Anda di halaman 1dari 5

DEMAM THYPOID

No. Dokumen : SPO/UKP//VII/210

No. Revisi : 01
SOP
TanggalTerbit : 04/01/2016

Halaman :1-5
KepalaPuskesmas:
PUSKESMAS
PERAWATAN
CEMPAE drg. Sufriani, M.Kes
NIP.197004122003122009
Demam thypoid adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella
1. Pengertian enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhosa.
Sebagai acuan penerapan langakh-langkah(panduan) bagi dokter /
2. Tujuan paramedis dalam penanganan kasus demam thypoid
SK Kepala Puskesmas No 430/006/UKP/PUSK.CEMPAE/2016 tentang
3. Kebijakan
Kebijakan Pelayanan Klinis Puskesmas Perawatan Cempae
Panduan Praktis Klinis bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
4. Referensi
Primer edisi revisi tahun 2014
a) Keluhan Utama
- Demam turun naik terutama sore dan malam hari dengan pola
intermiten dan kenaikan suhu step-ladder. Demam tinggi dapat terjadi
terus menerus (demam kontinu) hingga minggu kedua.
- Sakit kepala (pusing-pusing) yang sering dirasakan di area frontal
- Gangguan gastrointestinal berupa konstipasi dan meteorismus atau
diare, mual, muntah, nyeri abdomen dan BAB berdarah
- Gejala penyerta lain, seperti nyeri otot dan pegal-pegal, batuk,
anoreksia, insomnia
- Pada demam tifoid berat, dapat dijumpai penurunan kesadaran atau
kejang.
b) Faktor Resiko
 Higiene personal yang kurang baik, terutama jarang mencuci
tangan.
 Higiene makanan dan minuman yang kurang baik, misalnya
5. Prosedur makanan yang dicuci dengan air yang terkontaminasi, sayuran yang
dipupuk dengan tinja manusia, makanan yang tercemar debu atau
sampah atau dihinggapi lalat.
 Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
 Adanya outbreak demam tifoid di sekitar tempat tinggal sehari-hari.
 Adanya carrier tifoid di sekitar pasien.
c) Pemeriksaan Fisis
- Keadaan umum biasanya tampak sakit sedang atau sakit berat
- Kesadaran: dapat compos mentis atau penurunan kesadaran (mulai
dari yang ringan, seperti apatis, somnolen, hingga yang berat
misalnya delirium atau koma)
- Demam, suhu > 37,5oC
- Dapat ditemukan bradikardia relatif, yaitu penurunan frekuensi nadi
sebanyak denyut per menit setiap kenaikan suhu 1oC.
- Ikterus
- Pemeriksaan mulut: typhoid tongue, tremor lidah, halitosis
1
- Pemeriksaan abdomen: nyeri (terutama regio epigastrik),
hepatosplenomegali
- Delirium pada kasus yang berat
Pemeriksaan fisik pada keadaan lanjut
- Penurunan kesadaran ringan sering terjadi berupa apatis dengan
kesadaran seperti berkabut. Bila klinis berat, pasien dapat menjadi
somnolen dan koma atau dengan gejala-gejala psikosis (organic brain
syndrome).
- Pada penderita dengan toksik, gejala delirium lebih menonjol.
- Nyeri perut dengan tanda-tanda akut abdomen.
d) Pemeriksaan penunjang
a. Darah perifer lengkap beserta hitung jenis leukosis : Dapat
menunjukkan leukopenia / leukositosis / jumlah leukosit normal,
limfositosis relatif, monositosis, trombositopenia (biasanya ringan),
anemia.
b. Serologi
- Tes Widal tidak direkomendasi : Dilakukan setelah demam
berlangsung 7 hari. Interpretasi hasil positif bila titer aglutinin O
minimal 1/320 atau terdapat kenaikan titer hingga 4 kali lipat pada
pemeriksaan ulang dengan interval 5 – 7 hari.
c. Kultur Salmonella typhi (gold standard) Dapat dilakukan pada
spesimen: a. Darah : Pada minggu pertama sampai akhir minggu ke-
2 sakit, saat demam tinggi b. Feses : Pada minggu kedua sakit c.
Urin : Pada minggu kedua atau ketiga sakit d. Cairan empedu : Pada
stadium lanjut penyakit, untuk mendeteksi carrier typhoid
d. Pemeriksaan penunjang lain sesuai indikasi klinis, misalnya:
SGOT/SGPT, kadar lipase dan amilase
e) Penegakan Diagnosis
- Suspek demam tifoid (Suspect case)
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala demam,
gangguan saluran cerna dan petanda gangguan kesadaran. Diagnosis
suspek tifoid hanya dibuat pada pelayanan kesehatan primer.
- Demam tifoid klinis (Probable case)
Suspek demam tifoid didukung dengan gambaran laboratorium yang
menunjukkan tifoid.
f) Diagnosis Banding
Demam berdarah dengue, Malaria, Leptospirosis, infeksi saluran kemih,
Hepatitis A, sepsis, Tuberkulosis milier, endokarditis infektif, demam
rematik akut, abses dalam, demam yang berhubungan dengan infeksi
HIV.
g) Penatalaksanaan
a. Terapi suportif dapat dilakukan dengan:
- Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan mobilisasi
- Menjaga kecukupan asupan cairan, yang dapat diberikan secara
oral maupun parenteral
- Diet bergizi seimbang, konsistensi lunak, cukup kalori dan protein,
rendah serat.
- Konsumsi obat-obatan secara rutin dan tuntase. Kontrol dan
monitor tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, kesadaran),
kemudian dicatat dengan baik di rekam medik pasien
b. Terapi simptomatik untuk menurunkan demam (antipiretik) dan
mengurangi keluhan gastrointestinal.

2
c. Terapi definitif dengan pemberian antibiotik. Antibiotik lini pertama
untuk demam tifoid adalah Kloramfenikol, Ampisilin atau Amoksisilin
(aman untuk penderita yang sedang hamil), atau Trimetroprim-
sulfametoxazole (Kotrimoksazol).Bila pemberian salah satu antibiotik
lini pertama dinilai tidak efektif, dapat diganti dengan antibiotik lain
atau dipilih antibiotik lini kedua yaitu Seftriakson, Sefiksim, Kuinolon
(tidak dianjurkan untuk anak <18 tahun karena dinilai mengganggu
pertumbuhan tulang).
d. Persyaratan untuk pasien
- Gejala klinis ringan, tidak ada tanda-tanda komplikasi atau
komorbid yang membahayakan.
- Kesadaran baik.
- Dapat makan serta minum dengan baik.
- Keluarga cukup mengerti cara-cara merawat dan tanda-tanda
bahaya yang akan timbul dari tifoid.
- Rumah tangga pasien memiliki dan melaksanakan sistem
pembuangan eksreta (feses, urin, cairan muntah) yang memenuhi
persyaratan kesehatan.
- Keluarga pasien mampu menjalani rencana tatalaksana dengan
baik.
h) Konseling dan edukasi
Edukasi pasien tentang tata cara:
- Pengobatan dan perawatan serta aspek lain dari demam tifoid yang
harus diketahui pasien dan keluarganya.
- Diet, jumlah cairan yang dibutuhkan, pentahapan mobilisasi, dan
konsumsi obat sebaiknya diperhatikan atau dilihat langsung oleh
dokter, dan keluarga pasien telah memahami serta mampu
melaksanakan.
- Tanda-tanda kegawatan harus diberitahu kepada pasien dan
keluarga supaya bisa segera dibawa ke rumah sakit terdekat untuk
perawatan.
Pendekatan Community Oriented
Melakukan konseling atau edukasi pada masyarakat tentang aspek
pencegahan dan pengendalian demam tifoid, melalui:
- Perbaikan sanitasi lingkungan
- Peningkatan higiene makanan dan minuman
- Peningkatan higiene perorangan
- Pencegahan dengan imunisasi
i) Kriteria rujukan
- Demam tifoid dengan keadaan umum yang berat (toxic typhoid).
- Tifoid dengan komplikasi.
- Tifoid dengan komorbid yang berat.
- Telah mendapat terapi selama 5 hari namun belum tampak perbaikan.
j) Komplikasi
Biasanya terjadi pada minggu kedua dan ketiga demam. Komplikasi
antara lain perdarahan, perforasi usus, sepsis, ensefalopati, dan infeksi
organ lain
k) Prognosis
Prognosis adalah bonam, namun ad sanationam dubia ad bonam,
karena penyakit dapat terjadi berulang.
6. Baganalir

3
Keluhan Utama
- Demam turun naik terutama sore dan
malam hari
- Sakit kepala (pusing-pusing)
- Gangguan pencernaan berupa konstipasi
dan meteorismus atau diare, mual,
muntah, nyeri abdomen dan BAB
berdarah
- Gejala penyerta lain seperti nyeri otot dan
pegal-pegal, batuk, anoreksia, insomnia
- Pada demam tifoid berat, dapat dijumpai
penurunan kesadaran atau kejang

Faktor Resiko
 Higiene personal yang kurang Pemeriksaan Fisis
baik - Keadaan umum : sakit sedang atau
 Higiene makanan dan sakit berat
minuman yang buruk. - Kesadaran: dapat terjadi penurunan
kesadaran (mulai dari yang ringan,
 Sanitasi lingkungan yang seperti apatis, somnolen, hingga yang
kurang baik. berat misalnya delirium atau koma)
 Adanya wabah demam tifoid - Demam, suhu > 37,50C
- Pemeriksaan mulut: typhoid tongue,
 Adanya carrier tifoid di sekitar
tremor lidah, halitosis
pasien - Pemeriksaan abdomen: nyeri ulu hati,
pembesaran hati limpa
- Delirium pada kasus yang berat

Pemeriksaan Penunjang: Penegakan Diagnosis


a. Darah Rutin: leukopenia / - Suspek demam tifoid
leukositosis trombositopenia (Suspect case): anamnesis
(biasanya ringan), anemia. dan pemeriksaan fisik
b. Serologi - Demam tifoid klinis (Probable
c. Tes Widal dilakukan setelah case) Suspek demam tifoid
demam berlangsung 7 hari. Kultur didukung dengan gambaran
Salmonella typhi (gold standard) laboratorium
d. Pemeriksaan penunjang lain
sesuai indikasi, misalnya:
SGOT/SGPT

Penatalaksanaan
a. Terapi suportif dapat
dilakukan dengan:
Kriteria rujukan - Istirahat tirah baring
- Demam tifoid dengan - Menjaga kecukupan
keadaan umum yang berat asupan cairan,
(toxic typhoid). - Diet bergizi seimbang,
- Tifoid dengan komplikasi. konsistensi lunak, cukup
- Tifoid dengan komorbid kalori dan protein, rendah
yang berat.
serat.
- Telah mendapat terapi
selama 5 hari namun belum - Konsumsi obat-obatan
tampak perbaikan secara rutin dan tuntas.
b. Terapi simptomatik untuk
menurunkan demam
(antipiretik) dan mengurangi
keluhan gastrointestinal.
- Poli Umum c. Terapi definitif dengan
7. Unit terkait - UGD pemberian antibiotik.
- Unit Rawat Inap Kloramfenikol, Ampisilin atau
Amoksisilin Bila tidak efektif,
8. Dokumen Rekam Medis
dapat diganti dengan lini
terkait kedua yaitu Seftriakson,
Cefiksim, Kuinolon
4
9. Histori Perubahan Tanggal : 27 Juli 2016

No. Yang di Ubah Isi Perubahan Keterengan


1. Nomor SPO tidak ada Nomor SPO : SPO/UKP/VII/ Berdasarkan SK Kepala
Puskesmas tentang
penomoran SPO
2. Nomor SK Kepala Nomor SK Kepala Puskesmas Berdasarkan SK Kepala
Puskesmas Terlampir Puskesmas tentang
penomoran SK
3. Pengertian SPO Judul SPO adalah Sesuai pedoman
Penyusunan dokumen
akreditasi
4 Peralatan Poin peralatan ditiadakan Sesuai pedoman
Penyusunan dokumen
akreditasi
5. Hal-hal perlu dihapuskan Sesuai pedoman
diperhatikan Penyusunan dokumen
akreditasi
6. Bagan alir Penggunaan mikro atau makro Sesuai pedoman
Penyusunan dokumen
akreditasi

Anda mungkin juga menyukai