CKD
c. Patofisiologi
Penyakit hipertensi pada dasarnya adalah penyakit yang dapat merusak pembuluh
darah, jika pembuluh darahnya ada pada ginjal, maka tentu saja ginjalnya mengalami
kerusakan. Seseorang yang tidak mempunyai gangguan ginjal, tetapi memiliki
penyakit hipertensi, dan tidak diobati akan menyebabkan komplikasi pada kerusakan
ginjal, dan kerusakan ginjal yang terjadi akan memperparah hipertensi, kejadian ini
menyebabkan tingkat terapi hemodialisis menjadi tinggi dan angka kematian akibat
penyakit ini juga cukup tinggi. Hipertensi menyebabkan rangsangan barotrauma pada
kapiler glomerulus dan meningkatkan tekanan kapiler glomerulus, yang lama
kelamaan akan menyebabkan glomerolusclerosis (Akmarawita,2016)
Glomerulusclerosis dapat merangsang terjadinya hipoksia kronis yang
menyebabkan kerusakan ginjal. Hipoksia yang terjadi menyebabkan meningkatnya
kebutuhan metabolisme oksigen pada tempat tersebut, yang menyebakan keluarnya
substansi vasoaktif (endotelin, angiotensin dan norephineprine) pada sel endotelial
pembuluh darah lokal tersebut yang menyebabkan meningkatnya vasokonstriksi.
Aktivasi RAS (Renin Angiotensin Sistem) disamping menyebabkan vasokontriksi,
juga menyebakan terjadinya stres oksidatif yang meningkatkan kebutuhan oksigen
dan memperberat terjadinya hipoksia. Stres oksidatif juga menyebabkan penurunan
efesiensi transport natrium dan kerusakan pada DNA, lipid & protein, sehingga pada
akhirnya akan menyebakan terjadinya tubulointertitial fibrosis yang memperparah
terjadinya kerusakan ginjal (Akmarawita. 2016).
Pathway CKD ON HD
d. Manifestasi Klinis
Setiap sistem tubuh pada Chronic Kidney Disease (CKD) dipengaruhi oleh
kondisi uremia, maka klien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Menurut
Smeltzer dan Bare (2014) Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan
tingkat kerusakan ginjal, usia klien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala
klien gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut :
1. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki, tangan, sakrum), pembesaran vena
leher.
2. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku
tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
3. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul.
4. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia,
mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal.
5. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas
pada telapak kaki, perubahan perilaku.
6. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop.
e. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal kronis, yaitu
(Prabowo,2014) :
1. Penyakit tulang
Penurunan kadar kalsium secara langsung akan mengakibatkan
dekalsifikasimatriks tulang, sehingga tulang akan menjadi rapuh, dan jika
berlangsung lama akan menyebabkan fraktur pathologis.
2. Penyalit Kardiovaskuler
Ginjal sebagai control sirkulasi sistemik akan berdampak secara sistemik berupa
hipertensi, kelainan lifid, intoleransi glukosa, dan kelainan hemodinamik (sering
terjadi hipertrofi ventrikel kiri).
3. Anemia
Selain berfungsi dalam sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam rangkaian hormonal
(endokrin). Sekresi eritropoeitin yang mengalami defiensi di ginjal akan
mengakibatkan penurunan hemoglobin.
4. Disfungsi seksual
Dengan gangguan sirkulasi pada ginjal, maka libido sering mengalami penurunan
dan terjadi impoten pada pria. Pada wanita dapat terjadi hiperprolaktinemia.
f. Penatalaksanaan
Menurut Bayhakki (2013) penatalaksanaan untuk Chronic Kidney Disease (CKD),
yaitu :
1. Terapi Konservatif
Perubahan fungsi ginjal bersifat individu untuk setiap klien CKD dan lama terapi
konservatif bervariasi dari bulan sampai tahun. Tujuan terapi konservatif :
a) Mencegah memburuknya fungsi ginjal secara profesi.
b) Meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksi aotemia.
c) Mempertahankan dan memperbaiki metabolism secara optimal.
d) Memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Terapi Simtomatik
1) Asidosis metabolic
Jika terjadi harus segera dikoreksi, sebab dapat meningkatkan serum K +
(hiperkalemia) :
a) Suplemen alkali dengan pemberian kalsium karbonat 5mg/hari
b) Terapi alkali dengan sodium bikarbonat IV, bila PH<atau sama dengan
7,35 atau serum bikarbonat < atau sama dengan 20mEq/L.
2) Anemia
a) Anemia Normokrom normositerBerhubungan dengan retensi toksin
polyamine dan defisiensi hormone eritropoetin (ESF: Eritroportic
Stimulating Faktor). Anemia ini diterapi dengan pemberian Recombinant
Human Erythropoetin (r- HuEPO) dengan pemberian 30-530 U per kg BB.
b) Anemia hemolisisBerhubungan dengan toksin asotemia. Terapi yang
dibutuhkan adalah membuang toksin asotemia dengan hemodialisis atau
peritoneal dialysis.
c) Anemia Defisiensi BesiDefisiensi Fe pada CKD berhubungan dnegan
perdarahan saluran cerna dan kehilangan besi pada dialiser (terapi
pengganti hemodialisis). Indikasi tranfusi PRC pada klien gagal ginjal :
HCT < atau sama dengan 20%
Hb < atau sama dengan 7 mg5
Klien dengan keluhan: angina pektoris, gejala umum anemia dan
high output heart failure
3) Kelainan Kulit
a) Pruritus (Uremic itching)
Keluhan gatal ditemukan pada 25% kasus CKD dan terminal, insiden
meningkat pada klien yang mengalami HD. Keluhan :
Bersifat subyektif
Bersifat obyektif: kulit kering, prurigo nodularis, keratotic papula,
dan lichen simply
b) Easy Bruishing
Kecenderungan perdarahan pada kulit dan selaput serosa berhubungan
dengan retensi toksin asotemia dan gangguan fungsi trombosit. Terapi
yang diperlukan adalah tindakan dialysis.
Kelainan Neuromuskular, terapi pilihannya :
• HD regular
• Obat-obatan : diazepam, sedative
• Operasi sub total paratiroidektomi
Hipertensi
Bentuk hipertensi pada klien dengan gangguan berupa: volum
dependen hipertensi, tipe vasokontriksi atau kombinasi keduanya.
Program terapinya meliputi :
• Retriksi garam dapur
• Diuresis dan Ultrafiltrasi
3. Terapi Pengganti
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu
pada LFG kurang dari 15ml/menit. Terapi dapat berupa hemodialisis, dialysis
peritonel, dan transplantasi ginjal.
l) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot / nyeri kaki. Memburuk pada
malam hari.
Tanda : perilaku berhati-hati dan gelisah.
m) Pernapasan
Gejala : nafas pendek : dipsnea, nokturnal parosimal, batuk dengan / tanpa
sputum kental atau banyak.
Tanda : takiepna, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman (Pernafasan
kusmaul). Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema paru).
n) Keamanan
Gejala : Kulit gatal ada / berulamngnya infeksi
Tanda : Pruritus Demam ( sepsis, dehidrasi ; normotemia dapat secara actual
terjadi peningkatan pada klien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari
pada normal ( efek CKD / depresi respon imum) Ptekie, araekimosis pada
kulit Fraktur tulang ; defosit fosfat, kalsium, (klasifikasi metastatik) pada
kulit, jaringan lunak sendi, keterbatasan gerak sendi.
o) Seksualitas
Gejala : penurunan libido ; amenorea ; infertilitas.
p) Interaksi Sosial
Gejala : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
b. Pemeriksaan Fisik
a) Penampilan/keadaan umum
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran klien dari
compos mentis sampai coma.
b) Tanda-tanda vital
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan
reguler.
c) Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau
terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan
d) Kepala
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga,
hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan
pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e) Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f) Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar- debar. Terdapat otot bantu
napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru
(rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada
jantung.
g) Abdomen
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
h) Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
i) Ekstremitas
Kelemahan fisik, aktifitas klien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan
Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j) Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia,
dan terjadi perikarditis.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengam Chronic Kidney Disease (CKD) menurut
Sudoyo, 2015.
1) Urinalisasi : PH asam, SDP, SDM, berat jenis urin (24 jam) : volume normal,
volume kosong atau rendah, proteiurea, penurunan klirens kreatinin kurang dari
10 ml permenit menunjukan kerusakan ginjal yang berat.
2) Hitungan darah lengakap : penurunan hematokrit / HB , trombosit, leukosit,
peningkaan SDP.
3) Pemerikasaan urin : Warna PH, kekeruhan, glukosa, protein, sedimen, SDM,
keton, SDP, CCT.
4) Kimia darah : kadar BUN, kreatinin, kalium, kalsium, fosfor, natrium, klorida
abnormal.
5) Uji pencitraan : IVP, ultrasonografi ginjal, pemindaian ginjal, CT scan.
6) EKG : distritmia /aritmia
d. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan pertukaran gas
2) Perfusi perifer tidak efektif
3) Defisit nutrisi
e. Rencana keperawatan
N Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)
o (SDKI) (SLKI)
1 Gangguan L.01003 Pertukaran Gas I.01014 Pemantauan
pertukaran Tujuan: Setelah Respirasi
gas dilakukan tindakan Observasi:
berhubunga keperawatan selama 3×24 a) Monitor frekuensi,
n dengan jam diharapkan pertukaran irama kedalaman
ketidakseim gas meningkat. dan upaya napas
bangan Kriteria hasil: b) Monitor pola napas
ventilasi- 1) Tingkat kesadaran (seperti bradipnea,
perfusi, meningkat takipnea,
perubahan 2) Dispnea menurun hiperventilasi,
membran 3) Bunyi napas Kussmaul, Cheyne-
alveolus- tambahan menurun Stokes, Biot, ataksik)
kapiler. 4) Gelisah menurun c) Monitor kemampuan
5) Napas cuping batuk efektif
hidung menurun d) Monitor adanya
6) PCO2 membaik produksi sputum
7) PO2 membaik e) Monitor adanya
8) Takikardia sumbatan jalan napas
membaik f) Palpasi kesimetrisan
9) pH arteri ekspansi paru
membaik g) Auskultasi bunyi napas
h) Monitor saturasi
oksigen
i)Monitor nilai AGD
j)Monitor hasil x-ray
toraks
Terapeutik:
a) Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
b) Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi:
a) Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
b) Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Teraupetik:
a) Hindari
pemasangan infus
atau pengambilan
darah di daerah
keterbatasan perfusi
b) Hindari
pengukuran
tekanan darah
pada ekstermitas
dengan
keterbatasan
perfusi
c) Hindari
penekanan
dan
pemasangan
tourniquet
pada area
yang cidera
d) Lakukan pencegahan
infeksi
e) Lakukan perawatan
kaki dan kuku
Edukasi:
a) Anjurkan berhenti
merokok
b) Anjurkan berolah raga
rutin
c) Anjurkan
mengecek air
mandi untuk
menghindari
kulit terbakar
d) Anjurkan minum
obat pengontrol
tekanan darah,
antikoagulan,dan
penurun kolestrol,
jika perlu
e) Anjurkan minum
obat pengontrl
tekanan darah
secara teratur
f) Anjurkan
menggunakan obat
penyekat beta
g) Ajarkan program
diet untuk
memperbaiki
sirkulasi ( mis.
Rendah lemak
jenuh, minyak
ikam omega 3)
h) Informasikan tanda
dan gejala darurat
yang harus dilaporkan
(mis. Rasa sakit yang
tidak hilang saat
istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya
rasa)
Kolaborasi:
a) Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika perlu
3 Defisit L.03030 Status Nutrisi I.03119 Manajemen Nutrisi
nutrisi Tujuan: Setelah
Observasi:
berhubunga dilakukan tindakan
a) Identifikasi status
n dengan keperawatan selama 3×24
jam diharapkan status nutrisi
kurangnya
nutrisi membaik. b) Identifikasi alergi dan
asupan Kriteria Hasil: intoleransi makanan
makanan. 1) Porsi makanan c) Identifikasi makanan
yang dihabiskan yang disukai
meningkat. d) Identifikasi
2) Perasaan cepat kebutuhan
kenyang kalori dan jenis
menurun. nutrient
3) Nyeri abdomen e) Monitor asupan
menurun. makanan
4) Berat badan f) Monitor berat badan
membaik. g) Monitor hasil
5) Indeks Massa pemeriksaan
Tubuh (IMT) laboratorium
membaik.
6) Frekuensi Teraupetik:
makan a) Lakuka oral
membaik. hygiene sebelum
7) Nafsu makan makan, jika perlu
membaik. b) Fasilitasi
8) Bising usus menentukan
membaik pedooman diet (mis.
9) Membran Piramida makanan)
mukosa c) Sajikan makanan
membaik. secara menarik dan
suhu yang sesuai
d) Berikan
makananting
gi serat
untuk
mencegah
konstipasi
e) Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
f) Berikan makanan
rendah protein
Edukasi:
a) Anjurkan posisi dusuk,
jika mampu
b) Anjurkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi:
a) Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetic), jika
perlu
b) Kolaborasi
dengan ahli gizi
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu
f. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang merupakan kompnen dari proses keperawatan adalah kategori
dari prilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
dan hasil yang dperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen
perencanaan dari proses keperawatan. Namun demikian, di banyak lingkungan
perawatan kesehatan, implementasi mungkin dimulai secara lansung setelah
pengkajian.
g. Evaluasi Keperawatan
Evalusi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan
secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika
hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan criteria hasl, klien bisa keluar dari
siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembalike dalam siklus
tersebut mulai dari pengkajian ulang (reassessment).
Secara umum, evaluasi ditujukan untuk:
• Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
• Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.
• Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai
DAFTAR PUSTAKA
Bayhakki. 2013. Seri asuhan keperawatan klien gagal ginjal kronik. Jakarta: EGC
https://pdfcoffee.com/lp-ckd-hd-pdf-free.html
Fitrianasri, et al. 2017. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Tingkat Deperesi Pasien Chronic
Kidney Disease. e-Jurnal Kesehatan Vol.5(1)
Rustandi, Handi, at all. 2018. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Chronic
Kidney Disease Yang Menjalani Hemodialisa. Jurnal Keperawatan Silampari (1).2.
Arianti, et all. 2020. Karakteristik Faktor Resiko Pasien Chronic Kidney Disiase (CKD) yang
Menjalani Hemodialisa Di RS. X Madium. Biomedika Volume 12. No.1
Akmarawita, Kadir. 2016. Hubungan Patofisiologi Hipertensi dan Hipertensi tebal. Jurnal Ilmiah
Kedokteran. Vol.5, No.1
Nurarif, Huda A. dan Hardi Kusuma 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa
medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction.
Smeltzer, S. 2014. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2
Edisi 8. Jakarta : EGC.
PPNI. 2016. Standar diagnosis keperawatan Indonesia: definisi dan indikator diagnostik edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar intervensi keperawatan Indonesia: definisi dan tindakan keperawatan edisi
1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2019. Standar luaran keperawatan Indonesia: definisi dan kriteria hasil edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI.