4
Pengkajian
1. Pengkajian
a) Identitas pasien: Nama, alamat, umur, jemis kelamin, alamat dst. Indentitas
penanggung jawab
b) Keluhan utama
Kwashiorkor: ibu mengatakan anaknya mengalami bengkak pada kaki dan
tangan, kondisi lemah dan tidak mau maka, BB menurun dll.
Marasmus : ibu pasien mengatakan anaknya rewel, tidak mau makan, badan
kelihatan kurus dll.
c) Riwayat kesehatan;
Riwayat penyakit sekarang
Kapan keluhan mulai dirasakan
Kejadian sudah berapa lama.
Apakah ada penurunan BB
Bagaimanan nafsu makan psien
Bagaimana pola makannya
Apakah pernah mendapat pengobatan, dimanan, oleh siapa, kapan, jenis
obatnya.
5
Next..
Pola penyakit dahulu:
Apakah dulu pasien dulu pernah menderita penyakit seperti sekarang.
Riwayat penyakit keluarga
Apakah anggota keluarga pasien pernah menderita penyakit yang
berhubungan dengan kekurangan gizi atau kurang protein.4)
Riwayat spiritual
Adanya kepercayaan yang melarang makanan tertentu.
6
Next..
d) Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi: Meliputi observasi sistemik keadaan pasien sehubungan dengan
status gizi pasien:
a. Pemampilan umum pasien menunjukkan status nutrisi atau gizi pasien
b. Pada kwashiorkor; apakah ada edema, rambut rontok, BB menurun, muka
seperti bulan.
c. Pada marasmus : badan kurus, atrofi otot, rambut kemerahan dan kusam,
tampak siannosis, perut membuncit.
2) Palpasi
a. Pada marasmus terdapat tugor kulit yang jelek.
b. Pada kwashiorkor terdapat pembesaran hati.
c. Pemeriksaan diagnostik.
7
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Anak dengan KKP
1) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan inadekuatnya intake
makanan.
Intervensi:
1. Kaji status nutrisi secara kontinu, selama perawatan setiap hari.
2. Berikan makanan sedikit-sedikit dan makanan kecil tambahan yang tepat.
3. Timbang berat badan anak tiap hari.
4. Dokumentasikan masukan oral selama 24 jam, riwayat makanan, jumlah kalori dengan tepat.
5. Berikan terapi nutrisi dalam program pengobatan rumah sakit sesuai indikasi.
Rasional:
6. Memberikan kesempatan untuk mengobservasi penyimpangan dari normal.
7. Meningkatkan nafsu makan dan memampukan pasien untuk mempunyai pilihan terhadap
makanan yang dapat dinikmati.
8. Pengawasan kehilangan nutrisi dan alat pengkajian kebutuhan nutrisi.
9. Mengidentifikasi ketidakseimbangan antara perkiraan kebutuhan nutrisi dan masukan.
10. Perawatan di rumah sakit memberikan kontrol lingkungan dimana masukan makanan dapat
dipantau.
8
Next..
2) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan inadekuatnya
asupan cairan.
Intervensi:
1. Catat karakteristik muntah, awasi tanda vital, status membran mukosa, turgor kulit.
2. Awasi masukan dan haluaran dan hubungkan dengan perubahan berat badan.
3. Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, ukur haluaran urine dengan akurat.
4. Identifikasi rencana untuk meningkatkan atau mempertahankan keseimbangan cairan
optimal, misalnya: jadwal masukan cairan.
5. Beriakan cairan parenteral sesuai indikasi.
Rasional:
6. Sebagai indikator inadekuatan volume sirkulasi.
7. Memberikan pedoman dalam pemberian cairan.
8. Mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan
elektrolit.
9. Untuk memperbaiki ketidakseimbangan cairan.
10. Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh.
9
Implementasi
10
Evaluasi
Penilaian perawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan perawatan yang dilakukan dalam memahami kebutuhan
klien ( effendy,1995 ).
Ada 3 alternatif untuk menilai sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan
itu tercapai,yaitu:
Tujuan tercapai ; jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan
Tujuan tercapai sebagian ; jika pasien menunjukkan perubahan sebagian
dari standar dan kriteria yang telah ditetapkan
Tujuan tidak tercapai ; jika pasien tidak menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru (effendy,1995)
11
Asuhan
Keperawatan
Anak dengan
Thypoid
Defenisi Thypoid
13
Pengkajian
1. Pengkajian
a) Identifikasi, sering ditemukan pada anak berumur diatas satu
tahun.
b) Keluhan utama, Berupa perasaan yang tidak enak badan, lesu,
nyeri kapala, pusing dan kurang bersemangat, serta nafsu
makan kurang (terutama selama masa inkubasi). Pada kasus
yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat
febris remiten, dan suhu tubuhnya tidak tinggi sekali.
c) Pemeriksaan fisik
1. Kepala Melihat kebersihan kulit kepala, distribusi rambut
merata dan warna rambut.
2. Wajah, melihat ke semetrisan kiri dan kanan.
3. Mata, terlihat sklera putih, konjuntiva merah muda, dan
reflek pupil mengecil ketika terkena sinar.
14
Next..
4. Mulut, terdapat napas yang berbau tidak sedap serta bibir kering,
dan pecah- pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor,
sementara ujung dan tepinya berwarna kemerahan dan jarang
disertai tremor.
5. Leher, tidak adanya distensi vena jugularis.
6. Abdomen, dapat ditemukan keadaan perut kembung. Bisa terjadi
konstipasi, atau mungkin diare atau normal.
7. Hati dan limfe membesar disertai dengan nyeri pada perabaan.
8. Ektermitas, pergerakan baik antara kiri dan kanan.
9. Integumen, akral teraba hangat dan terdapat pada punggung dan
anggota gerak dapat ditemukan reseola (bintik-bintik kemerahan
karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan
pada minggu pertama demam).
15
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan Anak
dengan Thypoid
1) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.
Intervensi:
1. Kaji warna kulit
2. Monitor suhu tubuh minimal tiap 2 jam.
3. Monitor TD, N dan RR.
4. Identifikasi adanya penurunan tingkat kesadaran.
5. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi.
6. Beri kompres hangat pada sekitar axilla dan lipatan paha.
7. Beri pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
8. Kolaborasi Algernik
16
Next..
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis.
Intervensi:
1. Lakukakan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
3. Gunakan komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien.
4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
5. Ajarkan tehnik non farmakologi.
6. Kolaborasi pemberin obat analgetik.
17
Implementasi
18
Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dan
merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah
berhasil dicapai. Perawat mengevaluasi kemajuan pasien
terhadap tindakan keperawtan dalam mencapai tujuan dan
merevisi data dasar dan perencanaan (Hutahaean Serri,
2010). Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan
klien dalam mecapai tujuan.
19
Asuhan
Keperawatan
Anak dengan
DM Juvenil
Defenisi DM Juvenil
DM tipe 1 sering disebut Juvenile Diabetes atau Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) dengan jumlah penderita 5 – 10%
dari seluruh penderita DM dan biasanya terjadi pada anakanak dan usia
muda.
Diabetes mellitus (DM) tipe-1 adalah DM akibat insulin tidak
cukup diproduksi oleh sel beta pankreas, sehingga terjadi hiperglikemia
(WHO, 2017).
Tipe -1 ini ditandai dengan berkurangnya sel beta pankreas
yang diperantarai oleh imun atau antibodi, sehinga sepanjang hidup
penderita ini tergantung pada insulin eksogen (Chiang JL, 2014).
Penyakit DM dapat disebabkan oleh tidak adekuatnya
produksi insulin karena penurunan fungsi pada sel - sel beta pankreas
yang dikenal dengan DM tipe 1 atau tidak efektifnya kerja insulin di
jaringan yang dikenal dengan DM 2.
21
Pengkajian
1. Pengkajian
a) Identitas Pasien meliputi : nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit,
nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis.
b) Riwayat Kesehatan
Keluhan utama Polifagi, Poliuria, Polidipsi, penurunan
berat badan, frekuensi minum dan berkemih.
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit dahulu.
Riwayat kesehatan keluarga.
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
22
Next..
c) Pemeriksaan Fisik
1. Aktivitas / istrahat. Lemah, letih, susah, bergerak / susah berjalan, kram
otot, tonus otot menurun. Tachicardi, tachipnea pada keadaan
istrahat/daya aktivitas. Letargi / disorientasi, koma.
2. Sirkulasi Adanya riwayat hipertensi : infark miokard akut, kesemutan
pada ekstremitas dan tachicardia. Perubahan tekanan darah postural :
hipertensi, nadi yang menurun / tidak ada. Disritmia, krekel : DVJ
ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan
tekanan darah
3. Pernapasan Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya
infeksi / tidak)
4. Neurosensori Pusing / pening, gangguan penglihatan, disorientasi :
mengantuk, lifargi, stuport / koma (tahap lanjut). Sakit kepala,
kesemutan, kelemahan pada otot, parestesia, gangguan penglihatan,
gangguan memori
5. Nyeri / Kenyamanan Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang
berat), wajah meringis dengan palpitasi : tampak sangat berhati – hati.
23
Next..
6. Keamanan Kulit kering, gatal : ulkus kulit, demam diaporesis.
7. Eliminasi Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia,
anuria ), diare, Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat
berkembang menjadi oliguria / anuria jika terjadi hipololemia
barat). Abdomen keras, bising usus lemah dan menurun :
hiperaktif (diare).
8. Integritas Ego Stress, ansietas
9. Makanan / Cairan Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti
diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
24
Next..
d) Pemeriksaan Penunjang Glukosa darah : meningkat 200-
100mg/dL
Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari
330mOsm/l
Elektrolit
Hemoglobin glikosilat
Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan
penurunan pada HCO3 (asidosis metabolic) dengan kompensasi
alkalosis respiratorik.
Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ;
leukositosis : hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress
atau infeksi.
25
Next..
Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/
penurunan fungsi ginjal) Amilase darah : mungkin meningkat yang
mengindikasikan adanya pancreatitis akut sebagai penyebab dari
DKA.
Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada
( pada− tipe 1) atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang
mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya
(endogen/eksogen).
Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan
antibody .( autoantibody) Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan
aktivitas hormone tiroid− dapat meningkatkan glukosa darah dan
kebutuhan akan insulin.
Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran
kemih, infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.
26
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan Anak
dengan Thypoid
1) Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
Intervensi:
1. Memantau kadar glukosa darah, seperti yang ditunjukkan
2. Pantau tandatanda dan gejala hiperglikemia : poliuria, polidipsia,
polifagia, lemah, kelesuan, malaise mengaburkan visi, atau sakit
kepala.
3. Menyediakan kebersihan mulut, jika perlu
4. Menginstruksikan keluarga pasien dan signifikan terhadap
pencegahan, pengenalan manajemen
5. Memberikan cairan IV sesuai kebutuhan
6. Konsultasikan dengan dokter jika tanda dan gejala hiperglikemia
menetap atau memburuk
27
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan Anak
dengan Thypoid
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Intervensi:
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
3. Bantu pasien untuk makan
4. Edukasi mengenai nutrisi pasien dengan diet yang dijalani
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
28
Implementasi
29
Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes
mellitus adalah:
1) Kondisi tubuh stabil, dan tanda-tanda vital normal
2) Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium
normal dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
3) Rasa lemah dan lelah berkurang/Penurunan rasa lemah
dan lelah
4) Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek
prosedur dan proses pengobatan
30
SEKIAN DAN TERIMA
KASIH
31