Anda di halaman 1dari 24

Makalah

Epidemiologi Penyakit Menular


Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
(PD3I)
Makalah Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata kuliah Epidemiologi Penyakit Menular

Dosen Pengampu: Dr. Dyan Kunthi ,SKM., MKM

KELOMPOK 1

Nama Anggota:

Tasya Namira Andrianti (113118099)

Ruhyatna Irawan (113118117)

Silvia Putri Hasanudin (113118118)

Dulizul Mariam Putri Silaban (113118121)

TINGKAT : 3-C

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT (S1)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDRAL ACHMAD YANI CIMAHI

TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas
rahmat, taufiq, dan hidayahnya maka kami dapat menyelesaikan makalah
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I). Laporan ini diajukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit Menular pada
Program Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Pada Kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih yang setulus-
tulusnya atas semua dukungan, bantuan serta bimbingan dari semua pihak
selama proses belajar dan penyusunan makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam
penyusunan laporan ini . Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun dari
semua pihak sangat diharapkan, untuk perbaikan kedepan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.

Bandung, Maret 2021

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................ii

Daftar Isi ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................


1

A. Latar Belakang ....................................................................................


1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................
2
D. Manfaat Penulisan ..............................................................................
2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

A. Pengertian PD3I
.................................................................................3
B. Etiologi
Penyakit ...................................................................................3
C. Masa Inkubasi dan Penularan PD3I……............................................. 5
D. Gejala dan tanda penyakit serta diagnosis...........................................7
E. Pengobatan dari
PD3I.........................................................................10
F. Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Penyakit ..............
…...11
G. Cara Pencegahan PD3I .........................………………………..……..13
H. Gambaran Epidemiologi
Penyakit ......................................................15

BAB III
PENUTUP ..............................................................................................16

A. Kesimpulan ........................................................................................18
B. Saran .................................................................................................18

iii
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................20

iv
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di indonesia diperkirakan setiap tahun terjadi 5% (1,7 juta) kemarin pada
anak balita akibat penyakit yang dapat dicegah imunisasi (PD31). Sementara
pada tahun 1972,sesuai laporan WHO, berasarkan hasil evaluasi kejadian
penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi, diperkirakan setiap tahun
sebanyak 5000 anak meninggal karena difteri dan penemuan kasus difteri
tenggirok pada balita sebanyak 28.500 kasus.
Imunisasi sebagai upaya preventif yang harus dilaksanakan secara terus
menerus,menyeluruh, dan dilaksanakan sesuai standar sehingga mampu
memutus mata rantai penularan penyakit dan menimbulkan /meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit,secara bila kelak
individu itu terpapar oleh dengan penyakit tersebut tidak menderita tersebut
tidak menderita sakit.
Imunisasi adalah suatu upaya atau proses untuk menimbulkan /
meningkatnya kekebalan seseorang terhadap suatu antigen sehingga bila
kelak individu itu terpapar oleh antigen serupa tidak akan terjadi penyakit.
Tujuan jangka panjang dari upaya pelayanan imunisasi adalah eradikasi atau
eliminasi suatu penyakit. Tujuan jangka pendek adalah pencegahan penyakit
secara perorangan atau kelompok.
Banyak penyakit yang telah ditemukan vaksin sebagai upaya
pencegahannya.tetapi tidak semua dijadikan program imunisasi Nasional.
Menurut Depkes RI (2005). Beberapa pertimbangan kedalampertimbangan
untuk memasuknya kedalam program antara lain adalah besarnya masalah
yang ditimbulkan (discase burdens), keganasan penyakit, efektifitas
vaksin,dan ketersediaan vaksin.sehingga kelompok tertarikmembuat makalah
tentang upaya pencegahan penyakit melalui program imuniasi lebih populer
dengan sebutan yang dicegah dengan imunisasi (PD31).

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas , maka dirumuskan masalah :

1. Apa Itu Pengertian dari PD3I?

1
2. Apa Etiologi Penyakit ?
3. Apa Masa Inkubasi dan Penularan PD3I ?
4. Apa Gejala dan Tanda Penyakit Serta Diagnosis ?
5. Apa Pengobatan PD3I ?
6. Apa Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Penyakit?
7. Bagaimana cara pencegahan PD3I ?
8. Bagaiamana Gambaran Epidemiologi Penyakit?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari makalah ini yaitu :

1. Mengetahui Pengertian dari PD3I


2. Mengetahui Etiologi Penyakit
3. Mengetahui Masa Inkubasi dan Penularan PD3I
4. Mengetahui Gejala dan Tanda Penyakit Serta Diagnosis
5. Mengetahui Pengobatan PD3I
6. Mengetahui Faktor yang berhubungan dengan Terjadinya Penyakit?
7. Mengetahui Cara Pencegahan PD3I
8. Mengetahui Gambaran Epidemioloi Penyakit?

D. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :

1. Menambah wawasan bagi kami maupun pembaca tentang Andropause


2. Sebagai referensi bagi pembaca

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian PD3I
PD3I adalah penyakit – penyakit yang sudah tersedia vaksinnya untuk
upaya pencegahannya. Vaksin tersebut bila diberikan kepada sasaran maka
akan memberikan perlindungan baik sebagian maupun secara keseluruhan
kepada sasaran tersebut. Contoh beberapa penyakit yaitu Polio, Diphteri,
Tetanus dan Campak.
Berikut pengertian beberapa penyakit PD3I
1. Polio
Poliomyelitis atau polio adalah penyakit saraf yang dapat menyebabkan
kelumpuhan permanen. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus dan
sangat menular, tetapi dapat dicegah dengan melakukan imunisasi
polio.
2. Diphteri
Difteri adalah infeksi bakteri pada hidung dan tenggorokan. Meski tidak
selalu menimbulkan gejala, penyakit ini biasanya ditandai oleh
munculnya selaput abu-abu yang melapisi tenggorokan dan amandel.
3. Tetanus
Tetanus adalah kondisi kaku dan tegang di seluruh tubuh akibat infeksi
kuman. Kaku dan tegang seluruh tubuh ini terasa menyakitkan dan
dapat menyebabkan kematian. Gejala tetanus akan muncul dalam 4-21
hari setelah terinfeksi.
4. Campak
Campak adalah munculnya ruam kemerahan di seluruh tubuh akibat
infeksi virus. Campak merupakan penyakit menular dan dapat
menyebabkan komplikasi serius, terutama pada bayi dan anak-anak.

B. Etiologi Penyakit
Di bidang kedokteran, istilah ini mengacu pada penyebab dari suatu
penyakit atau gangguan kesehatan. Ketika suatu etiologi suatu penyakit
tidak dapat ditentukan atau diketahui secara pasti, penyebab penyakit
tersebut disebut idiopatik. Maka etiologi penyakit bisa disebut juga dengan
penyebab penyakit.

3
1. Penyebab penyakit polio
Penyakit polio disebabkan oleh virus polio. Virus polio yang
menyebabkan poliomielitis atau paralisis infantil terdiri dari 3 jenis strain
antigen atau serotipe virus polio liar (wild poliovirus / WPV), yaitu tipe 1,
tipe 2, dan tipe 3. Hanya manusia yang diketahui sebagai reservoir virus
polio. Orang dengan defisiensi imun bisa menjadi carrier asimtomatik
dari virus ini.
Virus Polio Tipe 1
Virus polio tipe 1 merupakan penyebab dari 85% kasus polio paralitik.
Virus ini memiliki sifat imunitas heterotipik minimal, yaitu imunitas
terhadap satu tipe, tidak melindungi tubuh terhadap infeksi tipe lainnya.
Namun, imunitas yang timbul dari tiap tipe adalah untuk jangka panjang,
atau seumur hidup.
Virus Polio Tipe 2 dan Tipe 3
Virus polio tipe 2 secara resmi dideklarasikan dan disertifikasi pada bulan
September 2015, sebagai tipe yang telah dieradikasi secara global. Virus
polio tipe 3 juga tidak terdeteksi sejak November 2012. Karenanya,
diperkirakan hanya tipe 1 WPV yang masih bersirkulasi saat ini.
Virus polio tersebut masuk melalui rongga mulut atau hidung,
kemudian menyebar di dalam tubuh melalui aliran darah. Penyebaran
virus polio dapat terjadi melalui kontak langsung dengan tinja penderita
polio, atau melalui konsumsi makanan dan minuman yang telah
terkontaminasi virus polio. Virus ini juga dapat menyebar melalui
percikan air liur ketika penderita batuk atau bersin, namun lebih jarang
terjadi.

2. Penyebab penyakit diphteri


Etiologi penyakit difteri adalah infeksi bakteri gram positif yang di
sebut Corynobacterium diphtheria. C. diphtheria merupakan bakteri
basilus, nonmotil, tidak berspora dan tidak berkapsul. C. diphtheria
sendiri memiliki strain yang patogenik dan tidak patogenik. C.
diphtheria bukan kuman yang sangat invasif dan biasanya hanya
menempati lapisan superfisial mukosa respiratorik dan lesi kulit, dan
dapat menyebabkan reaksi inflamasi ringan di jaringan lokal. 

4
3. Penyebab penyakit tetanus
Penyebab tetanus yaitu Bakteri Clostridium tetani merupakan penyebab
utama terjadinya infeksi tetanus. Hal yang perlu digarisbawahi, infeksi
tetanus merupakan infeksi yang tergolong serius. Bakteri ini umumnya
terdapat dalam debu, tanah, serta kotoran hewan dan manusia.
Bakteri tetanus sering kali masuk ke tubuh melalui luka terbuka akibat
cidera atau luka bakar. Jika berhasil memasuki tubuh, bakteri tetanus
berkembang biak dan melepas neurotoksin, yaitu racun yang menyerang
sistem saraf.

4. Penyebab penyakit campak


Penyebab penyakit Campak merupakan infeksi yang disebabkan oleh
virus. Kemunculan ruam di seluruh tubuh sebagai gejalanya dan sangat
menular. Campak sangat menular dan akan memunculkan ruam pada
seluruh tubuh. Umumnya, sekitar satu hingga dua minggu setelah virus
masuk ke dalam tubuh, gejala campak baru akan muncul.

C. Masa Inkubasi dan Penularan PD3I


Masa inkubasi adalah masa mulai saat penyebab penyakit masuk
kedalam tubuh sampai saat timbulnya penyakit. Saat penyebab penyakit
masuk maka itulah terjadinya penularan virus kedalam tubuh.
1. Masa inkubasi dan penularan polio
Masa inkubasi pada virus polio biasanya memakan waktu 3-6 hari dan
kelumpuhan terjadi dalam waktu 7-21 hari.
Cara penularan Polio menyebar melalui kontak orang ke orang. Ketika
seorang anak terinfeksi virus polio liar, virus masuk ke dalam tubuh
melalui mulut dan berkembang biak di usus. Ini kemudian dibuang ke
lingkungan melalui faeces di mana ia dapat menyebar dengan cepat
melalui komunitas, terutama dalam situasi kebersihan dan sanitasi yang
buruk. Virus tidak akan rentan menginfeksi dan mati bila seorang anak
mendapatkan imunisasi lengkap terhadap polio. Polio dapat menyebar
ketika makanan atau minuman terkontaminasi oleh feses. Ada juga bukti
bahwa lalat dapat secara pasif memindahkan virus polio dari feses ke
makanan. Kebanyakan orang yang terinfeksi virus polio tidak memiliki
tanda-tanda penyakit dan tidak pernah sadar bahwa mereka telah

5
terinfeksi. Orang-orang tanpa gejala ini membawa virus dalam usus
mereka dan dapat “diam-diam” menyebarkan infeksi ke ribuan orang
lain.

2. Masa inkubasi dan penularan diphteri


Masa inkubasi pada diphteri umunya terjadi 2-5 hari. Penyakit ini dapat
disebabkan oleh dua hal yaitu tertular bakteri dari orang lain dan karier
difteri. Karier difteri adalah seseorang yang sehat, tidak mengalami
gejala penyakit difteri, tetapi hasil tes swab hidung menunjukkan positif
adanya kuman difteri.
Cara penularan Penyakit Difteri dapat menular melalui percikan ludah
dari orang yang membawa bakteri ke orang lain yang sehat. Namun
penyakit ini juga dapat ditularkan melalui benda atau makanan yang
telah terkontaminasi dengan bakteri tersebut. Cara lain penularan
penyakit difteri adalah dengan melakukan kontak intim. Bakteri atau
Kuman difteri dapat menular melalui droplet respiratorik seperti dari
batuk atau bersin atau kontak langsung dengan sekret respiratorik, dari
lesi kulit yang terinfeksi, dan dari barang-barang yang sudah
terkontaminasi oleh bakteri difteri.

3. Masa inkubasi dan penularan tetanus


Masa inkubasi bakteri tetanus adalah 4-21 hari. Meski begitu pada
beberapa kasus, gejala sudah bisa terlhat sejak hari pertama atau baru
terlihat setelah satu bulan.
Cara penularan Bakteri tetanus akan masuk ke dalam tubuh, dan
spora berkembang biak menjadi bakteri baru dan mengumpul dalam
luka. Kumpulan bakteri tersebut akan menghasilkan racun yang
menyerang saraf motorik Anda dan langsung menyebabkan gejala
tetanus.
Selain itu , cara penularan umum lainnya pada tetanus antara lain :
a) Luka yang terkontaminasi dengan air liur atau kotoran
b) Luka yang disebabkan oleh benda menusuk kulit seperti paku,
serpihan kaca dan jarum
c) Luka bakar
d) Luka yang dipencet

6
e) Cedera dengan jaringan mati

Cara penularan tetanus yang jarang , antara lain :

a) Prosedur operasi
b) Luka dangkal (misalnya goresan)
c) Gigitan serangga
d) Penggunaan obat infus
e) Suntikan ke otot
f) Infeksi gigi

4. Masa inkubasi dan penularan campak


Masa inkubasi virus campak hingga menimbulkan gejala adalah sekitar
10-14 hari.
Cara penularan penyakit campak umumnya terjadi melalui percikan
cairan yang dikeluarkan oleh pengidap campak saat bersin dan batuk.
Siapa pun yang menghirup percikan cairan tersebut maka akan tertular
campak. Virus campak sendiri bisa bertahan selama beberapa jam dan
bisa dengan mudah menempel pada benda-benda. Jika seseorang
menyentuh benda yang terlanjur dihinggapi virus campak, maka besar
kemungkinan dirinya akan tertular campak.

D. Gejala dan Tanda Penyakit Serta Diagnosis


Gejala atau biasanya juga disebut simtom (dalam penyakit) ialah
pengindikasian keberadaan sesuatu penyakit atau gangguan kesehatan
yang tidak diinginkan, berbentuk tanda-tanda atau ciri-ciri penyakit dan dapat
dirasakan. Diagnosis adalah penentuan jenis penyakit dengan cara meneliti
(memeriksa) tanda dan gejalanya.
1. Gejala dan Tanda serta Diagnosis Polio
Gejala penderita polio dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. Polio non-paralisis adalah jenis polio yang tidak menyebabkan
kelumpuhan . Gejala polio ini muncul 6-20 hari sejak terpapar virus
dan bersifat ringan. Gejala berlangsung selama 1-10 hari, dan akan
menghilang dengan sendirinya. Gejala tersebut dapat menyebabkan
muntah, lemah otot, demam, meningitis, letih, sakit tenggorokan,

7
sakit kepala serta kaki, tangan, leher dan punggung terasa kaku dan
sakit
b. Polio paralisis adalah jenis polio yang berbahaya karena dapat
menyebabkan kelumpuhan saraf tulang belakang dan otak secara
permanen. Gejala awal polio paralisis serupa dengan polio
nonparalisis. Namun dalam waktu 1 minggu, akan muncul gejala
berupa menyebabkan sakit kepala, demam, lemah otot, kaki dan
lengan terasa lemah, dan kehilangan refleks tubuh.
c. Sindrom pasca-polio menyebabkan sulit bernapas atau menelan,
sulit berkonsentrasi, lemah otot, depresi, gangguan tidur dengan
kesulitan bernapas, mudah lelah dan massa otot tubuh menurun.

Diagnosis Polio dapat diketahui melalui pemeriksaan gejala, seperti


kaku di bagian leher dan punggung, serta sulit menelan dan bernapas.
Pemeriksaan fisik juga dilakukan untuk mendeteksi gangguan pada
refleks tubuh. Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan
pemeriksaan terhadap sampel dahak, tinja, atau cairan otak untuk
mendeteksi keberadaan virus polio.

2. Gejala dan Tanda serta Diagnosis Diphteri


Gejala Diphteri muncul 2 sampai 5 hari setelah seseorang terinfeksi.
Meskipun demikian, tidak semua orang yang terinfeksi difteri mengalami
gejala. Apabila muncul gejala, biasanya berupa terbentuknya lapisan
tipis berwarna abu-abu yang menutupi tenggorokan dan amandel
penderita.
Selain muncul lapisan abu – abu ditenggorokan, gejala lain yang dapat
muncul meliputi :
a. Sakit tenggorokan
b. Suara serak
c. Batuk
d. Pilek
e. Demam
f. Mengigil
g. Lemas
h. Muncul benjolan dileher akibat pembengkakan kelenjar getah bening

8
Diagnosis Diphteri adalah Dokter dapat menduga pasien terkena difteri
jika terdapat lapisan abu-abu di tenggorokan atau amandelnya. Namun
untuk memastikannya, dokter akan mengambil sampel lendir dari
tenggorokan pasien (pemeriksaan usap atau swab tenggorok), untuk
diteliti di laboratorium.

3. Gejala dan Tanda serta Diagnosis Tetanus


Gejala penyakit tetanus merupakan penyakit yang berbahaya dan
gejalanya muncul dalam 4-21 hari setelah terkena kuman tetanus.
Gejala yang muncul seperti :
a. Demam
b. Pusing
c. Berkeringat berlebihan
d. Jantung berdebar

Terlebih lagi jika sudah muncul gejala khas tetanus antara lain :

a. Tegang dan kaku pada otot rahang (trismus)


b. Otot leher atau otot perut terasa kaku
c. Sulit menelan
d. Sulit bernapas

Diagnosis penyakit tetanus adalah dokter akan menanyakan gejala-


gejala yang dialami oleh pasien. Selanjutnya dokter akan melakukan
pemriksaan fisik, khususnya pada otot dan sistem saraf pasien. Di
samping itu, untuk memastikan diagnosisnya dokter juga akan
melakukan pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan atau mengambil
sampel dari luka yang dialami pasien.

4. Gejala dan Tanda serta Diagnosis Campak


Gejala pada campak adalah Penderita campak awalnya mengalami
gejala berupa batuk, pilek, dan demam. Kemudian sering kali muncul
bercak keputihan di mulut, diikuti timbulnya ruam kemerahan di wajah.
Seiring waktu, ruam bisa menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh.
Berikut merupakan gejala campak, yaitu :
a. Mata merah dan sensitif terhadap cahaya
b. Menyerupai gelaja pilek seperti batuk kering, hidung beringus dan
sakit tenggorokan

9
c. Lemas dan letih
d. Demam tinggi
e. Sakit dan nyeri
f. Tidak bersemnagat dan kehilangan selera makan
g. Diare/atau dan muntah – muntan ; dan
h. Bercak kecil berwarna putih keabu – abuan di mulut dan tenggorokan
Gejala campak akan mereda secara bertahap tanpa pengobatan khusus,
dan hilang kira-kira 10 hari setelah terinfeksi virus.
Diagnosis pada campak ditentukan berdasarkan gambaran klinis, yaitu
tanda dan gejala yang dialami oleh pasien. Namun pada kasus-kasus
khusus, dokter dapat melakukan pemeriksaan penunjang, seperti
pemeriksaan darah lengkap,  antibodi terhadap campak, dan fungsi hati.
Pemeriksaan menggunakan reverse transcriptase-polymerase chain
reaction (RT-PCR) juga dapat menentukan diagnosis secara pasti.
Namun pada sebagian besar kasus, ini tidak dibutuhkan

E. Pengobatan Dari PD3I


1. Pengobatan penyakit polio
Pengobatan  bertujuan untuk meredakan gejala, mempercepat proses
penyembuhan, dan mencegah komplikasi. Obat-obatan yang umumnya
digunakan adalah:
a. Obat pereda nyeri
Obat ini digunakan untuk meredakan nyeri, sakit kepala, dan
demam. Contoh obat ini adalah ibuprofen.
b. Obat anitibiotik
Antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi bakteri yang bisa
menyertai polio, misalnya infeksi saluran kemih. Contoh antibiotik
yang bisa diberikan adalah ceftriaxone.
c. Obat pelemas otot (antispasmodik)
Obat ini digunakan untuk meredakan ketegangan pada otot. Contoh
obat ini adalah tolterodine dan scopolamine. Selain pemberian obat,
kompres hangat juga dapat digunakan untuk meredakan ketegangan
otot.

2. Pengobatan penyakit diphteri

10
a. Suntikan antiracun
Dokter akan memberikan suntikan antiracun (antitoksin) difteri guna
melawan racun yang dihasilkan oleh bakteri difteri. Sebelum suntik
dilakukan, pasien akan menjalani tes alergi kulit untuk memastikan
tidak ada alergi terhadap antitoksin.
b. Obat antibiotik
Untuk membunuh bakteri difteri dan mengatasi infeksi, dokter akan
memberikan antibiotik, seperti penisilin atau erythromycin. Antibiotik
perlu dikonsumsi sampai habis sesuai resep dokter, guna
memastikan tubuh sudah bebas dari penyakit difteri. Dua hari setelah
pemberian antibiotik, umumnya penderita sudah tidak lagi bisa
menularkan penyakit difteri.

3. Pengobatan penyakit tetanus


Belum ada pengobatan spesifik untuk tetanus. Tetapi gejalanya
dapat diredakan dengan suntik antitetanus, obat-obatan, dan vaksin
tetanus.
Selain untuk meredakan gejala, vaksin tetanus juga diberikan sebagai
pencegahan. Imunisasi tetanus termasuk wajib di Indonesia, dan harus
dilakukan sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
Untuk mengobati tetanus, dokter akan mengabil tindakan sesuai dengan
riwayat vaksinasi pasien. Jika pasien sudah divaksinasi, dokter akan
memberikan obat anti racun tetanus untuk mencegah terjadinya infeksi.
Namun, jika ada pasien yang belum divaksinasi tetanus,
perawatan di rumah sakit akan diperlukan. Umumnya penanganan di
rumah sakit meliput pemberian antibiotik, antitoksin, dan obat relaksan
otot. Masa penyembuhan penyakit ini umumnya akan membutuhkan
waktu sekitar 16 minggu.

4. Pengobatan penyakit campak


Campak dapat sembuh sendiri secara bertahap dalam beberapa hari.
Namun untuk membantu meredakan gejala dapat dilakukan dengan:
1. Minum banyak air untuk mencegah dehidrasi
2. Banyak istirahat dan hindari sinar matahari selama mata masih sensitif
terhadap cahaya

11
3. Mengkonsumsi suplemen vitamin A
4. Minum obat penurun demam dan obat pereda sakit serta nyeri.

F. Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Penyakit


1) Faktor yang berhubungan dengan terjadinya penyakit polio
a) Usia anak – anak (0-59 bulan).
b) Tidak pernah mendapatkan suntik vaksinasi polio
c) Wanita hamil
d) Penderita HIV
e) Berpergian atau tinggal di daerah dengan virus
f) Berdekatan langsung dengan orang yang terinfeksi virus
g) Memiliki sistem kekebalan tubuh yang buruk
h) Bekerja di laboratorium dan menangani virus tersebut
i) Baru saja melakukan operasi pengangkatan amandel
j) Menderita stres berat

2) Faktor yang berhubungan dengan terjadinya penyakit diphteri


a) Usia: Usia di bawah 12 tahun. Bayi menjadi rentan pada difteri pada
usia 6-12 bulan setelah imunitas yang didapatkan transplasenta
berkurang

b) Keadaan imunokompromis akibat obat penekan sistem imun,


penyakit seperti infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV),
ataupun akibat diabetes dan alkoholisme
c) Imunisasi:
1. Tidak pernah diimunisasi atau imunisasi yang tidak lengkap
2. Orang dewasa yang tidak mendapat booster vaksinasi karena
kadar titer antitoksin yang semakin berkurang seiring
waktu, booster perlu diberikan setiap 10 tahun sekali sejak
orang mencapai umur 19 tahun.
3. Imunitas komunitas yang rendah
d) Status sosioekonomi yang rendah

e) Kondisi lingkungan fisik rumah (dinding rumah, langit-langit rumah,


lantai rumah, kelembaban, pencahayaan alami, ventilasi/jendela
rumah) yang tidak memenuhi syarat rumah sehat

12
f) Tinggal di pemukiman padat, seperti barak militer, penampungan
tunawisma, dan penjara

g) Perjalanan ke daerah endemik ataupun yang sedang mengalami


wabah difteri

h) Kontak dengan hewan domestik yang dapat menjadi reservoir untuk


infeksi pada manusia. Meskipun demikian, manusia karier difteri
adalah reservoir utama infeksi meskipun terdapat laporan kasus
yang menghubungkan penyakit ini dengan ternak
i) Infrastruktur sistem layanan kesehatan yang buruk

3) Faktor yang berhubungan dengan terjadinya penyakit tetanus


a) Seseorang yang tidak menjalani infeksi tetanus dengan lengkap
b) Sistem imun yang lemah
c) Benda asing yang mneyebabkan luka, contohnya: tertancap paku
d) Luka yang tidak dibersihkan, sehingga bisa mneyebabkan masuknya
spora tetanus ke dalam tubuh.
4) Faktor yang berhubungan dengan terjadinya penyakit campak
Umumnya, campak lebih sering menimpa anak-anak berusia di
bawah lima tahun. Siapapun bisa terinfeksi virus campak, seseorang
juga semakin rentan untuk terkena campak saat belum terkena campak
atau belum mendapatkan vaksinasi campak.
Penyakit ini harus diwaspadai meskipun jumlah pengidap komplikasi
campak tidak terlalu banyak. Komplikasi yang disebabkan campak
umumnya adalah bronkitis, infeksi paru-paru (pneumonia), radang pada
telinga, dan infeksi otak (ensefalitis). Berikut ini merupakan beberapa
kalangan yang berisiko mengalami komplikasi, yaitu:
a) Bayi dibawah usia satu tahun
b) Orang dengan penyakit kronis
c) Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah
Bercak atau ruam berwarna merah-kecokelatan akan muncul di kulit
setelah beberapa hari kemudian. Urutan kemunculan bercak ini dari
belakang telinga, sekitar kepala, kemudian ke leher. Pada akhirnya,
ruam akan menyebar ke seluruh tubuh.

G. Cara Pencegahan PD3I

13
1. Cara pencegahan penyakit Polio
Pencegahan polio dapat dilakukan dengan melakukan imunisasi polio.
Vaksin polio mampu memberikan kekebalan terhadap penyakit polio dan
aman diberikan kepada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah. Ada dua bentuk vaksin polio, yaitu suntik (IPV) dan obat tetes
mulut (OPV).
Polio dalam bentuk obat tetes mulut (OPV-0) diberikan kepada bayi
sesaat setelah lahir. Selanjutnya, vaksin polio akan diberikan sebanyak
empat dosis, baik dalam bentuk suntik (IPV) atau obat tetes mulut (OPV).
Berikut adalah jadwal pemberian keempat dosis vaksin polio tersebut:
a) Dosis pertama (Polio-1) diberikan saat usia 2 bulan
b) Dosis kedua (Polio-2) diberikan saat usia 3 bulan
c) Dodis ketiga (Polio-3) diberikan saat usia 4 bulan
d) Dosis terkahir diberikan saat usia 18 bulan, sebagai dosis penguat

Dalam tiga dosis pertama (polio-1 hingga polio-3), seorang bayi


setidaknya harus mendapat satu dosis vaksin polio dalam bentuk suntik
(IPV). Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya
imunisasi polio, pemerintah menyelenggarakan Pekan Imunisasi
Nasional (PIN) Polio di seluruh wilayah Indonesia. Melalui kegiatan ini,
semua bayi dan anak balita (usia 0-59 bulan) akan diberikan vaksinasi
polio tambahan tanpa mempertimbangkan apakah imunisasinya sudah
lengkap atau belum.

2. Cara pencegahan penyakit Diphteri


Difteri dapat dicegah dengan imunisasi DPT, yaitu pemberian
vaksin difteri yang dikombinasikan dengan vaksin tetanus dan batuk
rejan (pertusis). Imunisasi DPT termasuk dalam imunisasi wajib bagi
anak-anak di Indonesia. Pemberian vaksin ini dilakukan pada usia 2, 3,
4, dan 18 bulan, serta pada usia 5 tahun.
Tujuannya untuk memberikan perlindungan yang optimal, vaksin sejenis
DPT (Tdap atau Td) akan diberikan pada rentang usia 10-12 tahun dan
18 tahun. Khusus untuk vaksin Td, pemberian dilakukan setiap 10
tahun.Tak hanya pada anak-anak, vaksin difteri juga perlu diberikan
pada orang dewasa.

14
Bagi anak-anak berusia di bawah 7 tahun yang belum pernah
mendapat imunisasi DPT atau tidak mendapat imunisasi lengkap, dapat
diberikan imunisasi kejaran sesuai jadwal yang dianjurkan dokter anak.
Khusus bagi anak-anak yang sudah berusia 7 tahun ke atas dan belum
mendapat imunisasi DPT, dapat diberikan vaksin Tdap.

3. Cara pencegahan penyakit Tetanus


Langkah utama untuk mencegah tetanus adalah dengan
vaksinasi. Di negara kita, vaksin tetanus masuk ke dalam daftar
imunisasi wajib pada anak. Imunisasi tetanus diberikan sebagai bagian
dari vaksin DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus). Proses vaksinasi ini
harus diberikan dalam lima tahap, yaitu pada usia 2, 4, 6, 18 bulan, dan
4-6 tahun.
Untuk anak anak di atas 7 tahun, tersedia vaksid Td yang bisa
melindungi diri dari serangan tetanus dan difteri.  Hal yang perlu diingat,
vaksinasi ini mesti diulang tip 10 tahun. Tujuannya untuk meningkatkan
kekebalan tubuh terhadap infeksi difteri dan tenanus.
Selain dengan vaksinasi, pencegahan tetanus juga dapat
dilakukan dengan selalu menjaga kebersihan, terutama ketika merawat
luka agar tidak terkena infeksi.

4. Cara pencegahan penyakit Campak


Campak juga dikenal dengan rubeola atau campak merah. Saat
ini telah tersedia vaksin untuk mencegah penyakit ini. Vaksin untuk
campak termasuk dalam bagian dari vaksin MMR (campak, gondongan,
campak Jerman). Vaksinasi MMR adalah vaksin gabungan untuk
campak, gondongan, dan campak Jerman. Vaksinasi MMR diberikan dua
kali. Pertama, diberikan ketika Si Kecil berusia 15 bulan dan dosis vaksin
MMR berikutnya diberikan saat mereka berusia 5-6 tahun atau sebelum
memasuki masa sekolah dasar. Vaksin memiliki fungsi yang cukup
penting dalam mencegah campak.

H. Gambaran Epidemiologi Penyakit


1. Gambaran Epidemiologi Polio

15
Pada tahun 2005-2006 terjadi Kejadian Luar Biasa Polio di
Indonesia. Kasus pertama dilaporkan dari kab. Sukabumi (Jawa Barat).
Dalam kurun waktu 10 bulan Virus Polio Liar menyebar ke 47 Kab./Kota
dan 10 Provinsi di Jawa dan Sumatera, dengan jumlah kasus 303 pada
tahun 2005 dan 2 kasus pada tahun 2006. Kasus terakhir yang
dilaporkan berasal dari Aceh Tenggara pada tanggal 26 Februari 2006
dan kasus tambahan yang diambil spesimennya pada tanggal 13 April
2006 menunjukkan hasil positif virus polio liar tipe 1. Pada tanggal 9 Juni
2005 terjadi Kejadian Luar Biasa VDPV pertama kali di 5
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, dengan total 46 kasus.

2. Gambaran Epidemiologi Diphteri


Pada tahun 2017 terjadi peningkatan jumlah kasus difteri di
Indonesia. Sejak 1 Januari sampai dengan 4 November 2017, tercatat
591 kasus difteri dengan 32 kematian di 95 kabupaten/kota di 20 provinsi
di Indonesia. Hal ini kemudian direspon oleh Kementerian Kesehatan
dengan melakukan respons cepat kejadian luar biasa (KLB) dengan
langkah Outbreak Response Immunization (ORI) pada 12
kabupaten/kota di 3 provinsi yang mengalami KLB, yakni Banten, Jawa
Barat, dan DKI Jakarta. Berdasarkan data Kemenkes RI, pada tahun
2015 cakupan vaksin DPT3 rutin di Indonesia mencapai 93,1%.
Berdasarkan data tahun 2015, sebanyak 37% kasus difteri merupakan
penderita yang belum mendapatkan imunisasi DPT3.

3. Gambaran Klinis Tetanus


Pada negara berkembang, penyakit tetanus masih merupakan
masalah kesehatan publik yang sangat besar.Dilaporkan terdapat 1 juta
kasus per tahun di seluruh dunia, dengan angka kejadian 18/100.000
penduduk per tahun serta angka kematian 300.000-500.000 per tahun.
Mortalitas dari penyakit tetanus melebihi 50 % di negara berkembang,
dengan penyebab kematian terbanyak karena mengalami kegagalan
pernapasan akut.Angka mortalitas menurun karena perbaikan sarana
intensif (ICU dan ventilator), membuktikan bahwa penelitian-penelitian
yang dilakukan oleh ahli sangat berguna dalam efektivitas penanganan
penyakit tetanus.

16
Penyebab kematian pasien tetanus terbanyak adalah masalah
semakin buruknya sistem kardiovaskuler paska tetanus ( 40%),
pneumonia (15%), dan kegagalan pernapasan akut (45%). Health Care
Associated Pneumonia(HCAP) dalam beberapa penelitian dihubungkan
dengan posisi saat berbaring. Tetapi, penelitian terbaru oleh Huynh et al
(2011), posisi semi terlentang atau terlentang tidak memberi perbedaan
yang bermakna terhadap terjadinya pneumonia pada pasien tetanus.
Angka mortalitas penyakit tetanus di negara maju cukup tinggi bagi
kelompok yang mempunyai risiko tinggi terhadap kematian akibat
penyakit ini. Infark miokard menjadi konsekuensi dari disfungsi saraf
otonom dan berperan besar terhadap angka mortalitas penyakit tetanus
di populasi usia lanjut.

4. Gambaran Epidemiologi Campak


Menurut hasil penelitian Nurani(2012), gambaran epidemiologi
kasus campak di cirebon tahun 2004-2011 berdasarkan karakteristik
tempat,orang, dan waktu yaitu insiden kasus campak tertinggi
berdasarkan kelompok umur paling banyak terjadi pada kelompok umur
<5 Tahun, proporsi kasus campak pada laki – laki lebih banyak
dibandingkan dengan perempuan , jumlah kasus campak di cirebon
tahun 2004 sampai dengan tahun 2011 terbnayak pada bulan April dan
Oktober , cakupan imunisasi pada tahun 2004 – 2005 mengalami
penuruan, sedangkan dari tahun 2005-2011 mengalami peningkatan,
cakupan tertinggi pada tahun 2004 yaitu cakupan imunisasi sebesar
96.55%, dan cakupan terendah pada tahun 2005 yaitu cakupan
imunisasi sebesar 73,42%.

17
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pada dasarnya semua penyakit yang disebabkan oleh
mikroorganisma dan virus dapat dicegah dengan pemberian vaksin
(imunisasi). Namun tidak semua penyakit dapat dicegah dengan
imunisasi secara efektif.  PD3I adalah penyakit infeksi yang dapat
dicegah secara efektif dengan vaksin yang ada.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan
strategi pencegahan penyakit dengan vaksin antara lain : Besaran
Masalah, keganasanya (severity) melalui indikator “case fatality rate”,
Adanya tekhnologi pembuatan vaksin, Efikasi, efektivitas, Efisiensi (cost
effectiveness) dll.
PD3I yang menjadi program prioritas pemerintah Indonesia dibagi
dalam dua kelompok yaitu imunisasi dasar  dan imunisasi lain. Imunisasi
dasar ditujukan terhadap penyakit   tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus,
polio, campak, dan hepatitis B. Penentuan prioritas PD3I yang
ditanggulangi melalui pemberian imunisasi dasar berdasarkan
pertimbangan beban penyakit dan kemampuan keuangan Negara.

B. SARAN
Dari uraian pembahasan diatas, maka kelompok dapat memberikan
saran:
1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Meningkatkan pengetahuan dan mengikutsertakan petugas
kesehatan khususnya petugas imunisasi dan petugas promosi
kesehatan padapelatihan yang menyangkut imunisasi dasar agar

18
dapat lebih memahami sehingga mampu memberikan penyuluhan
dan promosi kesehatan yang efektif dan efisien kepada masyarakat
tentang pentingnya imunisasi dasar pada anak
2. Bagi Masyarakat
a. Bagi ibu yang memiliki bayi membawa anaknya ke posyandu
untuk mendapatkan imunisasi sesuai dengan jadwal yang
ditetapkan
b. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan dan
imunitas anak sehingga anak telindung dari penyakit PD3I.

3. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan


a. Penelitian ini perlu dilanjutkan dengan penelitian tentang
beberapa faktor lain yang belum dihubungkan dalam penelitian
ini antara lain dari segi faktor pelayanan kesehatan dan faktor
lingkungan budaya.
b. Makalaj ini diharapkan dapat menyediakan informasi dalam
memberikan pencerahan pada pengembangan riset
kedepannya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Redaksi Halodoc. 2019.06. Polio. https://www.alodokter.com/polio.

Redaksi Halodoc. 2019.04. Diphteri. https://www.alodokter.com/difteri.

Redaksi Halodoc. 2019.03. Tetanus. https://www.alodokter.com/tetanus.

Redaksi Halodoc. 2019.06. Campak. https://www.alodokter.com/campak.

[DinKes]. Dinas Kesehatan Pemerintah Aceh 2017.Waspada Diphteri. Gejala –


Gejala dan Tanda – Tanda Penyakit Diphteri.
https://dinkes.acehprov.go.id/news/read/2017/02/06/138/waspada-difteri.html.

Shabrina, 2018.11 Mengenal Penyebab Tetanus dan Cara Penularannya.


https://hellosehat.com/infeksi/infeksi-bakteri/cara-penularan-penyebab-
tetanus/#gref .

Toro, 2019.10. Campak. https://rsuppersahabatan.co.id/artikel/read/campak.

PublicHealth. 2016.02. Epidemiologi Polio. http://www.indonesian-


publichealth.com/epidemiologi-polio/.

Pediatri,S., 2012. Kasus Tetanus anak di RS Prof.Dr.R.D.Kandaou Manado.


Jurnal Kedokteran. Vol. 14(3). 173-178.

Nurani,D.S., Ginanjar,P., 2012. Gambaran Epidemiologi Kasus Campak di Kota


Cirebon Tahun 2004-2011. Jurnal Kesehatan Masyarakat.Vol. 1(2), 293-304.

20

Anda mungkin juga menyukai