Anda di halaman 1dari 30

DEMAM

TYPOID
Kelompok 3
GRACIA ANGELICA NATALIE 2020081024185
JULIET YOHANA BURDAM 2020081024145
NUNSASKIA DINDA AYUNI 2020081024143
NATANAEL OSCAR RUMBINO 2020081024139
VERONIKA TAKEGE 2020081024157
Definisi
Demam Tifoid (entric fever) adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella
Enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Thypii, parathypii A, B, C pada saluran
pencernaan. (Suratum, 2010)
Pertimbangkan demam tifoid pada anak yang demam dengan dan memiliki salah satu
tanda seperti diare (konstipasi), muntah, nyeri perut, dan sakit kepala (batuk). Hal ini
terutama bila demam telah berlangsung selama 7 hari atau lebih dan penyakit lain
sudah disisihkan (WHO,2005).
Anatomi dan Fisiologi
Saluran Pencernaan
Saluran pencernaan merupakan saluran yang
menerima makanan dari luar dan
mempersiapkan untuk diserap oleh tubuh
melalui proses pencernaan (pengunyahan,
penelanan dan pencampuran) dengan enzim
dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut
sampai anus (Syafuddin, 2006 : 167). Alat-alat
pencernaan terdiri dari saluran pencernaan dan
kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan
memanjang mulai dari mulut hingga anus yang
meliputi.
Etiologi
Kuman penyebab penyakit ini adalah kuman
salmonella thyposa, yang dapat menular
dengan mudah melalui 5 F yaitu :

food ( makanan )

fingers ( jari tangan/kuku )

fomitus ( muntah )

fly ( lalat )

Feses ( kotoran )
Patofisiologi
Gambar Siklus Patofisiologi
Manifestasi
klinis

Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih


ringan jika dibandingkan dengan penderita dewasa.
Selama masa inkubasi, mungkin ditemukan gejala
prodomal, yaitu perasaan tidak enak badan, nyeri
kepala, lesu, pusing, dan tidak bersemangat.

secara garis besar gejala-gejala yang timbul dapat


dikelompokan :

1. Demam berlangsung 3 minggu

2. Gangguan saluran pencernaan

3. Gangguan kesadaran
Pathway
Komplikasi
Sistem Pencernaan

1) Perdarahan usus

2) Perforasi usus

3) Peritonitis

Dampak Terhadap Sistem Tubuh Lain Yaitu Pada Sistem :

• Sistem Persyarafan Sistem Kardiovaskuler

• Sistem Pernafasan Sistem Muskuloskeletal

• Sistem Perkemihan Sistem Integumen


Pemeriksaan Diagnostik
1. Tubex TF, spesifik mendeteksi Ig M antibody S thypiii 09 LPS antigen Sthypii dan
salmonella sero group D bakteri

2. Uji Widal : untuk mendeteksi adanya bakteri Salmonella Thypi

3. Pemeriksaan darah tepi : untuk melihat tingkat leukosit dalam darah, adanya
leukopenia, dll.

4. Pemeriksaan urin : untuk melihat adanya bakteri Salmonella Thypi dan leukosit

5. Pemeriksaan feses : untuk melihat adanya lendir dan darah yang dicurigai akan
bahaya perdarahan usus dan perforasi

6. Pemeriksaan sumsum tulang : untuk mendeteksi adanya makrofag

7. Serologis : untuk mengevaluasi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi


(aglutinin)

8. Radiologi : untuk mengetahui adanya komplikasi dari Demam Thypoid

9. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

10.SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali
normal setelah sembuhnya typhoid.
Penatalaksanaan

Perawatan
Terapi a.Bedrest kurang lebih 14 hari :
Therapi modalitas 1
mencegah komplikasi perdarahan
usus
2 b.Mobilisasi sesuai dengan kondisi
Diet c.Posisi tubuh harus diubah setiap 2
penderita diberi makan diet 3 jam sekali untuk mencegah decubitus
yang terdiri dari bubur saring

Obat-obatan
4 Obat pilihan adalah kloramfenikol
Faktor- factor yang mempengaruhi peningkatan kesembuhan pasien demam tyopoid
dalam perawatan dan pengobatan

1.Kepatuhan pasien dalam pengobatan

2.Status gizi pada pasien demam tifoid

3.Dukungan keluarga dalam perawatan dan pengobatan pasien


typoid
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no. registrasi, status perkawinan, agama,
pekerjaan, TB, BB, dan tanggal masuk RS.

2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
Demam lebih dari 1 minggu, gangguan kesadaran : apatis sampai somnolen, dan gangguan saluran
cerna seperti perut kembung atau tegang dan nyeri pada perabaan, mulut bau, konstipasi atau
diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
b.Riwayat penyakit sekarang.
Ingesti makanan yang tidak dimasak misalnya daging, telur, atau terkontaminasi dengan minuman.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
d. Riwayat kesehatan keluarga.
Tifoid kongenital didapatkan dari seorang ibu hamil yang menderita demam tifoid dan menularkan
kepada janin melalui darah. Umumnya bersifat fatal.
e. Riwayat kesehatan lingkungan.
Demam tifoid saat ini terutama ditemukan di negara sedang berkembang dengan kepadatan
penduduk tinggi serta kesehatan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Pengaruh
cuaca terutama pada musim hujan sedangkan dari kepustakaan barat dilaporkan terutama pada
musim panas.
3. Pola-pola Fungsi Keperawatan
a. Pola pesepsi dan tatalaksana kesehatan
Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya.
b. Pola nutrisi dan metabolism
Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah kotor, dan rasa pahit waktu
makan sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi berubah.
c. Pola aktifitas dan latihan
Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta pasien akan mengalami
keterbatasan gerak akibat penyakitnya.
d. Pola eliminasi
Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi refensi bila dehidrasi karena panas yang meninggi,
konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
e. Pola reproduksi dan sexual
Pada pola reproduksi dan sexual pada pasien yang telah atau sudah menikah akan terjadi
perubahan.
f. Pola persepsi dan pengetahuan
Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan
dalam merawat diri.
g. Pola persepsi dan konsep diri
Didalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, puccat, mual, perut tidak enak, anorexia.
b. Kepala dan leher
Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva anemia, mata cowong, muka tidak
odema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi pendengran normal leher simetris, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
c. Dada dan abdomen
Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan nyeri tekan.
d. Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping hidung.
e. Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang meningkat akan tetapi bisa didapatkan
tachiardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.
f. Sistem integument
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.
g. Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang
dari normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam.
h. Sistem muskuloskolesal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.
i. Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar toroid dan tonsil.
j. Sistem persyarafan
Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita penyakit thypoid.
B. Masalah Yang lazim muncul pada klien ( diagnosa )
1. Hipertemia b/d proses infeksi salmonella thyposa
2. Resiko defisit volume cairan b/d pemasukan yang kurang, mual, muntah/pengeluaran yang
berlebihan, diare, panas tubuh
3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake kurang akibat mual,
muntah, anoreksia, atau output yang berlebihan akibat diare.
4. Gangguan pola defeksi : diare b/d proses peradangan pada dinding usus halus
5. Perubahan pola defeksi : konstipasi b/d proses peradangan pada dinding usus halus
6. Resiko tinggi trauma fisik b/d gangguan mental, delirium/psikosis
C. Discharge Planning
7. Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktivitas sesuai dengan tngkat perkembangan
dan kondisi fisik anak
8. Jelaskan terapi yang diberikan : dosis, efek samping
9. Menjelaskan gejala gejela kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi
hal tersebut
10. Tekankan untukmelakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan
No
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Hipertemia b/d proses infeksi salmonella NOC : Thermoregulation NIC :


thyposa Kriteria Hasil : Fever treatment
 Suhu tubuh dalam  Monitor suhu sesering
Definisi : suhu tubuh naik diatas rentang rentang normal mungkin
normal  Nadi dan RR dalam  Monitor IWL
rentang normal  Monitor warna dan suhu
Batasan Karakteristik:  Tidak ada perubahan kulit
 kenaikan suhu tubuh diatas rentang warna kulit dan tidak  Monitor tekanan darah,
normal ada pusing, merasa nadi dan
 serangan atau konvulsi (kejang) nyaman
kulit kemerahan RR
 pertambahan RR  Monitor penurunan
 takikardi tingkat kesadaran
 saat disentuh tangan terasa hangat  Monitor WBC, Hb, dan
Hct
 Monitor intake dan
output
Kolaborasi pemberian anti
Faktor faktor yang berhubungan : piretik
- penyakit/ trauma  Berikan pengobatan
- peningkatan metabolisme untuk mengatasi penyebab
- aktivitas yang berlebih demam
- pengaruh medikasi/anastesi  Selimuti pasien
 Lakukan tapid sponge
- ketidakmampuan/penurunan  Kolaboraikan dengan
kemampuan untuk berkeringat dokter mengenai
- terpapar dilingkungan panas pemberian cairan intravena
- dehidrasi sesuai program
- pakaian yang tidak tepat  Kompres pasien pada
lipat paha dan aksila
 Tingkatkan sirkulasi
udara
 Berikan pengobatan
untuk mencegah terjadinya
menggigil
Temperature regulation
Monitor suhu minimal tiap 2
jam
 Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
 Monitor TD, nadi, dan
RR
 Monitor warna dan suhu
kulit
 Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
 Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
 Ajarkan pada pasien
cara mencegah keletihan
akibat panas
Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek negatif
dari kedinginan
 Beritahukan tentang
indikasi terjadinya keletihan
dan penanganan emergency
yang diperlukan
 Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
 Berikan anti piretik jika
perlu
Vital sign Monitoring
 Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
 Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari
nadi
 Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola
pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign
2 Resiko defisit volume cairan b/d pemasukan NOC: Fluid management
yang kurang, mual, muntah/pengeluaran  Fluid balance  Timbang popok/pembalut
yang berlebihan, diare, panas tubuh  Hydration jika diperlukan
 Nutritional Status :  Pertahankan catatan
Food and Fluid Intake intake dan output yang
akurat

Definisi : Penurunan cairan intravaskuler, Kriteria Hasil : Monitor status hidrasi


interstisial, dan/atau intrasellular. Ini  Mempertahankan ( kelembaban membran
mengarah ke dehidrasi, kehilangan cairan urine output sesuai mukosa, nadi adekuat,
dengan pengeluaran sodium dengan usia dan BB, BJ tekanan darah ortostatik ),
urine normal, HT normal jika diperlukan
 Tekanan darah, nadi,  Monitor vital sign
suhu tubuh dalam batas  Monitor masukan
normal makanan / cairan dan
hitung intake kalori harian
Batasan Karakteristik : Tidak ada tanda tanda  Lakukan terapi IV
- Kelemahan dehidrasi, Elastisitas  Monitor status nutrisi
- Haus turgor kulit baik,  Berikan cairan
- Penurunan turgor kulit/lidah membran mukosa  Berikan cairan IV pada
- Membran mukosa/kulit kering lembab, tidak ada rasa suhu ruangan
 Dorong masukan oral
- Peningkatan denyut nadi, haus yang berlebihan
 Berikan penggantian
penurunan tekanan darah, penurunan nesogatrik sesuai output
volume/tekanan nadi  Dorong keluarga untuk
Pengisian vena menurun membantu pasien makan
- Perubahan status mental  Tawarkan snack ( jus
- Konsentrasi urine meningkat buah, buah segar )
- Temperatur tubuh meningkat  Kolaborasi dokter jika
Hematokrit meninggi tanda cairan berlebih
- Kehilangan berat badan seketika muncul meburuk
(kecuali pada third spacing)  Atur kemungkinan
Faktor-faktor yang berhubungan: tranfusi
- Kehilangan volume cairan secara aktif  Persiapan untuk tranfusi
- Kegagalan mekanisme pengaturan
3 Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC : Nutrition Management
dari kebutuhan tubuh b/d intake kurang  Nutritional Status :  Kaji adanya alergi
akibat mual, muntah, anoreksia, atau output food and Fluid Intake makanan
yang berlebihan akibat diare. Kriteria Hasil :  Kolaborasi dengan ahli
 Adanya peningkatan gizi untuk menentukan
berat badan sesuai jumlah kalori dan nutrisi
dengan tujuan yang dibutuhkan pasien.
 Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe.
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk
keperluan metabolisme tubuh. Berat badan ideal Anjurkan pasien untuk
sesuai dengan tinggi meningkatkan protein dan
Batasan karakteristik : badan vitamin C
- Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal  Mampu Berikan substansi gula
- Dilaporkan adanya intake makanan yang mengidentifikasi Yakinkan diet yang
kurang dari RDA (Recomended Daily kebutuhan nutrisi. dimakan mengandung
Allowance) Tidak ada tanda tanda tinggi serat untuk
Membran mukosa dan konjungtiva pucat malnutrisi mencegah konstipasi.
- Kelemahan otot yang digunakan untuk Tidak terjadi penurunan Berikan makanan yang
menelan/mengunyah. berat badan yang berarti terpilih ( sudah
Luka, inflamasi pada rongga mulut dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
- Mudah merasa kenyang, sesaat setelah Ajarkan pasien bagaimana
mengunyah makanan membuat catatan makanan
- Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan harian.
makanan  Monitor jumlah nutrisi
- Dilaporkan adanya dan kandungan kalori
 Berikan informasi
perubahan sensasi rasa tentang kebutuhan nutrisi
- Perasaan ketidakmampuan untuk  Kaji kemampuan pasien
mengunyah makanan untuk mendapatkan nutrisi
- Miskonsepsi yang dibutuhkan
- Kehilangan BB dengan makanan cukup
- Keengganan untuk makan
Nutrition Monitoring
- Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek  BB pasien dalam batas
- Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi normal
- Kurang berminat terhadap makanan Monitor adanya penurunan
- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh berat badan
- Diare dan atau steatorrhea  Monitor tipe dan jumlah
- Kehilangan rambut yang cukup banyak aktivitas yang biasa dilakukan
(rontok)  Monitor interaksi anak atau
- Suara usus hiperaktif orangtua selama makan
- Kurangnya informasi, misinformasi  Monitor lingkungan selama
makan
Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
Monitor makanan kesukaan
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan intake
nuntrisi
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
4 Gangguan pola defeksi : diare b/d proses NOC: NIC :
peradangan pada dinding usus halus Bowel elimination Diarhea Management
Fluid Balance Evaluasi efek samping
Hydration pengobatan terhadap
Electrolyte and Acid gastrointestinal
base Balance Ajarkan pasien untuk
Kriteria Hasil : menggunakan obat
Feses berbentuk, BAB antidiare
sehari sekali- tiga hari Instruksikan
Menjaga daerah pasien/keluarga
sekitar rectal dari iritasi untukmencatat warna,
Tidak mengalami diare jumlah, frekuenai dan
Menjelaskan konsistensi dari feses
penyebab diare dan Evaluasi intake makanan
rasional tendakan yang masuk
Mempertahankan Identifikasi factor
turgor kulit penyebab dari diare
Monitor tanda dan gejala
diare
Observasi turgor kulit
secara rutin
Ukur diare/keluaran BAB
Hubungi dokter jika ada
kenanikan bising usus
 Instruksikan pasien
untukmakan rendah serat,
tinggi protein dan tinggi
kalori jika memungkinkan
Instruksikan untuk
menghindari laksative
Ajarkan tehnik
menurunkan stress
Monitor persiapan
makanan yang aman

5 Resiko tinggi trauma fisik b/d gangguan NOC: NIC :


mental, delirium/psikosis Knowlwdge : personel Environmental Management
safety safety
Safety behavior : falls - Sediakan lingkungan yang
aman untuk pasien.
Prevention - Identifikasi kebutuhan
Safety Behavior : Falls keamanan pasien, sesuai
Occurance dengan kondisi fisik dan fungsi
Safety behavior : kognitif pasien dan riwayat
Physical injury penyakit terdahulu pasien
- Menghindarkan lingkungan
yang berbahaya (misalnya
memindahkan perabotan)
- Memasang side rail tempat
tidur
- Menyediakan tempat tidur
yang nyaman dan bersih
- Menempatkan saklar lampu
ditempat yang mudah
dijangkau pasien.
- Membatasi pengunjung
- Memberikan penerangan
yang cukup
- Menganjurkan keluarga
untuk menemani pasien.
- Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
- Memindahkan barang-
barang yang dapat
membahayakan
- Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status kesehatan
dan penyebab penyakit.
6 Perubahan pola defeksi : konstipasi b/d NOC: NIC: Constipation/
proses peradangan pada dinding usus halus,  Bowel elimination Impaction Management
 Hydration Monitor tanda dan gejala
Kriteria Hasil : konstipasi
 Mempertahankan Monior bising usus
bentuk feses lunak setiap
Monitor feses: frekuensi,
1-3 hari
 Bebas dari konsistensi dan volume
ketidaknyamanan dan Konsultasi dengan dokter
konstipasi tentang penurunan dan
 Mengidentifikasi peningkatan bising usus
indicator untuk mencegah Mitor tanda dan gejala
konstipasi ruptur usus/peritonitis
Jelaskan etiologi dan
rasionalisasi tindakan
terhadap pasien
Identifikasi faktor
penyebab dan kontribusi
konstipasi
Dukung intake cairan
Kolaborasikan pemberian
laksatif
Sekian dan terima kasih

Anda mungkin juga menyukai