Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH KONSEP IMUNISASI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 7

1. Septi Suci Aulia Saputri


2. Karisma Melania
3. Riski Erviana Putri
4. Rizky Billi Purnomo

Dosen Pengampu : Ns. Delta Aprianti, M. Kep

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PRODI S1 KEPERAWATAN (KONVERSI) UNIVED BENGKULU

TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat
dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“IMUNISASI”, guna menyelesaikan tugas Keperawatan Anak Sehat & Sakit
Akut yang diampu oleh dosen ibu Ns, Delta Aprianti, M. Kep.

Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan


dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini.

Harapan penyusun semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan


pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.

Penyusun menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...............................................................................i

DAFTAR ISI ..............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................1

1.2 Tujuan...........................................................................................2

1.3 Manfaat.........................................................................................2

BAB II TEORI/ISI.....................................................................................3

2.1 Pengertian Imunisasi.....................................................................3

2.2 Manfaat Imunisasi........................................................................3

2.3 Imunisasi Di Indonesia.................................................................4

2.4 Dasar Hukum Penyelenggaran Program Imunisasi......................4

2.5 Jenis Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi...............5

2.6 Jenis-Jenis Imunisasi....................................................................14

2.7 Jadwal Imunisasi...........................................................................23

2.8 KIPI..............................................................................................25

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN...................................................28

3.1 Kesimpulan...................................................................................28

3.2 Saran.............................................................................................28

BAB IV PENUTUP....................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................31

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit
menular yang merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan
sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai
Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya untuk menurunkan angka
kematian pada anak (Kemenkes RI, 2020)
Kegiatan Imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956.
Mulai tahun 1977 kegiatan Imunisasi diperluas menjadi Program
Pengembangan Imunisasi (PPI) dalam rangka pencegahan penularan terhadap
beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu
Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus serta Hepatitis B.
Beberapa penyakit yang saat ini menjadi perhatian dunia dan merupakan
komitmen global yang wajib diikuti oleh semua negara adalah eradikasi polio
(ERAPO), eliminasi campak dan rubela dan Eliminasi Tetanus Maternal dan
Neonatal (ETMN) (Kemenkes RI, 2020).
Dalam Undang - Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 dinyatakan
bahwa setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan
ketentuan untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat dihindari melalui
imunisasi dan pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap
bayi dan anak. Penyelenggaraan imunisasi tertuang dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 42 Tahun 2013 (Kemenkes RI, 2020).

1
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi/anak akibat
PD3I.
b. Tujuan Khusus
Tercapainya cakupan imunisasi dasar lengkap.

1.3 Manfaat
1. Untuk Anak : mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian.
2. Untuk Keluarga : menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan
bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin
bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
3. Untuk Negara : memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang
kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.

1.3

2
BAB II

TEORI/ISI

2.1 Pengertian Imunisasi


Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Imunisasi
adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu
saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan (Kemenkes RI, 2020).
Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif untuk
mencegah penularan penyakit dan upaya menurunkan angka kesakitan
dan kematian pada bayi dan balita (Mardianti & Farida, 2020).
Imunisasi merupakan upaya pencegahan primer yang efektif
untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi yang dapat dicegah
dengan imunisasi (Senewe et al., 2021).
Jadi Imunisasi ialah tindakan yang dengan sengaja memberikan
antigen atau bakteri dari suatu patogen yang akan menstimulasi sistem
imun dan menimbulkan kekebalan, sehingga hanya mengalami gejala
ringan apabila terpapar dengan penyakit tersebut.

2.2 Manfaat Imunisasi


Manfaat imunisasi tidak bisa langsung dirasakan atau tidak
langsung terlihat. Manfaat imunisasi yang sebenarnya adalah
menurunkan angka kejadian penyakit, kecacatan maupun kematian
akibat penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Imunisasi tidak hanya dapat memberikan perlindungan kepada
individu namun juga dapat memberikan perlindungan kepada populasi
Imunisasi adalah paradigma sehat dalam upaya pencegahan yang
paling efektif (Mardianti & Farida, 2020).
Imunisasi dapat memberikan perlindungan terhadap penyakit
infeksi, dengan adanya imunisasi dapat memberikan perlindungan

3
kepada indivudu dan mencegah seseorang jatuh sakit dan
membutuhkan biaya yang lebih mahal.

2.3 Imunisasi Di Indonesia


Di Indonesia, program imunisasi diatur oleh Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Pemerintah, bertanggungjawab
menetapkan sasaran jumlah penerima imunisasi, kelompok umur serta
tatacara memberikan vaksin pada sasaran. Pelaksaan program
imunisasi dilakukan oleh unit pelayanan kesehatan pemerintah dan
swasta. Institusi swasta dapat memberikan pelayanan imunisasi
sepanjang memenuhi persyaratan perijinan yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan, Di Indonesia pelayanan imunisasi dasar/
imunisasi rutin dapat diperoleh pada :
1. Pusat pelayanan yang dimiliki oleh pemerintah, seperti
Puskesmas, Posyandu, Puskesmas pembantu, Rumah Sakit atau
Rumah Bersalin
2. Pelayanan di luar gedung, namun diselenggarakan oleh
pemerintah misalnya pada saat diselenggarakan program Bulan
Imunisasi Anak Sekolah, pekan Imunisasi Nasional, atau melalui
kunjungan dari rumah ke rumah.
3. Imunisasi rutin juga dapat diperoleh pada bidan praktik swasta,
dokter praktik swasta atau rumah sakit swasta.

2.4 Dasar Hukum Penyelenggaraan Program Imunisasi


Dasar hukum penyelenggaraan program imunisasi :
1. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
Menular.
3. Undang-undang No. 1 tahun 1962 tentang Karantina Laut.
4. Undang-undang No. 2 tahun 1962 tentang Karantina Udara.
5. Keputusan Menkes No. 1611/Menkes/SK/XI/2005 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.

4
6. Keputusan Menkes No. 1626/ Menkes/SK/XII/2005 tentang
Pedoman Pemantauan dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Paska
Imunisasi (KIPI).

2.5 Jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi


1. TBC (Tuberculosis).
Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak dapat
terjadi karena terhirupnya percikan udara yang mengandung
kuman TBC. Kuman inii dapat menyerang berbagai organ tubuh,
seperti paru-paru (paling sering terjadi), kelenjar getah bening,
tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput otak (yang terberat).
Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada bayi yang
baru lahir sampai usia 12 bulan, tetapi imunisasi ini sebaiknya
dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan. Imunisasi ini cukup
diberikan satu kali saja. Bila pemberian imunisasi ini “berhasil,”
maka setelah beberapa minggu di tempat suntikan akan timbul
benjolan kecil. Karena luka suntikan meninggalkan bekas, maka
pada bayi perempuan, suntikan sebaiknya dilakukan di paha kanan
atas. Biasanya setelah suntikan BCG diberikan, bayi tidak
menderita demam.
2. Difteri.
Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae. Mudah menular dan
menyerang terutama saluran napas bagian atas dengan gejala
Demam tinggi, pembengkakan pada amandel (tonsil ) dan terlihat
selaput putih kotor yang makin lama makin membesar dan dapat
menutup jalan napas. Racun difteri dapat merusak otot jantung
yang dapat berakibat gagal jantung. Penularan umumnya melalui
udara (betuk/bersin) selain itu dapat melalui benda atau makanan
yang terkontamiasi.Pencegahan paling efektif adalah dengan
imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis sebanyak tiga
kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang penyuntikan

5
satu–dua bulan. Pemberian imunisasi ini akan memberikan
kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus
dalam waktu bersamaan. Efek samping yang mungkin akan timbul
adalah demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit, cara
mengatasinya cukup diberikan obat penurun panas
3. Pertusis
Penyakit Pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan “
Batuk Seratus Hari “ adalah penyakit infeksi saluran yang
disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis. Gejalanya khas yaitu
batuk yang terus menerus sukar berhenti, muka menjadi merah
atau kebiruan dan muntah kadang-kadang bercampur darah. Batuk
diakhiri dengan tarikan napas panjang dan dalam berbunyi
melengking.Penularan umumnya terjadi melalui udara
(batuk/bersin). Pencegahan paling efektif adalah dengan
melakukan imunisasi bersamaan dengan Tetanus dan Difteri
sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang
pentuntikan.
4. Tetanus
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yan
berbahaya karena mempengaruhi sistim urat syaraf dan otot.
Gejala tetanus umumnya diawali dengan kejang otot rahang
(dikenal juga dengan trismus atau kejang mulut) bersamaan
dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot
leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat
ke otot perut, lengan atas dan paha. Neonatal tetanus umumnya
terjadi pada bayi yang baru lahir. Neonatal tetanus menyerang
bayi yang baru lahir karena dilahirkan di tempat yang tidak bersih
dan steril, terutama jika tali pusar terinfeksi. Neonatal tetanus
dapat menyebabkan kematian pada bayi dan banyak terjadi di
negara berkembang. Sedangkan di negara-negara maju, dimana
kebersihan dan teknik melahirkan yang sudah maju tingkat
kematian akibat infeksi tetanus dapat ditekan. Selain itu antibodi

6
dari ibu kepada jabang bayinya yang berada di dalam kandungan
juga dapat mencegah infeksi tersebut. Infeksi tetanus disebabkan
oleh bakteri yang disebut dengan Clostridium tetani yang
memproduksi toksin yang disebut dengan tetanospasmin.
Tetanospasmin menempel pada urat syaraf di sekitar area luka dan
dibawa ke sistem syaraf otak serta saraf tulang belakang, sehingga
terjadi gangguan pada aktivitas normal urat syaraf. Terutama pada
syaraf yang mengirim pesan ke otot. Infeksi tetanus terjadi karena
luka. Baik karena terpotong, terbakar, aborsi , narkoba (misalnya
memakai silet untuk memasukkan obat ke dalam kulit) maupun
frosbite. Walaupun luka kecil bukan berarti bakteri tetanus tidak
dapat hidup di sana. Sering kali orang lalai, padahal luka sekecil
apapun dapat menjadi tempat berkembang biaknya bakteria
tetanus. Periode inkubasi tetanus terjadi dalam waktu 3-14 hari
dengan gejala yang mulai timbul di hari ketujuh. Dalam neonatal
tetanus gejala mulai pada dua minggu pertama kehidupan seorang
bayi. Walaupun tetanus merupakan penyakit berbahaya, jika cepat
didiagnosa dan mendapat perawatan yang benar maka penderita
dapat disembuhkan. Penyembuhan umumnya terjadi selama 4-6
minggu. Tetanus dapat dicegah dengan pemberian imunisasi
sebagai bagian dari imunisasi DPT. Setelah lewat masa kanak-
kanak imunisasi dapat terus dilanjutkan walaupun telah dewasa.
Dianjurkan setiap interval 5 tahun : 25, 30, 35 dst. Untuk wanita
hamil sebaiknya diimunisasi juga dan melahirkan di tempat yang
terjaga kebersihannya
5. Polio
Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio
adalah anak mendadak lumpuh pada salah satu anggota geraknya
setelah demam selama 2-5 hari. Terdapat 2 jenis vaksin yang
beredar, dan di Indonesia yang umum diberikan adalah vaksin
Sabin (kuman yang dilemahkan). Cara pemberiannya melalui
mulut. Di beberapa negara dikenal pula Tetravaccine, yaitu

7
kombinasi DPT dan polio. Imunisasi dasar diberikan sejak anak
baru lahir atau berumur beberapa hari dan selanjutnya diberikan
setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan
bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi
ulangan diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT
Pemberian imunisasi polio akan menimbulkan kekebalan aktif
terhadap penyakit Poliomielitis. Imunisasi polio diberikan
sebanyak empat kali dengan selang waktu tidak kurang dari satu
bulan imunisasi ulangan dapat diberikan sebelum anak masuk
sekolah (5 – 6 tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12
tahun).Cara memberikan imunisasi polio adalah dengan
meneteskan vaksin polio sebanyak dua tetes langsung kedalam
mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang dicampur
dengan gula manis. Imunisasi ini jangan diberikan pada anak yang
lagi diare berat. Efek samping yang mungkin terjadi sangat
minimal dapat berupa kejang-kejang
6. Influenza
Influenza adalah penyakit infeksi yang mudah menular dan
disebabkan oleh virus influenza, yang menyerang saluran
pernapasan. Penularan virus terjadi melalui udara pada saat
berbicara, batuk dan bersin, Influenza sangat menular selama 1 – 2
hari sebelum gejalanya muncul, itulah sebabnya penyebaran virus
ini sulit dihentikan.Berlawanan dengan pendapat umum, influenza
bukan batuk – pilek biasa yang tidak berbahaya. Gejala Utama
infleunza adalah: Demam, sakit kepala, sakit otot diseluruh badan,
pilek, sakit tenggorok, batuk dan badan lemah. Pada Umumnya
penderita infleunza tidak dapat bekerja/bersekolah selama
beberapa hari.Dinegara-negara tropis seperti Indonesia, influenza
terjadi sepanjang tahun. Setiap tahun influenza menyebabkan
ribuan orang meninggal diseluruh dunia. Biaya pengobatan, biaya
penanganan komplikasi, dan kerugian akibat hilangnya hari kerja
(absen dari sekolah dan tempat kerja) sangat tinggi.Berbeda

8
dengan batuk pilek biasa influenza dapat mengakibatkan
komplikasi yang berat. Virus influenza menyebabkan kerusakan
sel-sel selaput lendir saluran pernapasan sehingga penderita sangat
mudah terserang kuman lain, seperti pneumokokus, yang
menyebabkan radang paru (Pneumonia) yang berbahaya. Selain
itu, apabila penderita sudah mempunyai penyakit kronis lain
sebelumnya (Penyakit Jantung, Paru-paru, ginjal, diabetes dll),
penyakit-penyakit itu dapat menjadi lebih berat akibat influenza.
Vaksin influenza diberikan dengan dosis tergantung usia anak.
Pada usia 6-35 bulan cukup 0,25 mL. Anak usia >3 tahun,
diberikan 0,5 mL. Pada anak berusia 8 tahun, maka dosis pertama
cukup 1 dosisi saja.
7. Demam Tifoid
Penyakit Demam Tifoid adalah infeksi akut yang
disebabkan oleh Salmonella Typhi yang masuk melalui saluran
pencernaan dan menyebar keseluruh tubuh (sistemik), Bakteri ini
akan berkembang biak di kelenjar getah bening usus dan
kemudian masuk kedalam darah sehingga meyebabkan
penyebaran kuman dalam darah dan selanjutnya terjadilah
peyebaran kuman kedalam limpa, kantung empedu, hati, paru-
paru, selaput otak dan sebagainya. Gejala-gejalanya adalah:
Demam, dapat berlangsung terus menerus. Minggu Pertama, suhu
tubuh berangsur-angsur meningat setiap hari, biasanya menurun
pada pagi hari dan meningkat pada sore/malam hari. Minggu
Kedua, Penderita terus dalam keadaan demam. Minggu ketiga,
suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali diakhir
minggu. gangguan pada saluran pencernaan, nafas tak sedap, bibir
kering dan pecah-pecah, lidah ditutupi selaput lendir kotor, ujung
dan tepinya kemerahan. Bisa juga perut kembung, hati dan limpa
membesar serta timbul rasa nyeri bila diraba. Biasanya sulit buang
air besar, tetapi mungkin pula normal dan bahkan dapat terjadi
diare. gangguan kesadaran, Umumnya kesadaran penderita

9
menurun walaupun tidak seberapa dalam, yaitu menjadi apatis
sampai somnolen. Bakteri ini disebarkan melalui tinja. Muntahan,
dan urin orang yang terinfeksi demam tofoid, yang kemudian
secara pasif terbawa oleh lalat melalui perantara kaki-kakinya dari
kakus kedapur, dan mengkontaminasi makanan dan minuman,
sayuran ataupun buah-buahan segar. Mengkonsumsi makanan /
minuman yang tercemar demikian dapat menyebabkan manusia
terkena infeksi demam tifoid. Salah satu cara pencegahannya
adalah dengan memberikan vaksinasi yang dapat melindungi
seseorang selama 3 tahun dari penyakit Demam Tifoid yang
disebabkan oleh Salmonella Typhi. Pemberian vaksinasi ini
hampir tidak menimbulkan efek samping dan kadang-kadang
mengakibatkan sedikit rasa sakit pada bekas suntikan yang akan
segera hilang kemudian
8. Hepatitis
Penyakit hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis tipe B
yang menyerang kelompok resiko secara vertikal yaitu bayi dan
ibu pengidap, sedangkan secara horizontal tenaga medis dan para
medis, pecandu narkoba, pasien yang menjalani hemodialisa,
petugas laboratorium, pemakai jasa atau petugas akupunktur.
9. Meningitis
Penyakit radang selaput otak (meningitis) yang disebabkan
bakteri Haemophyllus influenzae tipe B atau yang disebut bakteri
Hib B merupakan penyebab tersering menimbulkan meningitis
pada anak berusia kurang dari lima tahun. Penyakit ini berisiko
tinggi, menimbulkan kematian pada bayi. Bila sembuh pun, tidak
sedikit yang menyebabkan cacat pada anak. Meningitis bukanlah
jenis penyakit baru di dunia kesehatan. Meningitis adalah infeksi
pada lapisan otak dan urat saraf tulang belakang. Penyebab
meningitis sendiri bermacam-macam, sebut saja virus dan bakteri.
Meningitis terjadi apabila bakteri yang menyerang menjadi ganas
ditambah pula dengan kondisi daya tahan tubuh anak yang tidak

10
baik, kemudian ia masuk ke aliran darah, berlanjut ke selaput otak.
Nila sudah menyerang selaput otak (meningen) dan terjadi infeksi
maka disebutlah sebagai meningitis.
10. Pneumokokus
Penyakit yang disebabkan oleh kuman pneumokokus sering
juga disebut sebagai penyakit pneumokokus. Penyakit ini dapat
menyerang siapa saja dengan angka tertinggi menyerang anak usia
kurang dari 5 tahun dan usia di atas 50 tahun. Terdapat kelompok
lain yang memiliki resiko tinggi terserang pneumokokus
(meskipun dari segi usia bukan risiko tinggi), yaitu anak dengan
penyakit jantung bawaan, HIV, thalassemia, dan anak dengan
keganasan yang sedang mendapatkan kemoterapi serta kondisi
medis lain yang menyebabkan kekebalan tubuh berkurang.
11. MMR ((Mumps Measles Rubella)
a. Mumps (parotitis atau gondongan)
Penyakit mumps (parotitis) disebabkan virus mumps
yang menyerang kelenjar air liur di mulut, dan banyak
diderita anak-anak dan orang muda. Semakin tinggi usia
penderita mumps, gejala yang dirasakan semakin hebat.
Kebanyakan orang menderita penyakit mumps hanya
sekali seumur hidup.
Pencegahan mumps paling efektif adalah dengan
imunisasi bersamaan dengan campak dan rubella
(vaksinasi MMR) sebanyak 2 kali dengan selang
penyuntikan 1-2 bulan. Setelah lewat masa kanak-kanak,
imunisasi mumps terus dilanjutkan walaupun telah dewasa,
bersamaan dengan campak dan rubella (vaksinasi MMR).
Pemberian imunisasi MMR akan memberikan kekebalan
aktif terhadap penyakit mumps, campak dan rubella.
b. Measles (campak)
Penyakit measles (campak) disebabkan virus
campak. Gejala campak yaitu demam, menggigil, serta

11
hidung dan mata berair. Timbul ruam-ruam pada kulit
berupa bercak dan bintil merah pada kulit muka, leher, dan
selaput lendir mulut. Saat penyakit campak memuncak,
suhu tubuh bisa mencapai 40oC.
Pencegahan campak paling efektif adalah dengan
imunisasi campak. Imunisasi campak diberikan saat bayi
berumur 9 bulan. Campak juga dapat dicegah dengan
pemberian imunisasi sebagai bagian vaksinasi MMR.
Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi campak terus
dilanjutkan walaupun telah dewasa, bersamaan dengan
mumps dan rubella (vaksinasi MMR). Imunisasi MMR
diberikan sebanyak 2 kali dengan selang penyuntikan 1-2
bulan.
c. Rubella (campak Jerman)
Penyakit rubella disebabkan virus rubella. Rubella
mengakibatkan ruam pada kulit menyerupai campak,
radang selaput lendir, dan radang selaput tekak. Ruam
rubella biasanya hilang dalam waktu 2-3 hari. Gejala
rubella berupa sakit kepala, kaku pada persendian, dan rasa
lemas. Biasanya rubella diderita setelah penderita berusia
belasan tahun atau dewasa. Bila bayi baru lahir atau anak
balita terinfeksi rubella, bisa mengakibatkan kebutaan. Bila
wanita hamil terinfeksi rubella, dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin. Bayi umumnya lahir dengan cacat fisik
(buta tuli) dan keterbelakangan mental.
Pencegahan rubella paling efektif adalah dengan
imunisasi bersamaan dengan campak dan mumps
(vaksinasi MMR) sebanyak 2 kali dengan selang
penyuntikan 1-2 bulan. Setelah lewat masa kanak-kanak,
imunisasi rubella terus dilanjutkan walaupun telah dewasa,
bersamaan dengan campak dan mumps (vaksinasi MMR).

12
12. Rotavirus
Infeksi diare pada anak paling sering disebabkan karena
infeksi rotavirus. Infeksi diare karena rotavirus ini sering
diistilahkan muntaber atau muntah berak. Gejala infeksi rotavirus
berupa demam ringan, diawali muntah sering, diare hebat, dan
atau nyeri perut. Muntah dan diare merupakan gejala utama
infeksi rotavirus dan dapat berlangsung selama 3 – 7 hari. Infeksi
rotavirus dapat disertai gejala lain yaitu anak kehilangan nafsu
makan, dan tanda-tanda dehidrasi. Infeksi rotavirus dapat
menyebabkan dehidrasi ringan dan berat, bahkan kematian. Infeksi
ini seringkali tidak berhubungan dengan makanan kotor atau
makanan basi atau air kotor. Tetapi penularannya lebih sering
lewat fecal oral atau kotoran masuk melalui mulut. Biasanya virus
yang tersebar lewat muntahan tersebar di sekitar mainan, pintu,
lantai atau di sekitar anak-anak. Saat tangan anak tersentuh virus
melalui muntahan atau bekas feses yang tidak dicuci bersih dapat
masuk ke tubuh saat anak makan atau tangan masuk ke mulut.
Angka kejadian kematian diare masih tinggi di Indonesia dan
untuk mencegah di are karena rotavirus, digunakan vaksin
rotavirus. Vaksin rotavirus yang beredar di Indonesia saat ini ada
2 macam. Pertama Rotateq diberikan sebanyak 3 dosis: pemberian
pertama pada usia 6-14 minggu dan pemberian ke-2 setelah 4-8
minggu kemudian, dan dosisi ke-3 maksimal pada usia 8 bulan.
Kedua, Rotarix diberikan 2 dosis: dosis pertama diberikan pada
usia 10 minggu dan dosis kedua pada usia 14 minggu (maksimal
pada usia 6 bulan). Apabila bayi belum diimunisasi pada usia
lebih dari 6-8 bulan, maka tidak perlu diberikan karena belum ada
studi keamanannya.

13
13. Varisela
Cacar air merupakan penyakit menular yang menimbulkan
bekas bopeng di beberapa bagian tubuh. Penyakit yang disebabkan
oleh virus varicella ini bisa dicegah dengan pemberian vaksin
varicella.
14. Hepatitis A
Hepatitis A merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus hepatitis tipe A dan menyerang sel-sel hati manusia. Setiap
tahunnya di Asia Tenggara, kasus hepatitis A menyerang sekitar
400.000 orang per tahunnya dengan angka kematian hingga 800
jiwa. Sebagian besar penderita hepatitis A adalah anak-anak.

2.6 Jenis- Jenis Imunisasi


1. Imunisasi kekebalan tubuh ada 2 macam, yaitu:
a. Imunisasi aktif
Imunisasi aktif dapat timbul ketika seseorang
bersinggungan dengan, sebagai contoh, mikroba. Sistem
kekebalan akan membentuk antibodi dan perlindungan/perlawanan
lainnya terhadap mkroba. Imunisasi aktif buatan adalah dimana
mikroba, atau bagian darinya, diinjeksikan kepada seseorang
sebelum ia dapat melakukannya secara alami. Contoh vaksin
hidup yang telah dilemahkan meliputi tampek, gondongan,
rubella, atau kombinasi ketiganya dalam satu vaksin sebagai
vaksin MMR, demam kuning (yellow fever), cacar air (varicella),
rotavirus, dan vaksin influenza.
b. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif adalah elemen-elemen pra-sintesa dari
sistem kekebalan yang dipindahkan kepada seseorang, sehingga
tubuhnya tidak perlu membuatnya sendiri elemen-elemen tersebut.
Akhir-akhir ini, antibodi dapat digunakan untuk imunisasi pasif.
Metode imunisasi ini bekerja sangat cepat, tetapi juga berakhir
cepat, karena antibodi akan pecah dengan sendirinya, dan jika tak

14
ada sel-sel B untuk membuat lebih banyak antibodi, maka mereka
akan hilang. Imunisasi pasif terdapat secara fisiologi, ketika
antibodi-antibodi dipindahkan dari ibu ke janin selama kehamilan,
untuk melindungi janin sebelum dan sementara waktu sesudah
kelahiran. Imunisasi pasif buatan umumnya diberikan melalui
injeksi dan digunakan jika ada wabah penyakit tertentu atau
penanganan darurat keracunan, seperti pada tetanus. Antibodi-
antibodi ini dapat dibuat menggunakan binatang, dinamai “terapi
serum”, meskipun ada kemungkinan besar terjadinya syok
anafilaksis, karena sistem kekebalan yang melawan serum
binatang tersebut. Jadi, antibodi manusia dihasilkan secara in vitro
melalui kultur sel dan digunakan menggantikan antibodi dari
binatang, jika tersedia. Di kota-kota besar di Indonesia selalu
tersedia vaksin rabies untuk mereka yang ingin mendapatkan
kekebalan terhadap rabies dan serum anti-rabies bagi mereka yang
dikhawatirkan sudah terjangkit rabies, karena misalnya habis
digigit anjing atau monyet.
2. Imunisasi Berdasarkan Sifat Penyelenggaraannya
Berdasarkan sifat penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan
menjadi :
a. Imunisasi program
Imunisasi Program terdiri atas:
1) Imunisasi rutin
i. Imunisasi dasar
Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum
berusia 1 (satu) tahun dan terdiri atas imunisasi
terhadap penyakit:
 hepatitis B
 poliomyelitis
 tuberkulosis
 difteri
 pertusis

15
 tetanus
 pneumonia dan meningitis yang disebabkan
oleh Hemophilus Influenza tipe b (Hib)
 campak.
ii. Imunisasi lanjutan.
Imunisasi lanjutan merupakan ulangan Imunisasi
dasar untukmempertahankan tingkat kekebalan dan
untuk memperpanjang masa perlindungan anak
yang sudah mendapatkan Imunisasi dasar.
Imunisasi lanjutan diberikan pada:
 anak usia bawah dua tahun (Baduta)
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada
Baduta terdiri atas imunisasi terhadap
penyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis
B, pneumonia dan meningitis yang
disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe
b (Hib), serta campak.
 anak usia sekolah dasar
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada
anak usia sekolah dasar terdiri atas
Imunisasi terhadap penyakit campak,
tetanus, dan difteri yang diberikan pada
bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) yang
diintegrasikan dengan usaha kesehatan
sekolah.
 wanita usia subur (WUS).
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada
WUS terdiri atas Imunisasi terhadap
penyakit tetanus dan difteri.

16
2) Imunisasi tambahan
Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi
tertentu yang diberikan pada kelompok umur tertentu yang
paling berisiko terkena penyakit sesuai dengan kajian
epidemiologis pada periode waktu tertentu.
Pemberian Imunisasi tambahan sebagaimana
dilakukan untuk melengkapi Imunisasi dasar dan/atau
lanjutan pada target sasaran yang belum tercapai.
3) Imunisasi khusus
Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi
seseorang dan masyarakat terhadap penyakit tertentu pada
situasi tertentu. Situasi tertentu berupa persiapan
keberangkatan calon jemaah haji/umroh, persiapan
perjalanan menuju atau dari negara endemis penyakit
tertentu, dan kondisi kejadianluar biasa/wabah penyakit
tertentu.
Imunisasi khususberupa Imunisasi terhadap
meningitis meningokokus, yellow fever (demam kuning),
rabies, dan poliomyelitis.
b. Imunisasi pilihan.
Imunisasi Pilihan dapat berupa Imunisasi terhadap penyakit:
pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh
pneumokokus;
 diare yang disebabkan oleh rotavirus;
 influenza;
 cacar air (varisela);
 gondongan (mumps);
 campak jerman (rubela);
 demam tifoid;
 hepatitis A;
 kanker leher rahim yang disebabkan oleh Human
Papillomavirus;

17
 Japanese Enchephalitis;
 herpes zoster;
 hepatitis B pada dewasa
 demam berdarah.
3. 5 Macam Imunisasi dasar :
a. Vaksin BCG
Vaksin BCG mengandung kuman BCG yang masih hidup
namun telah dilemahkan. Imunisasi BCG berfungsi untuk
mencegah penularan Tuberkulosis (TBC) tuberkulosis
disebabkan oleh sekelompok bakteria bernama Mycobacterium
tuberculosis complex.
1) Penyimpanan :lemari es, suhu 2-8º C
2) Dosis :0.05 ml
3) Kemasan :ampul dengan bahan pelarut 4 ml (NaCl Faali)
4) Masa kadaluarsa :satu tahun setelah tanggal pengeluaran
(dapat dilihat pada label)
5) Reaksi imunisasi :biasanya tidak demam
6) Cara pemberian
Imunisasi BCG disuntikan secara intrakutan di daerah lengan
kanan atas. Disuntikan ke dalam lapisan kulit dengan
penyerapan pelan-pelan. Dalam memberikan suntikan
intrakutan, agar dapat dilakukan dengan tepat, harus
menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10 mm,
ukuran 26).
7) Efek samping :jarang dijumpai, bisa terjadi pembeng-kakan
kelenjar getah bening setempat yang terbatas dan biasanya
menyembuh sendiri walaupun lambat
8) Kontra Indikasi :tidak ada larangan, kecuali pada anak yang
berpenyakit TBC atau uji mantoux positif dan adanya penyakit
kulit berat/menahun.

18
b. Vaksin DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus)
Di Indonesia ada 3 jenis kemasan : kemasan tunggal khusus
tetanus, kombinasi DT (diphteri tetanus) dan kombinasi DPT.
Vaksin diphteri terbuat dari toksin kuman diphteri yang telah
dilemahkan (toksoid), biasanya diolah dan dikemas bersama-
sama dengan vaksin tetanus dalam bentuk vaksin DT, atau
dengan vaksin tetanus dan pertusis dalam bentuk vaksin DPT.
Vaksin tetanus yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah
toksoid tetanus, yaitu toksin kuman tetanus yang telah
dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Ada tiga kemasan
vaksin tetanus yaitu tunggal, kombinasi dengan diphteri dan
kombinasi dengan diphteri dan pertusis. Vaksin pertusis
terbuat dari kuman Bordetella pertusis yang telah dimatikan.
1) Penyimpanan : lemari es, suhu 2-8º C
2) Dosis : 0.5 ml, tiga kali suntikan, interval minimal 4 mg
3) Kemasan : Vial 5 ml
4) Masa kadaluarsa : Dua tahun setelah tanggal pengeluaran
(dapat dilihat pada label)
5) Reaksi imunisasi :demam ringan, pembengkakan dan nyeri
di tempat suntikan selama 1-2 hari
6) Efek samping :Gejala-gejala yang bersifat sementara
seperti lemas, demam, kemerahan pada tempat suntikan.
Kadang-kadang terdapat efek samping yang lebih berat,
seperti demam tinggi atau kejang, yang biasanya
disebabkan unsur pertusisnya.
7) Indikasi kontra :Anak yang sakit parah, anak yang
menderita penyakit kejang demam kompleks, anak yang
diduga menderita batuk rejan, anak yang menderita
penyakit gangguan kekebalan. Batuk, pilek, demam atau
diare yang ringan bukan merupakan kotra indikasi yang
mutlak, disesuaikan dengan pertimbangan dokter.

19
c. Vaksin Poliomielitis
Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran, yang masing-masing
mengandung virus polio tipe I, II dan III; yaitu (1) vaksin yang
mengandung virus polio yang sudah dimatikan (salk), biasa
diberikan dengan cara injeksi, (2) vaksin yang mengandung
virus polio yang hidup tapi dilemahkan (sabin), cara
pemberian per oral dalam bentuk pil atau cairan (OPV) lebih
banyak dipakai di Indonesia.
1) Penyimpanan : OPV : Freezer, suhu -20º C
2) Dosis : 2 tetes mulut
3) Kemasan : vial, disertai pipet tetes
4) Masa kadaluarsa : OPV : dua tahun pada suhu -20°C
5) Reaksi imunisasi : biasanya tidak ada, mungkin pada bayi ada
berak-berak ringan
6) Efek samping : hampir tidak ada, bila ada berupa kelumpuhan
anggota gerak seperti polio sebenarnya.
7) Kontra Indikasi : diare berat, sakit parah, gangguan kekebalan
d. Vaksin Campak
Mengandung vaksin campak hidup yang telah dilemahkan.
Kemasan untuk program imunisasi dasar berbentuk kemasan
kering tunggal. Namun ada vaksin dengan kemasan kering
kombinasi dengan vaksin gondong/ mumps dan rubella
(campak jerman) disebut MMR.
1) Penyimpanan :Freezer, suhu -20º C
2) Dosis :setelah dilarutkan, diberikan 0.5 ml
3) Kemasan :vial berisi 10 dosis vaksin yang
dibekukeringkan, beserta pelarut 5 ml (aquadest)
4) Masa kadaluarsa :2 tahun setelah tanggal pengeluaran
(dapat dilihat pada label)
5) Reaksi imunisasi :biasanya tidak terdapat reaksi. Mungkin
terjadi demam ringan dan sedikit bercak merah pada pipi di

20
bawah telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan, atau
pembengkakan pada tempat penyuntikan.
6) Efek samping :sangat jarang, mungkin dapat terjadi kejang
ringan dan tidak berbahaya pada hari ke 10-12 setelah
penyuntikan. Dapat terjadi radang otak 30 hari setelah
penyuntikan tapi angka kejadiannya sangat rendah.
7) Kontra Indikasi :sakit parah, penderita TBC tanpa
pengobatan, kurang gizi dalam derajat berat, gangguan
kekebalan, penyakit keganasan. Dihindari pula pemberian
pada ibu hamil.
e. Vaksin Hepatitis B
Imunisasi aktif dilakukan dengan suntikan 3 kali dengan jarak
waktu satu bulan antara suntikan 1 dan 2, lima bulan antara
suntikan 2 dan 3. Namun cara pemberian imunisasi tersebut
dapat berbeda tergantung pabrik pembuat vaksin. Vaksin
hepatitis B dapat diberikan pada ibu hamil dengan aman dan
tidak membahayakan janin, bahkan akan membekali janin
dengan kekebalan sampai berumur beberapa bulan setelah
lahir.
a. Reaksi imunisasi :nyeri pada tempat suntikan, yang
mungkin disertai rasa panas atau pembengkakan. Akan
menghilang dalam 2 hari.
b. Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali pemberian
c. Kemasan :HB PID
d. Efek samping :selama 10 tahun belum dilaporkan ada efek
samping yang berarti
e. Indikasi kontra :anak yang sakit berat.

21
f. Vaksin DPT/ HB (COMBO)
Mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang
dimurnikan dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin Hepatitis B
yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg
murni dan bersifat non infectious.
a. Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali
b. Kemasan :Vial 5 ml
c. Efek samping :gejala yang bersifat sementara seoerti lemas,
demam, pembengkakan dan kemerahan daerah suntikan.
Kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas,
meracau yang terjadi 24 jam setelah imunisasi. Reaksi yang
terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang dalam 2 hari
d. Kontra indikasi:gejala keabnormalan otak pada bayi baru lahir
atau gejala serius keabnormalan pada saraf yang merupakan
kontraindikasi pertusis, hipersensitif terhadap komponen
vaksin, penderia infeksi berat yang disertai kejang.

22
2.7 Jadwal Imunisasi
1. Imunisasi Rutin
a. Imunisasi dasar

Catatan :
 Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi <24
jam pasca persalinan, dengan didahului suntikan vitamin K1 2-3
jam sebelumnya, khusus daerah dengan akses sulit, pemberian
Hepatitis B masih diperkenankan sampai <7 hari.
 Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik
Swasta, Imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum
dipulangkan.
 Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, dapat
diberikan sampai usia <1 tahun tanpa perlu melakukan tes
mantoux.
 Bayi yang telah mendapatkan Imunisasi dasar DPT-HBHib 1,
DPT-HB-Hib 2, dan DPT-HB-Hib 3 dengan jadwal dan interval
sebagaimana Tabel 1, maka dinyatakan mempunyai status
Imunisasi T2.
 IPV mulai diberikan secara nasional pada tahun 2016
 Pada kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat
diberikan sebelum bayi berusia 1 tahun.

23
b. Imunisasi Lanjutan
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Bawah Dua Tahun

Catatan:
 Pemberian Imunisasi lanjutan pada baduta DPT-HB-
Hib dan Campak dapat diberikan dalam rentang usia
18-24 bulan
 Baduta yang telah lengkap Imunisasi dasar dan
mendapatkan Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib
dinyatakan mempunyai status Imunisasi T3.
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Usia Sekolah Dasar

Catatan:
 Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap Imunisasi
dasar dan Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib serta
mendapatkan Imunisasi DT dan Td dinyatakan
mempunyai status Imunisasi T5.
Imunisasi Lanjutan pada Wanita Usia Subur (WUS)

Catatan:

24
 Sebelum Imunisasi, dilakukan penentuan status
Imunisasi T (screening) terlebih dahulu, terutama pada
saat pelayanan antenatal.
 Pemberian Imunisasi Td tidak perlu diberikan, apabila
status T sudah mencapai T5, yang harus dibuktikan
dengan buku Kesehatan Ibu dan Anak, kohort dan/atau
rekam medis.

2.8 KIPI (Kejadian Ikutan Paska Imunisasi)


1. Definisi KIPI
KIPI adalah setiap kejadian medis yang tidak diinginkan
pada seseorang yang terjadi setelah pemberian imunisasi. Kejadian
ini dapat merupakan reaksi vaksin ataupun bukan. Kejadian yang
bukan reaksi vaksin dapat merupakan peristiwa koinsidens
(peristiwa yang kebetulan terjadi) bersamaan atau setelah
imunisasi. Klasifikasi KIPI dibagi menjadi 5 kategori : Pilihlah
salah satu dari 5 kategori dibawah ini untuk mempelajari lebih
jauh tentang klasifikasi KIPI
1. Reaksi KIPI yang terkait komponen vaksin
KIPI yang diakibatkan sebagai reaksi terhadap satu komponen
atau lebih yang terkandung di dalam vaksin.
Contoh : Pembengkakan luas di paha setelah imunisasi DTP.
2. Reaksi KIPI yang terkait dengan cacat mutu vaksin
KIPI yang disebabkan oleh karena ada cacat mutu yang
dipersyaratkan dalam produk vaksin, termasuk penggunaan
alat untuk pemberian vaksin yang disediakan oleh produsen.
Contoh : Kelalaian atau kesalahan yang dilakukan oleh
produsen vaksin pada waktu melakukan inaktivasi virus polio
saat proses pembuatan vaksin IPVVaksin polio inaktivasi
(IPV)Vaksin polio inaktivasi (mati) dibuat pada tahun 1955
oleh Dr. Jonas Salk. Berbeda dengn vaksin polio oral (OPV) ,
vaksin hidup yang dilemahkan (LAV) , IPV harus diberikan

25
melalui suntikan untuk membentuk respon imun. (inactivated
polio vaccine). Kelalaian dalam proses inaktivasi dapat
menyebabkan kelumpuhan apabila IPV tersebut disuntikkan
kepada orang.
3. Reaksi KIPI akibat kesalahan prosedur
KIPI jenis ini disebabkan oleh cara pelarutan vaksin yang
salah dan cara pemberian vaksin yang salah. Kesalahan ini
sangat mudah untuk dihindari.
Contoh : Terjadinya infeksi oleh karena penggunaan vial
multidosis yang terkontaminasi oleh mikroba (Catatan : Jarum
yang berulang-ulang masuk ke dalam vial sewaktu mengambil
vaksin sudah tidak steril lagi).
4. Reaksi KIPI akibat kecemasan karena takut disuntik
KIPI ini terjadi karena kecemasan pada waktu disuntik.
Contoh : Terjadinya apa yang disebut dengan vasovagal
syncopeSinkope yaitu reaksi neurovaskuler yang
menyebabkan terjadinya mata berkunang-kunang , badan
terasa lemah sampai pingsan. Sering terjadi pada anak dewasa
muda pada saat pemberian imunisasi atau sesudah pemberian
imunisasi.
5. Kejadian Koinsiden
KIPI ini disebabkan oleh hal-hal lain yang tidak disebutkan
sebelumnya.
Contoh : Demam yang sudah terjadi sebelum atau pada saat
pemberian imunisasi. Dalam hal ini dikatakan sebagai asosiasi
temporalAsosiasi temporalDua atau lebih kejadian yang terjadi
pada waktu yang bersamaan. Kejadian pertama dapat
berhubungan atau tidak berhubungan dengan kejadian
berikutnya.. Sebagai contoh di daerah endemis
malariaMalariaPenyaki infeksi yang disebabkan oleh parasit
(plasmodium) yang ditularkan dari manusia ke manusia
melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang terinfeksi.

26
Malaria merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian di
sub sahara Afrika. seperti di daerah sub sahara, penderita
malaria yang disebabkan infeksi plasmodium malaria yang
ditularkan oleh nyamuk anopheles sangat sering terjadi.
Sehingga sering terjadi KIPI yang bersifat koinsiden.
KIPI koinsiden apabila sering ditemukan didalam kegiatan
imunisasi, maka dapat dijadikan sebagai indikasi bahwa ada
masalah kesehatan masyarakat diwilayah tersebut yang perlu
dianalisis lebih jauh.

27
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Di Indonesia, program imunisasi diatur oleh Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Pemerintah, bertanggungjawab menetapkan sasaran
jumlah penerima imunisasi, kelompok umur serta tatacara memberikan
vaksin pada sasaran. Pelaksaan program imunisasi dilakukan oleh unit
pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta.
Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular
khususnya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang
diberikan kepada tidak hanya anak sejak bayi hingga remaja tetapi juga
pada dewasa. Jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
yaitu TBC (Tuberculosis), difteri, pertusis, tetanus, polio, influenza,
demam tifoid, hepatitis, meningitis, pneumokokus, mmr ((mumps measles
rubella), rotavirus, varisela dan hepatitis A .

3.2 Saran
1. Agar Kementerian Kesehatan melakukan Tugas dan Fungsi
Kementerian sebagai pembuat peraturan kebijakan tentang imunisasi
yang bertujuan dengan cara terus memantau kebutuhan masyarakat
akan peraturan hukum, karena adalah upaya untuk diwujudkannya
kebahagiaan sebesar-besarnya bagi sebanyak-banyaknya orang dan
menjadi hak dari setiap orang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
yang prima untuk menjadi sehat baik badan, jiwa dan spiritual
sehingga dapat beraktifitas sebacara ekonomi dan sosial.
2. Agar Dinas Kesehatan Prop/Kab/Kota sebagai pembina dan pengawas
fasilitas pelayanan kesehatan untuk berperan aktif dalam membina dan
mengawasi penyelenggaraan imunisasi di setiap sarana kesehatan,
karena tujuan imunisasi selain memberikan perlindungan terhadap
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, juga mewujudkan

28
penghargaan setiap orang nilai kemanusiaan yang adil dan beradab
yakni menjadi manusia yang seutuhnya bebas dari kecacatan.
3. Agar sarana kesehatan di mana imunisasi diselenggarakan, selain harus
memenuhi standar kualifikasi yang bermutu dan sesuai SOP, juga
selalu memberikan hak setiap warga negara untuk dapat hidup sehat
secara fisik dan mental serta spritual, karena adalah adil apabila setiap
warga Negara mendapatkan haknya sesuai dengan apa yang menjadi
bagiannya sebagai manusia yang mempunyai hak untuk mendapatkan
kebahagiaan sebesarbesarnya.
4. Agar Tenaga Kesehatan selalu memberikan pelayanan imunisasi sesuai
dengan wewenangnya sebagai profesional dan tidak membeda-
bedakan klien berdasarkan baik kedudukan ekonomi maupun
kedudukan sosial, karena hak asasi dari setiap manusia untuk
mendapatkan perlindungan preventif sehingga dapat hidup sebagai
manusia sehat yang sesuai dengan perikemanusiaan yang bertujuan
untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bangsa dan Negara sesuai
dengan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
5. Agar para pengguna jasa imunisasi selalu sadar akan konsekuensi dari
bahaya pandemik yang dapat menyebabkan cacat dan kematian dengan
cara secara berkesinambungan melakukan proses imunisasi yang
teratur dan efektif, karena nilai mewujudkan kehidupan yang sehat
menyebabkan juga terbentuk kehidupan yang sehat mental dan
spriritual, sehingga pengguna jasa imunisasi dapat meningkatkan
kesejahteraan sosio ekonomi yang akan memberikan kebahagiaan pada
diri dan keluarganya.

29
BAB IV
PENUTUP

Demikianlah makalah ini kami buat dan kami paparkan mengenai materi
IMUNISASI, tentunya masih banyak kekurangan mengenai materi yang kami
sampaikan karena terbatasnya referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini.
Kami berharap para pembaca yang ingin memberikan kritik dan saran yang
membangun demi sempurnanya makalah ini. Semoga bermanfaat dan
menambah wawasan bagi yang membacanya.

30
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. 2007. Seri Problem Solving Tumbuh Kembang Anak Siapa Bilang
Anak Sehat Pasti Cerdas. Jakarta : PT Elex Media.

Suririnah. Buku Pintar Mengasuh Batita. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Priyono, Y. Merawat Bayi Tanpa Baby Sitter. Jakarta : PT BUKU KITA.

Kementrian Kesehatan. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi .
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._12_ttg_Pe
nyelenggaraan_Imunisasi_.pdf . Diunduh pada19 Maret 2024.

WHO. 2017. Modul 1 Introduksi Keamanan Vaksin. http://in.vaccine-safety-


training.org/adverse-events-classification.html . Diakses pada 19 Maret
2024.

Departemen Kesehatan. 2016. Situasi Imunisasi di Indonesia.


http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/InfoDati
n -Imunisasi-2016.pdf. Diunduh pada 19 Maret 2024.

Dokter Indonesia. 2015. Inilah Perbedaan Imunisasi Aktif Dan Imunisasi Pasif .
https://mediaimunisasi.com/2015/03/17/inilah-perbedaan-imunisasi-aktif-
dan-imunisasi-pasif/. Diakses pada 19 Maret 2024.

Santoso, B. 2017. Sekilas Vaksin Pneumokokus.


http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/sekilas-vaksin-
pneumokokus. Diakses pada 19 Maret 2024.

31

Anda mungkin juga menyukai