Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MIKROORGANISME YANG BERPENGARUH DALAM PENYULIT KEHAMILAN

NAMA:NUR INDAWATI

NIM:O22STYCBID20

PRODI :S1 KEBIDANAN

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES YARSI MATARAM TAHUN AJARAN 2020/2021
KATAPENGANTAR

Alhamdulillah segalapuji dan syukur penulis panjatkan kehadirat AllahSWT atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyusun Makalah ini tepat pada waktu yang direncanakan.Penulis berharap
makalah ini nantinya dapat menambah penguasaan ilmu.

Dalam penulisan makalah ini penulisme nyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan.Oleh karena
itu,penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun kearah
penyempurnaannya.Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................................

KATA PENGHANTAR.........................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................

A.LATAR BELAKANG.................................................................................................

B.RUMUSAN MASALAH............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................

1. TUBERCULOSIS DAN PENGARUHNYA DALAM PENYULIT KEHAMILAN…………………….


2. HIV/AIDS DAN PENGARUHNYA DALAM PENYULIT KEHAMILAN………………………………
3. HEPATITIS B DAN PENGARUH DALAM PENYULIT KEHAMILAN……………………………..
4. INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN PENGARUH PENYULIT KEHAMILAN…………………….
5. RUBELLA DAN PENGARUH PENYULIT KEHAMILAN……………………………………………………
6. CYTOMEGALOVIRUS DAN PENGARUH PENYULIT KEHAMILAN…………………………………
7. HERPES DAN PENGARUH PENYULIT KEHAMILAN……………………………………………………
BAB III PENUTUP.............................................................................................................

A. KESIMPULAN........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Mikroorganisme atau mikroba adalah mikroorganisme yang sangat kecil untuk mengamati bantuan
struktur yang diperlukan. Mikroorganisme juga disebut organisme mikroskopis. Mikroorganisme
seringkali bersel tunggal (uniseluler) atau multiseluler (multiseluler).

kematian wanita yang terjadi pada saat kehamilan atau dalam 42 hari setelah kehamilan, tidak
tergantung dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan
kehamilan, atau yang diperberat oleh kehamilan tersebut, atau penanganannya, akan tetapi bukan
kematian yang disebabkan oleh kecelakaan atau kebetulan (WHO, 2015).

Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasikehamilan, persalinan, atau masa nifas, dan
segala intervensi atau penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung
merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang
berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS, dan penyakit kardiovaskular
(Saifudin, 2010).Penyebab kematian langsung ibu di Indonesia didominasi oleh perdarahan pasca
persalinan, hipertensi/ eklamsia, dan infeksi.

B.RUMUSAN MASALAH

1. APA ITU TUBERCULOSIS DAN PENGARUHNYA DALAM PENYULIT KEHAMILAN?


2. APA ITU HIV/AIDS DAN PENGARUHNYA DALAM PENYULIT KEHAMILAN?
3. APA ITU HEPATITIS B DAN PENGARUH DALAM PENYULIT KEHAMILAN?
4. APA ITU INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN PENGARUH PENYULIT KEHAMILAN?
5. APA ITU RUBELLA DAN PENGARUH PENYULIT KEHAMILAN ?
6. APA ITU CYTOMEGALOVIRUS DAN PENGARUH PENYULIT KEHAMILAN?
7. APA ITU HERPES DAN PENGARUH PENYULIT KEHAMILAN?
BAB II

PEMBAHASAN

1.TUBERCULOSIS DAN PENGARUHNYA DALAM PENYULIT KEHAMILAN

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,
sejenis kuman yang berbentuk batang, dan sebagian besar lebih tahan asam dan tahan
terhadap trauma fisik dan kimia. TB diseminata adalah suatu keadaan dimana ditemukannya
isolasi TB pada dua organ atau lebih yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis
yang menyebar secara limfohematogenus.

 Pengaruhnya dalam penyulit kehamilan


TB sendiri merupakan penyakit infeksi terbanyak ketiga yang menyebabkan peningkatan angka
kesakitan dan angka kematian pada wanita usia 15-44 tahun sehingga memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap angka kematian ibu. Pada negara berkembang terjadi peningkatan
angka kejadian tuberkulosis pada wanita dalam kehamilan. Hal ini dikatakan sebagai akibat dari
peningkatan angka kejadian tuberkulosis pada usia muda dan pada etnis minoritas dan
pendatang tuberkulosis dalam kehamilan adalah 1/10.000 kehamilan. Pada tahun 1997-2001
terdapat insiden kejadian TB 252/100.000 kelahiran. 53% di diagnosa sebagai TB
ekstrapulmonar, 38% TB pulmonal dan 9% TB ekstra dan Intra pulmonal. Frekuensi wanita
hamil dengan TB di Indonesia adalah 1,6%. Angka kekerapan yang pasti belum ada tetapi dari
gambaran persalinan di RSCM tahun 1998-1999 dari 4300 persalinan, terdapat 150 orang yang
didiagnosis sebagai TB (3,48%).

Tuberkulosis dalam kehamilan mempunyai gejala klinis yang serupa dengan TB pada wanita
yang tidak hamil dan diagnosis mungkin terlambat ditegakkan karena manifestasi yang tidak
khas, tertutup oleh gejala-gejala dalam kehamilan. Sehingga penegakan diagnosa tuberkulosis
dalam kehamilan merupakan suatu tantangan tersendiri. Penurunan berat badan pada TB
tertutupi dengan berat badan normal karena kehamilan dan keluhan lainnya dihubungkan
dengan kehamilan juga.

2.HIV/AIDS DAN PENGARUHNYA DALAM PENYULIT KEHAMILAN

 Pengertian HIV
HIV singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yaitu sejenis virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia. Virus HIV akan masuk ke dalam sel darah putih dan merusaknya,
sehingga sel darah putih yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi akan menurun
jumlahnya. Akibatnya sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dan penderita mudah terkena
berbagai penyakit Kondisi ini disebut AIDS.

 Pengertian AIDS
AIUS dingkatan dari Acguired Immuno Deficiency Spudrom, yaitu kumpulan gejala penyakit
(sindrom) yang didapat akibat turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Ketika
individu sudah tidak lagi memiliki sistem kekebalan tubuh, maka semua penyakit dapat masuk
ke dalam tubuh dengan mudah (infeksi opportunistik). Oleh karena itu sistem kekebalan
tubuhnya menjadi sangat lemah, maka penyakit yang tadinya tidak berbahaya akan menjadi
sangat berbahaya.

 Pengaruhnya dalam penyulit kehamilan


Pada saat hamil, sirkulasi darah janin dan sirkulasi darah ibu dipisahkanoleh beberapa lapis sel
yang terdapat di plasenta. Plasenta melindungi janin dariinfeksi HIV. Tetapi, jika terjadi
peradangan, infeksi ataupun kerusakan padaplasenta, maka HIV bisa menembus plasenta,
sehingga terjadi penularan HIV dariibu ke anak. Penularan HIV dari ibu ke anak pada umumnya
terjadi pada saatpersalinan dan pada saat menyusui. Risiko penularan HIV pada ibu yang
tidakmendapatkan penanganan PPIA saat hamil diperkirakan sekitar 15-45%. Risikopenularan
15-30% terjadi pada saat hamil dan bersalin, sedangkan peningkatanrisiko transmisi HIV
sebesar 10-20% dapat terjadi pada masa nifas dan menyusui.

Apabila ibu tidak menyusui bayinya, risiko penularan HIV menjadi 20- 30% dan akan berkurang
jika ibu mendapatkan pengobatan anti retrovirus (ARV).Pemberian ARV jangka pendek dan ASI
eksklusif memiliki risiko penularan HIVsebesar 15-25% dan risiko penularan sebesar 5-15%
apabila ibu tidak menyusui.Akan tetapi, dengan terapi antiretroviral jangka panjang, risiko
penularan HIV dari ibu ke anak dapat diturunkan lagi hingga 1-5%, dan ibu yang
menyusuisecara eksklusif memiliki risiko yang sama untuk menularkan HIV ke
anaknyadibandingkan dengan ibu yang tidak menyusui. Dengan pelayanan PPIA yangbaik, maka
tingkat penularan dapat diturunkan menjadi kurang dari 2%.

3.HEPATITIS B DAN PENGARUH DALAM PENYULIT KEHAMILAN

 Hepatitis B
Hepatitis B adalah infeksi yang terjadi pada hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis B
(VHB).Penyakit ini bisa menjadi akut atau kronis dan dapat pula menyebabkan radang hati,
gagal hati, serosis hati, kanker hati, dan kematian.Dari beberapa penyebab Hepatitis yang
disebabkan oleh virus, Hepatitis B menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius di
Indonesia karena manifestasinya sebagai Hepatitis akut dengan segala komplikasinya serta
risiko menjadi kronik (Kementerian Kesehatan RI, 2014; Feld dan Janssen, 2015).Hepatitis B
akut memiliki masa inkubasi 60-90 hari.Penularannya vertikal 95% terjadi masa perinatal (saat
persalinan) dan 5% intra uterine. Penularan horisontal melalui transfusi darah, jarum suntik
tercemar, pisau cukur, aktifitas seksual (Dunkelberg, dkk., 2014; Kementerian Kesehatan RI,
2014).Hepatitis B kronik berkembang dari Hepatitis B akut.Infeksi hepatitis B kronis
didefinisikan sebagai deteksi terus-menerus dari Hepatitis B surface antigen(HBsAg) selama
lebih dari 6 bulan setelah paparan awal virus.Usia saat terjadinya infeksi mempengaruhi
kronisitas penyakit. Bila penularan terjadi saat bayi maka 95% akan menjadi Hepatitis B kronis,
sedangkan bila penularan terjadi pada usia balita, maka 20-30% menjadi penderita Hepatitis B
kronis dan bila penularan saat dewasa maka hanya 5% yang menjadi penderita Hepatitis B
kronis. Infeksi hepatitis B kronis dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas dari sirosis hati
dan karsinoma hepatoseluler hingga 40 persen dari orang-orang yang terkena dampak.

 Pengaruhnya dalam penyulit kehamilan


Hepatitis B Dalam Kehamilan Hampir semua jenis virus hepatitis dapat menyerang manusia.Ibu
hamil yang terserang virus ini dapat menularkannya pada bayi yang ada dalam kandungan
atauwaktu menyusui bayi itu. Bentuk penularan seperti inilah yang banyak di jumpai pada
penyakit hepatitis B. Pada saat ini jenis hepatitis yang paling banyak di pelajari ialah hepatitis B.
Walaupun infeksi virus ini jarang terjadi pada populasi orang dewasa, kelompok tertentu dan
orang dengan cara hidup tertentu memiliki risiko tinggi.Bila hepatitis virus terjadi pada
trimester I atau permulaan trimester II maka gejala-gejalanya akan sama dengan gejala
hepatitis virus pada wanita tidak hamil. Meskipun gejala-gejala yang timbul relatif lebih ringan
dibanding dengan gejala-gejala yang timbul pada trimester III, namun penderita hendaknya
tetap dirawat di rumah sakit.Hepatitis virus yang terjadi pada trimester III, akan menimbulkan
gejala-gejala yang lebih berat dan penderita umumnya menunjukkan gejala-gejala fulminant.
Pada fase inilah hepatitis nekrosis akut sering terjadi, dengan menimbulkan mortalitas Ibu yang
sangat tinggi, dibandingkan dengan penderita tidak hamil. Pada trimester III, adanya defisiensi
faktor lipotropik disertai kebutuhan janin yang meningkat akan nutrisi, menyebabkan penderita
mudah jatuh dalam hepatitis nekrosis akut. Tampaknya keadaan gizi ibu hamil sangat
menentukan prognosa (Ferrari, dkk., 2003).Peneliti lain juga menyimpulkan, bahwa berat
ringan gejala hepatitis virus pada kehamilan sangat tergantung dari keadaan gizi ibu hamil. Gizi
buruk khususnya defisiensi protein, ditambah pula meningkatnya kebutuhan protein untuk
pertumbuhan janin, menyebabkan infeksi hepatitis virus pada kehamilan memberigejala-gejala
yang jauh lebih berat. Pengaruh kehamilan terhadap berat ringannya hepatitis virus, telah
diselidiki oleh Adam, yaitu dengan cara mencari hubungan antara perubahan-perubahan
koagulasi pada kehamilan dengan beratnya gejala-gejala hepatitis virus.

4.INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN PENGARUH PENYULIT KEHAMILAN

 Infeksi menular seksual (IMS)


IMS adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang yang lain melalui
kontak seksual. IMS merupakan satu diantara penyebab penyakit utama di dunia dan telah
memberikan dampak luas pada masalah kesehatan, sosial, dan ekonomi di banyak negara.
Menurut The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) terdapat sekitar 20 juta kasus
baru IMS dilaporkan per-tahun. Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah
kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular IMS, dimana 3 juta kasus baru
tiap tahun adalah dari kelompok ini.

 Pengaruhnya dalam penyulit kehamilan


Infeksi bisa ditularkan dari seorang ibu yang terinfeksi Kepada bayinya yang belum lahir. Sifilis
yang terkait dengan kehamilan adalah sifilis congenital. Merupakan penyakit yang didapatkan
janin dalam uterus dari ibu yang menderita sifilis. Infeksi sifilis terhadap janin dapat terjadi pada
setiap stadium sifilis dan setiap masa kehamilan. Dahulu dianggap infeksi tidak dapat terjadi
sebelum janin berusia 18 minggu, karena lapisan Langhans yang merupakan pertahanan janin
terhadap infeksi masih belum atrofi. Tetapi ternyata dengan mikroskop elektron dapat
ditemukan Treponema pallidum pada janin berusia 9-10 minggu. (Arifin, 2010) Sifilis kongenital
dini merupakan gejala sifilis yang muncul pada dua tahun pertama kehidupan anak, dan jika
muncul setelah dua tahun pertama kehidupan anak disebut dengan sifilis kongenital
lanjut.berlepuh pada sifilis congenital Sifilis dapat ditularkan oleh ibu pada waktu persalinan,
namun sebagian besar kasus sifilis kongenital merupakan akibat penularan in utero. Risiko sifilis
kongenital berhubungan langsung dengan stadium sifilis ta ibu semasa kehamilan. Lesi sifilis
kongenital biasanya timbul setelah 4 bulan in utero pada saat janin sudah dalam keadaan
imunokompeten.

5.RUBELLA DAN PENGARUH PENYULIT KEHAMILAN

 Rubella
dikenal masyarakat luas sebagai campak jerman. Infeksi rubella jika terjadipada bayi, anak, atau
orang dewasa tidak berakibat fatal, tetapi jika terjadi pada ibu hamil danvirus tersebut
menginfeksi janin yang sedang dalam kandungan akan berakibat fatal dan dapatmenyebabkan
Congenital Rubella Syndrome (CRS. 1Congenital Rubella Syndrome (CRS) adalah suatu
kumpulan gejala penyakit terdiridari katarak (kekeruhan lensa mata), penyakit jantung bawaan,
gangguan pendengaran, danketerlambatan perkembangan, termasuk keterlambatan bicara dan
disabilitas intelektual.

 Pengaruhnya dalaam penyulit kehamilan


Sindrom rubella kongenital disebabkan infeksi virus rubella pada janin selama masakehamilan
akibat ibu tidak mempunyai kekebalan terhadap virus rubella. Seorang anak dapatmenunjukkan
satu atau lebih gejala CRS dengan gejala tersering adalah gangguan pendengaran Jika infeksi
virus rubella terjadi pada kehamilan, khususnya trimester pertamasering menyebabkan
Congenital Rubella Syndrome. CRS mengakibatkan terjadinya abortus,bayi lahir mati, prematur
dan cacat apabila bayi tetap hidup. Nama lain CRS ialah FetalRubella Syndrome. Cacat bawaan
(Congenital defect) yang paling sering dijumpai ialah tulisensoneural, kerusakan mata seperti
katarak, gangguan kardiovaskular, dan retardasi mental.Selama pandemi rubella global 1962–
1965, diperkirakan 12,5 juta kasus rubella terjadidi Amerika Serikat, mengakibatkan 2.000 kasus
ensefalitis, 11.250 aborsi spontan, 2.100kematian neonatal, dan 20.000 bayi lahir dengan CRS.
Semenjak ada vaksin Rubella jumlahkasus CRS yang dilaporkan di Amerika Serikat menurun
secara dramatis menjadi <2/100.000kelahiran hidup. Negara berkembang seperti Indonesia
tentu patut mempertimbangkan program imunisasi mengingat masalah kesehatan dan
kecacatan yang dapat ditimbulkan.

6.CYTOMEGALOVIRUS DAN PENGARUH PENYULIT KEHAMILAN

Cytomegalovirus (CMV) merupakan salah satu penyakit menular yang tidak menunjukkan adanya tanda
dan gejala. CMV umumnya hanya dapat segera dideteksi apabila terdapat bayi lahir dengan cacat
kongenital. Berdasarkan data dari CDC , ditemukan sebanyak 80 dari 100 bayi yang terdiagnosa
mengalami infeksi CMV.

 Pengaruhnya dalam penyulit kehamilan


Bayi yang telah terdiagnosa secara kongenital menunjukkan adanya permasalahan permanen
seperti berkurangnya pendengaran, kecacatan mental, mikrochepalus, malas makan dan juga
dapat menyebabkan kematian pada anak.Infeksi pada bayi dapat terjadi karena adanya
penularan CMV dari ibu saat hamil. Ibu yang terinfeksi CMV saat hamil 40% lebih besar beresiko
menularkan pada janinnya dibanding dengan ibu yang terinfeksi sebelum hamil. Semakin awal
janin terpapar CMV maka akan semakin besar manifestasi yang akan ditimbulkan Tidak hanya
usia kehamilan saja, rute penularan serta daya tahan tubuh ibu hamil juga akan mempengaruhi
manifestasi infeksi pada janin. Hal tersebut yang menyebabkan tanda dan gejala infeksi CMV
berbeda-bedabahkan bayi dapat terlihat normal. [2]Bayi yang telah terinfeksi CMV memiliki
resiko yang tinggi untuk mengalami infeksi sequel atau lanjutan. Dimana infeksi lanjutan dapat
menyebabkan terjadinya abnormalitas perkembangan pada pendengaran, gangguan
psikomotor terkadang juga diiringi dengan gangguan neurologik,mikrochepal, retardasi mental
serta gangguan pada gigi.permanen seperti berkurangnya pendengaran, kecacatan mental,
mikrochepalus, malas makan dan juga dapat menyebabkan kematian pada anak.

7.HERPES DAN PENGARUH PENYULIT KEHAMILAN

Kata herpes (berasal dari bahasa Yunani “ to creep”).Herpes genital pertama kali dilaporkan
oleh dokter dari Perancis, John Astruc pada tahun 1736. Beliau membuat terjemahan
berbahasa Inggris pertama yang muncul dalam risalah penyakit menular seksual pada tahun
1754. Penyakit ini mulai dikenal baik oleh para ahli venereologi pada abad XIX. Unna (1893)
mendiagnosis herpes genital pada 9,1% dari 846 pekerja seks yang mengunjungi kliniknya. Pada
tahun 1886, Diday dan Duyon mempublikasikan monograf Les Herpes Genitaux yang
mengamati herpes genital sering muncul setelah infeksi kelamin seperti sifilis, kankroid, atau
gonore. Mereka juga melaporkan kasus herpes genital rekuren.Herpes genital merupakan
infeksi menular seksual yang disebabkan oleh virus HSV-1 dan jarang disebabkan oleh HSV-2.
Empat puluh lima juta orang berusi dibawah 12 tahun di Amerika Serikat terinfeksi herpes
genital, dengan 1,5 jutakasus baru terdiagnosa setiap tahun. Lima persen wanita usia
reproduktif memiliki riwayat herpes genital. Dua persen wanita mendapatkan infeksi pertama
selama kehamilan.
 Pengaruh dalam penyulit kehamilan
Diantara 202 wanita hamil yang tercatat meluruhkan HSV menjelang persalinan, 74 memiliki
lesi pada traktus genitalia tetapi tidak satu pun menularkan infeksi ke bayi mereka.
Kebalikannya, infeksi traktus genitalia ibu yang didapat pada saat atau menjelang persalinan
merupakan risiko faktor yang signifikan untuk penularan HSV perinatal. Pada kenyataannya,
walaupun risiko penularan diantara wanita yang memiliki infeksi herpes genital kronis adalah
<1%, efisiensi penularan ibu ke bayi pada wanita yang memperoleh infeksi HSV pada traktus
genitalia pada kehamilan akhir dipertimbangkan paling sedikit 25%. Wanita yang traktus
genitalianya menyebarkan HSV pada saat persalinan namun tes antibodi serum spesifik HSV
yang negatif, harus dipertimbangkan memiliki risiko penularan neonatus yang lebih tinggi
sebagai ketidaksesuaian diantara 2 tes diagnostik tersebut konsisten dengan didapatnya infeksi
maternal saat ini.Infeksi genital maternal dini menyebabkan kelainan janin. Retardasi
pertumbuhan intra uterine atau prematuritas sering menyertai infeksi HSV pada kehamilan
trimester akhir. Bayi baru lahir dengan infeksi HSV kongenital memiliki mikrosefali, hidrosefalus,
mikroftalmia, korioretinitis, kalsifikasi intra kranial dan lesi vesikelmukokutaneus. Infeksi yang
didapat pada periode antenatal atau postnatal dapat menyebabkan sepsis neonatus. Tiga puluh
tiga persen dari gambaran ini didapatkan dalam 24 jam kelahiran dan 61% dalam minggu
kehidupan. Tergantung luasnya infeksi, herpes neonatus dapat dikategorikan dalam 3 tipe yaitu
:(1) infeksi kulit, mata dan mulut (KMM); (2) keterlibatan susunan saraf
pusat yang disertai KMM; (3) infeksi diseminata meliputi organ multipel seperti
hati, paru - paru, adrenal, otak, mata, ginjal dan kulit.
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Mikroorganisme atau mikroba adalah mikroorganisme yang sangat kecil untuk mengamati
bantuan struktur yang diperlukan. Mikroorganisme juga disebut organisme mikroskopis.
Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uniseluler) atau multiseluler (multiseluler).

kematian wanita yang terjadi pada saat kehamilan atau dalam 42 hari setelah kehamilan, tidak
tergantung dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan
kehamilan, atau yang diperberat oleh kehamilan tersebut, atau penanganannya, akan tetapi
bukan kematian yang disebabkan oleh kecelakaan atau kebetulan (WHO, 2015).

Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasikehamilan, persalinan, atau masa nifas,
dan segala intervensi atau penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak
langsung merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu
kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS, dan
penyakit kardiovaskular (Saifudin, 2010).Penyebab kematian langsung ibu di Indonesia
didominasi oleh perdarahan pasca persalinan, hipertensi/eklamsia, dan infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Ribeiro S, Trabulo D, Cardoso C, Oliveira A, Cremers I, Disseminated Tuberculosis in an

Immunocompetent Patient: The Answer is in the Liver. GE Port J Gastroenterol. 2016;


23(4):208-

213. doi: 10.1016/j.jpge.2015.10.002. [PMC free article].

2. Fitzgerald DW, Sterling TR, Haas DW. Mycobacterium tuberculosis. Dalam: Bennett JE, Dolin
R,

Blaser MJ, editors. Mandell, Douglas, and Bennett’s Principles and Practice of Infectius Diseases

Volume 2. Philadelphia: Saunders; 2015. p.2787-818. doi: 10.1016/C2012-1-00075-6.

IDAI, 2016. Handryastuti,S, Sindrom Rubela Kongenital, Diakses 4 Juni 2018,

Avaible from http://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/sindrom-rubela- kongenital

2. Ezike E, Steele RW, 2013. Pediatric Rubella, diakses 4 Juni 2018. Available from

URL: http://emedicine.medscape.com/article/968523

Anda mungkin juga menyukai