Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH FARMAKOLOGI

IMUNISASI

Disusun oleh :
KELOMPOK II

1. Kholis sukmawati (014STYCIB20)


2. Linda rosa (015STYBID20)
3. Liza maulida (016STYBID20)
4. Melati ayu setia m(017STYCBID)
5. Nanda rinzky oktafiana (018STYCBID20)
6. Nanik ermayanti (019STYCBID20)
7. Nihria maemanah (020STYCBID20)
8. Niswatul zannah s (021STYCBID20
9. Nurindawati (022STYCBID20)
10. Puput febrianti (023STYCBID20)
11. Real agustin lestari(024STYCBID20)
12. Rosa ratna umara (025STYCBID20)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI SI KEBIDANAN

TAHUN AJARAN 2020 / 2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah untuk tugas mata kuliah farmakologi dengan baik dan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Makalah ini adalah hasil tulisan kami yang memuat
materi tentang “IMUNISASI”.

Bersama ini, kami sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya tugas ini.

Dalam penyusunan makalah ini tentunya jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
segala kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan
dan penyempurnaan makalah ini dan juga makalah-makalah kami selanjutnya.

2
DAFTAR ISI
COVER.............................................................................................................1
KATA PENGANTAR.....................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG.......................................................................................4
TUJUAN............................................................................................................4
BAB II
PEMBAHASAN
A. IMUNISASI.................................................................................................5
B. TUJUAN IMUNISASI ................................................................................7
C. JENIS-JENIS IMUNISASI..........................................................................7
1. IMUNISASI AKTIF........................................................................7
2. IMUNISASI PASIF.......................................................................21
3. IMMUNOSUPRESIN...................................................................22
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN........................................................................................24
B. SARAN.....................................................................................................24
DAFTAR PUTAKA................................................................................25

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Menurut World Health Organitation (WHO) pada tahun 2017,


diperkirakan 19,9 juta bayi di seluruh dunia tidak tercapai dengan layanan
imunisasi rutin seperti 3 dosis vaksin DTP. Sekitar 60% dari anak-anak ini
tinggal di 10 negara termasuk Indonesia. Pemantauan data di tingkat daerah
sangat penting untuk membantu negara memprioritaskan dan menyesuaikan
strategi vaksinasi dan rencana operasional untuk mengatasi kesenjangan
imunisasi dan menjangkau setiap orang dengan vaksin yang menyelamatkan
jiwa.
Upaya untuk mencapai tujuan berbagai program dengan berbasis
Primary Health Care telah dilaksanakan untuk meningkatkan derajat
kesehatan. Beberapa indikator yang digunakan WHO untuk mengukur tingkat
keberhasilan program program tersebut, antara lain Angka Kematian Bayi
(AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Harapan Hidup (life ecpectancy). Indikator kesehatan dalam
Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 yang merupakan goals ketiga
yaitu jaminan kesehatan dan promosi kesehatan bagi semua umur (Kemenkes
RI, 2015).

B. TUJUAN
1. mampu mehamahani tujuan pemberian imunisasi dan jenis-jenis
obat dan dosis epmberian imunisasi.
2. Memahami perbedaan imunisasi aktif dan imunisasi pasif
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
4. pemberian imunisas

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. IMUNISASI

1.Pengertian
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 42 Tahun 2013, imunisasi
adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.

imunisasiImunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan


seseorang secara aktif terhadap suatu antigen,sehingga bila kelak ia terpajanpada
antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit. (Ranuh, 2008,p10)

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak


dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh. Agar tubuh membuat zat anti untuk
merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui
suntikan(misalnya vaksin BCG, DPT dan campak) dan melalui mulut (misalnya
vaksin polio). (Hidayat, 2008, p54)

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, resisten. Imunisasiberarti anak di


berikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal terhadap suatu
penyakit tapi belum kebal terhadap penyakit yang lain. (Notoatmodjo, 2003)

Imunisasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan


kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. (Atikah, 2010, p1)

5
2. Tujuan
imunisasiTujuan imunisasi yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu
pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok
masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan suatu penyakit tertentu dari
dunia. (Ranuh, 2008, p10)
Menurut Matondang (2005), tujuan imunisasi adalah untuk mencegah
terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu
pada sekelompok masyarakat atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari
dunia. Sedangkan menurut Proverawati (2010), program imunisasi bertujuan
untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat mencegah penyakit dan
kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit
(Lestari, 2012).
Tujuan program imunisasi adalah menurunnya angka kesakitan, kecacatan
dan kematian bayi akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(PD31). Jenis- jenis penyakit PD31 yang masuk ke dalam program imunisasi
adalah tuberculosis, difteri, pertusis, polio, campak, tetanus dan hepatitis B
(Ngadarodjatun, 2013).

konsep imunisasi di Indonesia diubah dari imunisasi dasar lengkap menjadi


imunisasi rutin lengkap. Imunisasi rutin lengkap atau imunisasi wajib terdiri dari
imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan, dengan rincian sebagai berikut:

Imunisasi dasar

Usia 0 bulan: 1 dosis hepatitis B


Usia 1 bulan: 1 dosis BCG dan polio
Usia 2 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan polio
Usia 3 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan polio
Usia 4 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan polio
Usia 9 bulan: 1 dosis campak/MR
Imunisasi lanjutan

6
Usia 18-24 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan campak/MR
Kelas 1 SD/sederajat: 1 dosis campak dan DT
Kelas 2 dan 5 SD/sederajat: 1 dosis Td
Mengenai cakupan imunisasi, data Kementerian Kesehatan menyebutkan,
sekitar 91% bayi di Indonesia pada tahun 2017 telah mendapatkan imunisasi dasar
lengkap. Angka ini masih sedikit di bawah target renstra (rencana strategis) tahun
2017

B. TUJUAN
Tujuan imunisasi adalah untuk membentuk kekebalan pada tubuh
Tujuan imunisasi adalah sebagai upaya untuk mencegah timbulnya
penyakit
Tujuan imunisasi adalah sebagai upaya untuk mencegah terjadinya
penularan penyakit

C. . JENIS-JENIS IMUNISASI

1. Imunisasi aktif
pertian
Imunisasi aktif adalah kondisi tubuh yang dapat membentuk
imunitasnya sendiri dengan cara memasukkan vaksin ke tubuhnya, dengan
begitu vaksin tersebut akan merangsang produksi antibodi sendiri.
contohnya vaksin polio, vaksin polio adalah virus polio yang sudah
dilemahkan, ketika masuk ke dalam tubuh, maka akan membuat tubuh
memiliki kekebalan yang lebih agar ketika polio menyerang, tubuh sudah
dapat melawannya.

7
2. Jenis-jenis faksin
1. Hepatitis B
a. penertian
Vaksin ini diberikan untuk mencegah infeksi hati serius, yang disebabkan
oleh virus hepatitis B. Vaksin hepatitis B diberikan dalam waktu 12 jam
setelah bayi lahir, dengan didahului suntik vitamin K, minimal 30 menit
sebelumnya. Lalu, vaksin kembali diberikan pada usia 2, 3, dan 4 bulan.

Vaksin hepatitis B dapat menimbulkan efek samping, seperti demam serta


lemas. Pada kasus yang jarang terjadi, efek samping bisa berupa gatal-gatal,
kulit kemerahan, dan pembengkakan pada wajah.

b. Kanduangan
Vaksin hepatitis B mengandung antigen permukaan virus hepatitis B yang
diinaktifkan (HBsAg) dan dijerap pada adjuvan aluminium hidroksida.
Dibuat secara biosintetis menggunakan teknologi DNA rekombinan. Vaksin
digunakan pada individu yang memiliki risiko tinggi tertular hepatitis B.

c. Dosis

Pada bayi, vaksin hepatitis B diberikan 4 kali, yaitu 12 jam setelah bayi
lahir. Kemudian, vaksin kembali diberikan secara berturut-turut pada usia 2,
3, dan 4 bulan. Pemberian vaksin hepatitis B wajib dilakukan pada tiap anak
dan remaja di bawah usia 19 tahun, yang belum pernah mendapat imunisasi
hepatitis B. Imunisasi hepatitis B merupakan salah satu jenis imunisasi
wajib di Indonesia.

Pada kategori usia di atas, dosis vaksin yang diberikan adalah 0,5 ml.
Vaksin juga harus diberikan pada orang dewasa yang berisiko tinggi
terserang hepatitis B, dengan dosis 1 ml.

8
d. Kipi
syok anafilaksi, komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian
Waktu timbulnya itu 4 jam tidak tercatat

2. Polio
a. pengertian
Polio merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus. Pada kasus
yang parah, polio dapat menimbulkan keluhan sesak napas, kelumpuhan,
hingga kematian.

Imunisasi polio pertama kali diberikan saat anak baru dilahirkan {paling
cepet di berikan pada usia 6 mggu} hingga usia 1 bulan. Kemudian, vaksin
kembali diberikan tiap bulan, yaitu saat anak berusia 2, 3, dan 4 bulan.
Untuk penguatan, vaksin bisa kembali diberikan saat anak mencapai usia 18
bulan. Vaksin polio juga bisa diberikan untuk orang dewasa dengan kondisi
tertentu.

Vaksin polio bisa menimbulkan demam hingga lebih dari 39 derajat Celsius.
Efek samping lain yang dapat terjadi meliputi reaksi alergi seperti gatal-
gatal, kulit kemerahan, sulit bernapas atau menelan, serta bengkak pada
wajah.
Golongan : vaksin
Kategori kehmailan dan menyusui: belum ada informasi mengenai kategori
keamanan pemberian vaksin polio hanya di berikan pada wanita hamil bila
bener bener di butuhkan.keaaman pengguna vaksin polio suntik selama
memyusui belum di ketahui

Vaksin polio tetess kategori C: penelitian pada binatang percobaan


menunjukan efek samping terhadap janin dan tidak a penelitian terkontrol

9
pada wanita atau belum ada penelitian pada wantia hamil atau binatang
.percobaan obat hanya dapat di berikan jika manfaat yang diperoleh
melebihi besar nya resiko yang mungkin timbul pada janin,menyusui tdk
mempengaruhi respon imun bayi ketika diberikan vaksin polio oral.
b. tujuan pemberian
Pemberian vaksin hepatitis B dimaksudkan untuk menangkal infeksi
organ hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Vaksinasi juga
dimaksudkan untuk mencegah berbagai akibat yang dapat ditimbulkan
infeksi hepatitis B, seperti kanker hati dan sirosis.6 Okt 2017

c. kandungan
tiap dosis (2tetes=0,1ml) mengandung zat aktif virus poliomyelitis (straim
sabin) hidup yang dilemahkan tidak kurang dari 106.0 CCID 50 tipe 1 dan
1058 CCID50 TIPE 3 Zat tambahan: eritromisin tidak lebih dari 2mcg,
kanamisin tidak lebih dari 10mcg dan sukrosa 35% (v/v) digunakan sebagi
stabilizer

d. dosis
 anak
imunisasi dasar : 0,5ml vaksin polio suntikan intra muskular atau sucutan
setip kali pemberian. Dianjurkan pemberian pada usia 2-18 bulan atau
paling cepat dapat di berikan pada bayi usis 6 minggu dengan jarak waktu
pemberian antar satu dosis dengan lainnya adalah 8 minggu atau lebih.
Imunisasi ulang: / boosteer, sama pasa usia 4-6 tahun

 Dewasa
Bagi yang sama sekali belum mendapat vaksin polio sebelumnya: 0,5 ml
vaksin polio suntikan intra muskular atau sucutan setip kali pemberian.
Vaksin polio di berikan 3 kali dengan jarak waktu pemberian pertama dan
kedua 1-2 bulan dan dosis ketiga di berikan 6-12 bulan kemudian.

10
Bagi yang sudah pernah mendapat vaksin polio saat anak-anak namun tidak
lengkap : setidaknya 1x pemberian vaksin polio 0,5 ml suntikan intra
muskular atau subcutab.
Bagi yang sudah pernah mendapat vaksin polio secara lengkap namun
beresiko tinggi terpapar virus poloi: 0,5 ml vaksin polio suntikan intra
muskular atau subcutan.

e. Kipi
Polio hidup, (OPV) polio paralitis
Polio paralitis pada resipien
Imunokompromais
Komplikasi akut termasuk kematian
30 hari-6 bulan

3. BCG
a. Penertian dan tujuan
Vaksin BCG diberikan untuk mencegah perkembangan tuberkulosis (TB),
penyakit infeksi serius yang umumnya menyerang paru-paru. Perlu
diketahui bahwa vaksin BCG tidak dapat melindungi orang dari infeksi TB.
Akan tetapi, BCG bisa mencegah infeksi TB berkembang ke kondisi
penyakit TB yang serius seperti meningitis TB.

Vaksin BCG hanya diberikan satu kali, yaitu saat bayi baru dilahirkan,
hingga usia 2 bulan. Bila sampai usia 3 bulan atau lebih vaksin belum
diberikan, dokter akan melakukan uji tuberculin atau tes Mantoux terlebih
dahulu, untuk melihat apakah bayi telah terinfeksi TB atau belum.

Vaksin BCG akan menimbulkan bisul pada bekas suntikan dan muncul pada
2- 6 minggu setelah suntik BCG. Bisul bernanah tersebut akan pecah, dan
meninggalkan jaringan parut. Sedangkan efek samping lain, seperti
anafilaksis, sangat jarang terjadi.

11
b. Kandungan
Vaksin BCG terbuat dari kuman Mycobacterium tuberculosis yang
dilemahkan. Menurut panduan Kementerian Kesehatan, vaksin BCG
diberikan bagi anak berusia satu bulan. Vaksin ini kerap dibarengi dengan
imunisasi polio 1.
c. Dosis
Dosis imunisasi BCG yang akan diberikan untuk bayi di bawah usia 1 tahun
hanya sebanyak 0.05 mililiter. Biasanya, imunisasi BCG akan disuntikkan
pada lengan bagian atas. Nah, lengan tempat penyuntikkan tersebut tidak
boleh diberikan imunisasi lain lagi, minimal selama tiga bulan.

d. Kipi
Bcg-itis 4-6 Minggu

4. DPT
a. Pengertian dan tujuan
Vaksin DPT merupakan jenis vaksin gabungan untuk mencegah penyakit
difteri, pertusis, dan tetanus. Difteri merupakan kondisi serius yang dapat
menyebabkan sesak napas, paru-paru basah, gangguan jantung, bahkan
kematian.

Tidak jauh berbeda dengan difteri, pertusis atau batuk rejan adalah penyakit
batuk parah yang dapat memicu gangguan pernapasan, paru-paru basah
(pneumonia), bronkitis, kerusakan otak, hingga kematian. Sedangkan
tetanus adalah penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan kejang, kaku
otot, hingga kematian.

12
Pemberian vaksin DPT harus dilakukan empat kali, yaitu saat anak berusia
2, 3, dan 4 bulan. Vaksin dapat kembali diberikan pada usia 18 bulan dan 5
tahun sebagai penguatan. Kemudian, pemberian vaksin lanjutan dapat
diberikan pada usia 10-12 tahun, dan 18 tahun.

Efek samping yang muncul setelah imunisasi DPT cukup beragam, di


antaranya adalah radang, nyeri, tubuh kaku, serta infeksi.
b. dosis
Dosis DPT/ DT adalah 0,5 ml, intramuskular, baik untuk imunisasi dasar
maupun ulangan. memberikan imunitas 1-3 tahun. Dari 3 dosis toksoid
tetanus pada bayi tersebut setara dengan 2 dosis toksoid pada anak yang
lebih besar atau dewasa.

c. kipi
Syok anafilaksis
Neuritis brakhial
Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian
4 jam
2-18 hari tidak tercatat

5. Hib
a. Pengertian dan tujuan
Vaksin Hib diberikan untuk mencegah infeksi bakteri Haemophilus
influenza tipe B. Infeksi bakteri tersebut dapat memicu kondisi berbahaya,
seperti meningitis (radang selaput otak), pneumonia (paru-paru basah),
septic arthritis (radang sendi), serta perikarditis (radang pada lapisan
pelindung jantung).

Imunisasi Hib diberikan 4 kali, yaitu saat anak berusia 2 bulan, 3 bulan, 4
bulan, dan dalam rentang usia 15-18 bulan.

13
Sebagaimana vaksin lain, vaksin Hib juga dapat menimbulkan efek
samping, antara lain demam di atas 39 derajat Celsius, diare, dan nafsu
makan berkurang.

b. Kandungan
Act-HIB mengandung Haemophilus influenzae tipe b polisakarida
terkonjugasi pada protein tetanus.
c. Dosis
Dosis kedua: 4 bulan. Dosis ketiga: 8 bulan. Booster: 12-15 bulan. Dosis per
pemberian 0,5 mL
d. Kipi

munculnya demam ringan hingga tinggi, bengkak, kemerahan, dan bayi


menjadi agak rewel setelah imunisasi Hib adalah efek samping imunisasi
HIB yang wajar. Kondisi ini dinamakan sebagai kejadian ikutan
pascaimunisasi (KIPI).KIPI biasanya akan hilang dalam 3-4 hari

6. Campak
a. pengertian
Campak adalah infeksi virus pada anak yang ditandai dengan beberapa
gejala, seperti demam, pilek, batuk kering, ruam, serta radang pada mata.
Imunisasi campak diberikan saat anak berusia 9 bulan. Sebagai penguatan,
vaksin dapat kembali diberikan pada usia 18 bulan. Tetapi bila anak sudah
mendapatkan vaksin MMR, pemberian vaksin campak kedua tidak perlu
diberikan.
b. tujuan
Vaksin campak adalah vaksin untuk mencegah penyakit campak, yang
mulai diberikan pada anak usia 9 bulan.
c. Kandungan
tiap dosis (0,5 mL) mengandung virus campak hidup yang dilemahkan
strain CAM 70 tidak kurang dari 1000 CCID50

14
d. Kipi
Syok anafilaksis
Ensefolopati
Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian
4 jam
5-15 hari tidak tercatat
Trombositopenia
Klinis campak pada resipien
Imunokompromais
Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian
7-30 hari
6 bulan tidak tercatat

7. MMR
a. Pengertian dan tujuan
Vaksin MMR merupakan vaksin kombinasi untuk mencegah campak,
gondongan, dan rubella (campak Jerman). Tiga kondisi tersebut merupakan
infeksi serius yang dapat menyebabkan komplikasi berbahaya, seperti
meningitis, pembengkakan otak, hingga hilang pendengaran (tuli).

Vaksin MMR diberikan saat anak berusia 15 bulan, kemudian diberikan lagi
pada usia 5 tahun sebagai penguatan. Imunisasi MMR dilakukan dalam
jarak minimal 6 bulan dengan imunisasi campak. Namun bila pada usia 12
bulan anak belum juga mendapatkan vaksin campak, maka dapat diberikan
vaksin MMR.

Vaksin MMR dapat menyebabkan demam lebih dari 39 derajat Celsius.


Efek samping lain yang dapat muncul adalah reaksi alergi seperti gatal,
gangguan dalam bernapas atau menelan, serta bengkak pada wajah.

15
Banyak beredar isu negatif seputar imunisasi, salah satunya adalah isu
vaksin MMR yang dapat menyebabkan autisme. Isu tersebut sama sekali
tidak benar. Hingga kini tidak ditemukan kaitan yang kuat antara imunisasi
MMR dengan autisme.

b. Kandungan
Vaksin MMR mengandung kombinasi virus campak, gondongan, dan
rubella yang dilemahkan. Dengan memberikan virus yang dilemahkan, akan
memicu sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi guna
melawan ketiga penyakit tersebut.

8. PCV
a. Pengertian dan tujuan
Vaksin PCV (pneumokokus) diberikan untuk mencegah pneumonia,
meningitis, dan septikemia, yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus
pneumoniae. Pemberian vaksin harus dilakukan secara berangkai, yaitu saat
anak berusia 2, 4, dan 6 bulan. Selanjutnya pemberian vaksin kembali
dilakukan saat anak berusia 12-15 bulan.
b. Kandungan
Vaksin PCV atau pneumococcal conjugate vaccine adalah vaksin yang
mengandung bagian dari dinding sel bakteri pneumokokus. Bakteri ini dapat
menimbulkan penyakit infeksi yang berat, seperti meningitis, pneumonia,
dan infeksi darah atau sepsis. Pada dasarnya, vaksin PCV terbagi menjadi
dua jenis, yaitu PCV13 dan PPSV23

c. Kipi

Efek samping yang mungkin timbul dari imunisasi PCV, antara lain adalah
pembengkakan dan kemerahan pada bagian yang disuntik, yang disertai
demam ringan.

16
9. Rotavirus
a. Pngertian dan tujuan
Imunisasi ini diberikan untuk mencegah diare akibat infeksi rotavirus.
Vaksin rotavirus diberikan 3 kali, yaitu saat bayi berusia 2, 4, dan 6 bulan.
Sama seperti vaksin lain, vaksin rotavirus juga menimbulkan efek samping.
Pada umumnya, efek samping yang muncul tergolong ringan, seperti diare
ringan, dan anak menjadi rewel.

b. Kandungan
Tiap 1,5 ml: vaksin virus rotavirus yang dilemahkan, strain RIX4414 tidak
kurang dari 106 CCID50.

c. Kipi
Diare.
Iritabilitas.

10. Influenza
a. tujuan
Vaksin influenza diberikan untuk mencegah flu. Vaksinasi ini bisa diberikan
pada anak berusia 6 bulan dengan frekuensi pengulangan 1 kali tiap tahun,
hingga usia 18 tahun.

Efek samping imunisasi influenza, antara lain demam, batuk, sakit


tenggorokan, nyeri otot, dan sakit kepala. Pada kasus yang jarang, efek

17
samping yang dapat muncul meliputi sesak napas, sakit pada telinga, dada
terasa sesak, atau mengi.

b. Kandungan
Ada dua jenis vaksin influenza, yakni trivalent dan quadrivalent. Vaksin
influenza trivalent merupakan vaksin dengan kandungan dua galur virus
influenza A (H1N1 dan H3N2), serta galur virus influenza B. Dan vaksin
influenza jenis quadrivalent mengandung dua galur virus influenza A
(H1N1 dan H3N2)

11. Tifus
a. Pengertian dan tujuan
Vaksin ini diberikan untuk mencegah penyakit tifus, yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella typhi. Pemberian vaksin tifus dapat dilakukan saat anak
berusia 2 tahun, dengan frekuensi pengulangan tiap 3 tahun, hingga usia 18
tahun.

Meskipun jarang, va
ksin tifus dapat menimbulkan sejumlah efek samping, seperti diare, demam,
mual dan muntah, serta kram perut.

b. Kandungan
Vaksin tifoid oral
Vaksin ini terbuat dari kuman Salmonella typhi hidup yang sudah
dilemahkan. Vaksin ini tersedia dalam bentuk kapsul untuk diminum dan
dapat diberikan pada anak-anak berusia di atas 6 tahun dan orang dewasa

12. Hepatitis A
a. tujuan
Sesuai namanya, imunisasi ini bertujuan untuk mencegah hepatitis A, yaitu
penyakit peradangan hati yang disebabkan oleh infeksi virus. Vaksin

18
hepatitis A harus diberikan 2 kali, pada rentang usia 2-18 tahun. Suntikan
pertama dan kedua harus berjarak 6 bulan atau 1 tahun.
b. Kandungan
Vaksin hepatitis A dibuat dari virus hepatitis A yang dikembangbiakan
dalam sel diploid manusia dan diinaktivasi dengan formaldehid.

c. Kipi

Vaksin hepatitis A dapat menimbulkan efek samping seperti demam dan


lemas. Efek samping lain yang tergolong jarang meliputi gatal-gatal, batuk,
sakit kepala, dan hidung tersumbat.

13. Varisela
a. tujuan
Vaksin ini diberikan untuk mencegah penyakit cacar air, yang disebabkan
oleh virus Varicella zoster. Imunisasi varisela dilakukan pada anak usia 1-18
tahun. Bila vaksin diberikan pada anak usia 13 tahun ke atas, vaksin
diberikan dalam 2 dosis, dengan jarak waktu minimal 4 minggu.
b. Kandungan
aksin varicella mengandung virus varicella-zoster yang telah dilemahkan.
Ketika dimasukkan ke dalam tubuh, vaksin ini akan merangsang sistem
kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi guna melawan virus tersebut.
Karena sudah dilemahkan, virus yang terdapat dalam vaksin varicella tidak
dapat menyebabkan infeksi.
c. Kipi
1 dari 5 anak yang diberikan vaksin varisela mengalami nyeri dan
kemerahan pada area yang disuntik. Vaksin varisela juga dapat
menimbulkan ruam kulit, tetapi efek samping ini hanya terjadi pada 1 dari
10 anak.

14. HPV

19
a. tujuan

Vaksin HPV diberikan kepada remaja perempuan untuk mencegah kanker


serviks, yang umumnya disebabkan oleh virus Human papillomavirus.
Vaksin HPV diberikan 2 atau 3 kali, mulai usia 10 hingga 18 tahun.

b. Kandungan
aksin HPV Bivalen: vaksin ini mengandung tipe virus HPV 16 dan 18
untuk mencegah kanker serviks. Vaksn HPV Tetravalen: vaksin ini
mengandung HPV tipe 6, 11, 16, dan 18 untuk mencegah kutil kelamin
yang merupakan infeksi seksual menular.
c. Kipi
Umumnya, vaksin HPV menimbulkan efek samping berupa sakit kepala,
serta nyeri dan kemerahan pada area bekas suntikan. Akan tetapi, efek
samping tersebut akan hilang dalam beberapa hari. Pada kasus yang jarang,
penerima vaksin HPV dapat mengalami demam, mual, dan gatal atau
memar di area bekas suntikan.

15. Japanese encephalitis


a. Pengertian dan tujuan

Japanese encephalitis (JE) adalah infeksi virus pada otak, yang menyebar
melalui gigitan nyamuk. Pada umumnya, JE hanya menimbulkan gejala
ringan seperti flu. Tetapi pada sebagian orang, JE dapat menyebabkan
demam tinggi, kejang, hingga kelumpuhan.

Vaksin JE diberikan mulai usia 1 tahun, terutama bila tinggal atau bepergian
ke derah endemis JE. Vaksin dapat kembali diberikan 1-2 tahun berikutnya
untuk perlindungan jangka panjang.

20
b. Kipi

Rasa sakit sementara pada area yang disuntik

Kemerahan, bengkak, atau nyeri di tempat suntikan

Gejala mirip flu atau tidak enak badan (demam ringan, sakit perut, muntah,
hilang selera makan, dan sakit kepala)

16. Dengue
a. Tujuan

Imunisasi dengue dilakukan untuk mengurangi risiko demam berdarah, yang


disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Vaksin dengue diberikan 3 kali
dengan interval 6 bulan, pada usia 9 hingga 16 tahun.
b. Dosis
Pasien berusia 9–45 tahun mendapatkan dosis yang sama yaitu 0,5 mL.
Pasien diberikan 3 dosis dengan jarak antar dosis 6 bulan (bulan 0, 6, dan
12). Vaksin diberikan melalui subkutan.
c. Kipi/reaksi
malaise, mialgia, dan nyeri kepala.
Vaksin dengue memiliki interaksi dengan imunoglobulin dan produk darah
yang mengandung antibodi.
2. Imunisasi Pasif

Pengertian
Imunitas pasif adalah imunisasi yang terjadi saat tubuh
memperoleh imunitas dengan cara menyuntikan serum pada tubuh yang
didalamnya mengandung antibodi terhadap suatu penyakit. Imunisasi ini
biasanya diberikan saat dalam keadaan darurat yang diperkirakan tidak
ada waktu pembentukan antibodi yang cukup untuk melawan antigen

21
yang masuk dalam tubuh. Contohnya ketika seseorang digigit ular, maka
akan diberikan serum antibisa.

Tujuan
munisasi yang diberikan untuk mendapatkan kekebalan pasif disebut
imunisasi pasif dengan memberikan antibodi atau faktor kekebalan pada
seseorang yang membutuhkan, kekebalan pasif tidak akan bertahan lama karena
akan dimetabolisme oleh tubuh, misalnya kekebalan pasif yang didapat janin dari
ibunya akan perlahan menurun dan habis

3. imunosupresan
a. pengertian
adalah golongan obat yang digunakan untuk menekan atau
menurunkan sistem kekebalan tubuh. Golongan obat ini diberikan pada
pasien yang menjalani transplantasi organ, misalnya pada transplantasi
ginjal atau hati.

b. Kondisi yang ditangani obat imunosupresan


Seperti yang disampaikan di atas, terdapat dua kelompok kondisi yang dapat
diatasi dengan obat imunosupresan. Kondisi tersebut, yaitu:

1. Gangguan autoimun
Penyakit autoimun terjadi ketika sistem imun menyerang jaringan tubuh
penderitanya. Obat imunosupresan dapat menekan atau menghambat reaksi sistem
imun tersebut karena dapat ‘melemahkan’ sistem imun. Dengan begitu, efek dari

22
penyakit autoimun diharapkan dapat berkurang.Gangguan autoimun yang dapat
diatasi dengan imunosupresan, yaitu:

 Psoriasis
 Lupus
 Rheumatoid arthritis
 Penyakit Crohn
 Multiple sclerosis
 Alopecia areata

2. Transplantasi organ
Sebagian besar pasien yang menerima transplantasi organ harus mengonsumsi
obat imunosupresan atau anti-rejeksi. Sebab, sistem imun seringkali menganggap
organ yang diterima sebagai benda asing, sehingga mereka pun menyerang organ
tersebut.Kondisi ini dapat berbahaya bagi pasien dan kadang organ tersebut harus
diangkat kembali.Berdasarkan durasi penggunaannya, terdapat dua jenis obat anti-
rejeksi, yaitu:

 Obat induksi, yakni obat anti-rejeksi yang digunakan saat proses


transplantasi organ
 Obat pemeliharaan, digunakan untuk jangka Panjang

c. Efek samping dan interaksi obat imunosupresan


Efek samping dan interaksi imunosupresan dapat berbeda tergantung jenis obat
yang dikonsumsi. Anda dianjurkan berkonsultasi dengan dokter terkait
kemungkinan efek samping obat yang akan diresepkan untuk mengatasi masalah
yang diderita. Pastikan Anda juga menyampaikan obat atau suplemen yang sedang
dikonsumsi untuk menghindari interaksi obat.Imunosupresan dapat melemahkan
sistem imun. Dengan begitu, risiko infeksi mungkin dapat terjadi. Hubungi dokter
dengan segera apabila Anda mengalami gejala infeksi berikut:

 Demam atau menggigil

23
 Rasa sakit di sisi punggung bagian bawah
 Sulit buang air kecil
 Sakit saat buang air kecil
 Sering buang air kecil
 Rasa lelah atau lemah yang tidak biasa

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

imunisasi adalah suatu prosese untuk membuat sistem pertahanan tubuh kebal
terhadap infasi mikroorganisme (bakteri dan virus).
Tujuan dari imunisasi adalah untuk menguranggi angka penderitaan suatu
penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan
kematian pada penderitanya
Macam-macam dari imunisasi adalah imunisasi aktif dan pasif.
Jenis-jenis imunisasi adalah BCG,Hepatitis B,Polio,DTP,Campak.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas maka di sarankan bagi setiap ibu agar selalu
memperhatikan kesehatan bayinya yaitu harus selalu aktif ke posyandu atau
tenaga kesehatan terdekat untuk di beri imunisasi karena dengan di beri imunisasi
dapat mencegah bayi dalam berbagai macam penyakit.

24
DAFTAR PUSTAKA

Patel, et al. (2012). Diphtheria, Pertussis (Whooping Cough), and Tetanus Vaccine
Induced Recurrent Seizures and Acute Encephalopathy in A Pediatric Patient: Possibly
Due to Pertussis Fraction. J Pharmacol Pharmacother, 3(1), pp. 71-73.

CDC. About Hib Vaccines. 2018. Available from:


https://www.cdc.gov/vaccines/vpd/hib/hcp/about-vaccine.html
CDC. Hib Vaccine Recommendations. 2018. Available from:
https://www.cdc.gov/vaccines/vpd/hib/hcp/recommendations.html

Therapeutic Goods Administration. Australian product information –


dengvaxia powder and diluent for suspension for injection (dengue tetravalent
vaccine (live,attenuated)). 2018. Available from:
https://www.tga.gov.au/sites/default/files/auspar-live-attenuated-chimeric-
yellow-fever-dengue-virus-181123-pi.

25

Anda mungkin juga menyukai