Anda di halaman 1dari 7

A.

Konsep Keperawatan
Proses keperawatan adalah pendekatan penyelesaian masalah yang
sistematik untuk merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan melalui
lima fase yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi
dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Semua data-
data dikumpulkan secara sistematis yang bertujuan menentukan status
kesehatan klien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait
dengan aspek biologis, psikologis, sosial maupun spiritual klien. Tujuan
pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar
klien. Metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah
wawancara atau anamnesis, observasi, dan pemeriksaan fisik serta diagnostik
untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien.
1) Anamnesis
Anamnesis adalah tanya jawab atau komunikasi secara langsung dengan klien
(auto anamnesis) maupun tidak langsung (allo anamnesis) dengan keluarga.
Komunikasi yang digunakan adalah komunikasi terapeutik, yaitu suatu pola
hubungan interpersonal antara klien dan perawat yang bertujuan untuk
menggali informasi mengenai status kesehatan klien dan membantu
menyelesaikan masalah yang terjadi.
2) Observasi
Pada tahap ini dilakukan pengamatan secara umum terhadap perilaku dan
keadaan klien.
3) Identitas
a. Identitas klien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register,
diagnosa medis, tindakan medis
b. Identitas penanggung jawab
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, hubungan dengan klien
4) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian pada riwayat kesehatan sekarang meliputi 2 hal yaitu:
1) Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Keluhan utama saat pasien masuk rumah sakit. Keluhan utama pada
pasien dengan Gerd adalah nyeri ulu hati menyesak ke dada, dada
berdebar saat menyesak muncul, mulutnya terasa asam, mual dan

1
muntah ada sebanyak tiga kali. Setelah muntah tenggorokan terasa
perih.
2) Keluhan saat dikaji
Hal yang pasien katakan saat di kaji adalah nyeri ulu hati menyesak ke
dada, dada berdebar saat menyesak muncul, mulutnya terasa asam,
mual dan muntah ada sebanyak tiga kali.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan sebelumnya yang berhubungan dengan gerd. Pasien
mengatakan pada tahun 2008 memiliki magh tetapi tidak pernah
meminum obat rutin. Pada tahun 2020 pernah dirawat dengan gerd di
RSUD bangkinang. Mengkaji apakah ada riwayat alergi dan dan
mempunyai penyakit sistemik lainnya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit
gerd.
d. Pola aktivitas sehari-hari
1) Pola Nutrisi
Pada klien gerd muncul gejala batuk kronik dan kadang wheezing,
suara serak, pneumonia, fibrosis paru, bronkiektasis, nyeri dada non
kardiak, penurunan berat badan, anemia, hematemesis atau melena,
dan odinofagia (Bestari, 2011).
2) Pola Eliminasi
Frekuensi BAB, warna, bau, konsistensi feses dan keluhan klien yang
berkaitan dengan BAB
3) Istirahat dan Tidur
Waktu tidur, lamanya tidur setiap hari, apakah ada kesulitan dalam
tidur.
4) Pola Personal Hygiene
Membahas mengenai frekuensi mandi, keramas, gosok gigi dan
menggunting kuku.
5) Pola Mobilitas Fisik
Kegiatan dalam mobilisasi, kegiatan diwaktu luang apakah keluhan
yang dirasakan klien menggangu aktivitas klien tersebut.
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum
Pemeriksaan tingkat kesadaran, tanda–tanda vital yaitu tekanan darah,
nadi, RR, dan suhu.
2) Sistem Pernafasan
Terjadi perubahan dan frekuensi pernapasan menjadi lebih cepat akibat
nyeri, penurunan ekspansi paru.
3) Sistem Cardiovaskuler
Ditemukannya adanya perdarahan sampai syok, tanda-tanda kelemahan,
kelelahan yang ditandai dengan pucat, mukosa bibir kering dan pecah-
pecah, tekanan darah dan nadi meningkat.
4) Sistem Pencernaan
Ditemukan perut kembung, penurunan bising usus karena puasa,
penurunan berat badan dan konstipasi.
5) Sistem Perkemihan
Jumlah urin output mungkin sedikit karena kehilangan cairan tubuh saat
operasi atau karena adanya muntah. Biasanya terpasang kateter
6) Sistem Persyarafan
Dikaji dengan tingkat kesadaran menggunakan GCS dan dikaji semua
fungsi saraf kranialis.
7) Sistem Penglihatan
Diperiksa kesimetrisan kedua mata, ada tidaknya sekret atau lesi,
konjungtiva anemis atau an anemis, sklera ikterik atau tidak, refleks
pupil terhadap cahaya, visus (ketajaman penglihatan).
8) Sistem Pendengaran
Amati keadaan telinga, kesimetrisan, ada tidaknya sekret atau lesi, ada
tidaknya nyeri tekan, uji kemampuan pendengaran dengan tes Rinne,
Webber, dan Schwabach.
9) Sistem Muskuloskeletal
Ditemukan kelemahan dan keterbatasan gerak akibat nyeri dan post
operasi.
10) Sistem Integumen
Turgor kulit menurun akibat kurangnya volume cairan, suhu tubuh dapat
meningkat apabila terjadi infeksi.
11) Sistem Endokrin
Riwayat dan gejala-gejala yang berhubungan dengan penyakit endokrin,
periksa ada tidaknya pembesaran tiroid dan kelenjar getah bening.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi lapisan esophagus: lesi
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kebutuhan metabolic yang tinggi, mual muntah, kesulitan mengunyah atau
menelan.
3) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan refluks cairan ke
laring dan tenggorokan, penumpukan mucus di jalan napas.
4) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif:
mual dan muntah, perdarahan, kegagalan mekanisme regulasi.
3. Intervensi Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi lapisan esophagus: lesi
Intervensi :
- Observasi tanda-tanda vital
- Kaji keluhan nyeri: lokasi,karakteristik, durasi, frekuensi, skala nyeri, faktor
pencetus, ekspresi nyeri secara lisan atau pada wajah, posisi tubuh
melindungi bagian yang nyeri, ketegangan otot, gelisah.
- Ajarkan dan anjurkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi: tarik nafas
dalam, teknik distraksi/ pengalihan (menonton TV, radio, aktivitas membaca
novel).
- Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien: ubah posisi, kompres
hangat/dingin, masage ringan, suhu ruangan, cahaya, cegah kebisingan
sesuai kebutuhan.
- Anjurkan keluarga untuk menemani dan memberi support pada pasien.
- Kolaborasi medis untuk pemberian terapi analgetik, sedative sesuai program.

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kebutuhan metabolic yang tinggi, mual muntah, kesulitan mengunyah atau
menelan
Intervensi:
- Kaji kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
- Kaji apakah ada masalah mual muntah dan ketidakmampuan menelan
makanan.
- Pantau kandungan nutrisi dan kalori dalam catatan asupan makanan
- Timbang BB pasien
- Lakukan pemasangan NGT bila perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan nutrisi yang
adekuat bagi pasien.
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antiemetic bila pasien mual
muntah.
- Kolaborasi dalam pemberian makanan via NGT atau parenteral sesuai
kebutuhan pasien

3) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan refluks cairan ke


laring dan tenggorokan, penumpukan mucus di jalan napas.
- Kaji produksi secret (jumlah, kekentalan, warna) dan respon batuk
- Observasi tanda-tanda vital terutama pernafasan, suara nafas tambahan
(ronchi, wheezing, rales/crackles,friction rub, stridor).
- Anjurkan cukup minum (air hangat) untuk membantu mengencerkan secret
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk fisioterapi dada seperti postural
deainage, clapong/perkusi, vibrating).
- Lakukan suction bila perlu
- Lakukan kolaborasi medis untuk obat bronkodilator, mukolitik, ekspektoran,
nebulizer oksigen sesuai program

4) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif:


mual dan muntah, perdarahan, kegagalan mekanisme regulasi
- Kaji jumlah, frekuensi, warna kehilangan cairan (diare, drainase, luka,
perdarahan, diaphoresis.
- Monitor tanda-tanda vital
- Kaji adanya tanda-tanda kekurangan cairan.
- Monitor intake output dan balance cairan
- Beri atau anjurkan pasien minum banyak sesuai kebutuhan cairan pasien
jika tidak ada batasan cairan.
- Kolaborasi dalam pemeriksaan lab dan pantau hasil lab yang relevan dengan
keseimbangan cairan seperti kadar hematokrit, BUN, albumin, protein total,
osmolaritas serum.
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan melalui intravena atau
pemberian produk darah untuk tranfusi.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah
kategori dari prilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan
keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi
dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya Evaluasi formatif : dilakukan setiap kali selesai melakukan
tindakan, mengevaluasi proses keperawatan yang telah dilakukan, dan biasanya
berupa catatan perkembangan.
Evaluasi sumatif : menggunakan rekapan terakhir secara paripurna,
menggunakan catatan naratif, dan pada saat pasien pulang atau pindah
B. Discharge Planning
1. Perawat memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang potensi
terjadinya sindrom setelah kolesitektomi. Berikan instruksi ke klien atau
keluarga tentang perawatan lanjutan, tanda-tanda kekurangan gizi, infeksi, rawat
jalan dan jadwal kontrol selanjutnya.
2. Ajarkan klien tentang manajemen nyeri, terapi diet, perawatan luka insisi,
pembatasan aktivitas dan perawatan kesehatan tingkat lanjut.
3. Ingatkan pasien untuk meminum obat harian yang diperlukan untuk proses
penyembuhan luka.
4. Ajarkan klien tentang cara perawatan diri di rumah dan semua hal yang
diperlukan untuk perawatan di rumah.
7

Anda mungkin juga menyukai