Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TENTANG IMUNISASI DASAR ANAK USIA 0 – 18 TAHUN

Dosen Pengampu: Fitriana Ritonga, SKM., MPH

DISUSUN OLEH:

1. Cut Mutia (2214201080)


2. Aswita Sari Munte (2214201074)
3. Rizky Fauziah Ritonga (2214201098)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS IMELDA MEDAN

TAHUN 2024

1
PENGESAHAN MAKALAH

1. Judul Makalah : Imunisasi Dasar Anak Usia 0-18 tahun


2. Ketua Pembuat Makalah
a. Nama Lengkap : Cut Mutia
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Alamat Email : cutmutiasweet@gmail.com
3. Anggota Kelompok Makalah : 2 Orang
4. Dosen Guru Pembimbing : Dosen Pengampu: Fitriana Ritonga, SKM.,
MPH

Medan, 15 Maret 2024

Menyetujui, Ketua Makalah


Guru Pembimbing

(…………………….) (…………………….)

2
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan segala rahmat-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Imunisasi Dasar Anak Usia 0-18 Tahun”.

Penulis menyadari kelemahan serta keterbatasan yang ada, sehingga dalam


menyelesaikan makalah ini memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari, makalah ini masih banyak kekurangan baik terkait isi
maupun susunannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi
penulis tapi juga bagi para pembaca.

Medan, Maret 2024

Kelompok 5

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 3

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 4

BAB I ...................................................................................................................... 5

PENDAHULUAN .................................................................................................. 5

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 5

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5

1.3 Tujuan Masalah ............................................................................................. 6

1.4 Manfaat Masalah ........................................................................................... 6

BAB II ..................................................................................................................... 7

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 7

2.1 Pengertian Imunisasi ..................................................................................... 7

2.2 Tujuan Pemberian Imunisasi ......................................................................... 7

2.3 Sasaran Program Imunisasi ........................................................................... 8

2.4 Manfaat Imunisasi ....................................................................................... 11

2.5 Jenis - Jenis Imunisasi ................................................................................. 11

2.6 Jenis - Jenis Vaksin Imunisasi Dasar Dalam Program Imunisasi ............... 12

2.7 Cara Penyimpanan Vaksin .......................................................................... 13

2.8 Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi ...................................... 13

2.9 Jadwal Pemberian Imunisasi ....................................................................... 14

3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

4
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat paling efektif dan efisien
dalam mencegah penyakit dan menurunkan angka kematian seperti cacar, polio,
tubercolosis, hepatitis B, difteri, campak, rubella dan sindrom kecacatan bawaan
akibat rubella (congenital rubella syndrome/CRS), tetanus, pneumonia (radang
paru) serta meningitis (radang selaput otak). Pelaksanaan imunisasi pada balita
menyelamatkan sekitar 2–3 juta nyawa di seluruh dunia setiap tahun
danberkontribusi besar pada penurunan angka kematian bayi global dari 65 per
1.000 kelahiran hidup pada tahun 1990 menjadi 29 pada tahun 2018 (Nandi & Shet,
2020).

Pelaksanaan imunisasi diharapkan dapat menurunkan jumlah balita yang


meninggal akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31) (Info
Datin Kementerian Kesehatan, 2016). Namun dalam beberapa tahun terakhir, angka
kematian balita akibat penyakit infeksi yang seharusnya dapat dicegah dengan
imunisasi masih terbilang tinggi. Laporan WHO tahun 2020 menyebutkan bahwa
terdapat 20 juta anak belum mendapatkan pelayanan imunisasi untuk balita di
seluruh dunia secara rutin setiap tahun. Tingginya jumlah anak yang belum
mendapatkan imunisasi mengakibatkan beberapa penyakit yang dapat
menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian, yang seharusnya dapat dicegah
dengan vaksin, muncul kembali di negara maju dan berkembang. Penyakit tersebut
antara lain campak, pertusis, difteri dan polio (Hidayah et al.,
2018; UNICEF, 2020).

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar latar belakang diatas dapat diperoleh beberapa rumusan masalahnya yaitu
antara lain:
1. Apa pengertian dari imunisasi?
2. Apa tujuan pemberian imunisasi?
3. Siapa sasaran program imunisasi?

5
4. Apa manfaat dari imunisasi?
5. Apa jenis - jenis imunisasi?
6. Apa jenis - jenis vaksin imunisasi dasar dalam program imunisasi?
7. Bagaimana cara penyimpanan vaksin?
8. Apa saja penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi?
9. Bagaimana jadwal pemberian imunisasi?
1.3 Tujuan Masalah
Tujuan dari masalah diatas adalah untuk mengetahui masalah - masalah yang ada
dirumusan masalah diatas.
1.4 Manfaat Masalah
Supaya banyak yang mengetahui tentang “Imunisasi Dasar Anak”.

6
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu penyakit, sehingga kelak ia tidak akan mudah terpapar dengan
penyakit tersebut (Yuliasti., 2012 dalam Susanti., 2021).
Imunisasi dalam system kekebalan nasional adalah salah satu bentuk interversi
kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan
balita.Dasar utama pelayanan kesehatan kesehatan, bidang preventif merupakan
prioritas utama, dengan melakukan imunisasi terhadap seorang anak atau balita,
tidak hanya memberikan pelindungan pada anak lainnya.Karena terjadi tingkat
imunitas umum yang meningkat dan mengurangi penyebab infeksi (Ranuh et al.,
2011 dalam Susanti., 2021).
Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi untuk mencapai
kadar kekebalan diatas ambang perlindungan (Depkes RI., 2012 dalam Susanti.,
2021). Jenis-jenis imunisasi dasar, yaitu BCG adalah imunisasi dasar yang
diberikan untuk mencegah penyakit TBC. Kemudian imunisasi dasar Hepatitis B
yang diberikan untuk mencegah penyakit Hepatitis B. Selanjutnya DPT yaitu
imunisasi dasar yang diberikan untuk mencegah penyakit difteri,pertusis, dan
tetanus. Kemudian imunisasi dasar Campak, yang diberikan untuk mencegah
penyakit campak dan yang terakhir imunisasi dasar Polio, yang diberikan untuk
mencegah penyakit polio (IDAI., 2014 dalam Susanti., 2021).
2.2 Tujuan Pemberian Imunisasi
2.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum imunisasi adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian bayi akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
Penyakit tersebut adalah difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), measles (campak),
polio dan tuberculosis.
2.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan Khusus, antara lain:

7
a. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI), yaitu cakupan
imunisasilengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100%
desa/kelurahan pada tahun 2010.
b. Tercapainya ERAPO (Eradikasi Polio), yaitu tidak adanya virus polio liar
di Indonesia yang dibuktikan dengan tidak ditemukannya virus polio liar
pada tahun 2008.
c. Tercapainya eliminasi tetanus maternal dan neonatal MNTE (Maternal
Neonatal Tetanus Elimination).
d. Tercapainya RECAM (Reduksi Campak), artinya angka kesakitan campak
turun pada tahun 2006.
e. Peningkatan mutu pelayanan imunisasi.
f. Menetapkan standar pemberian suntikan yang aman (safe injection
practices).
g. Keamanan pengelolaan limbah tajam (safe waste disposal management).
2.3 Sasaran Program Imunisasi
Imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah sesuai dengan program
pengembangan imunisasi (PPI). Imunisasi yang termasuk dalam PPI adalah BCG,
Hepatitis B, DPT, polio, dan campak.
a. BCG
Imunisasi BCG optimal diberikan pada umur 2 sampai 3 bulan. Namun
untuk mencapai cakupan yang lebih luas, Kementrian Kesehatan
menganjurkan untuk pemberian imunisasi BCG pada umur 0 - 12 bulan.
Dosis 0,05 ml untuk bayi 1 tahun. Apabila BCG diberikan pada umur >3
bulan sebaiknya dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu. Vaksin BCG
diberikan apabila hasil uji tuberculin menunjukkan negatif. Pemberian
vaksin BCG ulangan tidak dianjurkan. Vaksin BCG merupakan vaksin
hidup, maka tidak diberikan kepada pasien dengan sistem kekebalan yang
rendah. Vaksin BCG disuntikkan di lengan kanan atas, sesuai anjuran
WHO, karena lebih mudah dilakukan.

8
b. Hepatitis B
Vaksin hepatitis B (HepB) harus segera diberikan setelah lahir,
mengingat vaksinasi HepB merupakan upaya pencegahan yang sangat
efektif untuk memutuskan rantai penularan penyakit hepatitis B melalui
transmisi maternal dari ibu kepada bayinya segera setelah lahir. Jadi,
imunisasi HepB-1 diberikan dalam jangka waktu 12 jam setelah bayi
dilahirkan. Ini mengingat walaupun hanya 3,9% ibu hamil yang mengidap
penyakit hepatitis B aktif, tetap mempunyai risiko penularan kepada bayi
yang bisa mencapai 90%. Imunisasi HepB-2 diberikan 1 bulan (4 minggu)
setelah pemberian imunisasi HepB-1, yaitu saat bayi berumur 1 bulan.
Imunisasi HepB-3 diberikan ketika bayi mencapai umur 3-6 bulan. Sejak
2005, Kementerian kesehatan Republik Indonesia memberikan vaksin
HepB saat bayi lahir dalam kemasan uniject, dilanjutkan dengan vaksin
kombinasi DTwP/HepB atau DTwP/HepB/Hib pada umur 2-3-4 bulan.
Tujuan pemberian vaksin HepB dalam kombinasi dengan DTwP dan Hib
untuk mempermudah pemberian dan meningkatkan cakupan pembeian
imunisasi HepB-3 dan Hib yang masih rendah. Apabila sampai dengan
umur 5 tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi HepB, maka ia
harus secepatnya mendapat imunisasi HepB.
c. DTP (Difteri,Tetanus, Pertusis)
Saat ini telah ada vaksin DtaP (DTP dengan komponen acelluler
pertusis) di samping vaksin DTwP (DPT dengan komponen whole cell
pertussis) yang telah dipakai selma ini. Kedua vaksin DTP tersebut dapat
digunakan dalam jadwal imunisasi. Imunisasi DTP dasar diberikan 3 kali
sejak bayi berumur 2 bulan, dengan jarak 4-8 minggu. DTP tidak boleh
diberikan sebelum bayi berusia 6 minggu. DTP-1 diberikan ketika bayi
berumur 2 bulan, DTP-2 ketika bayi berumur 4 bulan, dan DTP-3 diberikan
ketika bayi berumur 6 bulan. Ulangan (booster)/DTP, atau DTP 4 diberikan
dalam waktu 1 tahun setelah pemberian DTP-3, yaitu ketika bayi berumur
18-24 bulan. DTP-5 saat anak masuk sekolah pada usia 5 tahun. Pada usia
5 tahun seorang anak harus mendapatkan penguat ulangan DTP. Untuk

9
meningkatkan cakupan imunisasi ulangan vaksinasi DTP diberikan pada
awal sekolah dasar dalam program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
Vaksin DTP dapat dikombinasikan dengn vaksin lain, yaitu hepatis B, Hib,
atau polio injeksi (IPV).
d. Polio
Vaksinasi dapat melindungi orang dari polio. Polio adalah penyakit
yang disebabakan oleh virus. Terdapat dua jenis vaksinasi polio yang berisi
virus
• OPV (Oral Polio Vaksin) berisi vaksin hidup yang dilemahkan. Cara
pemberian vaksin ini adalah dengan diteteskan dimulut.
• IPV (Inactivated Polio Vaccine) berisi vaksin inaktif. Cara
pemberiannya adalah dengan disuntikkan.
Kedua jenis imunisasi polio ini dapat dipakai secara bergantian.
Vaksinasi jenis IPV dapat diberikan kepada anak sehat ataupun anak sakit
dan dapat diberikan sebagai imunisasi dasar dan ulangan. Vaksinasi IPV
dapat juga diberikan bersamaa dengan pemberian vaksinasi DTP secara
terpisah atau kombinasi. Untuk imunisasi dasar polio 1,2 dan 3 diberikan
pada bayi berumur 2 bulan, 3-4 bulan, 4-6 bulan. Interval pemberian
diantara dua imunisasi tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan
diberikan 1 tahun sejak imunisasi polio 4 dan imunisasi selanjutnya
dilakukan saat masuk sekolah (5-6 tahun). Dosis OPV diberikan 2 tetes per
oral dan IPV dalam kemasan 0,5 ml, intramuscular.
e. Campak
Imunisasi campak pertama diberikan dengan suntikan ketika bayi
berumur 9 bulan. Namun ternyata kekebalan tidak bertahan lama sehingga
banyak anak yang masih terkena campak walaupun telah diimunisasi. Sejak
2013 diberikan suntikan tambahan campak kedua pada umur 2 tahun dan
saat kelas satu SD (dalam program BIAS). Vaksin campak rutin dianjurkan
diberikan dalam satu dosis 0,05 ml secara subkutan pada umur 9 bulan.

10
2.4 Manfaat Imunisasi
Imunisasi memiliki banyak manfaat selain bermanfaat untuk anak juga
bermanfaat untuk keluarga dan negara.
a. Untuk Anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian.
b. Untuk Keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila
anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orangtua yakin
bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanan yang nyaman.
c. Untuk Negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang
kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.
2.5 Jenis - Jenis Imunisasi
Imunisasi adalah proses menginduksi kekebalan terhadap penyakit tertentu.
Kekebalan dapat diinduksi baik secara pasif melalui pemberian sediaan yang
mengandung antibodi atau secara aktif oleh pemberian vaksin untuk merangsang
sistem kekebalan tubuh menghasilkan respon imun humoral/seluler yang
berkepanjangan.
a. Imunisasi pasif
Imunisasi yang diberikan untuk memperoleh kekebalan pasif disebut
imunisasi pasif dengan memberikan antibodi atau faktor kekebalan pada
seseorang yang membutuhkan. Contohnya adalah pemberian
imunoglobulin spesifik untuk penyakit tertentu, misalnya imunoglobulin
tetanus untuk penderita penyakit tetanus. Kekebalan pasif juga dapat
diinduksi secara alami melalui transfer transplasental dari antibodi ibu
selama kehamilan. Antibodi transplasental yang diturunkan secara maternal
dapat memberikan perlindungan selama 1 bulan pertama kehidupan bayi
dan lebih lama selama menyusui.
b. Imunisasi aktif
Imunisasi yang diberikan untuk memperoleh kekebalan aktif disebut
imunisasi aktif dengan memberikan zat bioaktif yang disebut vaksin, dan
tindakan itu disebut vaksinasi. Kekebalan yang diperoleh dengan vaksinasi
berlangsung lebih lama dari kekebalan pasif karena adanya memori

11
imunologis, walaupun tidak sebaik kekebalan aktif yang terjadi karena
infeksi alamiah. Untuk memperoleh kekebalan aktif dan memori
imunologis yang efektif maka vaksinasi harus mengikuti cara pemakaian
dan jadwal yang telah ditentukan oleh produsen vaksin melalui bukti uji
klinis yang telah dilakukan.
2.6 Jenis - Jenis Vaksin Imunisasi Dasar Dalam Program Imunisasi
Pada tahun 2022, Kementerian Kesehatan melakukan penambahan jumlah
imunisasi rutin wajib di Indonesia, dari 11 vaksin menjadi 14 vaksin.
Imunisasi rutin merupakan program pemerintah yang berarti masyarakat tidak
perlu mengeluarkan biaya untuk mendapatkan vaksin tersebut, termasuk vaksin
Human Papilloma Virus (HPV).
11 jenis vaksin yang sebelumnya digunakan antara lain:

a. Imunisasi dasar lengkap pada bayi usia 0-11 bulan

• 1 Bulan: BCG Polio 1, mencegah penularan tuberculosis dan polio


• 2 Bulan: DPT-HB-Hib 1 Polio 2, mencegah polio, difteri, batuk rejan,
retanus, hepatitis B, meningitis, & pneumonia
• 3 Bulan: DPT-HB-Hib 2 Polio 3
• 4 Bulan: DPT-HB-Hib 3 Polio 4
• 9 Bulan: Campak, mencegah campak

b. Imunisasi lanjutan bayi usia 18-24 bulan

• Imunisasi DPT-HB-Hib 1 dosis, berfungsi untuk mencegah penyakit


difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, pneumonia, dan meningitis
• Imunisasi campak rubella 1 dosis

c. Imunisasi lanjutan anak sekolah dasar pada program tahunan Bulan


Imunisasi Nasional

• Imunisasi campak rubella dan DT pada anak kelas 1


• Imunisasi tethanus diphteria td pada anak kelas 2 dan kelas 5

12
Adapun penambahan 3 imunisasi adalah; vaksin Pneumococcal Conjugate
Vaccine (PCV), vaksin Rotavirus, dan vaksin Human Papilloma Virus (HPV).
2.7 Cara Penyimpanan Vaksin
Vaksin perlu disimpan dalam tempat penyimpanan dengan menerapkan sistem
rantai dingin atau cold chain. Hal ini dikarenakan, tiap vaksin memiliki ketentuan
tersendiri akan suhu penyimpanannya sehingga kualitas vaksin tetap terjaga.
Rantai dingin atau cold chain merupakan sistem yang digunakan dengan
mempertimbangkan tingkatan suhu dalam prosesnya. Proses yang dimaksud ialah
saat produksi, penyimpanan, transportasi hingga vaksinasi.
Tak hanya itu, prosedur penyimpanan vaksin terbagi atas tiga
jenis, di antaranya.
• Sensitif beku (freeze sensitive), vaksin jenis ini perlu disimpan pada suhu 2
– 8 ºC, jika disimpan pada suhu dingin di bawah 0 ºC dapat mudah rusak.
Vaksin hepatitis, B, DPT, DPT-HB, TT, BBIBP, sinovac, dan astrazeneca
ialah vaksin yang tergolong jenis ini.
• Sensitif panas (heat sensitive), vaksin ini mudah rusak terhadap paparan
panas secara berlebih karenanya, perlu disimpan dalam suhu -15 ºC – -25
ºC. Vaksin BCG, polio, campak, dan moderna, termasuk dalam vaksin
berjenis sensitive panas (heat sensitive).
• Ultra Cold Chain (UCC), vaksin ucc perlu menghindari paparan sinar
matahari secara langsung sehingga disimpan dalam suhu -70 ke atas ºC.
Vaksin pfizer merupakan salah satu jenis vaksin ini.
2.8 Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
Berikut ini daftar penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
1. hepatitis B;
2. Poliomyelitis (Penyakit Polio);
3. Tuberkulosis;
4. Difteri;
5. pertusis;
6. Tetanus;

13
7. pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus Influenza
tipe b (Hib);
Selain penyakit yang tersebut diatas imunisasi juga bisa untuk mencegah anak
dari penyakit berbahaya lainnya seperti campak, rubela, kanker leher rahim yang
disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV), ensefalitis (radang otak)
akibat infeksi virus Japanese Encephalitis (JE), dan diare yang disebabkan oleh
infeksi Rotavirus.

2.9 Jadwal Pemberian Imunisasi


Mengutip dari situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), berikut
jadwal imunisasi dasar lengkap untuk anak usia 0-18 tahun:

14
Keterangan:

• Vaksin Hepatitis B (HB) monovalen: sebaiknya diberikan kepada bayi


segera setelah lahir sebelum berumur 24 jam, didahului penyuntikan
vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya. Bayi dengan berat lahir kurang
dari 2000g, imunisasi hepatitis B sebaiknya ditunda sampai berumur 1 bulan
atau lebih, kecuali ibu HBsAg positif dan bayi bugar berikan imunisasi HB
segera setelah lahir tetapi tidak dihitung sebagai dosis promer. Bayi lahir
dari ibu HBsAg positif, segera berikan vaksin HB dan immunoglobulin
hepatitis B(HBlg) pada ekstremitas yang berbeda, maksimal dalam 7 hari
terakhir setelah lahir. Imunisasi HB selanjutnya diberikan bersama DTwP
atau DTaP.

• Vaksin polio 0 (nol): sebaiknya diberikan segera setelah lahir. Apabila


lahir di fasilitas kesehatan berikan bOPV-0 saat bayi pulang atau pada
kunjungan pertama. Selanjutnya berikan bOPV atau IPV bersama DTwP
atau DTaP. Vaksin IPV minimal diberikan 2 kali sebelum berumur 1 tahun
bersama DTwP atau DTaP.

• Vaksin BCG: sebaiknya diberikan segera setelah lahir atau segera mungkin
sebelum bayi berumur 1 bulan. Bila berumur 3 bulan atau lebih,BCG
diberikan bila uji tuberculin negative. Bila uji tuberculin tidak tersedia,
BCG dapat diberikan. Bila timbul reaksi local cepat pada minggu pertama
dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk diagnosis tuberculosis.

• Vaksin DPT: dapat diberikan mulai umur 6 minggu berupa vaksin DTwP
atau DTaP. Vaksin DTaP diberikan pada umur 2,3,4 bulan atau 2,4,6 bulan.
Booster pertama diberikan pada umur 18 bulan. Booster berikutnya
diberikan pada umur 5-7 tahun atau pada program BIAS kelas 1. Umur 7
tahun atau lebih menggunakan vaksin Td atau Tdap. Booster selanjutnya
pada umur 10-18 tahun atau pada program BIAS kelas5. Booster Td
diberikan setiap 10 tahun.

15
• Vaksin pneumokokus (PCV): diberikan pada umur 2,4 dan 6 bulan
dengan booster pada umur 12 – 15 bulan. Jika belum diberikan pada umur
7-12 bulan, berikan PCV 2 kali dengan jarak 1 bulan dan booster setelah
umur 12 bulan dengan jarak 2 bulan dari dosis sebelumnya. Jika belum
diberikan pada umur 1-2 tahun, berikan PCV 2 kali dengan jarak minimal 2
bulan. Jika belum diberikan pada umur 2-5 tahun, PCV10 diberikan 2 kali
dengan jarak 2 bulan, PCV13 diberikan 1 kali.

• Vaksin rotavirus monovalen: diberikan 2 kali, dosis pertama mulai umur


6 minggu, dosis kedua dengan interval minimal 4 minggu harus selesai pada
umur 24 minggu.

• Vaksin rotavirus pentavalen: diberikan 3 kali, dosis pertama 6-12


minggu, dosis kedua dan ketiga dengan interval 4 sampai 10 minggu, harus
selesai pada umur 32 minggu.

• Vaksin influenza: diberikan mulai umur 6 bulan, diulang setiap tahun.


Pada umur 6 bulan sampai 8 tahun imunisasi pertama 2 dosis dengan
interval minimal 4 minggu. Umur > 9 tahun, imunisasi pertama 1 dosis.

• Vaksin MR/MMR: pada umur 9 bulan berikan vaksin MR. Bisa sampai
umur 12 bulan belum mendapat vaksin MR, dapat diberikan MMR. Umur
18 bulan berikan MR atau MMR. Umur 5-7 tahun berikan MR (dalam
program BIAS kelas 1) atau MMR.

• Vaksin Japanese encephalitis (JE): diberikan mulai umur 9 bulan di


daerah endemis atau yang akan bepergian ke daerah endemis. Untuk
perlindungan jangka panjang dapat diberikan booster 1-2 tahun kemudian.

• Vaksin varisela: diberikan mulai umur 12-18 bulan. Pada umur 1-12 tahun
diberikan 2 dosis dengan interval 6 minggu sampai 3 bulan. Umur 13 tahun
atau lebih dengan interval 4 sampai 6 minggu.

• Vaksin hepatitis A: diberikan 2 dosis mulai umur 1 tahun, dosis ke-2


diberikan 6 bulan sampai 12 bulan kemudian.

16
• Vaksin tifoid polisakarida: diberikan mulai umur 2 tahun dan diulang
setiap 3 tahun.

• Vaksin human papilloma virus (HPV): diberikan pada anak perempuan


umur 9-14 tahun 2 kali dengan jarak 6-15 bulan (atau pada program BIAS
kelas 5 dan 6). Umur 15 tahun atau lebih diberikan 3 kali dengan jadwal
0,16 bulan (vaksin bivalen) atau 0,2,6 bulan (vaksin quadrivalent).

• Vaksin dengue: diberikan pada anak umur 9-16 tahun dengan seropositive
dengue yang dibuktikan adanya riwayat pernah dirawat dengan diagnosis
dengue (pemeriksaan antigen NS-1 dan atau uji serologis IgM/IgG
antidengue positif) atau dibuktikan dengan pemeriksaan serologi IgG anti
dengue positif.

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu penyakit, sehingga kelak ia tidak akan mudah terpapar dengan
penyakit tersebut (Yuliasti., 2012 dalam Susanti., 2021).
Berikut ini daftar penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
1. hepatitis B;
2. Poliomyelitis (Penyakit Polio);
3. Tuberkulosis;
4. Difteri;
5. pertusis;
6. Tetanus;
7. pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus Influenza
tipe b (Hib);
Selain penyakit yang tersebut diatas imunisasi juga bisa untuk mencegah anak
dari penyakit berbahaya lainnya seperti campak, rubela, kanker leher rahim yang
disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV), ensefalitis (radang otak)
akibat infeksi virus Japanese Encephalitis (JE), dan diare yang disebabkan oleh
infeksi Rotavirus.

18
DAFTAR PUSTAKA

Susanti, R. 2021. Pelaksanaan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi


Usia 1 Tahun di Lingkungan III Kelurahan Jati Karya Binjai Utara Tahun
2021. Jurnal Kebidanan Flora.

Biofarma Group. 2021. Retrieved from: https://www.biofarma.co.id/id/berita-


terbaru/detail/imunisasi-dasar-anak

Finaka, A. W. 2023. Retrieved from IndonesiaBaik.id.


https://indonesiabaik.id/infografis/imunisasi-yang-wajib-bagi-anak

19

Anda mungkin juga menyukai