Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

CKD

PUTRI AUDY RUMAKAT


19046

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA
TAHUN 2022
A. KONSEP PENYAKIT
a. Definisi
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penurunan fungsi ginjal progresif
yang irreversible ketika ginjal tidak mampu mempertahankan keseimbangan
metabolic, cairan, dan elektrolit yang menyebabkan terjadinya uremia dan azotemia
(Bayhakki,2013)
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penyakit penurunan fungsi ginjal
yang progresif dan tidak dapat lagi pulih atau kembali sembuh secara total, seperti
sediakala dengan laju filtrasi glomerulus (LFG)<60 mL/menit dalam waktu 3 bulan
atau lebih, sehingga tubuh gagal mempertahankan metabolism dan keseimbangan
cairan elektrolit, yang menyebabkan uremia (Fitrianasari, et al, 2017)
CKD adalah penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir yang umum dari
berbagai penyakit tractus urinarius, dan ginjal (Rustandi, 2018).
Hemodialisa adalah proses pembuatan darah oleh kumpulan zat sisa
tubuh. Hemodialisis digunakan untuk pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau
pasien berpenyakit akut yang membutuhkan dialisis waktu singkat (Nursalam, 2006). 
Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki kelainan biokimiawi darah
yang terjadi akibat gangguan fungsi ginjal, dilakukan dengan menggunakan mesin
hemodialisis. Hemodialisis merupakan salah satu bentuk terapi pengganti ginjal (renal
replacement therapy/RRT) dan hanya mengganti sebagian dari fungsi ekskresi
ginjal. Hemodialisis dilakukan pada penderita PGK stadium V dan pada pasien
dengan AKI (Acute Kidney Injury) yang memerlukan terapi pengganti
ginjal. Menurut prosedur yang dilakukan HD dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: HD
darurat/darurat, HD persiapan/persiapan, dan HD kronik/reguler (Daurgirdas et al.,
2007).
Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan
sakit akut dan memerlukan terapi jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa
minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir atau end stage renal disease
(ESRD) yang memerlukan terapi jangka panjang atau permanen. Tujuan hemodialisa
adalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan
mengeluarkan udara yang berlebihan (Suharyanto dan Madjid, 2009).
b. Etiologi
Penyebab penyakit tertinggi terjadinya CKD yaitu hipertensi dimana hipertensi
merupakan faktor inisiasi, dan dapat memperburuk kerusakan ginjal karena
menyebabkan rusaknya massa nefron sehingga nefron yang masih normal akan
mengalami hipertofi untuk melakukan kompensasi terhadap rusaknya massa nefron,
dan penurunan fungsi ginjal sedangkan penyebab lain terjadinya CKD adalah diabetes
melitus (Arianti,2020)
CKD juga bisa terjadi karena berbagai kondisi klinis seperti penyakit komplikasi
yang bisa menyebabkan penurunan fungsi pada ginjal. Penyebab CKD, yaitu:
1. Penyakit glomerular kronis (glomerulonephritis)
2. Infeksi kronis (pyelonephritis kronis, tuberculosis)
3. Kelainan vaskuler (renal nephrosclerosis)
4. Obstruksi saluran kemih (nephrolithiasis)
5. Penyakit kolagen (systemic lupus erythematosus)
6. Obat-obatan nefrotoksik (aminoglikosida)

c. Patofisiologi
Penyakit hipertensi pada dasarnya adalah penyakit yang dapat merusak pembuluh
darah, jika pembuluh darahnya ada pada ginjal, maka tentu saja ginjalnya mengalami
kerusakan. Seseorang yang tidak mempunyai gangguan ginjal, tetapi memiliki
penyakit hipertensi, dan tidak diobati akan menyebabkan komplikasi pada kerusakan
ginjal, dan kerusakan ginjal yang terjadi akan memperparah hipertensi, kejadian ini
menyebabkan tingkat terapi hemodialisis menjadi tinggi dan angka kematian akibat
penyakit ini juga cukup tinggi. Hipertensi menyebabkan rangsangan barotrauma pada
kapiler glomerulus dan meningkatkan tekanan kapiler glomerulus, yang lama
kelamaan akan menyebabkan glomerolusclerosis (Akmarawita,2016)
Glomerulusclerosis dapat merangsang terjadinya hipoksia kronis yang
menyebabkan kerusakan ginjal. Hipoksia yang terjadi menyebabkan meningkatnya
kebutuhan metabolisme oksigen pada tempat tersebut, yang menyebakan keluarnya
substansi vasoaktif (endotelin, angiotensin dan norephineprine) pada sel endotelial
pembuluh darah lokal tersebut yang menyebabkan meningkatnya vasokonstriksi.
Aktivasi RAS (Renin Angiotensin Sistem) disamping menyebabkan vasokontriksi,
juga menyebakan terjadinya stres oksidatif yang meningkatkan kebutuhan oksigen
dan memperberat terjadinya hipoksia. Stres oksidatif juga menyebabkan penurunan
efesiensi transport natrium dan kerusakan pada DNA, lipid & protein, sehingga pada
akhirnya akan menyebakan terjadinya tubulointertitial fibrosis yang memperparah
terjadinya kerusakan ginjal (Akmarawita. 2016).
Pathway CKD ON HD

d. Manifestasi Klinis
Setiap sistem tubuh pada Chronic Kidney Disease (CKD) dipengaruhi oleh
kondisi uremia, maka klien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Menurut
Smeltzer dan Bare (2014) Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan
tingkat kerusakan ginjal, usia klien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala
klien gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut :
1. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki, tangan, sakrum), pembesaran vena
leher.
2. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku
tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
3. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul.
4. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia,
mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal.

5. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas
pada telapak kaki, perubahan perilaku.
6. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop.

e. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal kronis, yaitu
(Prabowo,2014) :
1. Penyakit tulang
Penurunan kadar kalsium secara langsung akan mengakibatkan
dekalsifikasimatriks tulang, sehingga tulang akan menjadi rapuh, dan jika
berlangsung lama akan menyebabkan fraktur pathologis.
2. Penyalit Kardiovaskuler
Ginjal sebagai control sirkulasi sistemik akan berdampak secara sistemik berupa
hipertensi, kelainan lifid, intoleransi glukosa, dan kelainan hemodinamik (sering
terjadi hipertrofi ventrikel kiri).
3. Anemia
Selain berfungsi dalam sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam rangkaian hormonal
(endokrin). Sekresi eritropoeitin yang mengalami defiensi di ginjal akan
mengakibatkan penurunan hemoglobin.
4. Disfungsi seksual
Dengan gangguan sirkulasi pada ginjal, maka libido sering mengalami penurunan
dan terjadi impoten pada pria. Pada wanita dapat terjadi hiperprolaktinemia.

f. Penatalaksanaan
Menurut Bayhakki (2013) penatalaksanaan untuk Chronic Kidney Disease (CKD),
yaitu :
1. Terapi Konservatif
Perubahan fungsi ginjal bersifat individu untuk setiap klien CKD dan lama terapi
konservatif bervariasi dari bulan sampai tahun. Tujuan terapi konservatif :
a) Mencegah memburuknya fungsi ginjal secara profesi.
b) Meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksi aotemia.
c) Mempertahankan dan memperbaiki metabolism secara optimal.
d) Memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit.

Prinsip terapi konservatif :


1) Memburuknya fungsi ginjal
a) Hati-hati dalam pemberian obat yang bersifat nefrotoksik.
b) Hindari keadaan yang menyebabkan diplesi volume cairan
ekstraseluler dan hipotensi.
c) Hindari gangguan keseimbangan elektrolit.
d) Hindari pembatasan ketat konsumsi protein hewani.
e) Hindari proses kehamilan dan pemberian obat kontrasepsi
f) Hindari instrumentasi dan sistoskopi tanpa indikasi medis yang kuat.
g) Hindari pemeriksaan radiologis dengan kontras yang kuat tanpa
indikasi medis yang kuat.

2) Pendekatan terhadap penurunan fungsi ginjal progresif lambat


a) Kendalikan hipertensi sistemik dan intraglomerular
b) Kendalikan terapi ISK
c) Diet protein yang proporsional
d) Kendalikan hiperfosfatemia
e) Terapi hiperurekemia bila asam urat >10mg%
f) Terapi hiperfosfatemia
g) Terapi keadaan asidosis metabolic
h) Kendalikan keadaan hiperglikemia

3) Terapi alternativ gejala asotemia


a) Pembatasan konsumsi protein hewani
b) Terapi keluhan gatal-gatal
c) Terapi keluhan gastrointestinal
d) Terapi keluhan neuromuskuler
e) Terapi keluhan tulang dan sendi
f) Terapi anemia
g) Terapi setiap infeksi

2. Terapi Simtomatik
1) Asidosis metabolic
Jika terjadi harus segera dikoreksi, sebab dapat meningkatkan serum K +
(hiperkalemia) :
a) Suplemen alkali dengan pemberian kalsium karbonat 5mg/hari
b) Terapi alkali dengan sodium bikarbonat IV, bila PH<atau sama dengan
7,35 atau serum bikarbonat < atau sama dengan 20mEq/L.

2) Anemia
a) Anemia Normokrom normositerBerhubungan dengan retensi toksin
polyamine dan defisiensi hormone eritropoetin (ESF: Eritroportic
Stimulating Faktor). Anemia ini diterapi dengan pemberian Recombinant
Human Erythropoetin (r- HuEPO) dengan pemberian 30-530 U per kg BB.
b) Anemia hemolisisBerhubungan dengan toksin asotemia. Terapi yang
dibutuhkan adalah membuang toksin asotemia dengan hemodialisis atau
peritoneal dialysis.
c) Anemia Defisiensi BesiDefisiensi Fe pada CKD berhubungan dnegan
perdarahan saluran cerna dan kehilangan besi pada dialiser (terapi
pengganti hemodialisis). Indikasi tranfusi PRC pada klien gagal ginjal :
 HCT < atau sama dengan 20%
 Hb < atau sama dengan 7 mg5
 Klien dengan keluhan: angina pektoris, gejala umum anemia dan
high output heart failure

Komplikasi tranfusi darah :


a) Hemosiderosis
b) Supresi sumsum tulang
c) Bahaya overhidrasi, asidosis dan hiperkalemia
d) Bahaya infeksi hepatitis virus dan CMV
e) Pada Human Leukosite Antigen (HILA) berubah, penting untuk
rencana transplantasi ginjal.

3) Kelainan Kulit
a) Pruritus (Uremic itching)
Keluhan gatal ditemukan pada 25% kasus CKD dan terminal, insiden
meningkat pada klien yang mengalami HD. Keluhan :
 Bersifat subyektif
 Bersifat obyektif: kulit kering, prurigo nodularis, keratotic papula,
dan lichen simply

Beberapa pilihan terapi :


 Mengendalikan hiperfosfatemia dan hiperparatiroidisme
 Terapi local: topical emmolient (tripel lanolin)
 Fototerapi dengan sinar UV-B 2x perminggu selama 2-6 minggu,
terapi ini bisa diulang apabila diperlukan.
 Pemberian obat: Diphenhidramine 25-50 P.O, dan Hidroxyzine
10mg P.O

b) Easy Bruishing
Kecenderungan perdarahan pada kulit dan selaput serosa berhubungan
dengan retensi toksin asotemia dan gangguan fungsi trombosit. Terapi
yang diperlukan adalah tindakan dialysis.
 Kelainan Neuromuskular, terapi pilihannya :
• HD regular
• Obat-obatan : diazepam, sedative
• Operasi sub total paratiroidektomi
 Hipertensi
Bentuk hipertensi pada klien dengan gangguan berupa: volum
dependen hipertensi, tipe vasokontriksi atau kombinasi keduanya.
Program terapinya meliputi :
• Retriksi garam dapur
• Diuresis dan Ultrafiltrasi
3. Terapi Pengganti
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu
pada LFG kurang dari 15ml/menit. Terapi dapat berupa hemodialisis, dialysis
peritonel, dan transplantasi ginjal.

4. Transplantasi ginjal atau cangkok ginjal


Transplantasi ginjal adalah terapi pengganti ginjal (anatomi dan faal).
Pertimbangan program transplantasi ginjal, yaitu :
a) Cangkok ginjal, dapat mengambil alih seluruh (100%) faal ginjal, sedangkan
hemodialisis hanya mengambil alih 70- 80% faal ginjal alamiah.
b) Kualitas hidup normal kembali
c) Masa hidup lebih lama
d) Komplikasi (biasanya dapat diantisipasi) terutama berhubungan dengan obat
imunosupresif untuk mencegah reaksi penolakan
e) Biaya lebih murah dan dapat dibatasi

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian
a) Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama,
status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, dan diagnose
medik.
b) Keluhan Utama
Sangat bervariasi, keluhan berupa urine output menurun (oliguria) sampai
pada anuria, penurunan kesadaran karena komplikasi pada sistem sirkulasi-
ventilasi, anoreksia, mual dan muntah, fatigue, napas berbau urea, dan
pruritus. Kondisi ini dipicu oleh karena penumpukan zat sisa metabolism atau
toksik dalam tubuh karena ginjal mengalami kegagalan filtrasi.
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Pada klien dengan gagal ginjal kronis biasaya terjadi penurunan urine output,
penurunan kesadaran, penurunan pola nafas karena komplikasi dari gangguan
sistem ventilasi, fatigue, perubahan fisiologis kulit, bau urea pada napas.
Selain itu, karena berdampak pada metabolism, maka akan terjadi anoreksia,
nausea, dan vomit sehingga beresiko untuk terjadi gangguan nutrisi.
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Informasi penyakit dahulu akan menegaskan untuk penegakkan masalah. Kaji
penyakit pada saringan (glomerulus): kista di ginjal, infeksi kuman,
pyelonephritis, ureteritis, trauma langsung pada ginjal, keganasan pada ginjal,
batu, tumor, DM, hipertensi kolesterol tinggi, infeksi di badan: TBC paru,
sifilis, malaria, hepatitis.
e) Riwayat Kesehatan Keluarga
Gagal ginjal kronis bukan penyakit menular atau menurun, sehingga silsilah
keluarga tidak terlalu berdampak pada penyakit ini. Namun pencetus sekunder
seperti DM dan hipertensi memiliki pengaruh terhadap penyakit gagal ginjal
kronik, karena penyakit ini bersifat herediter.
f) Aktivitas Istriahat
Gejala : kelelahan ekstrem kelemahan dan malaise, gangguan tidur (insomnia/
gelisah atau somnolen).
Tanda : kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
g) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi : nyeri dada (angina)
Tanda : Hipertensi : nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki,
telapak tangan, nadi lemah dan halus, hipotensi ortostatik menunjukkan
hipovolemia yang jarang terjadi pada penyakit tahap akhir, friction rub
pericardial (respon terhadap akumulasi rasa) pucat, kulit coklat kehijauan,
kuning, kecenderungan pendarahan.
h) Integritas Ego
Gejala : Faktor stres, contoh finansial, hubungan, dan sebagainya. Peran tak
berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan
Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,
perubahankepribadian.
i) Eliminasi
Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan berat badan
(malnutrisi). Anoreksia, Malnutrisi, kembung, diare, konstipasi.
Tanda : Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat, berwarna.
Oliguria, dapat menjadi anuria.
j) Makanan atau Cairan
Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan berat badan
(malnutrisi). Anoreksia, nyeri ulu hati, mual / muntah, rasa metalik tidak
sedap pada mulut (pernafasan amonia), pengguanaan diuretik.
Tanda : Distensi abdomen / asietas, pembesaran hati (tahap akhir). Perubahan
turgor kulit. Edem (umum, tergantung). Ulserasi gusi, pendarahan gusi / lidah.
Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, tampak tak bertenaga.
k) Neorosensasi
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot atau kejang : sindrom
Kaki, gelisah, kebas terasa terbakar pada telapak kaki. Kebas kesemutan dan
kelemahan, khususnya ekstremitas bawah (neuropati perifer).
Tanda : Gangguan sistem mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketikmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran, koma. Kejang, fasikulasi otot, aktifitas kejang, Rambut tipis, kuku
rapuh dan tips

l) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot / nyeri kaki. Memburuk pada
malam hari.
Tanda : perilaku berhati-hati dan gelisah.
m) Pernapasan
Gejala : nafas pendek : dipsnea, nokturnal parosimal, batuk dengan / tanpa
sputum kental atau banyak.
Tanda : takiepna, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman (Pernafasan
kusmaul). Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema paru).
n) Keamanan
Gejala : Kulit gatal ada / berulamngnya infeksi
Tanda : Pruritus Demam ( sepsis, dehidrasi ; normotemia dapat secara actual
terjadi peningkatan pada klien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari
pada normal ( efek CKD / depresi respon imum) Ptekie, araekimosis pada
kulit Fraktur tulang ; defosit fosfat, kalsium, (klasifikasi metastatik) pada
kulit, jaringan lunak sendi, keterbatasan gerak sendi.
o) Seksualitas
Gejala : penurunan libido ; amenorea ; infertilitas.
p) Interaksi Sosial
Gejala : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.

b. Pemeriksaan Fisik
a) Penampilan/keadaan umum
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran klien dari
compos mentis sampai coma.
b) Tanda-tanda vital
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan
reguler.
c) Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau
terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan
d) Kepala
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga,
hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan
pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e) Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f) Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar- debar. Terdapat otot bantu
napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru
(rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada
jantung.
g) Abdomen
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
h) Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
i) Ekstremitas
Kelemahan fisik, aktifitas klien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan
Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j) Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia,
dan terjadi perikarditis.

c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengam Chronic Kidney Disease (CKD) menurut
Sudoyo, 2015.
1) Urinalisasi : PH asam, SDP, SDM, berat jenis urin (24 jam) : volume normal,
volume kosong atau rendah, proteiurea, penurunan klirens kreatinin kurang dari
10 ml permenit menunjukan kerusakan ginjal yang berat.
2) Hitungan darah lengakap : penurunan hematokrit / HB , trombosit, leukosit,
peningkaan SDP.
3) Pemerikasaan urin : Warna PH, kekeruhan, glukosa, protein, sedimen, SDM,
keton, SDP, CCT.
4) Kimia darah : kadar BUN, kreatinin, kalium, kalsium, fosfor, natrium, klorida
abnormal.
5) Uji pencitraan : IVP, ultrasonografi ginjal, pemindaian ginjal, CT scan.
6) EKG : distritmia /aritmia

7) Poto polos abdomen, bias tampak batu radio opak.


8) Pielografi intra vena jarang dikerjakan, karena kontras tidak dapat melewati filter
glomerolus, disamping kekawatiran terjadinya pengaruh toksik oleh kontras
terhadap ginjal yang sudah mengalami kerusakan.
9) Piolografi antegrad atau retrograt sesuai dengan indikasi.
10) Pemeriksaan lab CCT (Clirens Creatinin Test) untuk mengetahui laju filtrasi
glomerulus. Untuk menilai GFR (Glomelular Filtration Rate) / CCT (Clearance
Creatinin Test) dapat digunakan dengan rumus: CCT ( ml/ menit ) = (140- umur)
x berat badan (kg) 72 x creatini serum*) wanita hasil tersebut dikalikan dengan
0,85.

d. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan pertukaran gas
2) Perfusi perifer tidak efektif
3) Defisit nutrisi

e. Rencana keperawatan
N Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)
o (SDKI) (SLKI)
1 Gangguan L.01003 Pertukaran Gas I.01014 Pemantauan
pertukaran Tujuan: Setelah Respirasi
gas dilakukan tindakan Observasi:
berhubunga keperawatan selama 3×24 a) Monitor frekuensi,
n dengan jam diharapkan pertukaran irama kedalaman
ketidakseim gas meningkat. dan upaya napas
bangan Kriteria hasil: b) Monitor pola napas
ventilasi- 1) Tingkat kesadaran (seperti bradipnea,
perfusi, meningkat takipnea,
perubahan 2) Dispnea menurun hiperventilasi,
membran 3) Bunyi napas Kussmaul, Cheyne-
alveolus- tambahan menurun Stokes, Biot, ataksik)
kapiler. 4) Gelisah menurun c) Monitor kemampuan
5) Napas cuping batuk efektif
hidung menurun d) Monitor adanya
6) PCO2 membaik produksi sputum
7) PO2 membaik e) Monitor adanya
8) Takikardia sumbatan jalan napas
membaik f) Palpasi kesimetrisan
9) pH arteri ekspansi paru
membaik g) Auskultasi bunyi napas
h) Monitor saturasi
oksigen
i)Monitor nilai AGD
j)Monitor hasil x-ray
toraks
Terapeutik:
a) Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
b) Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi:
a) Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
b) Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

I.01026 Terapi Oksigen


Observasi:
a) Monitor kecepatan
aliran oksigen
b) Monitor posisi alat
terapi oksigen
c) Monitor aliran
oksigen secara
periodik dan
pastikan fraksi yang
diberikan cukup
d) Monitor
kemampuan
melepaskan oksigen
saat makan
e) Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
f) Monitor tanda dan
gejala toksikasi
oksigen dan
atelaktasis
g) Monitor tingkat
kecemasan akibat
terapi oksigen
h) Monitor integritas
mukosa hidung
akibat
pemasangan
oksigen
Terapeutik:
a) Bersihkan sekret
pada mulut,
hidung dan trakea,
jika perlu
b) Pertahankan kepatenan
jalan napas
c) Siapkan dan
atur peralatan
pemberian
oksigen
d) Berikan oksigen
tambahan, jika perlu
e) Tetap
berikan
oksigen
saat pasien
ditransporta
si
f) Gunakan
perangkat oksigen
yang sesuai
dengan tingkat
mobilitas pasien
Edukasi:
a) Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan oksigen
di rumah
Kolaborasi:
a) Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
b) Kolaborasi
penggunaan
oksigen saat
aktivitas dan/atau
tidur
2 Perfusi L.02011 Perfusi Perifer I.02079 Perawatan Sirkulasi
perifer Tujuan: Setelah Observasi:
tidak dilakukan tindakan a) Periksa sirkulasi
efektif keperawatan selama 3×24 periver (mis. Nadi
berhubunga jam diharapkan perfusi perifer, edema,
n dengan perifer meningkat. pengisian kapiler,
penurunan Kriteria Hasil: warna, suhu, ankle
konsentrasi 1) Denyut nadi brachial index)
hemoglobin perifer meningkat b) Identifikasi faktor
. 2) Warna kulit pucat resiko gangguan
menurun sirkulasi ( mis.
3) Pengisian kapiler Diabetes, perokok,
membaik orang tua
4) Akral membaik hipertensi dan
5) Turgor kulit kadar kolestrol
membaik tinggi)
c) Monitor panans,
kemerahan, nyeri
atau bengkak
pada ekstermitas

Teraupetik:
a) Hindari
pemasangan infus
atau pengambilan
darah di daerah
keterbatasan perfusi
b) Hindari
pengukuran
tekanan darah
pada ekstermitas
dengan
keterbatasan
perfusi
c) Hindari
penekanan
dan
pemasangan
tourniquet
pada area
yang cidera
d) Lakukan pencegahan
infeksi
e) Lakukan perawatan
kaki dan kuku

Edukasi:
a) Anjurkan berhenti
merokok
b) Anjurkan berolah raga
rutin
c) Anjurkan
mengecek air
mandi untuk
menghindari
kulit terbakar
d) Anjurkan minum
obat pengontrol
tekanan darah,
antikoagulan,dan
penurun kolestrol,
jika perlu
e) Anjurkan minum
obat pengontrl
tekanan darah
secara teratur
f) Anjurkan
menggunakan obat
penyekat beta
g) Ajarkan program
diet untuk
memperbaiki
sirkulasi ( mis.
Rendah lemak
jenuh, minyak
ikam omega 3)
h) Informasikan tanda
dan gejala darurat
yang harus dilaporkan
(mis. Rasa sakit yang
tidak hilang saat
istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya
rasa)

I.06195 Manajemen Sensasi


Perifer
Observasi:
a) Identifikasi penyebab
perubahan sensasi
b) Identifikasi
penggunaan alat
pengikat,
prosthesis,
sepatu, dan
pakaian
c) Periksa perbedaan
sensasi tajam dan
tumpul
d) Periksa perbedaan
sensasi panas dan
dingin
e) Periksa kemampuan
mengidentifikasi
lokasi dan tekstur
benda
f) Monitor terjadinya
parestesia, jika perlu
g) Monitor perubahan
kulit
h) Monitor
adanya
tromboflebit
is dan
tromboembo
li vena
Teraupetik:
a) Hindari
pemakaian
benda-benda
yang berlebihan
suhunya (terlalu
panas atau
dingin)
Edukasi:
a) Anjurkan
penggunaan
thermometer untuk
menguji suhu air
b) Anjurkan
penggunaan sarung
tangan termal saat
memasak
c) Anjurkan
memakai sepatu
lembut dan
bertumit rendah

Kolaborasi:
a) Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika perlu
3 Defisit L.03030 Status Nutrisi I.03119 Manajemen Nutrisi
nutrisi Tujuan: Setelah
Observasi:
berhubunga dilakukan tindakan
a) Identifikasi status
n dengan keperawatan selama 3×24
jam diharapkan status nutrisi
kurangnya
nutrisi membaik. b) Identifikasi alergi dan
asupan Kriteria Hasil: intoleransi makanan
makanan. 1) Porsi makanan c) Identifikasi makanan
yang dihabiskan yang disukai
meningkat. d) Identifikasi
2) Perasaan cepat kebutuhan
kenyang kalori dan jenis
menurun. nutrient
3) Nyeri abdomen e) Monitor asupan
menurun. makanan
4) Berat badan f) Monitor berat badan
membaik. g) Monitor hasil
5) Indeks Massa pemeriksaan
Tubuh (IMT) laboratorium
membaik.
6) Frekuensi Teraupetik:
makan a) Lakuka oral
membaik. hygiene sebelum
7) Nafsu makan makan, jika perlu
membaik. b) Fasilitasi
8) Bising usus menentukan
membaik pedooman diet (mis.
9) Membran Piramida makanan)
mukosa c) Sajikan makanan
membaik. secara menarik dan
suhu yang sesuai
d) Berikan
makananting
gi serat
untuk
mencegah
konstipasi
e) Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
f) Berikan makanan
rendah protein
Edukasi:
a) Anjurkan posisi dusuk,
jika mampu
b) Anjurkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi:
a) Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetic), jika
perlu
b) Kolaborasi
dengan ahli gizi
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu

I.03136 Promosi Berat


Badan
Observasi:
a) Identifikasi
kemungkinan
penyebab BB
kurang
b) Monitor adanya mual
muntah
c) Monitor jumlah
kalori yang
dikonsumsi
sehari-hari
d) Monitor berat
badan
e) Monitor albumin,
limfosit, dan elektrolit
serum
Teraupetik:
a) Berikan
perawatan
mulut
sebelum
pemberian
makan, jika
perlu
b) Sediakan makanan
yang tepat sesuai
kondisi pasien (mis.
Makanan dengan
tekstur halus,
makanan yang
diblender, makanan
cair yang diberikan
melalui NGT atau
gastrostomy, total
parenteral nutrition
sesuai indikasi)
c) Hidangkan makanan
secara menarik
d) Berikan suplemen, jika
perlu
e) Berikan pujian pada
pasien/keluarga
untuk peningkatan
yang dicapai
Edukasi:
a) Jelaskan jenis
makanan yang
bergizi tinggi, namun
tetap terjangkau
b) Jelaskan
peningkatan
asupan kalori
yang dibutuhkan

f. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang merupakan kompnen dari proses keperawatan adalah kategori
dari prilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
dan hasil yang dperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen
perencanaan dari proses keperawatan. Namun demikian, di banyak lingkungan
perawatan kesehatan, implementasi mungkin dimulai secara lansung setelah
pengkajian.

g. Evaluasi Keperawatan
Evalusi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan
secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika
hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan criteria hasl, klien bisa keluar dari
siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembalike dalam siklus
tersebut mulai dari pengkajian ulang (reassessment).
Secara umum, evaluasi ditujukan untuk:
• Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
• Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.
• Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai
DAFTAR PUSTAKA

Bayhakki. 2013. Seri asuhan keperawatan klien gagal ginjal kronik. Jakarta: EGC

https://pdfcoffee.com/lp-ckd-hd-pdf-free.html

Fitrianasri, et al. 2017. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Tingkat Deperesi Pasien Chronic
Kidney Disease. e-Jurnal Kesehatan Vol.5(1)

Rustandi, Handi, at all. 2018. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Chronic
Kidney Disease Yang Menjalani Hemodialisa. Jurnal Keperawatan Silampari (1).2.

Arianti, et all. 2020. Karakteristik Faktor Resiko Pasien Chronic Kidney Disiase (CKD) yang
Menjalani Hemodialisa Di RS. X Madium. Biomedika Volume 12. No.1

Akmarawita, Kadir. 2016. Hubungan Patofisiologi Hipertensi dan Hipertensi tebal. Jurnal Ilmiah
Kedokteran. Vol.5, No.1

Nurarif, Huda A. dan Hardi Kusuma 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa
medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction.

Smeltzer, S. 2014. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2
Edisi 8. Jakarta : EGC.

Prabowo, E & Pranata, A . E . 2014. Asuhan keperawatan system perkemihan. Yogyakarta.


Hukum Medika

PPNI. 2016. Standar diagnosis keperawatan Indonesia: definisi dan indikator diagnostik edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar intervensi keperawatan Indonesia: definisi dan tindakan keperawatan edisi
1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2019. Standar luaran keperawatan Indonesia: definisi dan kriteria hasil edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai