamil Trimester I. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Jurnal.
Kowalak, J. P. (2017). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC
Ningrum, I. P. 2020. Studi dokumentasi nausea pada pasien dengan kanker ovarium stadium IC
post total abdominal husterectomy bilateral salpingo oophorectomy omentektomi post
kemoterapi ke II. Karya tulis ilmiah Akademi Keperawatan YKY Yogyakarta
Adhisty, K., Rizona, F., & Hudiyati, M. (2019). Pengaruh Inhalasi Aromatherapi Citrus Terhadap
Efek Nausea dan Vomitus Pasca Kemoterapi Pasien Kanker Serviks di RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, 6(1), 41-49.