Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

“GANGGUAN ELIMINASI FEKAL”

Disusun oleh :

NENGSIH SEKARWANGI

19041

DIII KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA


GANGGUAN ELIMINASI FEKAL

A. Definisi
Eliminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang esensial dan berperan
penting untuk kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk
mempertahankan keseimbangan fisiologis melalui pembuangan sisa-sisa metabolisme.
Sisa metabolisme terbagi menjadi dua jenis yaitu berupa feses yang berasal dari saluran
cerna dan urin melalui saluran perkemihan (Kasiati & Rosmalawati, 2016)
Eliminasi fekal atau defekasi merupakan proses pembuangan sisametabolism
tubuh yang tidak terpakai. Perubahan pada defekasi dapat menyebabkan masalah pada
gastrointestinal dan bagian tubuh lain, karena sisa-sisa produk usus adalah racun
(Saryono & Widianti, 2010).
B. Etiologi
1. Usia dan perkembangan
Gerakan peristaltik usus menurun dan melambatnya pengosongan usus seiring
bertambahnya usia.
2. Diet
Asupan makanan yang bergizi dan teratur tiap hari membantu dalam defekasi
secara normal, terutama dalah serat. Selulosa, serat dalam diet memberikan volume
feses. Makanan pedas dapat menyebabkan diare dan flatus karena dapat mengiritasi
saluran cerna.
3. Cairan
Kehilangan cairan mempengaruhi karakteristik feses. Asupan cairan yang
tidak adekuat, misalnya muntah berlebih sehingga tubuh mengabsorpsi cairan dari
chymus dan menyebabkan feses keras serta eliminasinya terhambat. Adanya gerak
peristaltikyang meningkat, waktu untuk mengabsorbsi menjadi berkurang yang
menyebabkan feses encer dan lunak.
4. Aktivitas
Imobilisasi akan menekan motilitas usus seperti otot pelvis dan otot abdomen
yang lemah. Aktivitas fisik meningkatkan peristaltik usus.
5. Faktor psikologis
Adanya stress emosional menurunkan rangsangan defekasi. Penyakit
mempengaruhi defekasi. Penyakit mempengaruhi defekasi. Adanya colitis ulceraktif
mengakibatkan diare berat. Aktivitas peristaltic meningkat pada orang yang cemas,
stress atau marah.
6. Gaya hidup
Kebiasaan individu yang lebih senang bila melakukan defekasi di toiletnya
sendiri.
7. Medikasi
Beberapa obat memiliki efek samping yang mengganggu eliminasi normal
seperti diare, morfin dan kokain yang menyebabkan konstipasi.Obat juga mengubah
warna feses seperti hitam oleh zat besi, hijau oleh antibiotikdan putih oleh antacid.
8. Anestesi dan pembedahan
Anastesi menyebabkan penurunan atau memberhentikan gerakan peristaltik.
Pembedahan yang melibatkan penanganan usus secara langsung dapat menyebabkan
terhentinya pergerakan usus sementara yang disebut ileus peralitik berlangsung
selama 24-48 jam.
9. Kondisi patologis
Adanya cedera kepala dan medulla spinalis akan menurunkan sensori untuk
defekasi.
10. Iritan
Zat seperti makanan pedas, toxin baklteri dan racun dapat mengiritasi saluran
intestinal dan menyebabkan diare dan sering menyebabkan flatus.
11. Nyeri
Pada keadaan nyeri, klien mensupresi keinginannya untuk berdefekasi.
C. Patofisiologi
Banyak yang mengalami atau beresiko mengalami masalah eliminasi akibat stress
emosional, perubahan fisiologi pada saluran GI, perubahan struktur usus melalui
pembedahan, program terapi lain dan gangguan yang menggangu defekasi. Berikut ini
adalah beberapa masalah eliminasi fekal yaitu :
1. Konstipasi
a. Kebiasaan buang air besar tidak teratur
b. Penggunaan laxative yang berlebihan
c. Peningkatan stress psikologi
d. Ketidaksesuaian diet
e. Umur
f. Proses peyakit
g. Obat-obatan
D. Manifestasi
1. Perut mulas dan gelisah
2. Suhu tubuh meningkat
3. Nafsu makan berkurang
4. Warna dan konstipasi feses tidak normal
5. Anus lecet
6. Diuresis berkurng
7. Tidak mampu mengontrol pengeluaran feses
8. Tidak mampu menunda defekasi
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan specimen feses
a. Warna
b. Konstipasi
c. Bau
d. Kandungan feses
2. Fecal Occult Blood Test (Guaiac Test)
Untuk mendeteksi adanya darah dalam feses (skrining kanker kolorektal) dengan
reagen khusus untuk mendeteksi adanya peroxidase).
F. Penatalaksanaan
1. Periksatanda dan gejala konstipasi
2. Periksa pergerakan usus, karakteristik feses
3. Identifikasi factor risiko konstipasi
4. Monitor tanda dan gejalarupture usus dan/atau peritonisis
5. Anjurkan diet tinggi serat
6. Lakukan massage abdomen
7. Lakukan evakuasi feses secara manual
8. Berikan enema atau irigasi
9. Jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan
10. Anjurkan peningkatan asupan cairan
11. Latih buang air besar secara teratur
12. Ajarkan cara mengatasi konstipasi/impaksi
13. Konsultasi dengan tim medis tentang penurunan/peningkatan frekuensi suara usus
14. Kolaborasi penggunaan obat pencahar
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis
untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di
hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan. Diperoleh
data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada pada pasien sehingga dapat
ditentukan tindakan yang harus di ambil untuk mengatasi masalah tersebut yang
menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual serta faktor lingkungan yang
mempengaruhinya.Sistem adaptasi mempunyai input berasal dari internal.
Adapun langkah-langkah dalam pengkajian yaitu :
a. Identitas pasien
Dikaji tentang identitas klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku bangsa, pendidikan terakhir, status perkawinan, alamat, diagnosa
medis, nomor medrek, tanggal masuk Rumah Sakit dan tanggal pengkajian. Juga
identitas penanggung jawab klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan terakhir dan hubungan dengan klien.
b. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang dirasakan klien saat dilakukan pengkajian,
nyeri biasanya menjadi keluhan yang paling utama terutama pada pasien post
op craniotomy.
c. Alasan Masuk
Merupakan alasan yang mendasari klien dibawa ke Rumah Sakit atau
kronologis yang menggambarkan perilaku klien dalam mencari pertolongan.
d. Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utama yang dirasakan klien
melalui metode PQRST dalam bentuk narasi:
P : (Provokatif/Pariatif) : Hal yang memperberat atau memperingan, nyeri
yang dirasakan biasanya bertambah bila klien berjalan, bersin, batuk atau
napas dalam.
Q : (Quality/Quantity) : Kualitas dari suatu keluhan atau penyakit yang
dirasakan.
R : (Region/Redition) : Daerah atau tempat dimana keluhan dirasakan, apakah
keluhan itu menyebar atau mempengaruhi ke area lain.
S : (Saverity/Scale) : Keganasan atau intensitas (skala) dari keluhan tersebut.
Skala nyeri antara 0-5.
T : (Time) : Waktu dimana keluhan dirasakan pada klien yang mengeluh nyeri
tanyakan apakah nyeri berlangsung terus menerus atau tidak.
e. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Yaitu pertanyaan seputar kesehatan klien di masa lalu apakah sama
seperti penyakit yang sekarang atau tidak
2. Diagnosa Keperawatan
Adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan
atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah.
3. Rencana Keperawatan
Adalah merencanakan suatu tindakan keperawatan yang akan perawat lakukan
ke pasien sesuai dengan diagnosa dan kebutuhan pasien agar mencapai tujuan hasil
yang spesifik seperti kesembuhan.
4. Tindakan Keperawatan
Adalah melakukan suatu tindakan dari rencana yang sudah dibuat untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu pasien mencapai tujuan
yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien.
5. Evaluasi Keperawatan
Adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagosa keperawatan,rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai atau belum.

Anda mungkin juga menyukai