KELOMPOK 1
Nama Anggota:
TINGKAT : 3-C
TAHUN 2021
i
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas
rahmat, taufiq, dan hidayahnya maka kami dapat menyelesaikan makalah
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I). Laporan ini diajukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit Menular pada
Program Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Pada Kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih yang setulus-
tulusnya atas semua dukungan, bantuan serta bimbingan dari semua pihak
selama proses belajar dan penyusunan makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam
penyusunan laporan ini . Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun dari
semua pihak sangat diharapkan, untuk perbaikan kedepan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
A. Pengertian PD3I
.................................................................................3
B. Etiologi
Penyakit ...................................................................................3
C. Masa Inkubasi dan Penularan PD3I……............................................. 5
D. Gejala dan tanda penyakit serta diagnosis...........................................7
E. Pengobatan dari
PD3I.........................................................................10
F. Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Penyakit ..............
…...11
G. Cara Pencegahan PD3I .........................………………………..……..13
H. Gambaran Epidemiologi
Penyakit ......................................................15
BAB III
PENUTUP ..............................................................................................16
A. Kesimpulan ........................................................................................18
B. Saran .................................................................................................18
iii
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................20
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di indonesia diperkirakan setiap tahun terjadi 5% (1,7 juta) kemarin pada
anak balita akibat penyakit yang dapat dicegah imunisasi (PD31). Sementara
pada tahun 1972,sesuai laporan WHO, berasarkan hasil evaluasi kejadian
penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi, diperkirakan setiap tahun
sebanyak 5000 anak meninggal karena difteri dan penemuan kasus difteri
tenggirok pada balita sebanyak 28.500 kasus.
Imunisasi sebagai upaya preventif yang harus dilaksanakan secara terus
menerus,menyeluruh, dan dilaksanakan sesuai standar sehingga mampu
memutus mata rantai penularan penyakit dan menimbulkan /meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit,secara bila kelak
individu itu terpapar oleh dengan penyakit tersebut tidak menderita tersebut
tidak menderita sakit.
Imunisasi adalah suatu upaya atau proses untuk menimbulkan /
meningkatnya kekebalan seseorang terhadap suatu antigen sehingga bila
kelak individu itu terpapar oleh antigen serupa tidak akan terjadi penyakit.
Tujuan jangka panjang dari upaya pelayanan imunisasi adalah eradikasi atau
eliminasi suatu penyakit. Tujuan jangka pendek adalah pencegahan penyakit
secara perorangan atau kelompok.
Banyak penyakit yang telah ditemukan vaksin sebagai upaya
pencegahannya.tetapi tidak semua dijadikan program imunisasi Nasional.
Menurut Depkes RI (2005). Beberapa pertimbangan kedalampertimbangan
untuk memasuknya kedalam program antara lain adalah besarnya masalah
yang ditimbulkan (discase burdens), keganasan penyakit, efektifitas
vaksin,dan ketersediaan vaksin.sehingga kelompok tertarikmembuat makalah
tentang upaya pencegahan penyakit melalui program imuniasi lebih populer
dengan sebutan yang dicegah dengan imunisasi (PD31).
B. Rumusan Masalah
1
2. Apa Etiologi Penyakit ?
3. Apa Masa Inkubasi dan Penularan PD3I ?
4. Apa Gejala dan Tanda Penyakit Serta Diagnosis ?
5. Apa Pengobatan PD3I ?
6. Apa Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Penyakit?
7. Bagaimana cara pencegahan PD3I ?
8. Bagaiamana Gambaran Epidemiologi Penyakit?
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian PD3I
PD3I adalah penyakit – penyakit yang sudah tersedia vaksinnya untuk
upaya pencegahannya. Vaksin tersebut bila diberikan kepada sasaran maka
akan memberikan perlindungan baik sebagian maupun secara keseluruhan
kepada sasaran tersebut. Contoh beberapa penyakit yaitu Polio, Diphteri,
Tetanus dan Campak.
Berikut pengertian beberapa penyakit PD3I
1. Polio
Poliomyelitis atau polio adalah penyakit saraf yang dapat menyebabkan
kelumpuhan permanen. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus dan
sangat menular, tetapi dapat dicegah dengan melakukan imunisasi
polio.
2. Diphteri
Difteri adalah infeksi bakteri pada hidung dan tenggorokan. Meski tidak
selalu menimbulkan gejala, penyakit ini biasanya ditandai oleh
munculnya selaput abu-abu yang melapisi tenggorokan dan amandel.
3. Tetanus
Tetanus adalah kondisi kaku dan tegang di seluruh tubuh akibat infeksi
kuman. Kaku dan tegang seluruh tubuh ini terasa menyakitkan dan
dapat menyebabkan kematian. Gejala tetanus akan muncul dalam 4-21
hari setelah terinfeksi.
4. Campak
Campak adalah munculnya ruam kemerahan di seluruh tubuh akibat
infeksi virus. Campak merupakan penyakit menular dan dapat
menyebabkan komplikasi serius, terutama pada bayi dan anak-anak.
B. Etiologi Penyakit
Di bidang kedokteran, istilah ini mengacu pada penyebab dari suatu
penyakit atau gangguan kesehatan. Ketika suatu etiologi suatu penyakit
tidak dapat ditentukan atau diketahui secara pasti, penyebab penyakit
tersebut disebut idiopatik. Maka etiologi penyakit bisa disebut juga dengan
penyebab penyakit.
3
1. Penyebab penyakit polio
Penyakit polio disebabkan oleh virus polio. Virus polio yang
menyebabkan poliomielitis atau paralisis infantil terdiri dari 3 jenis strain
antigen atau serotipe virus polio liar (wild poliovirus / WPV), yaitu tipe 1,
tipe 2, dan tipe 3. Hanya manusia yang diketahui sebagai reservoir virus
polio. Orang dengan defisiensi imun bisa menjadi carrier asimtomatik
dari virus ini.
Virus Polio Tipe 1
Virus polio tipe 1 merupakan penyebab dari 85% kasus polio paralitik.
Virus ini memiliki sifat imunitas heterotipik minimal, yaitu imunitas
terhadap satu tipe, tidak melindungi tubuh terhadap infeksi tipe lainnya.
Namun, imunitas yang timbul dari tiap tipe adalah untuk jangka panjang,
atau seumur hidup.
Virus Polio Tipe 2 dan Tipe 3
Virus polio tipe 2 secara resmi dideklarasikan dan disertifikasi pada bulan
September 2015, sebagai tipe yang telah dieradikasi secara global. Virus
polio tipe 3 juga tidak terdeteksi sejak November 2012. Karenanya,
diperkirakan hanya tipe 1 WPV yang masih bersirkulasi saat ini.
Virus polio tersebut masuk melalui rongga mulut atau hidung,
kemudian menyebar di dalam tubuh melalui aliran darah. Penyebaran
virus polio dapat terjadi melalui kontak langsung dengan tinja penderita
polio, atau melalui konsumsi makanan dan minuman yang telah
terkontaminasi virus polio. Virus ini juga dapat menyebar melalui
percikan air liur ketika penderita batuk atau bersin, namun lebih jarang
terjadi.
4
3. Penyebab penyakit tetanus
Penyebab tetanus yaitu Bakteri Clostridium tetani merupakan penyebab
utama terjadinya infeksi tetanus. Hal yang perlu digarisbawahi, infeksi
tetanus merupakan infeksi yang tergolong serius. Bakteri ini umumnya
terdapat dalam debu, tanah, serta kotoran hewan dan manusia.
Bakteri tetanus sering kali masuk ke tubuh melalui luka terbuka akibat
cidera atau luka bakar. Jika berhasil memasuki tubuh, bakteri tetanus
berkembang biak dan melepas neurotoksin, yaitu racun yang menyerang
sistem saraf.
5
terinfeksi. Orang-orang tanpa gejala ini membawa virus dalam usus
mereka dan dapat “diam-diam” menyebarkan infeksi ke ribuan orang
lain.
6
e) Cedera dengan jaringan mati
a) Prosedur operasi
b) Luka dangkal (misalnya goresan)
c) Gigitan serangga
d) Penggunaan obat infus
e) Suntikan ke otot
f) Infeksi gigi
7
sakit kepala serta kaki, tangan, leher dan punggung terasa kaku dan
sakit
b. Polio paralisis adalah jenis polio yang berbahaya karena dapat
menyebabkan kelumpuhan saraf tulang belakang dan otak secara
permanen. Gejala awal polio paralisis serupa dengan polio
nonparalisis. Namun dalam waktu 1 minggu, akan muncul gejala
berupa menyebabkan sakit kepala, demam, lemah otot, kaki dan
lengan terasa lemah, dan kehilangan refleks tubuh.
c. Sindrom pasca-polio menyebabkan sulit bernapas atau menelan,
sulit berkonsentrasi, lemah otot, depresi, gangguan tidur dengan
kesulitan bernapas, mudah lelah dan massa otot tubuh menurun.
8
Diagnosis Diphteri adalah Dokter dapat menduga pasien terkena difteri
jika terdapat lapisan abu-abu di tenggorokan atau amandelnya. Namun
untuk memastikannya, dokter akan mengambil sampel lendir dari
tenggorokan pasien (pemeriksaan usap atau swab tenggorok), untuk
diteliti di laboratorium.
Terlebih lagi jika sudah muncul gejala khas tetanus antara lain :
9
c. Lemas dan letih
d. Demam tinggi
e. Sakit dan nyeri
f. Tidak bersemnagat dan kehilangan selera makan
g. Diare/atau dan muntah – muntan ; dan
h. Bercak kecil berwarna putih keabu – abuan di mulut dan tenggorokan
Gejala campak akan mereda secara bertahap tanpa pengobatan khusus,
dan hilang kira-kira 10 hari setelah terinfeksi virus.
Diagnosis pada campak ditentukan berdasarkan gambaran klinis, yaitu
tanda dan gejala yang dialami oleh pasien. Namun pada kasus-kasus
khusus, dokter dapat melakukan pemeriksaan penunjang, seperti
pemeriksaan darah lengkap, antibodi terhadap campak, dan fungsi hati.
Pemeriksaan menggunakan reverse transcriptase-polymerase chain
reaction (RT-PCR) juga dapat menentukan diagnosis secara pasti.
Namun pada sebagian besar kasus, ini tidak dibutuhkan
10
a. Suntikan antiracun
Dokter akan memberikan suntikan antiracun (antitoksin) difteri guna
melawan racun yang dihasilkan oleh bakteri difteri. Sebelum suntik
dilakukan, pasien akan menjalani tes alergi kulit untuk memastikan
tidak ada alergi terhadap antitoksin.
b. Obat antibiotik
Untuk membunuh bakteri difteri dan mengatasi infeksi, dokter akan
memberikan antibiotik, seperti penisilin atau erythromycin. Antibiotik
perlu dikonsumsi sampai habis sesuai resep dokter, guna
memastikan tubuh sudah bebas dari penyakit difteri. Dua hari setelah
pemberian antibiotik, umumnya penderita sudah tidak lagi bisa
menularkan penyakit difteri.
11
3. Mengkonsumsi suplemen vitamin A
4. Minum obat penurun demam dan obat pereda sakit serta nyeri.
12
f) Tinggal di pemukiman padat, seperti barak militer, penampungan
tunawisma, dan penjara
13
1. Cara pencegahan penyakit Polio
Pencegahan polio dapat dilakukan dengan melakukan imunisasi polio.
Vaksin polio mampu memberikan kekebalan terhadap penyakit polio dan
aman diberikan kepada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah. Ada dua bentuk vaksin polio, yaitu suntik (IPV) dan obat tetes
mulut (OPV).
Polio dalam bentuk obat tetes mulut (OPV-0) diberikan kepada bayi
sesaat setelah lahir. Selanjutnya, vaksin polio akan diberikan sebanyak
empat dosis, baik dalam bentuk suntik (IPV) atau obat tetes mulut (OPV).
Berikut adalah jadwal pemberian keempat dosis vaksin polio tersebut:
a) Dosis pertama (Polio-1) diberikan saat usia 2 bulan
b) Dosis kedua (Polio-2) diberikan saat usia 3 bulan
c) Dodis ketiga (Polio-3) diberikan saat usia 4 bulan
d) Dosis terkahir diberikan saat usia 18 bulan, sebagai dosis penguat
14
Bagi anak-anak berusia di bawah 7 tahun yang belum pernah
mendapat imunisasi DPT atau tidak mendapat imunisasi lengkap, dapat
diberikan imunisasi kejaran sesuai jadwal yang dianjurkan dokter anak.
Khusus bagi anak-anak yang sudah berusia 7 tahun ke atas dan belum
mendapat imunisasi DPT, dapat diberikan vaksin Tdap.
15
Pada tahun 2005-2006 terjadi Kejadian Luar Biasa Polio di
Indonesia. Kasus pertama dilaporkan dari kab. Sukabumi (Jawa Barat).
Dalam kurun waktu 10 bulan Virus Polio Liar menyebar ke 47 Kab./Kota
dan 10 Provinsi di Jawa dan Sumatera, dengan jumlah kasus 303 pada
tahun 2005 dan 2 kasus pada tahun 2006. Kasus terakhir yang
dilaporkan berasal dari Aceh Tenggara pada tanggal 26 Februari 2006
dan kasus tambahan yang diambil spesimennya pada tanggal 13 April
2006 menunjukkan hasil positif virus polio liar tipe 1. Pada tanggal 9 Juni
2005 terjadi Kejadian Luar Biasa VDPV pertama kali di 5
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, dengan total 46 kasus.
16
Penyebab kematian pasien tetanus terbanyak adalah masalah
semakin buruknya sistem kardiovaskuler paska tetanus ( 40%),
pneumonia (15%), dan kegagalan pernapasan akut (45%). Health Care
Associated Pneumonia(HCAP) dalam beberapa penelitian dihubungkan
dengan posisi saat berbaring. Tetapi, penelitian terbaru oleh Huynh et al
(2011), posisi semi terlentang atau terlentang tidak memberi perbedaan
yang bermakna terhadap terjadinya pneumonia pada pasien tetanus.
Angka mortalitas penyakit tetanus di negara maju cukup tinggi bagi
kelompok yang mempunyai risiko tinggi terhadap kematian akibat
penyakit ini. Infark miokard menjadi konsekuensi dari disfungsi saraf
otonom dan berperan besar terhadap angka mortalitas penyakit tetanus
di populasi usia lanjut.
17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada dasarnya semua penyakit yang disebabkan oleh
mikroorganisma dan virus dapat dicegah dengan pemberian vaksin
(imunisasi). Namun tidak semua penyakit dapat dicegah dengan
imunisasi secara efektif. PD3I adalah penyakit infeksi yang dapat
dicegah secara efektif dengan vaksin yang ada.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan
strategi pencegahan penyakit dengan vaksin antara lain : Besaran
Masalah, keganasanya (severity) melalui indikator “case fatality rate”,
Adanya tekhnologi pembuatan vaksin, Efikasi, efektivitas, Efisiensi (cost
effectiveness) dll.
PD3I yang menjadi program prioritas pemerintah Indonesia dibagi
dalam dua kelompok yaitu imunisasi dasar dan imunisasi lain. Imunisasi
dasar ditujukan terhadap penyakit tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus,
polio, campak, dan hepatitis B. Penentuan prioritas PD3I yang
ditanggulangi melalui pemberian imunisasi dasar berdasarkan
pertimbangan beban penyakit dan kemampuan keuangan Negara.
B. SARAN
Dari uraian pembahasan diatas, maka kelompok dapat memberikan
saran:
1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Meningkatkan pengetahuan dan mengikutsertakan petugas
kesehatan khususnya petugas imunisasi dan petugas promosi
kesehatan padapelatihan yang menyangkut imunisasi dasar agar
18
dapat lebih memahami sehingga mampu memberikan penyuluhan
dan promosi kesehatan yang efektif dan efisien kepada masyarakat
tentang pentingnya imunisasi dasar pada anak
2. Bagi Masyarakat
a. Bagi ibu yang memiliki bayi membawa anaknya ke posyandu
untuk mendapatkan imunisasi sesuai dengan jadwal yang
ditetapkan
b. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan dan
imunitas anak sehingga anak telindung dari penyakit PD3I.
19
DAFTAR PUSTAKA
20