Anda di halaman 1dari 64

EVALUASI PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DAN

KELUARGA BERENCANA (KB) UPTD PUSKESMAS KECAMATAN


SUKALUYU PERIODE NOVEMBER-FEBRUARI 2021

Oleh:

dr. Adrian Yudho Anggoro

Pendamping:

dr. Roni Paslah

PROGAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


UPTD PUSKESMAS KECAMATAN SUKALUYU
KABUPATEN CIANJUR
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
tolak ukur dalam menilai status kesehatan disuatu negara. Apabila AKI dan AKB
nya kecil maka dapat dinilai status kesehatan negara tersebut baik, dan begitupun
sebaliknya apabila AKI dan AKB tinggi disuatu negara maka hal tersebut
merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah. Menurut hasil dari
berbagai survei yang telah dilakukan, tinggi atau rendahnya Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) disuatu negara dapat dilihat dari
kemampuan dalam memberikan pelayanan obstetric yang bermutu dan
menyeluruh (WHO,2011).
Angka Kematian Ibu atau (AKI) merupakan salah satu indikator untuk
melihat derajat kesehatan perempuan. Apabila ibu sehat, maka akan menghasilkan
bayi yang sehat dan akan menjadi generasi yang kuat. Ibu yang sehat juga
menciptakan keluarga sehat dan bahagia (Admin, 2007). Program Kesehatan Ibu
dan Bayi yang telah dilaksanakan selama ini, bertujuan untuk meningkatkan
status derajat kesehatan Ibu dan Bayi serta menurunkan AKI dan AKB (Depkes
RI, 2013). Sesuai dengan komitmen global. Indonesia menetapkan target
penurunan AKI menjadi 75% pada tahun 1990 atau 125/ 100.000 kelahiran hidup
(Depkes RI 2001) Target angka kematian ibu pada tahun 2011 yang di tentukan
berdasarkan indikator Indonesia sekarang adalah sebesar 150/100.000 kelahiran
hidup (Depkes RI 2003) Menurut SDGS 2017, diharapkan target angka kematian
ibu menjadi kurang dari 70 per 100.000 kelahiran, mengakhiri kematian yang
dapat dicegah pada bayi baru lahir dan balita, dimana setiap negara menargetkan
untuk mengurangi kematian neonatal setidaknya menjadi kurang dari 12 per 1000
kelahiran dan kematian balita menjadi serendah 25 per 1000 kelahiran
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) didunia
menurut WHO pada Tahun 2012 yaitu jumlah AKI 210 per 100.000 kelahiran
hidup dan AKB sebesar 51 per 1000 kelahiran hidup. Secara nasional angka
kematian Ibu tahun 2013 berada di 359/ 100.000 kelahiran. Sementara Di
kabupaten Cianjur Angka kematian ibu (AKI) pada tahun 2017 ada 27 orang dan
170 orang jumlah kematian bayi (AKB).
Kecamatan Sukaluyu merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di
Kabupaten Cianjur. Kecamatan Sukaluyu memiliki fasilitas kesehatan, salah
satunya Puskesmas Sukaluyu. Wilayah kerja Puskesmas Sukaluyu terdiri dari 10
desa. Untuk menunjang Program kesehatan ibu dan anak yang telah dilaksanakan
serta meningkatkan status derajat kesehatan ibu dan anak juga menurunkan AKI
dan AKB, ( Depkes RI,2003) diperlukan upaya pengelolaan program kesehatan
ibu dan anak yang meminta untuk menetapkan dan meningkatkan jangkauan
juga mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak secara efektif dan efesien
(DepkesRI, 2003)
Berdasarkan Laporan Tahunan KIA-KB UPTD Puskesmas Sukaluyu pada
tahun 2019 terdapat ibu hamil 1493 orang, ibu menyusui 1347 orang, neonatus
1308 orang, serta bayi 1267 orang. Kunjungan PKN untuk puskesmas tidak
tercapai dari target 80 % tercapai 74,92 %. Di wilyah kerja puskesmas sukaluyu
juga terdapat jumlah kematian ibu (AKI) sebanyak 2 orang dan jumlah kematian
bayi (AKB) ada 9 orang dengan 44 orang ibu bersalin di wilayah puskesmas
sukaluyu ditolong oleh paraji.
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan
yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Tenaga
kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan pertolongan persalinan
adalah dokter spesialis kebidanan, dokter dan bidan. Pada kenyataan di lapangan,
masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan dilakukan di
luar fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu secara bertahap seluruh
persalinan akan ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten dan diarahkan ke
fasilitas pelayanan kesehatan.(Pedoman persalinan FKUI 2017)
Menurut Lawrence Green perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor
predisposisi (umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, kepercayaan dan
norma sosial), faktor pemungkin (tersedianya sarana dan prasarana pelayanan
kesehatan, biaya, jarak, ketersediaan transportasi, kepemilikan buku KIA), faktor
pendorong (dukungan keluarga, tokoh masyarakat dan petugas kesehatan). Teori
lain menurut Snehandu B. Karr menyatakan bahwa perilaku kesehatan
dipengaruhi oleh niat, dukungan masyarakat sekitar, terjangkaunya informasi,
kebebasan mengambil keputusan, dan kondisi dan situasi yang memungkinkan
untuk bertindak.
Berdasarkan uraian di atas, masih terdapatnya angka kematian ibu dan bayi di
wilayah kerja puskesmas sukaluyu sehingga salah satu program yang memiliki
skala prioritas tinggi untuk dicari alternatif pemecahan masalahnya adalah
Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB). (Data
Primer,2019) ketidak tercapaian tersebut menimbulkan pertanyaan sehingga
dapat dijadikan sebagai program yang dapat dievaluasi berdasarkan pedoman-
pedoman yang mengatur pelaksanaan program KIA dan KB di Indonesia.

1.2 Permasalahan Program


Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan program yang diangkat
adalah: “Bagaimana evaluasi Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan
Keluarga Berencana (KB) yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Sukaluyu?”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1.Tujuan Umum
Dipahaminya Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga
Berencana (KB) yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukaluyu
secara menyeluruh.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya pelaksanaan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan
Keluarga Berencana (KB) yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Sukaluyu .
2. Diketahuinya masalah dalam pelaksanaan Program Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB) yang ada di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Sukaluyu
3. Diketahuinya kemungkinan penyebab masalah Program Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB) yang ada di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Sukaluyu
4. Dirumuskannya alternatif penyelesaian masalah bagi pelaksanaan Program
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana yang ada di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukaluyu

1.4 Manfaat penelitian


1.4.1 Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu sarana
menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat dan hasil pencapaian
program kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Sukaluyu sebagai bahan evaluasi
untuk memberikan pelayanan yang lebih baik di bidang KIA-KB di masa yang
akan datang.

1.4.2 Manfaat Praktis


Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu sarana
Memberi alternatif penyelesaian masalah pelaksanaan program seerta dapat
memandu dalam meningkatkan pencapaian program.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Program Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana
Kesehatan Ibu dan Anak adalah suatu program yang meliputi pelayanan
dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi
kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan
komplikasi, bayi dan Balita, remaja, dan Lansia.

2.2 Kegiatan Pokok KIA dan KB


2.2.1 Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai
dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan
Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan
khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam
pemeriksaan).
Dalam penerapannya terdiri atas:
- Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
- Ukur tekanan darah.
- Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).
- Ukur tinggi fundus uteri.
- Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
- Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) bila diperlukan.
- Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
- Test laboratorium (rutin dan khusus).
- Tatalaksana kasus
- Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
2.2.2 Pertolongan Persalinan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan
persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten.
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal
sebagai berikut :
- Pencegahan infeksi
- Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
- Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang
lebih tinggi.
- Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
- Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan
pertolongan persalinan adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter dan
bidan.
2.2.3 Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga
kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan
pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dan meningkatkan cakupan
KB Pasca Persalinan dengan melakukan kunjungan nifas minimal
sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu :
Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan
3 hari setelah persalinan.
Kunjungan nifas ke dua dalam waktu hari ke-4 sampai dengan
hari ke-28 setelah persalinan.
Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu hari ke-29 sampai
dengan hari ke-42 setelah persalinan.
Pelayanan yang diberikan adalah :
- Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.
- Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).
- Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.
- Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.
- Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali , pertama
segera setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian
kapsul Vitamin A pertama.
- Pelayanan KB pasca salin, adalah pelayanan yang diberikan kepada Ibu
yang mulai menggunakan alat kontrasepsi langsung sesudah melahirkan
(sampai dengan 42 hari sesudah melahirkan).
2.2.4 Pelayanan Kesehatan Neonatus
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada
neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah
lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :
- Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 48 Jam
setelah lahir.
- Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3
sampai dengan hari ke 7 setelah lahir.
- Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8
sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila
terdapat kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar
kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu
pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di
fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas
kesehatan selama 24 jam pertama. Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar
dilakukan secara komprehensif dengan melakukan pemeriksaan dan
perawatan Bayi baru Lahir dan pemeriksaan menggunakan pendekatan
Manajemen Terpadu Bayi Muda (Mibu hamilM) untuk memastikan bayi
dalam keadaan sehat, yang meliputi :
- Pemeriksaan dan Perawatan Bayi Baru Lahir

● Perawatan Tali pusat

● Melaksanakan ASI Eksklusif

● Memastikan bayi telah diberi Injeksi Vitamin K1

● Memastikan bayi telah diberi Salep Mata Antibiotik

● Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0

- Pemeriksaan menggunakan pendekatan Mibu hamilM

● Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,

ikterus, diare, berat badan rendah dan masalah pemberian ASI.

● Pemberian imunisasi hepatitis B0 bila belum diberikan pada waktu

perawatan bayi baru lahir.

● Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI

eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi


baru lahir di rumah dengan menggunakan buku KIA.

● Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan

2.2.5 Deteksi Dini Faktor Risiko dan Komplikasi Kebidanan dan Neonatus
oleh Tenaga Kesehatan maupun Masyarakat
Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang
dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan
komplikasi kebidanan.
Faktor risiko pada ibu hamil adalah :
- Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
- Anak lebih dari 4.
- Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.
- Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari
23,5 cm, atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan.
- Anemia dengan dari Hemoglobin < 11 g/dl.
- Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul
dan tulang belakang
- Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum
kehamilan ini.
- Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberkulosis,
kelainan jantung-ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes
Mellitus, Sistemik Lupus Eritematosus, dll), tumor dan keganasan
- Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik
terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat
kongenital
- Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio
sesarea, ekstraksivakum/ forseps.
- Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan paska persalinan, Infeksi
masa nifas, psikosis post partum (post partum blues).
- Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan
riwayat cacat kongenital.
- Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster.
- Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, Janin besar.
- Kelainan letak dan posisi janin: lintang/oblique, sungsang pada usia
kehamilan lebih dari 32 minggu.
Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas antara lain :
- Ketuban pecah dini.
- Perdarahan pervaginam :

● Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio plasenta

● Intra Partum : robekan jalan lahir


● Post Partum : atonia uteri, retensio plasenta, plasenta inkarserata,

kelainan pembekuan darah, subinvolusi uteri


- Hipertensi dalam Kehamilan (HDK): Tekanan darah tinggi (sistolik >
140 mmHg, diastolik > 90 mmHg), dengan atau tanpa edema pretibial.
- Ancaman persalinan prematur.
- Infeksi berat dalam kehamilan : demam berdarah, tifus abdominalis,
sepsis.
- Distosia: persalinan macet, persalinan tak maju.
- Infeksi masa nifas.
Faktor risiko pada neonatus adalah sama dengan faktor risiko pada ibu
hamil. Ibu hamil yang memiliki faktor risiko akan meningkatkan risiko terjadinya
komplikasi pada neonatus. Deteksi dini untuk Komplikasi pada Neonatus dengan
melihat tanda-tanda atau gejala-gejala sebagai berikut :
- Tidak Mau Minum/menyusu atau memuntahkan semua
- Riwayat Kejang
- Bergerak hanya jika dirangsang/Letargis
- Frekwensi Napas < = 30 X/menit dan >= 60x/menit
- Suhu tubuh <= 35,5 C dan >= 37,5 C
- Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat
- Merintih
- Ada pustul Kulit
- Nanah banyak di mata
- Pusar kemerahan meluas ke dinding perut.
- Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat
- Timbul kuning dan atau tinja berwarna pucat
- Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian ASI
- BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah < 2500 gram
- Kelainan Kongenital seperti ada celah di bibir dan langit-langit.
Komplikasi pada neonatus antara lain :
- Prematuritas dan BBLR (bayi berat lahir rendah < 2500 gr)
- Asfiksia
- Infeksi Bakteri
- Kejang
- Ikterus
- Diare
- Hipotermia
- Tetanus neonatorum
- Masalah pemberian ASI
- Trauma lahir, sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenital, dll.
2.2.6 Penanganan Komplikasi Kebidanan
Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan
komplikasi kebidanan untuk mendapat penanganan definitif sesuai standar oleh
tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Untuk
meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan komplikasi kebidanan maka
diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu memberikan
pelayanan obstetri dan neonatal emergensi secara berjenjang mulai dari
polindes/poskesdes, puskesmas mampu PONED sampai rumah sakit PONEK 24
jam.
Pelayanan medis yang dapat dilakukan di Puskesmas mampu PONED
meliputi :
- Pelayanan obstetri :

● Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas.

● Pencegahan dan penanganan Hipertensi dalam Kehamilan (pre-

eklampsi dan eklampsi)

● Pencegahan dan penanganan infeksi.

● Penanganan partus lama/macet.

● Penanganan abortus.
● Stabilisasi komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan transportasi

rujukan.
- Pelayanan neonatus :

● Pencegahan dan penanganan asfiksia.

● Pencegahan dan penanganan hipotermia.

● Penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR).

● Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus,

ikterus ringan sedang .

● Pencegahan dan penanganan gangguan minum.

● Stabilisasi komplikasi neonatus untuk dirujuk dan transportasi

rujukan.
2.2.7 Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi
Pelayanan Neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus
dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan,
kecacatan dan kematian oleh dokter/bidan/perawat terlatih di polindes,
puskesmas, puskesmas PONED, rumah bersalin dan rumah sakit
pemerintah/swasta.
2.2.8 Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang
diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 3 kali, selama periode 29
hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi :
- Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari 2 bulan.
- Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 5 bulan.
- Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 8 bulan.
- Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 11 bulan.
Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap
pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat
kelainan pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan,
imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh
kembang.
Dengan demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan
terpenuhi. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi :
- Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB
1,2,3, Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun.
- Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK).
- Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 - 11 bulan).
- Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda
tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku
KIA.
- Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
-
2.2.9 Pelayanan Kesehatan Anak Balita
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit
dan sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang
meliputi :
- Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang
tercatat dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah
pengukuran berat badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada
Buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-
turut atau berat badan anak balita di bawah garis merah harus dirujuk ke
sarana pelayanan kesehatan.
- Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
minimal 2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi
pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa,
sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan).
- Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan
kesehatan) maupun di luar gedung.
- Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.
- Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita
- Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan
pendekatan Mibu hamilS.
2.2.10 Pelayanan KB Berkualitas
Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan
menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan sehingga diharapkan
dapat berkontribusi dalam menurunkan angka kematian Ibu dan menurunkan
tingkat fertilitas (kesuburan) bagi pasangan yang telah cukup memiliki anak (2
anak lebih baik) serta meningkatkan fertilitasbagi pasangan yang ingin
mempunyai anak .
Pelayanan KB bertujuan untuk menunda (merencanakan) kehamilan.
Bagi Pasangan Usia Subur yang ingin menjarangkan dan/atau
menghentikan kehamilan, dapat menggunakan metode kontrasepsi yang
meliputi :
- KB alamiah (sistem kalender, metode amenore laktasi, coitus
interuptus).
- Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk).
- Metode KB non-hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomi dan
tubektomi).
Sampai saat ini di Indonesia cakupan peserta KB aktif (Contraceptive
Prevalence Rate/CPR) mencapai 61,4% (SDKI 2007) dan angka ini merupakan
pencapaian yang cukup tinggi diantara negaranegara ASEAN. Namun demikian
metode yang dipakai lebih banyak menggunakan metode jangka pendek seperti pil
dan suntik. Menurut data SDKI 2007 akseptor KB yang menggunakan suntik
sebesar 31,6%, pil 13,2 %, AKDR 4,8%, susuk 2,8%, tubektomi 3,1%, vasektomi
0,2% dan kondom 1,3%. Hal ini terkait dengan tingginya angka putus pemakaian
(DO) pada metode jangka pendek sehingga perlu pemantauan yang terus menerus.
Disamping itu pengelola program KB perlu memfokuskan sasaran pada kategori
PUS dengan 4 terlalu (terlalu muda, tua, sering dan banyak).
Untuk mempertahankan dan meningkatkan cakupan peserta KB perlu
diupayakan pengelolaan program yang berhubungan dengan peningkatan aspek
kualitas, teknis dan aspek manajerial pelayanan KB. Dari aspek kualitas perlu
diterapkan pelayanan yang sesuai standard dan variasi pilihan metode KB,
sedangkan dari segi teknis perlu dilakukan pelatihan klinis dan non-klinis secara
berkesinambungan. Selanjutnya aspek manajerial, pengelola program KB perlu
melakukan revitalisasi dalam segi analisis situasi program KB dan sistem
pencatatan dan pelaporan pelayanan KB.

2.3 Analisis Sistem


2.3.1 Pengertian sistem
Terdapat beberapa macam pengertian dari sistem yang dikemukan oleh
berbagai ahli, antara lain sebagai berikut: (Azwar dkk, 2009).
a. Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan
oleh suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan
organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan
b. Sistem adalah suatu struktur konseptual yang terdiri dari fungsi-fungsi
yang saling berhubungan yang bekerja sebagai satu unit organik untuk
mencapai keluaran yang diinginkan secara efektif dan efisien.
c. Sistem adalah kumpulan dari bagian-bagian yang berhubungan dan
membentuk satu kesatuan yang majemuk, dimana masing-masing
bagian bekerja sama secara bebas dan terkait untuk mencapai sasaran
kesatuan dalam suatu situasi yang majemuk pula
2.3.2 Unsur sistem
Sistem terbentuk dari bagian atau elemen yang saling berhubungan dan
mempengaruhi. Adapun yang dimaksud dengan bagian atau elemen
tersebut ialah sesuatu yang mutlak harus ditemukan. Elemen tersebut
adalah: (Azwar dkk, 2009)
a. Masukan
Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen dalam sistem
yang diperlukan untuk berfungsinya sistem tersebut. Masukan yang
termasuk dalam sistem pelayanan kesehatan adalah tenaga, dana,
metode, sarana dan prasarana.
b. Proses
Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen dalam sistem
yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang
direncanakan. Proses yang termasuk dalam sistem pelayanan kesehatan
antara lain perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan penilaian
c. Keluaran
Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yan dihasilkan
dari berlangsungnya proses dalam sistem
d. Umpan balik
Umpan balik (feed back) adalah kumpulan dari bagian atau elemen
yang merupakan keluaran dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem
tersebut
e. Dampak
Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu
sistem
f. Lingkungan
Lingkungan (enviroment) adalah dunia di luar sistem yang tidak
dikelola oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem

Keenam unsur sistem ini saling berhubungan dan mempengaruhi, secara


sederhana dapat digambarkan sebagai berikut

INPUT PROSES OUTPUT

DAMPAK

UMPAN BALIK
Gambar 2.1. Hubungan unsur sistem

2.3.3 Pendekatan Sistem


Suatu sistem pada dasarnya dibentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentu
yang telah ditetapkan atau disepakati bersama. Untuk terbentuknya sistem
tersebut, perlu dirangkai berbagai unsur atau elemen sedemikian rupa
sehingga secara keseluruhan terbentuk kesatuan yang berfungsi untuk
mencapai tujuan. Apabila prinsip pokok atau cara kerja sistem ini
diterapkan ketika menyelenggarakan pekerjaan administrasi, maka prinsip
pokok atau cara kerja ini dikenal dengan nama pendekatan sistem (System
approach). (Azwar dkk, 2009)
Beberapa batasan tentang pendekatan sistem adalah:
a. Pendekatan sistem adalah penerapan suatu prosedur logis dan rasional
dalam merancang suatu rangkaian komponen-komponen yang
berhubungan sehingga dapat berfungsi sebagai satu kesatuan mencapai
tujuan yang telah ditetapkan
b. Pendekatan sistem adalah suatu strategi menggunakan metode analisa,
desain dan manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
secara efektif dan efisien
c. Pendekatan sistem adalah penerapan dari cara berpikir yang sistematis
dan logis dalam membahas serta mencari pemecahan dari suatu
masalah atau keadaan yang dihadapi
Diperlukan penilaian dari tiap elemen untuk menjamin berjalan baiknya
sistem. Pengkajian terhadap setiap elemen sistem disebut analisis sistem.
Dilakukan penguraian elemen dengan analisis sistem yang bertujuan untuk
mengidentifikasi masala serta mengupayakan pencegahannya. Adapun
langkah-langkah dari analisis sistem adalah sebagai berikut:
a. Menguraikan sistem
b. Merumuskan masalah tiap bagian dan sistem secara keseluruhan
c. Mengumpulkan data untuk meperjelas masalah dan kemungkinan
pemecahannya
d. Mengembangkan model sistem baru
e. Uji coba dicatat setiap hasil yang diperoleh, lalu dipilih model yan
paling menguntungkan
f. Penerapan dan melakukan pemantauan berkala

2.3.1. Evaluasi Program


Istilah evaluasi mempunyai arti yang berhubungan, masing-masing
menunjuk pada aplikasi beberapa skala nilai terhadap hasil kebijakan dan
program. Secara umum, istilah evaluasi sapat disamakan dengan
penaksiran (appraisal), pemberian angka (ratting) dan penilaian
(assessment) kata-kata yang menyatakan usaha untuk menganalisis hasil
kebijakan dalam arti satuan nilainya. Dalam arti yang lebih spesifik,
evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau
manfaat hasil kebijakan. Ketika hasil kebijakan pada kenyataan
mempunyai nilai, hal ini karena hasil tersebut member sumbangan pada
tujuan atau sasaran, dalam hal ini dikatakan bahwa kebijakan atau program
telah mencapai tingkat kinerja yang bermakna, yang berarti bahwa
masalah-masalah kebijakan dibuat jelas atau diatasi.
Evaluasi merupakan cara untuk membuktikan keberhasilan atau
kegagalan pelaksanaan dari suatu program, oleh karena itu pengertian
evaluasi sering digunakan untuk menunjukan tahapan siklus pengelolahan
program yang mencakup :
a. Evaluasi pada tahap perencanaan (EX-ANTE).
Pada tahap perencanaan, evaluasi sering digunakan untuk
memilih dan menentukan prioritas dari berbagai alternative dan
kemungkinan cara mencapai tujuan yang telah dirumuskan
sebelumnya.
b. Evaluasi pada tahap pelaksanaan (ON-GOING).
Pada tahap pelaksanaan, evaluasi digunakan untuk
menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan program dibandingkan
dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
c. Evaluasi pada tahap Pasca Pelaksanaan (EX-POST)
Pada tahap pasca pelaksanaan evaluasi ini diarahkan untuk
melihat apakah pencapaian (keluaran/hasil/dampak) program
mampu mengatasi masalah pembangunan yang ingin dipecahkan.
Evaluasi ini dilakukan setelah program berakhir untuk menilai
relevansi (dampak dibandingkan masukan), efektivitas (hasil
dibandingkan keluaran), kemanfaatan (dampak dibandingkan
hasil), dan keberlanjutan (dampak dibandingkan dengan hasil dan
keluaran) dari suatu program (Anonim, 2011).
BAB III
METODE EVALUASI

Metode evaluasi yang digunakan dalam laporan evaluasi program Kesehatan


Ibu danAnak / Keluarga Berencana (KIA/KB) terbagi dalam beberapa tahap.
Berikut ini adalah uraian dari tahap-tahap dalam evaluasi program tersebut
3.1. Penetapan Tolak Ukur dari Keluaran
Penetapan tolak ukur dalam evaluasi program KesehatanIbudanAnak /
KeluargaBerencana (KIA/KB) di UPTD Puskesmas Sukaluyu
berdasarkan sumber rujukan laporan pelaksana program KIA-KB di UPTD
Puskesmas Sukaluyu .

3.2. Pengumpulan Data


Data-data yag digunakan terdiri dari:
a. Data primer, yaitu data yang didapatkan melalui:
Wawancara dengan pelaksana program Kesehatan Ibu dan Anak /
Keluarga Berencana (KIA/KB) di UPTD Puskesmas Sukaluyu
b. Data sekunder, mencakup data yang didapatkan dari:
Penelusuran laporan pelaksana program Kesehatan Ibu dan Anak /
Keluarga Berencana (KIA/KB) di UPTD Puskesmas Sukaluyu

3.3. Identifikasi Masalah


Identifikasi masalah dilakukan dengan membandingkan data variabel
program - program di UPTD Puskesmas Sukaluyu dengan tolak ukur
unsur-unsur program untuk mencari adanya kesenjangan. Untuk memilih
prioritas masalah dapat digunakan teknik kriteria matriks, yaitu melihat
pentingnya masalah(I), ditinjau dari besarnya masalah (Prevalence/P),
akibat yang ditimbulkan (Severity/S) dan kenaikan besarnya masalah(Rate
of Increase/RI), derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi/DU
(Degree of Unmet Need), keuntungan social karena selesainya masalah/SB
(Social Benefit), kepedulian masyarakat/PB (Public Concern), dan suasana
politik/PC (Political Climate). Selain itu juga dilihat kelayakan teknologi
(T) dan ketersediaan sumber daya (R) untuk menetapkan prioritas
masalah.

3.4. Pembuatan Kerangka Konsep dari Masalah yang Diprioritaskan


Mengingat adanya keterbatasan kemampuan dalam mengatasi masalah,
ketidaktersediaan teknologi yang memadai atau adanya keterkaitan satu masalah
dengan masalah lainnya, maka perlu dipilih masalah prioritas dengan jalan
kesepakatan tim. Bila tidak dicapai kesepakatan dapat ditempuh dengan
menggunakan kriteria lain. Dalam penetapan urutan prioritas masalah dapat
mempergunakan berbagai macam metode seperti metode USG (Urgency,
Seriousness, Growth) dan sebagainya. Analisis Urgency, Seriousness, Growth
(USG) adalah salah satu metode skoring untuk menyusun urutan prioritas isu yang
harus diselesaikan. Pada tahap ini masing-masing masalah dinilai tingkat risiko
dan dampaknya. Bila telah didapatkan jumlah skor maka dapat menentukan
prioritas masalah. Langkah skoring dengan menggunakan metode USG adalah
membuat daftar akar masalah, membuat tabel matriks prioritas masalah dengan
bobot skoring 1-5 dan nilai yang tertinggi sebagai prioritas masalah. Untuk lebih
jelasnya, pengertian urgency, seriousness, dan growth dapat diuraikan sebagai
berikut (Kotler dkk, 2001):
a. Urgency yaitu seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dan
dihubungkan dengan waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu
tuntuk memecahkan masalah yang menyebabkan isu tadi.
b. Seriousness yaitu seberapa serius isu perlu dibahas dan dihubungkan
dengan akibat yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang
menimbulkan isu tersebut atau akibat yang menimbulkan masalah lain kalau
masalah penyebab isu tidak dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan
yang sama, suatu masalah yang dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih
serius bila dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri.
c. Growth yaitu seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut
menjadi berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin
memburuk kalau dibiarkan.
Penggunaan metode USG dalam penentuan prioritas masalah dilaksanakan
apabila pihak perencana telah siap mengatasi masalah yang ada, serta hal yang
sangat dipentingkan adalah aspek yang ada dimasyarakat dan aspek dari masalah
itu sendiri. Adapun keterangan pemberian skor yakni, skor 5: sangat penting, skor
4 : penting, skor 3 : netral, skor 2 : tidak penting dan skor 1 : sangat tidak penting.

3.5. Identifikasi Penyebab Masalah


Kemungkinan penyebab masalah diidentifikasi dengan membandingkan
data atau hasil masukan, proses dan umpan balik program dengan tolak ukurnya
masing-masing.

3.6. Perencanan Penyelesaian Masalah


Perencanaan penyelesaian masalah disusun berupa rancangan program
yang diharapkan dapat menyelesaikan masalah di masa yang akan datang.
3.7. Teori Fishbone
Setelah ditentukan masalah yang menjadi prioritas, selanjutnya dicari
akar penyebab dari masalah tersebut. Fishbone diagram atau diagram tulang
ikan merupakan diagram yang menggambarkan hubungan antara karakteristik
kualitas/Akibat dengan faktor-faktornya/penyebabnya sehingga didapatkan
suatu hubungan sebab akibat untuk mencari akar dari suatu pokok
permasalahan ditinjau dari berbagai faktor yang ada. Definisi lain menyatakan
diagram tulang ikan atau fishbone diagram adalah salah satu metode / tool di
dalam meningkatkan kualitas. Sering juga diagram ini disebut dengan diagram
Sebab-Akibat atau cause effect diagram. Dikatakan Diagram Fishbone (Tulang
Ikan) karena memang berbentuk mirip dengan tulang ikan yang moncong
kepalanya menghadap ke kanan. Diagram ini akan menunjukkan sebuah
dampak atau akibat dari sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya.
Efek atau akibat dituliskan sebagai moncong kepala. Sedangkan tulang ikan
diisi oleh sebab-sebab sesuai dengan pendekatan permasalahannya. Dikatakan
diagram Cause and Effect (Sebab dan Akibat) karena diagram tersebut
menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan
pengendalian proses statistikal, diagram sebab-akibat dipergunakan untuk
untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas
(akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu (Kotler dkk, 2001).

3.8. Penentuan Prioritas Penyelesaian Masalah


Penentuan prioritas masalah dilakukan untuk memilih alternatif
penyelesaian masalah yang paling menjanjikaan. Sebelum melakukan pemilihan
sebaiknya dicoba memadukan berbagai alternatif penyelesaian masalah terlebih
dahulu. Bila tidak dapat dilaksanakan barulah dilakukan pemilihan. Cara
pemilihan yang dianjurkan adalah dengan menggunakan teknik kriteria matriks.
Kriteria yang dimaksud adalah:

a. Efektifitas penyelesaian masalah


1. Besarnya masalah yang dapat diselesaikan/M(magnitude)
2. Pentingnya penyelesaian masalah, yang dikaitkan dengan
kelanggengan selesainya masalah/I(Importance)
3. Sensitivitas, yang dikaitkan dengan kecepatan dalam
menyelsaikan masalah/V(vulnerability)
b. Efisiensi penyelesaian masalah
Nilai efiiensi dikaitkan dengan biaya/C(cost) yang diperluan untuk
melaksanakan penyelesaian masalah. Semakin besar biaya diangga
semakin tidak efisien (dinilai sampai dengan 5), sedangkan semakin
kecil biaya dianggap semakin efisien (diberi nilai 1).
c. Penyelesaian masalah dengan nilai P tertinggi adalah prioritas
penyelesaian masalah yang dipilih
Tabel 3.1. Penentuan Prioritas Cara Menyelesaikan Masalah
Cara Pemecahan Efektivitas Efisiesi Jumlah
Masalah (MxIxV/C)
M I V C

3,dst
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 DATA UMUM


4.1.1 WILAYAH KERJA
Letak wilayah kerja program KIA/KB di UPTD Puskesmas Sukaluyu mempunyai
sasaran 10 Desa, yaitu :
1) Desa Mekarjaya
2) Desa Panyusuhan
3) Desa Sukaluyu
4) Desa Sukamulya
5) Desa Babakansari
6) Desa Tanjungsari
7) Desa Selajambe
8) Desa Sukasirna
9) Desa Hegarmanah
10) Desa Sindangraja
Batas wilayah kerja Program KIA dan KB adalah sebagai berikut :

⮚ Sebelah Utara : Kecamatan Mande

⮚ Sebelah Selatan : Kecamatan Cilaku

⮚ Sebelah Barat : Kecamatan Karang tengah

⮚ Sebelah Timur : Kecamatan Ciranjang

Jarak untuk ke Kabupaten / RSUD Cianjur+ 17 Km.

Dari desa diatas ada tiga desa yang jangkauan jauh.Memerlukan waktu+ 2 jam
sampai ke fasilitas rujukan (KB)

1. LUAS WILAYAH KERJA


Luas wilayah kerja Program KIA dan KB Puskesmas Sukaluyu adalah +
9.882,847 ha

4.2 DATA KHUSUS


A. PETA PUSKESMAS SUKALUYU

B. DEMOGRATIF
Jumlah penduduk wilayah kerja Program KIA dan KB pada tahun 2019
sebanyak : orang dengan rincian sebagai berikut :

1. Jumlah penduduk per Desa

JML JML PENDUDUK JML


NO DESA JML RT JML KK
RW L P TOTAL

1 MEKARJAYA 24 4 1668 2305 2125 4429


2 PANYUSUHAN 36 9 2692 3399 3081 6479

3 SUKALUYU 36 9 2687 4370 3909 8280

4 SUKAMULYA 31 9 3443 4623 4423 9045

5 BABAKANSARI 26 6 2162 3404 3080 6483

6 TANJUNGSARI 46 6 2660 4071 3745 7816

7 SELAJAMBE 29 9 2404 3929 3565 7494

8 HEGARMANAH 33 6 2728 3858 3580 7438

9 SUKASIRNA 29 6 2170 4178 3888 8065

10 SINDANGRAJA 33 8 2734 3925 3581 7506

JUMLAH 323 72 25348 38062 34975 73037

Table 1. Jumlah penduduk per Desa


2. Jumlah sasaran kelompok
khusus

SASARAN TAHUN 2019


NO DESA
BUMIL BULIN BUFAS BUTEKI NEONATUS BAYI BALITA

1 MEKARJAYA 87 83 83 83 80 77 322

2 PANYUSUHAN 127 122 122 122 116 112 471

3 SUKALUYU 163 156 156 156 148 144 601

4 SUKAMULYA 179 170 170 170 162 157 659

5 BABAKANSARI 128 122 122 122 116 112 471

6 TANJUNGSARI 154 147 147 147 140 135 568

7 SELAJAMBE 147 141 141 141 134 130 545

8 SUKASIRNA 146 140 140 140 133 129 541

9 HEGARMANAH 159 152 152 152 144 140 587

10 SINDANGRAJA 148 141 141 141 134 130 548

JUMLAH 1439 1374 1374 1374 1308 1267 5312


Table 2 Jumlah sasaran klompok khusus
A. Analisa Data
Data Cakupan Program

1.1 Tabel Hasil Cakupan Program (berbentuk tabel ) berdasarkan format


laporan Program

N TARGE PENCAPAIAN KESENJ


INDIKATOR SASARAN
O T ABS % ANGAN

1 K1 AKSES 1439 100 1614 112,16 12,16

2 K1 MURNI 1439 100 1539 106,94 6,95

3 K4 1439 97 1444 100,34 3,34

4 LINFASKES 1374 95 1434 104,52 9,52

5 PKO 288 80 285 98,95 18,96

6 KFl 1374 90 1473 107,21 17,21

7 KB 17574 75 12411 70,62 -4,38

8 KN1 1308 100 1480 113,14 13,15

9 KNL 1308 94 1472 112,54 18,54

1
PKN 196 80 149 75,94 -4,06
0

1
BAYI 1267 92 1345 106,15 14,16
1

1
BALITA 5312 90 5240 98,64 8,64
2

Table 6 Hasil cakupan program KIA


Dari hasil pencapaian program KIA-KB dengan menggunakan Pemantauan Wilyah
Setempat di UPTD Puskesmas sukaluyu didapatkan :

1. Hasil cakupan di UPTD Puskesmas Sukaluyu yang tidak tercapai yaitu :


Program kunjungan PKN, dari target 80% hanya tercpai 74,92%
kesenjangannya -5%, dengan tidak tercapainya kunjungan KPN maka akan
mengakibatkan banyak terjadinya kasus yang tidak bisa tertangani secara
langsung.dan KB Target 75 % tercapai 70,62% kesenjangannya -4,38%
dengan tidak tercapainya KB maka akan terjadi kasus pertambahan penduduk
yang lebih cepat dan banyak meningkatkan resiko tinggi.
2. Hasil pencapaian yang sudah memenuhi target yaitu : K1 Akses target 100
tercapai 111,95, K1 Murni target 100% tercapai 106,74, K4 target 97%
tercapai 100,07% , Linfaskes Target 95% tercapai 100,04, Target , PKO
Target 80 tercapai 99,08 ,KFL Target 90 % tercapai 84, KN1 Target 100%
tercapai 112,77, KNL Target 94% tercapai 112,16, Kunjungan Bayi Target 92%
tercapai 106,16 ,dan Kunjungan Balita Target 90% tercapai 98 ,64%
Cakupan Kunjungan K1 Akses Tiap Desa

Puskesmas Sukaluyu Tahun 2019

PECAPAIA
TARGET
N NAMA N
kesenjangan
O DESA Ab
Abs % %
s

MEKARJA 106,9
1 87 100 93 6,9
YA 0

PANYUSU 106,8
2 127 100 136 6,88
HAN 8

SUKALUY 117,2
3 163 100 191 17,22
U 2

SUKAMUL 136,6
4 179 100 244 36,69
YA 9

BABAKAN 106,9
5 128 100 137 6,9
SARI 0

TANJUNGS 100,1
6 154 100 154 -
ARI 4

SELAJAMB 101,1
7 147 100 149 1,10
E 0

SUKASIRN 100,0
8 146 100 146 -
A 0

HEGARMA 106,9
9 159 100 170 6,92
NAH 2

SINDANGR 128,8
10 148 100 191 28,80
AJA 0

161 111,9
PUSKESMAS 1439 100 111,41
1 5
Table 7 cakupan kunjungan k1 akses

Keterangan :

Berdasarkan grafik diatas di kecamatan sukaluyu hasil cakupan , kunjungan K1


Akses dari target 100% pencapaian PKM 112,16 % dari seluruh desa

Cakupan Kunjungan K1 Murni Tiap Desa

Puskesmas Sukaluyu Tahun 2019


Table 8 cakupan kunjungan k1 murni

Keterangan :
Berdasarkan dari grafik diatas pencapaian untuk Puskesmas sudah mencapai

target karena dari target 100% tercapai 106,95% dan desa yang yang mencapai

target adalah desa sukamulya dari target 100% tercapai 126,05% , desa

sukaluyu dari target 100% tercapai 113,54%, desa sindangraja dari target 100%

tercapai 112,61% , desa sukasirna dari target 100 tercapai 108,33%, desa

babakansari dari target 100% tercapai 106,90%, desa mekarjaya dari target

100% tercapai 105,75%, desa hegarmanah dari target 100% tercapai 100% dan

desa yang tidak tercapai adalah desa selajambe dengan target 100 persen hanya

tercapai 97,71% jadi kesenjangannya 2,29%, desa panyusuhan dari target 100

tercapai 97,45 kesenjangannya 2,25 dan desa tanjungsari dari target 100 tercapai

95,59% kesenjangannya 4,45. Ke tiga desa yang tidak tercapai kunjungannya

akan mengakibatkan tidak berkwalitasnya pemeriksaan ANC.


Cakupan Kunjungan K4 Tiap Desa

Puskesmas Sukaluyu

N TARGET PENCAPAIAN
NAMA DESA KESENJANGAN
O Abs % Abs %

1 MEKARJAYA 87 97 87 100

2 PANYUSUHAN 127 97 131 102,95 5,97

3 SUKALUYU 163 97 167 102,49 5,49

4 SUKAMULYA 179 97 199 111,48 14,48

5 BABAKANSARI 128 97 124 96,75

6 TANJUNGSARI 154 97 148 96,23 -0,77

7 SELAJAMBE 147 97 137 92,95 -4,05

8 HEGARMANAH 146 97 141 97


1
SINDANGRAJA
0 148 97 149 100,4

143
PUSKESMAS 9 97 1440 100
Table 9 cakupan kunjungan k4

Keterangan :
Berdasarkan grafik diatas, kunjungan k4 untuk puskesmas sudah mencapai
target dari target 97% tercapai 100,34% dan desa yang mencapai target
diantaranaya desa sukamulya dari target 97% tercapaidari 111,48%, desa
panyusuhan dari target 97% tercapai 102,96%, desa sukaluyu dari target 97
tercapai 102,49%, desa sukasirna dari target 97% tercapai 100,64%, desa
sindangraja dari target 9% tercapai 100,34%, desa mekarjaya dari target 97%
tercapai100%, desa hegarmanah dari target 97% tercapai 97%, desa yang tidak
mencapai target, diantaranya yaitu :

1. Desa Tanjungsari dengan target 97% tercapai 96,24% kesenjangannya 0,77


dan desa selajambe dengan target 97% tercapai 92,96 kesenjangannya 4,05%.
Untuk desa yang tidak tercapai kunjungan K4 nya ada kemungkinan akan
terjadi pertolngan persalianannya tidak terpantau

Cakupan Kunjungan PKO Tiap Desa


N NAMA DESA TARGET PENCAPAIAN KESENJANG
28
PUSKESMAS 8 80 285 98,95 18,95
Table 10 cakupan kunjungan PKO

Keterangan :

Berdasarkan grafik diatas kunjungan PKO untuk kunjungan puskesmasnya


sudah mencapai target, dari target 80% tercapai 95,83 desa yang mencapai taget
diantaranya desa panyusuhan 129,88% ,desa babakansari dari target 80% 128,75
%, desa sindangraja dari target 80% tercapai 107,89%, desa hegarmanah dari
target 80 tercapai 100%, desa sukamulya dari target 80% tercapai 98,04%, desa
tanjungsari dari target 80% tercapai 97,54%, desa sukaluyu dari target 80%
tercapai 95,13%, desa selajambe dari target 80% tercapai 94,99%, desa
mekarjaya dari target 80% tercapai 88,24% desa yang tidak tercapai target
adalah desa sukasirna dari target 80% tercapai 59,38 %. .

Cakupan Kunjungan KN1 Tiap Desa

Puskesmas Sukaluyu Tahun 2019

N TARGET PENCAPAIAN KESENJANGA


NAMA DESA
O Abs % Abs % N

1 MEKARJAYA 80 100 92 115,69 15,69

2 PANYUSUHAN 116 100 140 120,60 20,6


3 SUKALUYU 148 100 166 112,10 12,1

4 SUKAMULYA 162 100 196 121,15 21,15

5 BABAKANSARI 116 100 136 117,16 17,16

6 TANJUNGSARI 140 100 146 104,40 4,40

7 SELAJAMBE 134 100 127 94,52 -5,48

8 HEGARMANAH 133 100 138 103,41 3,41

9 SUKASIRNA 144 100 151 104,56 4,56

10 SINDANGRAJA 134 100 183 136,20 36,20

130 147
12,77
PUSKESMAS 8 100 5 112,77
Table 13 Cakupan kunjungan KN 1
Keterangan :

Berdasarkan grafik diatas, kunjungan KN1 untuk puskesmas sukaluyu tercapai


dari target 100 tercapai 113,15% desa yang mencapai target diantaranya : desa
sindangraja dari target 100% tercapai 136,20%, desa sukamulya dari target
100% tercapai 121,15%, desa panyusuhan dari taret 100% tercapai 120,60%,
desa babakansari dari target 100% tercapai 117,16%, desa mekarjaya target
100% tercapai 115,69, desa sukaluyu dari target 100 % tercapai 112,10% desa
sukasirna dari target 100% tercapai 104,56%, desa tanjungsari dari target 100%
tercapai 104,140%, desa hegarmanah dari taret 103,41%, desa yang tidak
tercapai yaitu desa selajambe dari taret 10 % tercapai 94,52%.
Cakupan Kunjungan KNL Tiap Desa

Puskesmas Sukaluyu Tahun 2019


NO NAMA DESA PENCAPAIA KESENJANG
TARGET N AN

Abs % Abs %

1 MEKARJAYA 80 94 91 114,43 20,43

2 PANYUSUHAN 116 94 140 120,60 26,6

3 SUKALUYU 148 94 166 112,10 18,1

4 SUKAMULYA 162 94 196 121,15 27,15

5 BABAKANSARI 116 94 136 117,16 22,16

6 TANJUNGSARI 140 94 146 104,40 10,4

7 SELAJAMBE 134 94 127 94,52

8 HEGARMANAH 133 94 136 101,91 7,91


9 SUKASIRNA 144 94 151 104,56 10,56

10 SINDANGRAJA 134 94 178 132,48 38,48

PUSKESMAS 1308 94 1467 112,16 18


Table 14 Cakupan kunjungan KNL

Keterangan :

Berdasarkan grafik diatas hasil cakupan KnL puskesmas sukaluyu mencapai


target dari target 94% tercapai 112,16%, Semua desa mencapai target, tiap desa
semuanya pencapaiannya melebihi target. Disini menunjukan ketidak
akuratannya data, kemungkinan disini sasaran riil lebih besar dari pada proyeksi.

Cakupan Kunjungan PKN Tiap Desa

Puskesmas Sukaluyu Tahun 2019


N NAMA DESA TARGET PENCAPAIAN KESENJANGAN
O
Ab
s % Abs %

1 MEKARJAYA 12 80 10 83,8 3,8

2 PANYUSUHAN 17 80 17 97,6 -17,6

3 SUKALUYU 22 80 8 36 -44

4 SUKAMULYA 24 80 13 53,6 -26,4

5 BABAKANSARI 17 80 5 28,7 -51,3

6 TANJUNGSARI 21 80 17 81 1

7 SELAJAMBE 20 80 21 104 24

8 HEGARMANAH 20 80 19 94,9 14.9


Table 15 Cakupan kunjungan PKN

Keterangan :

Berdasarkan grafik diatas, kunjungan PKN untuk puskesmas tidak


tercapai dari target 80 % tercapai 74,92 % desa yang tercapai diantaranya :
desaselajambe dengan target 80 % tercapai 104,19 % desa panyusuhan dari
target 80 % tercapai 97 ,63 %, desa hegarmanah dari target 80 % tercapai 94 ,92
% ,desa sukasirna daritarget 80 % tercapai 92,32 % , desa sindangraja dari target
80 % tercapai 84,35 % , desa mekarjaya dari target 80 % tercapai83,83 %, desa
tanjungsari daritarget 80 % tercapai 81,04 % desa yang tidak tercapai yaitu desa
sukamulya dari target 80 % tercapai 53,57 %, desa sukaluyu dari target 80 %
tercapai 36,02 % , desa babakansari dari target 80 % tercapai 28,71 %

Tabel 2.11

Data Kematian Ibu dan Bayi UPTD Puskesmas Sukaluyu Tahun

2019

USIA
J J
N DIAGN IB
NAMA DESA N BA M M DIAGNOSA
O BA OSA U
E LIT L L
YI
O A

2
PREMA
POS SC 3hr dg
1 MEKARJAYA 2 2 TUR dg 1
KOMPLIKASI
ASFIKS
I

2 PANYUSUHAN
NO Nama Desa DIAGNOSA
3 SUKALUYU
Post Partum SC 3 Post Partum SC 3 hr dg
hr dg komplikasi 2IUFD
Eklamsi
penyakit dan
3 3
PREMA
4 SUKAMULYA
1 Mekarjaya 1 TUR

2 Tanjungsari 1
7 BABAKANSARI

Table 19 kematian ibu di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukaluyu


PREMA
TUR dg POS SC 3 hr dg
8 TANJUNGSARI 1 1 1
ASFIKS post EKLAMSI
I

9 SELAJAMBE

1
SUKASIRNA
0

IUFD
1 dan,
HEGARMANAH 2 2
1 ASFIKS
I

1
SINDANGRAJA
2

1
Keterangan :
PUSKESMAS 8 8 2
3

Table 18 data kematian ibu dan bayi


Dari grafik diatas, selama tahun 2019 di UPTD Puskesmas Sukaluyu terdapat
kematian ibu 2 orang yang masing masing dengan diagnose: 1 orang dari desa
mekarjaya
Tabel 2 .12dengan diagnose post SC 3 hari dengan penyakit koplikasi dan satu
lagi desa tanjungasi kematian ibu dengan Diagnose Post SC 3 hari dengan
Kematianeklamsi.
diagnose Ibu di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukaluyu Tahun 2019

Tabel 2.14

Kematian Neonatus di Wilayah UPTD Puskesmas Sukaluyu tahun 2019


NO NAMA DIAGNOSA
DESA
IUFD PREMATUR DG
ASFIKSI

1 SUKAM 2 1
ULYA

2 MEKARJ 2
AYA

3 HEGAR 1 1
MANAH

4 TANJUN 1
GSARI

Table 20 Kematian Neonatus di Wilayah UPTD Puskesmas Sukaluyu


Keterangan:

Berdasarkan grafik diatas menunjukan bahwa di UPTD Puskesmas Sukaluyu ada

kematian neonatus 9 orang diantaranya yaitu :

1. Desa Sukamulya ada kematian neonatus 3 orang diantaranya yang 2

dengan diagnosa IUFD dan yang 1 orang lagi dengan diagnosa prematur
Pertolongan Persalinana Oleh Paraji

JML DI.TOLONG
NO DESA
PARAJI

1 PANYUSUHAN 13 ORANG

2 SINDANGRAJA 15 ORANG

3 MEKARJAYA 6 ORANG

4 SUKALUYU 6 ORANG

5 BABAKANSARI 2 ORANG

6 TANJUNGSARI 2 ORANG

7 SUKAMULYA

8 SELAJAMBE

9 HEGARMANAH

10 SUKASIRAN

PUSKESMAS 44 ORANG
Table 21 pertolongan persalinan oleh paraji

Keterangan :

Dilihat dari grafik diatas selama satu tahun yang di tolong sama paraji
keseluruhan desa berjumlah 44 0rang dengan peresntasi 3.207 % : Desa yang
masih ada yang di tolong oleh paraji diantaranya, desa panyusuhan dalam
setahun 13 orang dengan peresentase 10,66 %, Desa Sindangraja dalam satu
tahun ditolong sama paraji 15 orang dengan peentasi 10,64, Desa Mekarjaya
dalam setahun ditolong paraji 6 orang dengan pesentasi 7,23 %, desa sukaluyu
dalam setahun yang ditolong paraji 6 orang dengan presentasi 3,85 %, Desa
Babakansari dalam setahun yang ditolong sama paraji 2 orang dengan
presentasi 1.64 %, Desa tanjungsari yang ditolongan sama paraji 2 orang
dengan presentasi 1,36 %.

A. PRIORITAS MASALAH
N
MASALAH U S G TOTAL
O
1 Kunjungan PKN tdk tercapai 4 4 4 12
2 KB Tdk Tercapai 4 3 3 10

3 Kematian ibu 5 5 5 15

4 Kematian Neonatus 5 4 4 13

5 Masih ada pertolongan oleh 5 3 3 11

BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Kesimpulan prioritas masalah


Dari hasil perhitungan matriks, maka ditetapkan masalah yang
menjadi prioritas yaitu belum tercapainya Case Detection Rate.

5.2 Kerangka konsep masalah


Sasaran CDR yang belum tercapai di UPT Puskesmas Kecamatan
Sukaluyu merupakan keluaran yang tidak sesuai dengan target. Keluaran
merupakan salah satu unsur sistem, sehingga untuk mengatasi keluaran yang
tidak sesuai target harus dilihat kemungkinan adanya masalah dari masukan,
proses, uman balik dan lingkungan. Penyebab masalah dapat ditetapkan
dengan menggambarkan terlebih dahulu proses terjadinya masalah atau
kerangka konsepnya, sehingga diharapkan semua faktor penyebab masalah
dapat diketahui dan diidentifikasi.
Kerangka konsep belum tercapainya sasaran CDR di UPTD
Puskesmas Sukaluyu dapat dilihat sebagai berikut :

Belum
Belumtercapainya CDR
Tercapai CDR

SDM Pencatatan dan Penilaian

pelaporan
Kualitas dan
kuantitas SDM Pengawasan
program
Dana
Sarana Perencanaan

Biaya pelaksanaan Organisasi


Medis & Non program
Medis Pencatatan dan Pemeriksaan
Job list
pelaporan ulag dahak
Penyuluhan

PMO
Metode Penemuan
Masukan tersangka
Pembinaan & Proses
Penegakan
pelatihan
diagnosis
Pelaksanaan
Pengobatan

Lingkungan Akses pelayanan Masukan hasil


pemukiman kesehatan pelaporan
Sosial ekonomi
Lingkungan dan pendididkan
Umpan Balik

Bagan 1 . Kerangka Konsep


5.3 Estimasi penyebab masalah
Estimasi penyebab masalah belum tercapainya sasaran CDR akan
dibahas dengan pendekatan sistem yang mempertimbangkan unsur
masukan, proses, lingkungan dan umpan balik.
Komponen masukan terdiri dari banyak unsur, dari unsur tenaga yang
berpotensi menjadi penyebab masalah adalah kurangnya tenaga petugas
administrasi yang mencatat laporan maupun proses yang sedang berjalan
pada ibu hamil. Penyuluhan terhadap penderita dan keluarga serta
masyarakat belum maksimal. Poster mengenai kesehatan ibu anak hanya
satu, hal ini menunjukan kurangnya sosiallisasi pertolongan persalinan.
Penyuluhan terhadap pasien dan keluarga sudah dilakukan, namun kurang
efisien karena saat pasien dan keluarga mengambil obat ke puskesmas.
Penyuluhan kepada masyarakat juga kurang efektif dan efisien, sehingga
tindakan preventif juga minimal. Oleh karena itu bila tenaga kurang
memadai dan penyuluhan yang minimal, hal ini dapat menyulitkan
pelaksanaan program ini.
Komponen proses terdiri dari beberapa unsur, seperti pencatatan dan
pelaporan. Pengisian laporan tertulis pada tahun 201o tidak rapih dan tidak
lengkap.
Komponen umpan balik terdiri dari masukan hasil pelaporan setelah
dilaksanakannya program selama satu periode tidak didapatkan adanya
masukan untuk perbaikan program berikutnya. Hasil pelaporan ini
diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan Puskesmas untuk menyusun
rencana program pada periode selanjutnya sehingga diharapkan adanya
perbaikan dari yang sebelumnya.
5.4 Konfirmasi penyebab masalah
Konfirmasi penyebab masalah dibuat dengan melihat kembali
pencapaian di Puskesma dengan tolok ukur berdasarkan unsur sistem yang
bermasalah yaitu unsur masukan, proses dan umpan balik.
Tabel 5.2 Konfirmasi penyebab masalah pada komponen masukan
Penyebab
Unsur Tolok Ukur Pencapaian
Masalah
Tenaga Tenaga pelaksana minimal: 1 Terdapat 1 dokter, hanya (+)
dokter, 1 bidan, 1 petugas terdapat 1 perawat
administrasi, dan 1 analisis sebagai merangkap menjadi
pemeriksa laboratorium tenaga administrasi.
Dana Tersedianya dana khusus untuk Tersedianya dana yang (-)
pelaksanaan program yang berasal cukup lancar dari APBD,
dari APBD dan APBN APBN dan GF.
Sarana Tersedianya sarana: 1. Tersedia
1. Sarana medis: alat-alat
pemeriksaan seperti
stetoskop, senter,
timbangan, tersimeter, dan
termometer
2. Sarana non medis: ruangan 2. Tersedia
dilengkapi dengan ruang
tunggu yang terbuka
, ruang periksa pasien ,
ruang laboratorium, ruang
suntik, ruang obat, tempat
untuk memeriksa, lemari
penyimpanan obat, bangku
untuk ruang tunggu, status,
alat tulis, buku catatan
3. Sarana penyuluhan: 3. Tersedia, walaupun
brosur, poster hanya 1 poster.
4. Sarana khusus pencatatan 4. Tersedia
dan pelaporan
5. Laboratorium 5.
a.

(+)

Tabel 5.3 Konfirmasi penyebab masalah pada komponen proses


Penyebab
Unsur Tolok Ukur Pencapaian
Masalah
Perencanan Adanya perencanaan Perencanaan sudah dibuat (-)
operasional yang jelas: jenis
kegiatan, target kegiatan,
waktu kegiatan.

Organisasi Adanya struktur pelaksana Terdapat struktur pelaksana (-)


program
Adanya pembagian tugas dan Sudah terdapat pembagian
tanggung jawab yang jelas tugas yang jelas
● Sudah sesuai prosedur (-)
Penentuan diagnosis pasien
ibu hamil Sudah sesuai prosedur
Pengawasan Menelan Obat
Pemeriksaan antenatal care Sudah sesuai prosedur
Penyuluhan pertolingan PMO telah ditentukan
persalinan Sudah sesuai prosedur

Sudah dilakukan saat proses


pengobatan
Pencatatan Penilaian kegiatan dalam Laporan tertulis dilakukan
dan bentuk laporan tertulis secara secara periodik tahunan
pelaporan periodik
Pengisian laporan tertulis yang Laporan tertulis tidak (+)
lengkap lengkap
Penyimpanan laporan tertulis Penyimpanan laporan sudah
yang benar baik
Pengawasan Adanya pengawasan eksternal Pengawasan program (-)
maupun internal dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Depok dan secara
internal oleh kepala
puskesmas

Tabel 5.4 Konfirmasi penyebab masalah pada komponen umpan balik


Penyebab
Unsur Tolok Ukur Pencapaian
Masalah
a Tidak ada masukan untuk (+)
perbaikan program

5.5 Berbagai penyebab masalah


Berdasarkan tabel konfirmasi berdasarkan komponen masukan, proses dan
umpan balik diatas maka masalah masih terdapatnya kematian ibu dan
neonatus di UPT Puskesmas SUKALYU tahun 2021 adalah :
1. Komponen masukan :
- kurangnya tenaga atau SDM
- penyuluhan yang masih kurang efektif dan efisien kepada ibu
hamil, paraji, pasien dan masyarakat.
2. Komponen proses :
- Pencatatan dan pelaporan yang kurang lengkap.
3. Komponen umpan balik :
- Tidak ada masukan untuk perbaikan program sebagai umpan
balik program.

5.6 Penetapan prioritas penyebab masalah


Setelah dilakukan penyaringan penyebab masalah yang berpotensi
menyebabkan belum tercapanya , maka harus dilakukan pemilihan prioritas
penyebab masalah. Prioritas penyebab masalah harus dipilih karena penyebab
masalah yang timbul tidak dapat diselesaikan semuanya dalam waktu
bersamaan dan karena adanya keterbatasan kemampuan dalam
menyelesaikan masalah. Penetapan prioritas masalah dilakukan dengan
menggunakan teknik kriteria matriks.

Tabel 5.5 Prioritas Penyebab Masalah


Penentu Prioritas Total
Penyebab
No Masalah CxTxR
C T R

1. Kurangnya tenaga atau SDM 5 3 5 75

2. Penyuluhan yang masih kurang efektif dan 5 5 5 125


efisien kepada ibu hami;
3 Pertolongan oleh paraji 4 4 4 64

4 Tidak ada masukan untuk perbaikan program 3 4 3 36


sebagai umpan balik program.

Poin Contribution/C kurangnya tenaga kesehatan menyebabkan


kurang maksimalnya pelayanan yang dilakukan di Puskesmas, sehingga
pekerjaan menjadi tumpang tindih dan tidak terfokus, maka diberikan nilai
5. Penyuluhan yang kurang efektif dan efisien juga diberikan nilai 5 karena
penyuluhan pada proses masukan bertujuan untuk pencegahan tertularnya
infeksi ibu hamil. Pencatatan dan pelaporan yang kurang lengkap diberikan
nilai 4 serta nilai 3 pada masalah umpan balik yaitu tidak adanya masukan
untuk perbaikan program.
Poin Technical Feasibility/T tentang tenaga kesehatan memiliki
kelayakan teknologi yang sudah cukup maka hal ini diberi poin 3.
Penyuluhan membutuhkan sarana seperti poster, lembar balik, dan brosur
bahkan membutuhkan banyak sarana untuk membuat suatu acara
penyuluhan kepada masyarakat, sehingga diberikan nilai 5. Pencatatan dan
pelaporan serta masukan untuk perbaikan program masing-masing diberikan
nilai 4.
Poin Resources/R sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan tenaga atau SDM sangatlah penting untuk menunjang program,
begitu juga dengan kegiatan penyukuhan sehingga masing-masing diberi
nilai 5. Pencatatan dan pelaporan diberikan nilai 4 dan untuk masukan untuk
program diberikan nilai 3.
Berdasarkan tabel teknik kriteria matriks di atas maka prioritas
penyebab masalah adalah penyuluhan yang masih kurang efektif dan efisien
kepada paraji, pasien dan masyarakat.

5.7 Alternatif penyelesaian masalah


Berdasarkan penetapan prioritas penyebab masalah, didapatkan
alternatif pemecahan masalah dan penjabaran programnya adalah:
1. Penyuluhan kepada paraji, pasien dan masyarakat
Latar belakang : Penyuluhan dapat dilakukan secara langsung
maupun tidak langsung. Penyuluhan secara langsung seperti seminar
dan diskusi kelompok. Sedangkan penyuluhan secara tidak langsung
seperti menggunakan media yaitu poster, banner, brosur dan
spanduk. Semakin banyaknya penyuluhan mengenai pertolongan kia
dan kb diharapkan akan memberikan edukasi serta menurunkan
angka kematian ibu dan bayi
Tujuan : memberikan informasi tentang pentingnya
pertolongan persalinan yang baik dan benar serta memodifikasi
perilaku pasien, keluarga dan masyarakat agar kondusif bagi
kesehatan.
Alokasi dana :
Media promosi Rp. 100.000
Penyuluh/Ahli acara penyuluhan Rp. 250.000
Acara penyuluhan target > 50 peserta Rp. 500.000 +
Total Rp. 750.000

2. Pelatihan petugas dan kader kesehatan dalam rangka


meningkatkan kualitas penyuluhan
Latar belakang : petugas dan kader kesehatan perlu dilatih secara
berkala. Pelatihan ini sangat bermanfaat di masyarakat, terutama
untuk penjaringan suspek ibu hamil. Selain itu, meningkatnya
pengetahuan petugas kesehatan dan kader juga meningkatkan
pengetahuan masyrakat akan penyakit ibu hamil.
Tujuan : memberikan pelatihan kepada paraji dan kader
kesehatan agar pengetahuan tentang tatacara pertolongan persalinan
meningkat sehingga dapat dapat memberikan edukasi kepada paraji
untuk merujuk ke PONED PUSKESMAS
Alokasi dana :
Media promosi saat pelatihan Rp. 100.000
Ahli pelatihan Rp. 200.000
Konsumsi Rp. 70.000
ATK Rp. 30.000 +
Total Rp. 400.000

5.8 Memilih prioritas pemecahan masalah


Cara pemecahan masalah telah dibuat dan akan dipilih satu cara
pemecahan masalah yang dianggap paling baik dan memungkinkan.
Pemilihan prioritas cara dari pemecahan masalah ini dengan menggunakan
teknik kriteria matriks, yaitu dengan menentukan:
1. Efektifitas
Efektifitas terdiri dari beberapa faktor yaitu Magnitude (M),
Importancy (I), dan Vulnerability (V). Menetapkan nilai efektifitas
(effectiveness) untuk setiap alternatif jalan keluar, yaitu dengan
memberikan angka 1 (paling tidak efektif) sampai angka 5 (paling
efektif). Prioritas jalan keluar adalah yang nilai efektifitasnya paling
tinggi.
2. Efisiensi (C)
Nilai efisiensi berkaitan dengan biaya (Cost) yang diperlukan
untuk melaksanakan pemecahan masalah. Semakinkecil biaya, semakin
efisien, maka semakin kecil nilainya agara nilai pembaginya lebih kecil,
sehingga jalan keluarnya semakin baik.
3. Prioritas Pemecahan Masalah (P)
Nilai prioritas dinilai dari pembagian nilai C oleh hasil perkalian
nilai M x I x V. Hasil nilai yang tertinggi berarti prioritas jalan keluar
yang terpilih.

Tabel 5.6 Penentuan prioritas pemecahan masalah


No Alternatif Pemecahan Efektifitas Efisiens Jumlah
Masalah i (C) (P)
M I V MxIxV
C
1. Penyuluhan kepada ibu hamil, 5 3 4 4 15
keluarga pasien dan masyarakat

2. Pelatihan paraji dan kader 4 5 1 2 10


kesehatan dalam rangka
meningkatkan kualitas
penyuluhan

Hasil perhitungan matriks diatas menentukan bahwa prioritas


pemecahan masalah yang terpilih adalah penyuluhan yang dilakukan kepada
ibu hamil,paraji , keluarga dan masyarakat .
Penyuluhan yang dilakukan kepada paraji , keluarga dan masyarakat
Importancy (I) atau pentingnya jalan keluar, berhubungan dengan
kelanggengan penyelesaian masalah. Semakin langgeng selesai suatu
masalah, semakin penting jalan keluar tersebut. Pelatihan petugas dan kader
kesehatan dalam rangka meningkatkan kualitas penyuluhan diberikan nilai
yang lebih besar karena dengan terlatihnya petugas dan kader kesehatan,
maka program promotif dan preventif akan berjalan sesuai dengan target yang
ada. Sedangkan untuk penyuluhan yang dilakukan kepada penderita ibu
hamil, pasien dan keluarga akan berdampak hanya sesaat, sehingga diberikan
nilai yang lebih kecil.
Vulnerability (V) dinilai dari kecepatan jalan keluar dalam mengatasi
masalah yang ada. Penyuluhan yang dilakukan kepada penderita ibu hamil,
pasien dan keluarga secara langsung akan memberikan waktu yang lebih
singkat dalam mengatasi masalah dibandingkan pelatihan petugas dan kader
kesehatan, karena pelatihan petugas dan kader kesehatan masih menunggu
hasil keluaran dari pelatihan itu sendiri. Sehingga nilai yang lebih besar
diberikan pada penyuluhan dibandingkan dengan pelatihan, yaitu 4 dan 1
Efisiensi (cost) jalan keluar pada pelatihan petugas dan kader kesehatan
mendapatkan nilai yang kecil yaitu 2, penyuluhan yang dilakukan kepada
penderita ibu hamil, pasien dan keluarga diberikan nilai 4.

5.9 Proposal prioritas alternatif penyelesaian masalah

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan evaluasi program Pengendalian Tuberkulosis di UPTD
Puskesmas Sukaluyu Tahun 2019 adalah sebagai berikut :
a. Masalah dalam pelaksanaan program Pengendalian Tuberkulosis di
UPTD Puskesmas Sukaluyu tahun 2019 adalah belum tercapainya Case
Detection Rate (CDR) puskesmas (24.3%) lebih kecil dari indikator
yang seharusnya dicapai, yaitu 90%.
b. Penyebab masalahnya adalah pada komponen masukan yaitu
penyuluhan yang masih kurang efektif dan efisien kepada penderita ibu
hamil, pasien dan masyarakat.
c. Alternatif pemecahan masalah bagi pelaksanaan program tersebut
adalah penyuluhan kepada penderita ibu hamil, pasien dan masyarakat
secara langsung dan pelatihan petugas dan kader kesehatan dalam
rangka meningkatkan kualitas penyuluhan.
d. Pemecahan masalah yang terpilih adalah penyuluhan kepada penderita
ibu hamil, pasien dan masyarakat secara langsung.

6.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan. 2011. Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis di


Indonesia. Jakarta
2. Departemen Kesehatan RI. 2013. Identifikasi dan Obati, Mari Ciptakan
Dunia yang Bebas ibu hamil. Tersedia pada :
www.depkes.go.id/article/view/2280/menkes-identifikasi-dan-obati-mari-
ciptakan-dunia-yang-bebas-ibu hamil.html [Diakses tanggal 29 Juni 2015]
3. Departemen Kesehatan RI. 2011. ibu hamilC Masalah Kesehatan Dunia.
Tersedia pada : www.depkes.go.id/article/view/1444/ibu hamilc-masalah-
kesehatan-dunia.html [Diakses tanggal 29 Juni 2015]
4. Kementerian Kesehatan RI. 2015. Infodatin : Tuberkulosis ; Temukan Obati
Sampai Sembuh. Jakarta. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
RI. Hal. 1-7.
5. World Health Organization. 2019. Global Tuberkulosis Report 2019.
Switzerland. WHO Press. Hal. 32-33.
6. Kementerian Kesahatan RI. 2011. Strategi Nasional Pengendalian ibu hamil
di Indonesia 2010-2019. Jakarta. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan.
7. Departemen Kesehatan RI. 2011. Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis. Jakarta. Departemen Kesehatan.
8. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2015. kbbi.web.id/sistem.
9. Azwar, Azrul. 1996. Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Lebih Bermutu.
Jakarta. Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia. Hal. 103.
10. Marliana, Lina. 2008. Pelaksanaan Program. Tersedia pada : lib.ui.ac.id/file?
file=digital/122947-S-5237-Pelaksanaan%20program-Literatur.pdf [Diakses
tanggal 30 Juni 2015]
11. Anonim. 2011. Evaluasi Program. Tersedia pada :
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23917/3/Chapter%20II.pdf
[Diakses tanggal 30 Juni 2015]

Anda mungkin juga menyukai