IMUNISASI
Disusun oleh :
KELOMPOK II
1
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah untuk tugas mata kuliah farmakologi dengan baik dan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Makalah ini adalah hasil tulisan kami yang memuat
materi tentang “IMUNISASI”.
Bersama ini, kami sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya tugas ini.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
segala kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan
dan penyempurnaan makalah ini dan juga makalah-makalah kami selanjutnya.
2
DAFTAR ISI
COVER.............................................................................................................1
KATA PENGANTAR.....................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG.......................................................................................4
TUJUAN............................................................................................................4
BAB II
PEMBAHASAN
A. IMUNISASI.................................................................................................5
B. TUJUAN IMUNISASI ................................................................................7
C. JENIS-JENIS IMUNISASI..........................................................................7
1. IMUNISASI AKTIF........................................................................7
2. IMUNISASI PASIF.......................................................................21
3. IMMUNOSUPRESIN...................................................................22
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN........................................................................................24
B. SARAN.....................................................................................................24
DAFTAR PUTAKA................................................................................25
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. TUJUAN
1. mampu mehamahani tujuan pemberian imunisasi dan jenis-jenis
obat dan dosis epmberian imunisasi.
2. Memahami perbedaan imunisasi aktif dan imunisasi pasif
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
4. pemberian imunisas
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. IMUNISASI
1.Pengertian
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 42 Tahun 2013, imunisasi
adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
5
2. Tujuan
imunisasiTujuan imunisasi yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu
pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok
masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan suatu penyakit tertentu dari
dunia. (Ranuh, 2008, p10)
Menurut Matondang (2005), tujuan imunisasi adalah untuk mencegah
terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu
pada sekelompok masyarakat atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari
dunia. Sedangkan menurut Proverawati (2010), program imunisasi bertujuan
untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat mencegah penyakit dan
kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit
(Lestari, 2012).
Tujuan program imunisasi adalah menurunnya angka kesakitan, kecacatan
dan kematian bayi akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(PD31). Jenis- jenis penyakit PD31 yang masuk ke dalam program imunisasi
adalah tuberculosis, difteri, pertusis, polio, campak, tetanus dan hepatitis B
(Ngadarodjatun, 2013).
Imunisasi dasar
6
Usia 18-24 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan campak/MR
Kelas 1 SD/sederajat: 1 dosis campak dan DT
Kelas 2 dan 5 SD/sederajat: 1 dosis Td
Mengenai cakupan imunisasi, data Kementerian Kesehatan menyebutkan,
sekitar 91% bayi di Indonesia pada tahun 2017 telah mendapatkan imunisasi dasar
lengkap. Angka ini masih sedikit di bawah target renstra (rencana strategis) tahun
2017
B. TUJUAN
Tujuan imunisasi adalah untuk membentuk kekebalan pada tubuh
Tujuan imunisasi adalah sebagai upaya untuk mencegah timbulnya
penyakit
Tujuan imunisasi adalah sebagai upaya untuk mencegah terjadinya
penularan penyakit
C. . JENIS-JENIS IMUNISASI
1. Imunisasi aktif
pertian
Imunisasi aktif adalah kondisi tubuh yang dapat membentuk
imunitasnya sendiri dengan cara memasukkan vaksin ke tubuhnya, dengan
begitu vaksin tersebut akan merangsang produksi antibodi sendiri.
contohnya vaksin polio, vaksin polio adalah virus polio yang sudah
dilemahkan, ketika masuk ke dalam tubuh, maka akan membuat tubuh
memiliki kekebalan yang lebih agar ketika polio menyerang, tubuh sudah
dapat melawannya.
7
2. Jenis-jenis faksin
1. Hepatitis B
a. penertian
Vaksin ini diberikan untuk mencegah infeksi hati serius, yang disebabkan
oleh virus hepatitis B. Vaksin hepatitis B diberikan dalam waktu 12 jam
setelah bayi lahir, dengan didahului suntik vitamin K, minimal 30 menit
sebelumnya. Lalu, vaksin kembali diberikan pada usia 2, 3, dan 4 bulan.
b. Kanduangan
Vaksin hepatitis B mengandung antigen permukaan virus hepatitis B yang
diinaktifkan (HBsAg) dan dijerap pada adjuvan aluminium hidroksida.
Dibuat secara biosintetis menggunakan teknologi DNA rekombinan. Vaksin
digunakan pada individu yang memiliki risiko tinggi tertular hepatitis B.
c. Dosis
Pada bayi, vaksin hepatitis B diberikan 4 kali, yaitu 12 jam setelah bayi
lahir. Kemudian, vaksin kembali diberikan secara berturut-turut pada usia 2,
3, dan 4 bulan. Pemberian vaksin hepatitis B wajib dilakukan pada tiap anak
dan remaja di bawah usia 19 tahun, yang belum pernah mendapat imunisasi
hepatitis B. Imunisasi hepatitis B merupakan salah satu jenis imunisasi
wajib di Indonesia.
Pada kategori usia di atas, dosis vaksin yang diberikan adalah 0,5 ml.
Vaksin juga harus diberikan pada orang dewasa yang berisiko tinggi
terserang hepatitis B, dengan dosis 1 ml.
8
d. Kipi
syok anafilaksi, komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian
Waktu timbulnya itu 4 jam tidak tercatat
2. Polio
a. pengertian
Polio merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus. Pada kasus
yang parah, polio dapat menimbulkan keluhan sesak napas, kelumpuhan,
hingga kematian.
Imunisasi polio pertama kali diberikan saat anak baru dilahirkan {paling
cepet di berikan pada usia 6 mggu} hingga usia 1 bulan. Kemudian, vaksin
kembali diberikan tiap bulan, yaitu saat anak berusia 2, 3, dan 4 bulan.
Untuk penguatan, vaksin bisa kembali diberikan saat anak mencapai usia 18
bulan. Vaksin polio juga bisa diberikan untuk orang dewasa dengan kondisi
tertentu.
Vaksin polio bisa menimbulkan demam hingga lebih dari 39 derajat Celsius.
Efek samping lain yang dapat terjadi meliputi reaksi alergi seperti gatal-
gatal, kulit kemerahan, sulit bernapas atau menelan, serta bengkak pada
wajah.
Golongan : vaksin
Kategori kehmailan dan menyusui: belum ada informasi mengenai kategori
keamanan pemberian vaksin polio hanya di berikan pada wanita hamil bila
bener bener di butuhkan.keaaman pengguna vaksin polio suntik selama
memyusui belum di ketahui
9
pada wanita atau belum ada penelitian pada wantia hamil atau binatang
.percobaan obat hanya dapat di berikan jika manfaat yang diperoleh
melebihi besar nya resiko yang mungkin timbul pada janin,menyusui tdk
mempengaruhi respon imun bayi ketika diberikan vaksin polio oral.
b. tujuan pemberian
Pemberian vaksin hepatitis B dimaksudkan untuk menangkal infeksi
organ hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Vaksinasi juga
dimaksudkan untuk mencegah berbagai akibat yang dapat ditimbulkan
infeksi hepatitis B, seperti kanker hati dan sirosis.6 Okt 2017
c. kandungan
tiap dosis (2tetes=0,1ml) mengandung zat aktif virus poliomyelitis (straim
sabin) hidup yang dilemahkan tidak kurang dari 106.0 CCID 50 tipe 1 dan
1058 CCID50 TIPE 3 Zat tambahan: eritromisin tidak lebih dari 2mcg,
kanamisin tidak lebih dari 10mcg dan sukrosa 35% (v/v) digunakan sebagi
stabilizer
d. dosis
anak
imunisasi dasar : 0,5ml vaksin polio suntikan intra muskular atau sucutan
setip kali pemberian. Dianjurkan pemberian pada usia 2-18 bulan atau
paling cepat dapat di berikan pada bayi usis 6 minggu dengan jarak waktu
pemberian antar satu dosis dengan lainnya adalah 8 minggu atau lebih.
Imunisasi ulang: / boosteer, sama pasa usia 4-6 tahun
Dewasa
Bagi yang sama sekali belum mendapat vaksin polio sebelumnya: 0,5 ml
vaksin polio suntikan intra muskular atau sucutan setip kali pemberian.
Vaksin polio di berikan 3 kali dengan jarak waktu pemberian pertama dan
kedua 1-2 bulan dan dosis ketiga di berikan 6-12 bulan kemudian.
10
Bagi yang sudah pernah mendapat vaksin polio saat anak-anak namun tidak
lengkap : setidaknya 1x pemberian vaksin polio 0,5 ml suntikan intra
muskular atau subcutab.
Bagi yang sudah pernah mendapat vaksin polio secara lengkap namun
beresiko tinggi terpapar virus poloi: 0,5 ml vaksin polio suntikan intra
muskular atau subcutan.
e. Kipi
Polio hidup, (OPV) polio paralitis
Polio paralitis pada resipien
Imunokompromais
Komplikasi akut termasuk kematian
30 hari-6 bulan
3. BCG
a. Penertian dan tujuan
Vaksin BCG diberikan untuk mencegah perkembangan tuberkulosis (TB),
penyakit infeksi serius yang umumnya menyerang paru-paru. Perlu
diketahui bahwa vaksin BCG tidak dapat melindungi orang dari infeksi TB.
Akan tetapi, BCG bisa mencegah infeksi TB berkembang ke kondisi
penyakit TB yang serius seperti meningitis TB.
Vaksin BCG hanya diberikan satu kali, yaitu saat bayi baru dilahirkan,
hingga usia 2 bulan. Bila sampai usia 3 bulan atau lebih vaksin belum
diberikan, dokter akan melakukan uji tuberculin atau tes Mantoux terlebih
dahulu, untuk melihat apakah bayi telah terinfeksi TB atau belum.
Vaksin BCG akan menimbulkan bisul pada bekas suntikan dan muncul pada
2- 6 minggu setelah suntik BCG. Bisul bernanah tersebut akan pecah, dan
meninggalkan jaringan parut. Sedangkan efek samping lain, seperti
anafilaksis, sangat jarang terjadi.
11
b. Kandungan
Vaksin BCG terbuat dari kuman Mycobacterium tuberculosis yang
dilemahkan. Menurut panduan Kementerian Kesehatan, vaksin BCG
diberikan bagi anak berusia satu bulan. Vaksin ini kerap dibarengi dengan
imunisasi polio 1.
c. Dosis
Dosis imunisasi BCG yang akan diberikan untuk bayi di bawah usia 1 tahun
hanya sebanyak 0.05 mililiter. Biasanya, imunisasi BCG akan disuntikkan
pada lengan bagian atas. Nah, lengan tempat penyuntikkan tersebut tidak
boleh diberikan imunisasi lain lagi, minimal selama tiga bulan.
d. Kipi
Bcg-itis 4-6 Minggu
4. DPT
a. Pengertian dan tujuan
Vaksin DPT merupakan jenis vaksin gabungan untuk mencegah penyakit
difteri, pertusis, dan tetanus. Difteri merupakan kondisi serius yang dapat
menyebabkan sesak napas, paru-paru basah, gangguan jantung, bahkan
kematian.
Tidak jauh berbeda dengan difteri, pertusis atau batuk rejan adalah penyakit
batuk parah yang dapat memicu gangguan pernapasan, paru-paru basah
(pneumonia), bronkitis, kerusakan otak, hingga kematian. Sedangkan
tetanus adalah penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan kejang, kaku
otot, hingga kematian.
12
Pemberian vaksin DPT harus dilakukan empat kali, yaitu saat anak berusia
2, 3, dan 4 bulan. Vaksin dapat kembali diberikan pada usia 18 bulan dan 5
tahun sebagai penguatan. Kemudian, pemberian vaksin lanjutan dapat
diberikan pada usia 10-12 tahun, dan 18 tahun.
c. kipi
Syok anafilaksis
Neuritis brakhial
Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian
4 jam
2-18 hari tidak tercatat
5. Hib
a. Pengertian dan tujuan
Vaksin Hib diberikan untuk mencegah infeksi bakteri Haemophilus
influenza tipe B. Infeksi bakteri tersebut dapat memicu kondisi berbahaya,
seperti meningitis (radang selaput otak), pneumonia (paru-paru basah),
septic arthritis (radang sendi), serta perikarditis (radang pada lapisan
pelindung jantung).
Imunisasi Hib diberikan 4 kali, yaitu saat anak berusia 2 bulan, 3 bulan, 4
bulan, dan dalam rentang usia 15-18 bulan.
13
Sebagaimana vaksin lain, vaksin Hib juga dapat menimbulkan efek
samping, antara lain demam di atas 39 derajat Celsius, diare, dan nafsu
makan berkurang.
b. Kandungan
Act-HIB mengandung Haemophilus influenzae tipe b polisakarida
terkonjugasi pada protein tetanus.
c. Dosis
Dosis kedua: 4 bulan. Dosis ketiga: 8 bulan. Booster: 12-15 bulan. Dosis per
pemberian 0,5 mL
d. Kipi
6. Campak
a. pengertian
Campak adalah infeksi virus pada anak yang ditandai dengan beberapa
gejala, seperti demam, pilek, batuk kering, ruam, serta radang pada mata.
Imunisasi campak diberikan saat anak berusia 9 bulan. Sebagai penguatan,
vaksin dapat kembali diberikan pada usia 18 bulan. Tetapi bila anak sudah
mendapatkan vaksin MMR, pemberian vaksin campak kedua tidak perlu
diberikan.
b. tujuan
Vaksin campak adalah vaksin untuk mencegah penyakit campak, yang
mulai diberikan pada anak usia 9 bulan.
c. Kandungan
tiap dosis (0,5 mL) mengandung virus campak hidup yang dilemahkan
strain CAM 70 tidak kurang dari 1000 CCID50
14
d. Kipi
Syok anafilaksis
Ensefolopati
Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian
4 jam
5-15 hari tidak tercatat
Trombositopenia
Klinis campak pada resipien
Imunokompromais
Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian
7-30 hari
6 bulan tidak tercatat
7. MMR
a. Pengertian dan tujuan
Vaksin MMR merupakan vaksin kombinasi untuk mencegah campak,
gondongan, dan rubella (campak Jerman). Tiga kondisi tersebut merupakan
infeksi serius yang dapat menyebabkan komplikasi berbahaya, seperti
meningitis, pembengkakan otak, hingga hilang pendengaran (tuli).
Vaksin MMR diberikan saat anak berusia 15 bulan, kemudian diberikan lagi
pada usia 5 tahun sebagai penguatan. Imunisasi MMR dilakukan dalam
jarak minimal 6 bulan dengan imunisasi campak. Namun bila pada usia 12
bulan anak belum juga mendapatkan vaksin campak, maka dapat diberikan
vaksin MMR.
15
Banyak beredar isu negatif seputar imunisasi, salah satunya adalah isu
vaksin MMR yang dapat menyebabkan autisme. Isu tersebut sama sekali
tidak benar. Hingga kini tidak ditemukan kaitan yang kuat antara imunisasi
MMR dengan autisme.
b. Kandungan
Vaksin MMR mengandung kombinasi virus campak, gondongan, dan
rubella yang dilemahkan. Dengan memberikan virus yang dilemahkan, akan
memicu sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi guna
melawan ketiga penyakit tersebut.
8. PCV
a. Pengertian dan tujuan
Vaksin PCV (pneumokokus) diberikan untuk mencegah pneumonia,
meningitis, dan septikemia, yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus
pneumoniae. Pemberian vaksin harus dilakukan secara berangkai, yaitu saat
anak berusia 2, 4, dan 6 bulan. Selanjutnya pemberian vaksin kembali
dilakukan saat anak berusia 12-15 bulan.
b. Kandungan
Vaksin PCV atau pneumococcal conjugate vaccine adalah vaksin yang
mengandung bagian dari dinding sel bakteri pneumokokus. Bakteri ini dapat
menimbulkan penyakit infeksi yang berat, seperti meningitis, pneumonia,
dan infeksi darah atau sepsis. Pada dasarnya, vaksin PCV terbagi menjadi
dua jenis, yaitu PCV13 dan PPSV23
c. Kipi
Efek samping yang mungkin timbul dari imunisasi PCV, antara lain adalah
pembengkakan dan kemerahan pada bagian yang disuntik, yang disertai
demam ringan.
16
9. Rotavirus
a. Pngertian dan tujuan
Imunisasi ini diberikan untuk mencegah diare akibat infeksi rotavirus.
Vaksin rotavirus diberikan 3 kali, yaitu saat bayi berusia 2, 4, dan 6 bulan.
Sama seperti vaksin lain, vaksin rotavirus juga menimbulkan efek samping.
Pada umumnya, efek samping yang muncul tergolong ringan, seperti diare
ringan, dan anak menjadi rewel.
b. Kandungan
Tiap 1,5 ml: vaksin virus rotavirus yang dilemahkan, strain RIX4414 tidak
kurang dari 106 CCID50.
c. Kipi
Diare.
Iritabilitas.
10. Influenza
a. tujuan
Vaksin influenza diberikan untuk mencegah flu. Vaksinasi ini bisa diberikan
pada anak berusia 6 bulan dengan frekuensi pengulangan 1 kali tiap tahun,
hingga usia 18 tahun.
17
samping yang dapat muncul meliputi sesak napas, sakit pada telinga, dada
terasa sesak, atau mengi.
b. Kandungan
Ada dua jenis vaksin influenza, yakni trivalent dan quadrivalent. Vaksin
influenza trivalent merupakan vaksin dengan kandungan dua galur virus
influenza A (H1N1 dan H3N2), serta galur virus influenza B. Dan vaksin
influenza jenis quadrivalent mengandung dua galur virus influenza A
(H1N1 dan H3N2)
11. Tifus
a. Pengertian dan tujuan
Vaksin ini diberikan untuk mencegah penyakit tifus, yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella typhi. Pemberian vaksin tifus dapat dilakukan saat anak
berusia 2 tahun, dengan frekuensi pengulangan tiap 3 tahun, hingga usia 18
tahun.
Meskipun jarang, va
ksin tifus dapat menimbulkan sejumlah efek samping, seperti diare, demam,
mual dan muntah, serta kram perut.
b. Kandungan
Vaksin tifoid oral
Vaksin ini terbuat dari kuman Salmonella typhi hidup yang sudah
dilemahkan. Vaksin ini tersedia dalam bentuk kapsul untuk diminum dan
dapat diberikan pada anak-anak berusia di atas 6 tahun dan orang dewasa
12. Hepatitis A
a. tujuan
Sesuai namanya, imunisasi ini bertujuan untuk mencegah hepatitis A, yaitu
penyakit peradangan hati yang disebabkan oleh infeksi virus. Vaksin
18
hepatitis A harus diberikan 2 kali, pada rentang usia 2-18 tahun. Suntikan
pertama dan kedua harus berjarak 6 bulan atau 1 tahun.
b. Kandungan
Vaksin hepatitis A dibuat dari virus hepatitis A yang dikembangbiakan
dalam sel diploid manusia dan diinaktivasi dengan formaldehid.
c. Kipi
13. Varisela
a. tujuan
Vaksin ini diberikan untuk mencegah penyakit cacar air, yang disebabkan
oleh virus Varicella zoster. Imunisasi varisela dilakukan pada anak usia 1-18
tahun. Bila vaksin diberikan pada anak usia 13 tahun ke atas, vaksin
diberikan dalam 2 dosis, dengan jarak waktu minimal 4 minggu.
b. Kandungan
aksin varicella mengandung virus varicella-zoster yang telah dilemahkan.
Ketika dimasukkan ke dalam tubuh, vaksin ini akan merangsang sistem
kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi guna melawan virus tersebut.
Karena sudah dilemahkan, virus yang terdapat dalam vaksin varicella tidak
dapat menyebabkan infeksi.
c. Kipi
1 dari 5 anak yang diberikan vaksin varisela mengalami nyeri dan
kemerahan pada area yang disuntik. Vaksin varisela juga dapat
menimbulkan ruam kulit, tetapi efek samping ini hanya terjadi pada 1 dari
10 anak.
14. HPV
19
a. tujuan
b. Kandungan
aksin HPV Bivalen: vaksin ini mengandung tipe virus HPV 16 dan 18
untuk mencegah kanker serviks. Vaksn HPV Tetravalen: vaksin ini
mengandung HPV tipe 6, 11, 16, dan 18 untuk mencegah kutil kelamin
yang merupakan infeksi seksual menular.
c. Kipi
Umumnya, vaksin HPV menimbulkan efek samping berupa sakit kepala,
serta nyeri dan kemerahan pada area bekas suntikan. Akan tetapi, efek
samping tersebut akan hilang dalam beberapa hari. Pada kasus yang jarang,
penerima vaksin HPV dapat mengalami demam, mual, dan gatal atau
memar di area bekas suntikan.
Japanese encephalitis (JE) adalah infeksi virus pada otak, yang menyebar
melalui gigitan nyamuk. Pada umumnya, JE hanya menimbulkan gejala
ringan seperti flu. Tetapi pada sebagian orang, JE dapat menyebabkan
demam tinggi, kejang, hingga kelumpuhan.
Vaksin JE diberikan mulai usia 1 tahun, terutama bila tinggal atau bepergian
ke derah endemis JE. Vaksin dapat kembali diberikan 1-2 tahun berikutnya
untuk perlindungan jangka panjang.
20
b. Kipi
Gejala mirip flu atau tidak enak badan (demam ringan, sakit perut, muntah,
hilang selera makan, dan sakit kepala)
16. Dengue
a. Tujuan
Pengertian
Imunitas pasif adalah imunisasi yang terjadi saat tubuh
memperoleh imunitas dengan cara menyuntikan serum pada tubuh yang
didalamnya mengandung antibodi terhadap suatu penyakit. Imunisasi ini
biasanya diberikan saat dalam keadaan darurat yang diperkirakan tidak
ada waktu pembentukan antibodi yang cukup untuk melawan antigen
21
yang masuk dalam tubuh. Contohnya ketika seseorang digigit ular, maka
akan diberikan serum antibisa.
Tujuan
munisasi yang diberikan untuk mendapatkan kekebalan pasif disebut
imunisasi pasif dengan memberikan antibodi atau faktor kekebalan pada
seseorang yang membutuhkan, kekebalan pasif tidak akan bertahan lama karena
akan dimetabolisme oleh tubuh, misalnya kekebalan pasif yang didapat janin dari
ibunya akan perlahan menurun dan habis
3. imunosupresan
a. pengertian
adalah golongan obat yang digunakan untuk menekan atau
menurunkan sistem kekebalan tubuh. Golongan obat ini diberikan pada
pasien yang menjalani transplantasi organ, misalnya pada transplantasi
ginjal atau hati.
1. Gangguan autoimun
Penyakit autoimun terjadi ketika sistem imun menyerang jaringan tubuh
penderitanya. Obat imunosupresan dapat menekan atau menghambat reaksi sistem
imun tersebut karena dapat ‘melemahkan’ sistem imun. Dengan begitu, efek dari
22
penyakit autoimun diharapkan dapat berkurang.Gangguan autoimun yang dapat
diatasi dengan imunosupresan, yaitu:
Psoriasis
Lupus
Rheumatoid arthritis
Penyakit Crohn
Multiple sclerosis
Alopecia areata
2. Transplantasi organ
Sebagian besar pasien yang menerima transplantasi organ harus mengonsumsi
obat imunosupresan atau anti-rejeksi. Sebab, sistem imun seringkali menganggap
organ yang diterima sebagai benda asing, sehingga mereka pun menyerang organ
tersebut.Kondisi ini dapat berbahaya bagi pasien dan kadang organ tersebut harus
diangkat kembali.Berdasarkan durasi penggunaannya, terdapat dua jenis obat anti-
rejeksi, yaitu:
23
Rasa sakit di sisi punggung bagian bawah
Sulit buang air kecil
Sakit saat buang air kecil
Sering buang air kecil
Rasa lelah atau lemah yang tidak biasa
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
imunisasi adalah suatu prosese untuk membuat sistem pertahanan tubuh kebal
terhadap infasi mikroorganisme (bakteri dan virus).
Tujuan dari imunisasi adalah untuk menguranggi angka penderitaan suatu
penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan
kematian pada penderitanya
Macam-macam dari imunisasi adalah imunisasi aktif dan pasif.
Jenis-jenis imunisasi adalah BCG,Hepatitis B,Polio,DTP,Campak.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas maka di sarankan bagi setiap ibu agar selalu
memperhatikan kesehatan bayinya yaitu harus selalu aktif ke posyandu atau
tenaga kesehatan terdekat untuk di beri imunisasi karena dengan di beri imunisasi
dapat mencegah bayi dalam berbagai macam penyakit.
24
DAFTAR PUSTAKA
Patel, et al. (2012). Diphtheria, Pertussis (Whooping Cough), and Tetanus Vaccine
Induced Recurrent Seizures and Acute Encephalopathy in A Pediatric Patient: Possibly
Due to Pertussis Fraction. J Pharmacol Pharmacother, 3(1), pp. 71-73.
25