Anda di halaman 1dari 13

KONSEP ASUHAN KEBIDANAN

Di susun oleh:
6. DEVIETA WIDYA CAHYANI : 006STYCBID20
7. DIANA YULIDA : 007STYCBID20
21. NISWATUL JANNAH SHOFIULA :021STYCBID20
22. NUR INDAWATI : 022STYCBID20
26. SOPI ALFIANI : 026STYCBID20
27. SUFIYANA : 027STYCBID20
28. TATA YASTA GANISTA : 028STYCBID20
33. MAULINDA DAMAYANTI :033STYCBID20
35. SINTA DEWI : 035 STYCBID20

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

TAHUN AJARAN 2020 / 2021


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun Makalah ini tepat pada waktu yang di
rencanakan. Penulis berharap makalah ini nantinya dapat menambah penguasaan ilmu.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun ke
arah penyempurnaannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................................4
B. MANFAAT.....................................................................................................................................4
C. TUJUAN.........................................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
A. PRINSIP ASUHAN KEBIDANAN................................................................................................5
B. ASUHAN KEBIDANAN YANG HOLISTIK.................................................................................8
C. PENDEKATAN PADA ASUHAN KEBIDANAN.........................................................................8
D. LANGKAH-LANGKAH MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN...........................................10
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab
dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan/masalah dalam bidang
kesehatan ibu pada masa hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga
berencana (Rahmawati, 2012). Kehamilan dan persalinan adalah suatu proses yang normal,
alami, dan sehat. Bidan meyakini bahwa model asuhan kehamilan yang membantu serta
melindungi proses kehamilan dan kelahiran normal adalah yang paling sesuai bagi sebagian
besar wanita. Sangat penting bagi wanita untuk mendapatkan pelayanan dari seorang profesional
yang sama atau dari satu team kecil tenaga profesional, dengan begitu maka perkembangan
kondisi mereka setiap saat akan terpantau dengan baik. Maka dari itu, dilakukan asuhan
kebidanan yang berkelanjutan berkaitan dengan kualitas pelayanan dari waktu ke waktu yang
membutuhkan hubungan terus menerus antara pasien dengan tenaga profesional kesehatan.
Layanan kebidanan harus disediakan mulai pra konsepsi, awal kehamilan, selama semua
trimester, kelahiran dan melahirkan sampai enam minggu pertama post partum (Pratami, 2014).

B. MANFAAT
1. Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan dalam penerapan asuhan
kebidanan dalam batas Continuity of Care terhadap ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru
lahir dan pelayanan kontrasepsi.
2. Dapat dijadikan reverensi laporan studi kasus Continuity of Care selanjutnya.

C. TUJUAN
1. Memberikan asuhan kebidanan secara Continuity of Care pada ibu hamil TM III (34-36
minggu), bersalin, nifas, neonatus dan KB dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan.
2. Diharapkan mahasiswa mampu: 1. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil meliputi,
pengkajian data, merumuskan diagnosa kebidanan, penyusunan rencana tindakan,
merencanakan asuhan kebidanan, penatalaksanaan asuhan kebidanan, melakukan
BAB II

PEMBAHASAN

A. PRINSIP ASUHAN KEBIDANAN


Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab
dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam
bidang kesehatan ibu pada masa hamil, bersalin, nifas, bayi setelah lahir, serta keluarga
berencana (Depkes RI, 2008). Asuhan antenatal bertujuan memberikan asuhan yang efektif dan
menyeluruh (holistik) bagi ibu, bayi dan keluarganya melalui tindakan skrining, pencegahan dan
penanganan yang tepat (Holmes, dkk, 2012 Hal. 256). Sedangkan tujuan asuhan persalinan
normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi
ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang
seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat
yang diinginkan (optimal)(JNPK-KR, Persalinan, 2007).Pemberian asuhan selanjutnya adalah
pada masa nifas dengan mejaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis,
mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk jika terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya
(Saleha, 2009. Hal 172).

Kemudianasuhansegera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi yang baru
lahir (Saifudin, dkk, 2006.Hal 200).Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah
satu masalah kesehatan yang menyita perhatian dunia. Hal ini disebabkan karena

1.Ibu (AKI) maupun Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator yang
digunakan untuk melihat derajat kesehatan dunia (Saifuddin, 2009. Hal. 203).

Kematian ibu menurut WHO, 2007 adalah kematian yang terjadi saat hamil, bersalin, atau dalam
42 hari pasca persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau tidak langsung
terhadap kehamilan. AKI di Indonesia selama tahun 2016 adalah sebesar 228 per 100.000
kelahiran hidup (SDKI 2016).AKB di Indonesia menunjukkan angka 25,5 per 1000 bayi lahir
(BPS 2016). Sedangkan AKI di Propinsi Jawa Timur tahun 2016 adalah sebesar 97,39 per
100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2016). AKB di Povinsi Jawa Timur pada tahun 2016
menunjukkan angka 13,09 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2016). AKI di Kabupaten
Ponorogo menunjukkan angka 105,98 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Kab. Ponorogo,
2016). AKB di Kabupaten Ponorogo menunjukkan angka 16,84 per 1000 kelahiran hidup. K1
8796, K4 80,18%, keguguran sebesar 297 kasus, partus lama sebesar 373, persalinan ditolong
dukun 19, persalinan tenaga kesehatan 8478, KB aktif sebesar 1289/69%.
Upaya kesehatan ibu dan bayi antara lain diharapkan mampu menurunkan angka kematian anak.
Indikator angka kematian yang berhubungan dengan ibu dan bayi yakni Angka Kematian
Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) (Profil
Kesehatan Indonesia, 2015).

Berdasarkan data dari BPM “S” jumlah K1 selama 2016 sebanyak 246 ibuhamil, sedangjumlah
K4 sebanyak 123 (50%) ibuhamildan 123

2.orang lainnya tidak melakukan kunjungan lengkap dikarenakan pindah rumah dan pindah
bidan. Jumlah persalinan yang ditolong selama tahun 2016 sebanyak 135orang, 86 (63,70%)
orang melahirkan secara normal di BPM dengan masalah rupture uteri, BBLR, gemeli,
danasfiksia. 49 (36,29%) persalinan yang dirujuk. 44 (32,59%) persalinan secara SC, 3 (2,22%)
melahirkan dengan spontant induksi, 2 (1,48%) melahirkan dengan vacum karena mempunyai
beberapa penyebab seperti mempunyai riwayat SC, riwayat vacum, ibu resiko tinggi (primitua),
kala II lama akibatpanggulsempit, KPD, hipertensi, sungsang dan ketuban pecah dini (KPD.
Jumlah ibu nifas normal sebanyak 85 ibu nifas dengan masalah bendungan ASI, 1 (1, 15%)
ibunifas yang dirujuk akibat rupture uteri. Jumlah BBL normal sebanyak 84, 2 BBL yang
dirujukakibat atresia ani. Jumlah KB aktif mulai bulan Oktober-Desember 2016 kurang lebih
sebanyak 285 KB aktif, 23 jumlah pengguna KB baru. KB yang banyak digunakan ialah KB
suntik 1 bulan (cyclofem).

Menurut Kemenkes RI (2010) kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, tekanan darah yang
tinggi saat hamil (eklampsia), infeksi, persalinan macet dan komplikasi keguguran. Penyebab
tidak langsung kematian ibu salah satunya adalah kesenjangan antara kunjungan K1 dan
kunjungan K4 bisa diartikan masih banyak ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama
pelayanan antenatal tidak meneruskan ke kunjungan K4 sehingga kehamilan lepas dari
pemantauan tenaga kesehatan. Adapun alasan yang menjadi penyebab sedikitnya capaian K4
diantaranya kurangya kepatuhan ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC, ini

3.dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya memeriksakan kehamilan,


kepercayaan yang salah, serta tidak ada dukungan dari pihak suami dan keluarga. Sehingga
akibatnya akan terjadi kegawatdaruratan, komplikasi dan mungkin kondisi tersebut bisa
mengakibatkan kematian ibu dan bayi saat melahirkan. Selama melakukan kunjungan asuhan
antenatal, ibu hamil akan mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya
memastikan tidak adanya penyulit, sehingga tidak menganggu masa kehamilan semua ibu hamil
(Saifudin,2009 : 202).

Kemudian dampak pada bayi apabila ibu hamil dan bersalin tidak dilakukan asuhan yang
berkualitas adalah asfiksia neonatorum,perlukaan kelahiran (perlukaan jaringan lunak, perlukaan
kulit,kaput suksedaneum, sepalhematoma, perdarahan subponeurotik,perlukaan susunan saraf,
perdarahan intrakranial), kelainan kongenital,bayi dengan berat badan lahir rendah. Dan dampak
apabila tidak menggunakan kontrasepsi adalah jarak pendek antara kelahiran akan meningkatkan
angka kematian ibu dan angka kematian bayi (Wiknjosastro,2008:709-771). Sedangkan
penyebab langsung kematian bayi adalah Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan kekurangan
oksigen (asfiksia). Penyebab tidak langsung kematian ibu dan bayi adalah 3 terlambat (terlambat
mengambil keputusan, terlambat sampai di tempat pelayanan dan terlambat mendapatkan
pertolongan yang adekuat) dan 4 terlalu (terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak, terlalu rapat
jarak kelahiran).

4. Untuk mengatasi AKI dan AKB antara lain melalui penempatan bidan di desa, pemberdayaan
keluarga dan masyarakat dengan menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), penyediaan PONED di Puskesmas
dan PONED di Rumah Sakit serta adanya penerapan Asuhan

Kebidanan secara komprehensif terutama pada ibu hamil. Asuhan yang diberikan harus
mengutamakan pelayanan yang berkesinambungan (Continuity of Care) sehingga kesehatan ibu
dan janin dapat terpantau dengan baik. Penerapan asuhan kebidanan berbasis Continuity of Care
merupakan pelayanan bidan yang berkesinambungan yaitu bidan diakui sebagai seseorang yang
profesional dan bertanggungjawab. Pelayanan ANC secara ANC Terpadu dan pelayanan sesuai
standart ANC 10 T yaitu timbang berat badan dan ukur tinggi badan, pemeriksaan tekanan darah,
nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas), pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri),
tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), skrining status imunisasi Tetanus dan
berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian Tablet zat besi minimal 90
tablet

selama kehamilan, test laboratorium (rutin dan khusus), tatalaksana kasusdan temu wicara
(konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB
paska persalinan.

Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis ingin melakukan Asuhan Kebidanan Continuity
of Care dan komprehensip, pada ibu mulai dari kehamilan TM III (34-36 minggu) , persalinan,
nifas, bayi baru lahir dan KB. Dengan pendekatan manajemen kebidanan dan didokumentasikan
dengan metode SOAP.

Asuhan antenatal bertujuan memberikan asuhan yang efektif dan menyeluruh (holistik) bagi ibu,
bayi dan keluarganya melalui tindakan skrining, pencegahan dan penanganan yang tepat
(Holmes, dkk, 2012 Hal. 256). Sedangkan tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga
kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya,
melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin
agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan
(optimal)(JNPK-KR, Persalinan, 2007).Pemberian asuhan selanjutnya adalah pada masa nifas
dengan mejaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis, mendeteksi masalah,
mengobati dan merujuk jika terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya (Saleha, 2009. Hal
172).Kemudianasuhansegera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi yang
baru lahir (Saifudin, dkk, 2006.Hal 200).

Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab
dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam
bidang kesehatan ibu pada masa hamil, bersalin, nifas, bayi setelah lahir, serta keluarga
berencana (Depkes RI, 2008).Asuhan antenatal bertujuan memberikan asuhan yang efektif dan
menyeluruh (holistik) bagi ibu, bayi dan keluarganya melalui tindakan skrining, pencegahan dan
penanganan yang tepat (Holmes, dkk, 2012 Hal. 256). Sedangkan tujuan asuhan persalinan
normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi
ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang
seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat
yang diinginkan (optimal)(JNPK-KR, Persalinan, 2007).Pemberian asuhan selanjutnya adalah
pada masa nifas dengan mejaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis,
mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk jika terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya
(Saleha, 2009. Hal 172).Kemudianasuhansegera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang
diberikan pada bayi yang baru lahir (Saifudin, dkk, 2006.Hal 200).

B. ASUHAN KEBIDANAN YANG HOLISTIK


Pendekatan holistik merupakan pendekatan yang paling komprehensif dalam pelayanan
kesehatan, termasuk kebidanan. Dalam pendekatan ini, seorang individu merupakan sebuah
kesatuan yang terdiri dari dimensi fisik, mental, emosional, sosio kultural dan spiritual, dan
setiap bagiannya memiliki hubungan dan ketergantungan satu sama lain. Untuk mempertahankan
seorang individu sebagai satu kesatuan, pemenuhan kebutuhan spiritual merupakan salah satu
aspek yang harus diperhatikan disamping pemenuhan terhadap kebutuhan lain.

Kajian tentang spiritualitas dalam kaitannya dengan pelayanan kesehatan sebagian besar hanya
membahas tentang spiritualitas pada akhir kehidupan, sedangkan aspek spiritualitas sendiri juga
melekat pada praktik dan peran bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan (kebidanan), dan
termasuk di dalamnya adalah proses kelahiran. Fatma Sylvana Dewi Harahap (2018) dalam
penelitiannya berjudul “Keseimbangan Fisik, Psikis, dan Spiritual Islam pada Masa Kehamilan
dan Persalinan” memaparkan tentang pentingnya keseimbangan fisik, psikis dan spiritual dalam
asuhan kebidanan. Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa Indonesia merupakan negara
yang menganut budaya ketimuran dalam tatanan kehidupan sehari-hari masyarakatnya.
Keberagaman agama dan budaya merupakan entitas yang mendasari pentingnya pemenuhan
kebutuhan spiritual ibu hamil dengan mempertemukan kedua komponen tersebut.
C. PENDEKATAN PADA ASUHAN KEBIDANAN

Pendekatan pada asuhan kebidanan ada dua :

1. Spiritualitas

Hingga saat ini masih terjadi perdebatan terkait definisi spiritualitas. Donia Baldacchino (2015)
dalam publikasinya yang berjudul Spiritual Care Education of Health Care Professionals
menyebutkan bahwa spiritualitas dapat diartikan sebagai sebuah kekuatan yang menyatukan
semua aspek manusia, termasuk komponen agama, memberikan dorongan kepada seseorang
untuk menemukan arti, tujuan, dan pemenuhan dalam kehidupan, serta dan menumbuhkan
semangat untuk hidup.

Konsep spiritualitas merupakan hal yang tidak dapat diabaikan dalam pelayanan kebidanan.
Price et al. (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “The Spiritual Experience of High‐Risk
Pregnancy” menyebutkan bahwa aspek spiritualitas membantu dalam mengatasi stres pada
kehamilan risiko tinggi, dan diyakini dapat meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin. Fatma
Sylvana Dewi Harahap (2018) dalam publikasinya menyebutkan bahwa asuhan kebidanan yang
diberikan selama kehamilan dengan memperhatikann keseimbangan fisik, psikis dan spiritual
pada wanita dengan risiko rendah dapat menurunkan intervensi medis dalam proses persalinan.

Dalam publikasi yang sama, Fatma Sylvana Dewi Harahap (2018) dengan mengutip dari
berbagai sumber menyebutkan efek positif dari pemenuhan kebutuhan spiritualitas dalam asuhan
kebidanan, baik saat kehamilan, persalinan, maupun nifas yang dikutip dari berbagai sumber.
Dalam kehamilan, asuhan kebidanan yang diberikan secara seimbang, baik aspek fisik, psikis,
dan spiritual akan meningkatkan derajat kesehatan, serta menghindarkan kecemasan. Kondisi ini
jika dijaga, dapat meningkatkan keyakinan ibu hamil serta menghindarkan ibu dari persoalan
psikologis saat menghadapi dan menjalani proses persalinan, disebabkan spiritualitas sendiri
merupakan bentuk coping dalam menghadapi persalinan. Dalam masa setelah melahirkan,
spiritualitas membantu proses penyembuhan dan mengurangi depresi postpartum.

2. Spiritual Care

Asuhan kebidanan yang dilakukan secara holistik pada masa kehamilan berdampak positif pada
hasil persalinan. Pengabaian terhadap aspek spiritual dapat menyebabkan klien akan mengalami
tekanan secara spiritual. Dalam melakukan asuhan kebidanan yang holistik, pemenuhan
kebutuhan spiritual klien dilakukan dengan pemberian spiritual care. Aspek penghormatan,
menghargai martabat dan memberikan asuhan dengan penuh kasih sayang merupakan bagian
dari asuhan ini. Donia Baldacchino (2015) dalam publikasinya yang berjudul Spiritual Care
Education of Health Care Professionals menyebutkan bahwa dalam memberikan spiritual care,
tenaga kesehatan (bidan) berperan dalam upaya mengenali dan memenuhi kebutuhan spiritual
klien dengan memperhatikan aspek penghormatan pada klien. Bidan juga berperan memfasilitasi
klien dalam melakukan kegiatan ritual keagamaan. Selain itu, membangun komunikasi,
memberikan perhatian, dukungan, menunjukkan empati, serta membantu klien untuk
menemukan makna dan tujuan dari hidup, termasuk berkaitan dengan kondisi yang sedang
mereka hadapi. Spiritual care dapat membantu klien untuk dapat bersyukur dalam kehidupan
mereka, mendapatkan ketenangan dalam diri, dan menemukan strategi dalam menghadapi rasa
sakit maupun ketidaknyamanan yang dialami, baik dalam masa kehamilan, maupun persalinan.
Selain itu, hal ini juga akan membantu klien dalam memperbaiki konsep diri bahwa kondisi sakit
ataupun tidak nyaman yang dialami juga bentuk lain dari cinta yang diberikan oleh Tuhan.

Kehamilan dan persalinan merupakan peristiwa transformatif dalam kehidupan seorang wanita.
Pemberian asuhan kebidanan dengan tidak mengabaikan aspek spiritual merupakan hal yang
sangat penting dalam menunjang kebutuhan klien. Ibu dan bayi yang sehat, fase tumbuh
kembang anak yang sehat, serta menjadi manusia yang berhasil dan berkontribusi positif bagi
masyarakat merupakan harapan bersama. Bidan sebagai tenaga kesehatan yang berperan dalam
kesehatan ibu dan anak diharapkan agar dapat memberikan asuhan dengan pemahaman holistik
terhadap wanita. Mengutip dari Fatma Sylvana Dewi Harahap (2018) "merekonstruksi bangunan
keseimbangan kesehatan dengan sinergitas fisik, psikis, dan spiritualitas perlu dilakukan melalui
pendidikan dan pelayanan kebidanan".

D. LANGKAH-LANGKAH MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN

MANAJEMEN KEBIDANAN TUJUH LANGKAH VARNEY (MAKALAH KEBIDANAN)

Proses manajemen adalah proses memecahkan masalah dengan menggunakan metode yang
terorganisir meliputi pikiran dan tindakan dengan urutan logis untuk keuntungan pasien dan
pemberian asuhan dengan menunjukan pernyataan yang jelas tentang proses berpikir dan
tindakan.

Manajemen kebidanan memberikan asuhan komprehensif, terdiri dari 7 langkah :

1. Langkah I (Pengkajian)

Pada tahap ini, bidan harus mengumpulkan data dasar klien secara lengkap untuk mengevaluasi
pasien, meliputi identitas riwayat pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul atas indikasi,
mempelajari catatan sekarang atau laporan yang lalu, mempelajari data laboratorium dan
membuat laporan singkat untuk menentukan kondisi pasien.

Data subjektif diperoleh melalui anamnesis. Untuk memperoleh data subyektif dapat dilakukan
dengan cara menanyakan keluhan pasien, riwayat kesehatan, riwayat haid, riwayat kehamilan,
riwayat persalinan, dan riwayat nifas. (Asuhan Kebidanan Antenatal, 2006).
Data objektif didapatkan melalui:

a. Pemeriksaan fisik

1) Palpasi abdomen : untuk memastikan volume cairan amnion. Jika ketuban benar-benar
pecah, palpasi abdomen kadang-kadang dapat mendeteksi berkurangnya cairan, karena terdapat
peningkatan molase uterus dan dinding abdomen di sekeliling janin dan penurunan ballottement
(Varney, 2010:399)

2) Pemeriksaan anogenital dengan speculum steril

a) Inspeksi genetalia eksterna untuk melihat adanya cairan.

b) Lihat adanya cairan yang mengalir dari ostium serviks.

c) Lihat genangan cairan amnion, memiliki bau apek yang khas, yang membedakan dari bau
urine.

d) Observasi cairan yang keluar untuk melihat adanya lanugo atau verniks kaseosa.

e) Lihat serviks untuk memperkirakan pembukaan jika pemeriksaan dalam tidak dilakukan.

f) Lihat serviks untuk mengetahui adanya prolaps tali pusat atau ekstremitas janin.

3) Periksa dalam (Vagina toucher) meliputi:

a) Pembukaan : pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm (dr.
indogamers, 2006)

b) Ketuban sudah pecah (ketuban negatif)

b. Pemeriksaan laboratorium

1) Uji pakis positif : dengan meneteskan air ketuban pada objek glass dan biarkan kering,
pemeriksaan mikroskopis menunjukkan Kristal cairan amnion dan gambaran daun pakis
(Nurhayati, 2010)

2) Uji kertas nitrazin positif : jika kertas nitrazin merah berubah menjadi biru, menunjukkan
adanya cairan ketuban (alkalis)

3) Ultrasonografi : untuk pemeriksaan oligohidramnion jika pemeriksaan sebelumnya tidak


memberikan gambaran yang jelas pecah ketuban (Varney, 2010)

2. Langkah II (Interpretasi data)

Adalah interpretasi data untuk spesifikasi masalah atau diagnosa. Data yang tersedia di
interpretasikan sehingga diketahui diagnosa dan masalah spesifik.
Pada ibu dengan ketuban pecah dini interpretasi datanya biasanya: Ny. M umur 19 tahun
G1P0A0 hamil 39 minggu, inpartu kala I fase aktif dengan Ketuban Pecah Dini Janin tunggal
hidup intrauterin presentasi kepala.

3. Langkah III (Identifikasi diagnosa dan masalah potensial)

Langkah selanjutnya adalah identifikasi masalah-masalah potensial masalah atau penyulit yang
mungkin muncul. Langkah ini penting untuk menyusun persiapan antisipasi, sehingga kita selalu
siap siaga dalam menghadapi berbagai kemungkinan.

Diagnosa potensial pada ibu dengan KPD adalah infeksi dan terjadinya gawat janin. (Ai Yeyeh,
2010)

4. Langkah IV (Identifikasi tindakan segera dan atau kolaborasi)

Pada langkah ini bidan menentukan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan konsultasi
atau kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien. (Ai Yeyeh, 2010)

Kolaborasi pada KPD salah satunya adalah untuk mengantisipasi diagnosa potensial terjadinya
infeksi yaitu dengan pemberian antibiotic injeksi Cefotaxin 2 x 1 gram/ hari dan pemberian
oksigen 2 liter per menit.

5. Langkah V (Rencana menyeluruh asuhan kebidanan)

Membuat rencana asuhan komperehensif, ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya,


merupakan hasil pengembangan dari masalah sekarang antisipasi masalah dan diagnosa juga
melengkapi data yang kurang serta data tambahan yang penting sebagai informasi untuk data
dasar.

Rencana asuhan kebidanan pada kasus KPD adalah Melakukan penilaian kemajuan persalinan
setiap 4 jam, kondisi ibu dan janinnya (HIS dan DJJ) setiap 30 menit, pengeluaran per-vaginam
setiap 2 jam dan mencatatnya di lembar observasi, serta memerikan therapy sesuai program
pengobatan dari dokter. (Ai Yeyeh, 2010)

6. Langkah VI (Pelaksanaan)

Adalah implementasi dari rencana asuhan yang komprehensif, ini mungkin seluruhnya
diselesaikan oleh bidan atau sebagian oleh wanita atau anggota team kesehatan lainnya.

Pelaksanaan asuhan kebidanan pada kasus KPD disesuaikan dengan perencanaan yang disusun
yaitu Melakukan penilaian kemajuan persalinan setiap 4 jam, kondisi ibu dan janinnya (HIS dan
DJJ) setiap 30 menit, pengeluaran per-vaginam setiap 2 jam dan mencatatnya di lembar
observasi, serta memerikan therapy sesuai program pengobatan dari dokter. (Ai Yeyeh, 2010)

7. Langkah VII (Evaluasi)


Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang diberikan, meliputi apakan
pemenuhan kebutuhan telah terpenuhi sesuai diagnosis dan masalah. Rencana dianggap efektif
jika pelaksanaannya memang efektif

Pada kasus KPD yang dievaluasi adalah terjadinya infeksi atau tidak, selama proses persalinan
dan sesudah persalinan (post partum) (Ai Yeyeh, 2010)

Anda mungkin juga menyukai