Anda di halaman 1dari 22

asuhan keperawatan alergi

ASUHAN KEPERAWATAN PENGKAJIAN Pengkajian (data subjektif dan data objektif) Data dasar, meliputi : Identitas pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnose medis, sumber biaya, dan sumber informasi) b. Identitas penanggung jawab (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasien) 1.2. Riwayat keperawatan, meliputi : a. Riwayat kesehatan sekarang Mengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi: a) Alasan masuk rumah sakit : Pasien mengeluh nyeri perut, sesak nafas, demam, bibirnya bengkak, timbul kemerahan pada kulit, mual muntah, dan terasa gatal. b) Keluhan utama 1. Pasien mengeluh sesak nafas 2. Pasien mengeluh bibirnya bengkak 3. Pasien mengaku tidak ada nafsu makan, mual dan muntah 4. Pasien mengeluh nyeri di bagian perut 5. Pasien mengeluh gatal- gatal dan timbul kemerahan di sekujur tubuhnya 6. Pasien mengeluh diare 7. Pasien mengeluh demam c) Kronologis keluhan Pasien mengeluh nyeri perut, sesak nafas, demam, bibirnya bengkak, timbul kemerahan pada kulit, mual muntah dan terasa gatal tertahankan lagi sehingga pasien dibawa ke rumah sakit. b. Riwayat kesehatan masa lalu Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini di derita. Misalnya, sebelumnya pasien mengatakan pernah mengalami nyeri perut, sesak nafas, demam, bibirnya bengkak, timbul kemerahan pada kulit, mual muntah, dan terasa gatal dan pernah menjalani perawatan di RS atau pengobatan tertentu. c. Riwayat kesehatan keluarga Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/ tidak yang mengalami penyakit yang sama d. Riwayat Psikososial dan spiritual Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak penyakit pasien terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi pasien, mekanisme koping terhadap stress, persepsi pasien terhadap penyakitnya, tugas perkembangan menurut usia saat ini, dan system nilai kepercayaan. a) Dikaji berdasarkan 14 kebutuhan dasar menurut Virginia Handerson, yaitu : 1. Bernafas Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau batuk, serta ukur respirasi rate. 2. Makan Dikaji apakah klien menghabiskan persi makan yang telah disediakan RS, apakah pasien mengalami mual atau muntah ataupun kedua-duanya. 3. Minum A. 1. 1.1. a.

Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah ada perubahan (lebih banyak minum atau lebih sedikit dari biasanya) 4. Eliminasi (BAB/ BAK) Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar. 5. Gerak dan aktifitas Dikaji apakah pasien mengalami gangguan /keluhan dalam melakukan aktivitasnya saat menderita suatu penyakit (dalam hal ini adalah setelah didiagnosa mengalami alergi) atau saat menjalani perawatan di RS. 6. Rasa nyaman Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala penyakitnya, misalnya pasien merasa nyeri di perut bagian kanan atas (dikaji dengan PQRST : faktor penyebabnya, kualitas/kuantitasnya, lokasi, lamanya dan skala nyeri) 7. Kebersihan diri Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS 8. Rasa aman Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat ditemani keluarganya selama di RS 9. Social dan komunikasi Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS dan lingkungan sekitar (termasuk terhadap pasien lainnya) 10. Pengetahuan Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya yang diderita saat ini dan terapi yang akan diberikan untuk kesembuhannya 11. Rekreasi Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia senangi 12. Spiritual Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien menerima penyakitnya adalah karena murni oleh penyakit medis ataupun sebaliknya 1.3. Pemeriksaan fisik 1.3.1. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum Tingkat kesadaran GCS b. Tanda-tanda vital c. Keadaan fisik d. Kepala dan leher e. Dada f. Payudara dan ketiak g. Abdomen h. Genitalia i. Integument j. Ekstremitas k. Pemeriksaan neurologis 1.4. Pemeriksaan penunjang 1.4.1. Uji kulit : sebagai pemeriksaan penyaring (misalnya dengan allergen hirup tungau, kapuk, debu rumah, bulu kucing, tepung sari rumput, atau allergen makanan seperti susu, telur, kacang, ikan) 1.4.2. Darah tepi : bila eosinofilia 5% atau 500/ml condong pada alergi. Hitung leukosit 5000/ml disertai neutropenia 3% sering ditemukan pada alergi makanan

1.4.3. IgE total dan spesifik : harga normal IgE total adalah 1000u/l sampai umur 20 tahun. Kadar IgE lebih dari 30u/ml pada umumnya menunjukkan bahwa penderita adalah atopi, atau mengalami infeksi parasit atau keadaan depresi imun seluler 1.4.4. Tes intradermal nilainya terbatas, berbahaya 1.4.5. Tes hemaglutinin dan antibodi presipitat tidak sensitive 1.4.6. Biopsi usus : sekunder dan sesudah dirangsang dengan makanan food chalenge didapatkan inflamasi / atrofi mukosa usus, peningkatan limfosit intraepitelial dan IgM. IgE ( dengan mikroskop imunofluoresen ) 1.4.7. Pemeriksaan/ tes D Xylose, proktosigmoidoskopi dan biopsi usus. 1.4.8. Diit coba buta ganda ( Double blind food chalenge ) untuk diagnosa pasti 1.5. Analisa data 1.5.1. Data subjektif a. Sesak nafas b. Mual, muntah c. Meringis, gelisah d. Terdapat nyeri pada bagian perut e. Gatal- gatal f. Batuk 1.5.2. Data objektif a. Penggunaan O2 b. Adanya kemerahan pada kulit c. Terlihat pucat d. Pembengkakan pada bibir e. Demam (suhu tubuh diatas 37,5oC ) B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Analisa data No Symptom Etiologi Problem 1 2. Rumusan diagnose a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan terpajan allergen b. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan infalamasi dermal,intrademal sekunder d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih e. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi ( allergen,ex: makanan)

C. RENCANA KEPERAWATAN Tgl/jam Diagnose Tujuan/kriteria kep. hasil Pola nafas Setelah diberikan 1. tidak asuhan efektif keperawatan selama x 15 menit. Diharapkan pasien menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman

Rencana tindakan Kaji frekuensi, 1. kedalaman pernafasan dan ekspansi paru. Catat upaya pernafasan, termasuk penggunaan otot bantu/ pelebaran masal.

Rasional Kecepatan biasanya meningkat. Dispenea dan terjadi peningkatan kerja nafas. Kedalaman pernafasan berfariasi

1.

2. 3.

4.

rentang normal. 2. kriteria hasil : Frekuensi pernafasan pasien nolmal (16-20 kali/ menit) Pasien tidak merasa sesak Pasien tidak 3. tampak memakai alat bantu pernafasan Tidak terdapat tanda-tanda sianosis

Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas adventisius seperti krekels, mengi, gesekan pleura. Tinggi kepala dan bantu mengubah 2. posisi. Bangunkan pasien turun dari tempat tidur dan ambulansi sesegera mungkin. 4. Observasi pola batuk dan karakter secret. 5. Berikan oksigen tambahan. 6. Berikan humidifikasi tambahan, mis: nebulizer 3. ultrasonic.

tergantung derajat gagal nafas. Ekspansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis atau nyeri dada pleuritik. bunyi napas menurun/ tak ada bila jalan napas obstruksi sekunder terhadap pendarahan, bekuan/ kolaps jalan napas kecil (atelektasis). Ronci dan mengi menyertai obstruksi jalan napas/ kegagalan pernapasan. duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernapasan. Pengubahan posisi dan ambulansi meningkatkan pengisian udara segmen paru berbeda sehingga memperbaiki difusi gas. 4. kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering atau iritasi. Sputum berdarah dapat diakibatkan oleh

5.

6.

Hipertermi

setelah diberikan 1. askep selama .x24 jam diharapkan suhu 2. tubuh pasien menurun kriteria hasil : 1. suhu tubuh pasien kembali normal (36,5 oC -37,5 oC)3. 2. Bibir pasien tidak bengkak lagi

Pantau suhu 1. pasien ( derajat dan pola Pantau suhu lingkungan, batasi atau 2. tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi Berikan kompres mandi hangat; hindari penggunaan 3. alcohol

Kerusakan integritas kulit

setelah diberikan 1. askep selama .x24 jam diharapkan pasien tidak akan mengalami 2. kerusakan integritas kulit lebih parah kriteria hasil : 1. Tidak terdapat kemerahan,bentolbentol dan odema 2. Tidak terdapat tanda-tanda urtikaria,pruritus dan angioderma

Lihat kulit, 1. adanya edema, area sirkulasinya terganggu atau 2. pigmentasi Hindari obat intramaskular

kerusakan jaringan atau antikoagulan berlebihan. memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas. memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran secret untuk memudahkan pembersihan Suhu 38,941,1C menunjukkan proses penyakit infeksius akut Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahanka n mendekati normal Dapat membantu mengurangi demam Kulit berisiko karena gangguan sirkulasi perifer Edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorpsi obat dan predisposisi untuk kerusakan kulit

3. Kerusakan
Kekuranga n volume cairan integritas kulit berkurang setelah diberikan 1. askep selama .x24 jam diharapkan kekurangan volume cairan pada pasien dapat teratasi kriteria hasil : 2. Pasien tidak mengalami diare lagi Pasien tidak mengalami mual 3. dan muntah Tidak terdapat tanda-tanda 4. dehidrasi Turgor kulit kembali normal Ukur dan pantau 1. TTV, contoh peningakatan suhu/ demam memanjang, takikardia, hipotensi ortostatik Kaji turgor kulit, kelembaban membrane mukosa (bibir, lidah) Monitor intake dan output cairan Beri obat sesuai2. indikasi misalnya antipiretik, antiemetic 5. Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan peningkatan suhu atau memanjangnya demam meningkatkan laju metabolic dan kehilangan cairan melalui evaporasi. TD ortostatik berubah dan peningkatan takikardia menunjukkan kekurangan cairan sistemik indicator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membrane mukosa mulut mungkin kering karena napas mulut dan oksigen mengetahui keseimbangan cairan berguna menurunkan kehilangan cairan pada adanya penurunan masukan/ banyak kehilangan, penggunaan parenteral dapat memperbaiki atau mencegah kekurangan untuk mengetahui kondisi umum

1.

2.

3.

4.

3.

4.

5.

Nyeri akut

Setelah dilakukan1. Ukur TTV 1. tindakan 2. Kaji tingkat keperawatan nyeri (PQRST)

1.

2. 3. 4.

a.

b.

selama x 24 jam 3. diharapkan nyeri pasien teratasi kriteria hasil : Pasien 4. menyatakan dan menunjukkan nyerinya hilang 5. Wajah tidak meringis Skala nyeri 0 6. Hasil pengukuran TTV dalam batas normal, TTV normal yaitu : Tekanan darah : 140-90/90-60 mmHg 7. Nadi : 60-100 kali/menit Pernapasan : 16-20 kali/menit

c.

Berikan posisi yang nyaman 2. sesuai dengan kebutuhan Ciptakan suasana yang 3. tenang Bantu pasien melakukan 4. teknik relaksasi Observasi gejala-gejala 5. yang berhubungan, seperti dyspnea, mual muntah, palpitasi, keinginan berkemih Kolaborasi dengan dokter 6. dalam pemberian analgesik

d. Suhu : Oral (36,137,50C), Rektal (36,7-38,10C), Axilla (35,536,40C)

pasien Untuk mengetahui faktor pencetus nyeri memberikan rasa nyaman kepada pasien membantu pasien lebih relaks membantu dalam penurunan persepsi/respon nyeri. Memberikan kontrol situasi meningkatkan perilaku positif tanda-tanda tersebut menunjukkan gejala nyeri yang dialami pasien 7. Analgesik dapat meredakan nyeri yang dirasakan oleh pasien

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Tgl/jam No. dx. Kep. Tindakan keperawatan E. EVALUASI Nama : .. Umur : ... Hari/tgl/jam No. Dx. Kep. 1.

Respon pasien/ hasil

Paraf

No Regristasi No Kamar : Catatan perkembangan/ evaluasi S : pasien mengeluh tidak sesak lagi O : pasien bernafas normal (16-24 x/menit),tidak terdapat tanda-tanda sianosis,pasien tidak mengalami gangguan

2.

3.

4.

5.

pola nafas,pasien tidak tampak menggunakan alat bantu pernapasan A : tujuan tercapai P : Pertahankan kondisi pasien S : Pasien mengatakan kulitnya sudah tidak merah-merah lagi O : kerusakan integritas kulit pada pasien berkurang,tanda-tanda angioderma,pruritus dan urtikaria sudah mulai berkurang,kulit pasien tidak terdapat kemerahan A : Tujuan tercapai P : Pertahankan kondisi pasien S : Pasien mengatakan kulitnya sudah tidak merah-merah lagi O : kerusakan integritas kulit pada pasien berkurang,tanda-tanda angioderma,pruritus dan urtikaria sudah mulai berkurang,kulit pasien tidak terdapat kemerahan A : tujuan tercapai sebagian P : lanjutkan intervensi ( no 1 dan 2) S : pasien mengatakan tidak merasa mual,muntah dan mencret lagi O : intake & output pasien seimbang,TTV dalam batas normal(TD : 120/80140/90,Suhu aksila: 36,5 oC 37,5 oC,Frekuensi pernapasan : 16-24 x / menit,Nadi: 60-100x/menit),tidak terdapat tanda-tanda sianosis,turgor kulit kembali normal A : tujuan tercapai P : Pertahankan kondisi pasien S : pasien mengatakan nyerinya sudah berkurang O : wajah pasien tampak tenang dan tidak meringis A : tujuan tercapai P : Pertahankan kondisi pasien

askep alergi
ASUHAN KEPERAWATAN A.Pengkajian Untuk menetapkan bahan alergen penyebab dermatitis kontak alergik diperlukan anamnesis yang teliti, riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisik dan uji tempel. Anamnesis ditujukan selain untuk menegakkan diagnosis juga untuk mencari kausanya. Karena hal ini penting dalam menentukan terapi dan tindak lanjutnya, yaitu mencegah kekambuhan. Diperlukan kesabaran, ketelitian, pengertian dan kerjasama yang baik dengan pasien. Pada anamnesis perlu juga ditanyakan riwayat atopi, perjalanan penyakit, pekerjaan, hobi, riwayat kontaktan dan pengobatan yang pernah diberikan oleh dokter maupun dilakukan sendiri, obyek personal meliputi pertanyaan tentang pakaian baru, sepatu lama, kosmetika, kaca mata, dan jam tangan serta kondisi lain yaitu riwayat medis umum dan mungkin faktor psikologik. Pemeriksaan fisik didapatkan adanya eritema, edema dan papula disusul dengan pembentukan vesikel yang jika pecah akan membentuk dermatitis yang membasah. Lesi pada umumnya timbul pada tempat kontak, tidak berbatas tegas dan dapat meluas ke daerah sekitarnya. Karena beberapa bagian tubuh sangat mudah tersensitisasi dibandingkan bagian tubuh yang lain maka predileksi regional diagnosis regional akan sangat membantu penegakan diagnosis. Kriteria diagnosis dermatitis kontak alergik adalah : 1.Adanya riwayat kontak dengan suatu bahan satu kali tetapi lama, beberapa kali atau satu kali tetapi sebelumnya pernah atau sering kontak dengan bahan serupa. 2.Terdapat tanda-tanda dermatitis terutama pada tempat kontak. 3.Terdapat tanda-tanda dermatitis disekitar tempat kontak dan lain tempat yang serupa dengan tempat kontak tetapi lebih ringan serta timbulnya lebih lambat, yang tumbuhnya setelah pada tempat kontak. 4.Rasa gatal 5.Uji tempel dengan bahan yang dicurigai hasilnya positif. Berbagai jenis kelainan kulit yang harus dipertimbangkan dalam diagnosis banding adalah : 1.Dermatitis atopik : erupsi kulit yang bersifat kronik residif, pada tempat-tempat tertentu seperti lipat siku, lipat lutut dise rtai riwayat atopi pada penderita atau keluarganya. Penderita dermatitis atopik mengalami efek pada sisitem imunitas seluler, dimana sel TH2 akan memsekresi IL-4 yang akan merangsang sel Buntuk memproduksi IgE, dan IL-5 yang merangsang pembentukan eosinofil. Sebaliknya jumlah sel T dalam sirkulasi menurun dan kepekaan terhadap alergen kontak menurun. 2.Dermatitis numularis : merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif dengan lesi berukuran sebesar uang logam dan umumnya berlokasi pada sisi ekstensor ekstremitas. 3.Dermatitis dishidrotik : erupsi bersifat kronik residif, sering dijumpai pada telapak tangan

dan telapak kaki, dengan efloresensi berupa vesikel yang terletak di dalam. 4.Dermatomikosis : infeksi kulit yang disebabkan oleh jamur dengan efloresensi kulit bersifat polimorf, berbatas tegas dengan tepi yang lebih aktif. 5.Dermatitis seboroik : bila dijumpai pada muka dan aksila akan sulit dibedakan. Pada muka terdapat di sekitar alae nasi, alis mata dan di belakang 6.telinga. 7.Liken simplek kronikus : bersifat kronis dan redisif, sering mengalami iritasi atau sensitisasi. Harus dibedakan dengan dermatitis kontak alergik bentuk kronik. B.Diagnosis Keperawatan Diagnosa keperawatan yang umumnya muncul pada klien penderita kelainan kulit seperti dermatitis kontak adalah sebagai berikut : 1.Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit 2.Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen 3.Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus 4.Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus 5.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus. 6.Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan inadekuat informasi C.Intervensi Keperawatan Diagnosa : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit Tujuan : Kulit klien dapat kembali normal. Kriteria hasil : Klien akan mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yang baik dan turunnya peradangan, ditandai dengan mengungkapkan peningkatan kenyamanan kulit, berkurangnya derajat pengelupasan kulit, berkurangnya kemerahan, berkurangnya lecet karena garukan, penyembuhan area kulit yang telah rusak Intervensi: Mandi paling tidak sekali sehari selama 15 20 menit. Segera oleskan salep atau krim yang telah diresepkan setelah mandi. Mandi lebih sering jika tanda dan gejala meningkat. Rasional : dengan mandi air akan meresap dalam saturasi kulit. Pengolesan krim pelembab selama 2 4 menit setelah mandi untuk mencegah penguapan air dari kulit. Gunakan air hangat jangan panas. Rasional : air panas menyebabkan vasodilatasi yang akan meningkatkan pruritus. Gunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulit sensitive. Hindari mandi busa. Rasional : sabun yang mengandung pelembab lebih sedikit kandungan alkalin dan tidak membuat kulit kering, sabun kering dapat meningkatkan keluhan. Oleskan/berikan salep atau krim yang telah diresepkan 2 atau tiga kali per hari. Rasional : salep atau krim akan melembabkan kulit. Diagnosa : Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen Tujuan : Tidak terjadi kerusakan pada kulit klien Kriteria hasil : Klien akan mempertahankan integritas kulit, ditandai dengan menghindari alergen Intervensi

Ajari klien menghindari atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah diketahui. Rasional : menghindari alergen akan menurunkan respon alergi Baca label makanan kaleng agar terhindar dari bahan makan yang mengandung alergen Hindari binatang peliharaan. Rasional : jika alergi terhadap bulu binatang sebaiknya hindari memelihara binatang atau batasi keberadaan binatang di sekitar area rumah Gunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah atau di tempat kerja, bila memungkinkan. Rasional : AC membantu menurunkan paparan terhadap beberapa alergen yang ada di lingkungan. Diagnosa : Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus Tujuan : Rasa nyaman klien terpenuhi Kriteria hasil : Klien menunjukkan berkurangnya pruritus, ditandai dengan berkurangnya lecet akibat garukan, klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal, klien mengungkapkan adanya peningkatan rasa nyaman Intervensi Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan penyebabnya (misal keringnya kulit) dan prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal-garuk. Rasional : dengan mengetahui proses fisiologis dan psikologis dan prinsip gatal serta penangannya akan meningkatkan rasa kooperatif. Cuci semua pakaian sebelum digunakan untuk menghilangkan formaldehid dan bahan kimia lain serta hindari menggunakan pelembut pakaian buatan pabrik. Rasional : pruritus sering disebabkan oleh dampak iritan atau allergen dari bahan kimia atau komponen pelembut pakaian. Gunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk memastikan sudah tidak ada sabun yang tertinggal. Rasional : bahan yang tertinggal (deterjen) pada pencucian pakaian dapat menyebabkan iritas Diagnosa : Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus. Tujuan : Klien bisa beristirahat tanpa adanya pruritus. Kriteria Hasil : 1.Mencapai tidur yang nyenyak. 2.Melaporkan gatal mereda. 3.Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat. 4.Menghindari konsumsi kafein. 5.Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur. 6.Mengenali pola istirahat/tidur yang memuaskan. Intervensi : Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan kelembaban yang baik. Rasional: Udara yang kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan yang nyaman meningkatkan relaksasi. Menjaga agar kulit selalu lembab. Rasional: Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan gatal biasanya tidak dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.

Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur. Rasional: kafein memiliki efek puncak 2-4 jam setelah dikonsumsi. Melaksanakan gerak badan secara teratur. Rasional: memberikan efek menguntungkan bila dilaksanakan di sore hari. Mengerjakan hal ritual menjelang tidur. Rasional: Memudahkan peralihan dari keadaan terjaga ke keadaan tertidur. Diagnosa : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus. Tujuan : Pengembangan peningkatan penerimaan diri pada klien tercapai Kriteria Hasil : 1.Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri. 2.Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri. 3.Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi. 4.Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri. 5.Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat. 6.Tampak tidak meprihatinkan kondisi. 7.Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan menekankan teknik untuk meningkatkan penampilan Intervensi : 1.Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan diri sendiri). Rasional: Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit/keadaan yang tampak nyata bagi klien, kesan orang terhadap dirinya berpengaruh terhadap konsep diri. 2.Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan. Rasional: Terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan reaksi serta pemahaman klien terhadap kondisi kulitnya. 3.Berikan kesempatan pengungkapan perasaan. Rasional: klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami. 4.Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali masalahnya. Rasional: Memberikan kesempatan pada petugas untuk menetralkan kecemasan yang tidak perlu terjadi dan memulihkan realitas situasi, ketakutan merusak adaptasi klien . 5.Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt merias, merapikan. Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi. 6.Mendorong sosialisasi dengan orang lain. Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi. Diagnosa : Kurang pengetahuan tentang program terapi Tujuan : Terapi dapat dipahami dan dijalankan Kriteria Hasil : 1.Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit. 2.Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi. 3.Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program. 4.Menggunakan obat topikal dengan tepat. 5.Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit. Intervensi :

1.Kaji apakah klien memahami dan mengerti tentang penyakitnya. Rasional: memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana penyuluhan 2.Jaga agar klien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki kesalahan konsepsi/informasi. Rasional: Klien harus memiliki perasaan bahwa sesuatu dapat mereka perbuat, kebanyakan klien merasakan manfaat. 3.Peragakan penerapan terapi seperti, mandi dan penggunaan obat-obatan lainnya. Rasional: memungkinkan klien memperoleh cara yang tepat untuk melakukan terapi. 4.Nasihati klien agar selalu menjaga hygiene pribadi juga lingkungan.. Rasional: Dengan terjaganya hygiene, dermatitis alergi sukar untuk kambuh kembali D.Evaluasi Evaluasi yang akan dilakukan yaitu mencakup tentang : 1.Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit. 2.Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi. 3.Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program. 4.Menggunakan obat topikal dengan tepat. 5.Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.

Askep Alergi
ASKEP ALERGI 1. Definisi Alergi adalah perubahan daya reaksi tubuh terhadap suatu zat yang di peroleh pada kontak kemudian sebagai akibat terbentuknya kompleks antigen antibodi 2. Etiologi a. Makanan yang banyak mengandung zat toksik. b. Obat c. Debu d. Mikroorganisme, bakteri e. Cuaca

3. Patofisiologis

stimulasi sel-sel masuk oleh antigen (obat, makanan, cuaca,kosmetik,debu,vaksin)

pengeluaran mediator kimia

(histamin, leukosit, sitokinin, brakikardi, prostatglandin)

hipersensitif anasilatik hipersensitif sitotoksik kompleks imun hipersensitif tipe lambat

hipersensitif

(tipe I) (tipe IV)

(tipe II)

(tipe III)

penyakit atopik reaksi tranfusi sindrom good anemia sejumlah adanya amina gatal lesi yang menonjol eritema

terjadi pada

darah yang pasture hemolik umum komplek imun yang vasoditif

kompersibel beredar

respiratorik paru

gastrointes dermatitis

kerusakan parug3

ganguan citra tubuh

final ginjal

atopik

dan gagal pola

istirahat

- asma - meningkatkan

anoreksia

destruksi sel

merah - edema saluran cedera jaringan

- bronkospasme permeabilitas vaskuler -

darah

nafas Hb - dispneu - distalgia

trombosi menurun

menurunkan kadar

O2

serum sickness

ganguan SLE artritis rematoid pola nutrisi

trombositopenia

menurunkan ikatan

gangguan anemia pola nafas nyeri nyeri

ikteri

spenomegali

intoleransi aktivitas

4. Pengkajian Keperawatan a. Biodata b. Keluhan utama c. Riwayat kesehatan klien d. Pola aktifitas atau istirahat e. Pola makan dan minum f. Pola higiene

g. Pemeriksaan fisik kulit, seluruh kulit harus diperhatikan apakah ada peradangan kronik, bekas garukan terutama daerah pipi dan lipatan kulit daerah fleksor. Mata, diperiksa terhadap hiperemia, edema, sekret mata yang berlebihan dan katarak yang sering dihubungkan dengan penyakit atropi. Telinga, telinga tengah dapat merupakan penyulit rinitis alergi. Hidung, beberapa tanda yang sudah baku misal: salute, allergic crease, allergic shiners, allergic facies. Mulut dan orofaring pada rinitis alergik, sering terlihat mukosa orofaring kemerahan, edema. Palatum yang cekung kedalam, dagu yang kecil serta tulang maksila yang menonjol kadangkadang disebabkan alergi kronik. Dada, diperiksa secara infeksi, palpasi, perkusi, auskultasi. Pada waktu serangan asma kelainan dapat berupa hiperinflasi, penggunaan otot bantu pernafasan. Periksa tanda-tanda vital terutama tekanan darah. 5. Pemeriksaan Diagnostik. a. Pemeriksaan pada jumlah leukosit dan hitung jenis sel. b. Pemeriksaan sel eosinofil pada sekret konjungtiva, hidung, sputum. c. Pemeriksaan serum Ig E total dan Ig G spesifik.

Pemeriksaan dilakukan dengan a. Tes kulit. Untuk menentukan antibodi Ig E spesifik dalam kulit pasien. Tes tusuk (Prick Test) Hasil tes negatif apabila tidak ada bentol atau eritema atau hasil tes sama dengan kontrol Hasil tes positif apabila terjadi bentul atau eritema Positif 1 : bila didapatkan tidak ada bentul dan diameter eritema < 20 mm. Positif 2 : bila didapatkan tidak ada bentul dan diameter eritema > 20 mm. Positif 3 : bila didapatkan bentul dan eritema. Positif 4 : bila didapatkan dengan psudopodia.

Tes tempel (Patch Test) Tes negatif bila tidak ada reaksi terhadap zat yang ditempati yang menunjukkan alergi. Hasil tes positif Positif 1 : bila ada eritema. Positif 2 : bila ada eritema dan papula. Positif 3 : bila ada eritema, papula dan vesikuler.

b. Tes provokasi tes hidung Hasil tes positif bila dalam beberapa menit timbul bnersin-bersin, pilek, hidung tersumbat, kadang-kadang batuk, pada mukosa hidung tampak bengkak. Tes provokasi bronkial Tes yang sering dipakai adalah tes kegiatan jasmani, tes inhalasi antigen, tes inhalasi metakolin, tes inhalasi histamin. c. Foto thorax Untuk melihat komplikasi asma dan sinus paranasal untuk mengetahui komplikasi rinitis. d. Spirometri Untuk menentukan obstruksi saluran nafas baik beratnya maupun reversibilitas. e. Pemeriksaan tinja Untuk melihat cacing dan telurnya pada kasus ursikaria. 6. Diagnosa Keperawatan a. ketidak efektifan pola nafas b/d obstruksi bronkial.

b. Gangguan konsep diri, gambaran diri b/d adanya lesi yang menonjol. c. Gangguan pola istirahat b/d gatal-gatal. d. Intoleransi aktivitas b/d nyeri. 7. Intervensi Keperawatan. a. Dx : ketidakefektifan pola pernafasan bd obstruksi bronkial. Tujuan : setelah dilakukan intervensi maka pasien mampu mempertahankan pola pernafasan efektif. Kriteria hasil : - pasien tidak mengalami sesak nafas. - bebas dari tanda dan gejala sesak nafas. Mandiri Intervensi Mengidentifikasi faktor pencetus Awasi kesesuaian pola nafas Rasional Tepat dalam memilih tindakan terapeutik Kesulitan nafas dan peningkatan jalan nafas dapat

Auskultasi bunyi nafas, tandai tekanan daerah paru adanya adventisius, misal: krekels, mengi, komplikasi ronchi

bunyi memperburuk

kondisi

terjadinya

Berikan periode istirahat yang cukup dientara waktu

Memperkirakan

adanya

aktivitas perkembangan komplikasi / infeksi pernafasan

perawatan

Pertahankan perilaku tenang, bantu Menurunkan konsumsi O2. pasien kontrol diri dengan nafas lambat atau dalam Ajarkan cara batuk efektif Membantu pasien mengalami efek fisiologis hipoksia yang dapat di menifestasikan sebagai rasa takut Membantu mengeluarkan sputum

Kolaborasi Intervensi Berikan tambahan O2 melalui cara Rasional Mempertahankan ventilasi /

yang sesuai lewat masker, kanul Berikan obat-obatan sesuai indikasi seperti bronkodilator, ekspektoran

oksigenasi efektif untuk mencegah / memperbaikai krisis pernafasan Mungkin diperlukan untuk

meningkatkan / mempertahankan jalan nafas

b. Dx : gangguan konsep diri, gambaran diri b/d adanya lesi Tujuan : setelah dilakukan intervensi maka pasien dapat meningkatkan integritas diri Kriteria hasil : - mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam menghadapi penyakit - perubahan gaya hidup Intervensi Berikan kesempatan Berikan Rasional kesempatan untuk

mengungkapkan masalah tentang mengidentifikasi rasa takut atau proses depan. Diskusikan persepsi pasien penyakit, harapan masa kesalahan konsep dan

menghadapinya secara langsung Isyarat verbal atau non verbal

mengenai bagaimana orang terdekat oranmg terdekat dapat mempunyai menerima keterbatasan Dukung pasien untuk keadaan atau pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri Ungkapam perasaan pasien dapat mengurangi perasaam cemas

mengungkapkan aktualisasi dirinya

c. Dx : ganguan pola istirahat b/d gatal-gatal Tujuan : setelah dilakukan intervensi maka pasien mampu untuk mentoleransi Kriteria hasil : - pasien melaporkan dapat beristirahat dengan cukup - mengurangi atau menghilangkan rasa gatal

Intervensi Berikan bedak pada area yang gatal Beritahu pasien untuk

Rasional Mengurangi pelebaran area yang

tidak gatal Mencegah terjadinya luka akibat

menggaruk area yang gatal

Beritahu pasien untuk menghindari garukan makanan yang dapat menimbulkan Makanan dapat memperparah gatal

alergi Kolaborasi dengan tim medis dalam Untuk lebih mempermudah dalam pemberian obat proses pengobatan

d. Dx : intolerasi aktivitas b/d nyeri Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien maka diharapkan beradaptasi dengan nyeri Kriteria hasil : - perasaan nyeri berkurang - pasien mampu melakukan aktivitas secara mandiri Mandiri Intervensi Rasional Kaji derajat nyeri melalui isyarat Tindakan dan reaksi nyeri adalah verbal maupun non verbal individual pengalaman Dengan nafas panjang otot menjadi Ajarkan teknik relaksasi kendur atau rileks sehingga nyari berkurang Dengan teknik distraksi bisa dan berdasarkan

Ajarkan teknik distraksi dengan mengalihkan perhatian klien dari masase rasa nyeri

Kolaborasi Intervensi Berikan analgesik dan obat-obatan lain sesuai indikasi Obat-obat Rasional analgesik dapat

mengurangi rasa nyeri

Anda mungkin juga menyukai