Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA BAYI BALITA DAN ANAK


USIA PRA SEKOLAH DENGAN IMUNISASI DI PMB APPI AMMELIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Holistik Pada Neonatus, Bayi,
Balita, Dan Anak Pra Sekolah (BD7006)

Oleh:
ANJALI SHAKILA
NIM: P07124522010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2022
2
3
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan laporan
pendahuluan ini. Penulisan laporan pendahuluan ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk memenuhi tugas Praktik Kebidanan Holistik
Pada Neonatus, Bayi, Balita, Dan Anak Pra Sekolah di Program Studi Pendidikan
Profesi Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Laporan
pendahuluan ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai
pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Joko Susilo, SKM, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
2. DR.Yuni Kusmiyati, S.ST, MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta
3. Nanik Setiyawati,SST,Bdn,M.Kes. selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi
Bidan,
4. Chatrine Aprilia H, S.Tr.Keb, Bdn selaku pembimbing akademik
5. Yulia Sriati Rismintari.,S.ST., Bdn., S. PD., M. Sc, selaku pembimbing klinik

6. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan doa restu serta dukungan
moril dalam penyusunan skripsi ini,
7. Serta semua rekan-rekan yang telah membantu terselesaikannya laporan ini.
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penulis menyadari
bahwa penulisan laporan pendahuluan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak.

Yogyakarta, Oktober 2022

Penulis

4
DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iv
DAFTAR ISI........................................................................................................vi

BAB I TINJAUAN TEORI


A. Pengertian Imunisasi...........................................................................1
B. Manfaat Imunisasi ..............................................................................1
C. Macam-macam Imunisasi...................................................................1
D. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi..................................2
E. Jenis-jenis imunisasi...........................................................................3
F. Waktu pemberian imunisasi dasar lengkap.........................................4
G. Dosis, cara pemberian imunisasi.........................................................5
H. Klasifikasi imunisasi...........................................................................5
I. Kejadian ikutan pasca imunisasi.........................................................6
J. Pwewenang bidan dalam kasus...........................................................7
K. Pathway imunisasi...............................................................................8
BAB II TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
A. Pengkajian data subjektif....................................................................9
B. Pengkaian data objektif......................................................................11
C. Analisis..............................................................................................12
D. Rencana tindakan atau penatalaksanaan............................................14

DAFTAR PUSTAKA

5
6
BAB 1

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak
diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.
Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal
terhadap penyakit yang lain. Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak
akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2017)
B. Manfaat Imunisasi
Manfaat imunisasi tidak bisa langsung dirasakan atau tidak langsung
terlihat. Manfaat imunisasi yang sebenarnya adalah menurunkan angka
kejadian penyakit, kecacatan maupun kematian akibat penyakit-penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi tidak hanya dapat memberikan
perlindungan kepada individu namun juga dapat memberikan perlindungan
kepada populasi Imunisasi adalah paradigma sehat dalam upaya pencegahan
yang paling efektif (Mardianti & Farida, 2020). Imunisasi merupakan
investasi kesehatan untuk masa depan karena dapat memberikan perlindungan
terhadap penyakit infeksi, dengan adanya imunisasi dapat memberikan
perlindunga kepada indivudu dan mencegah seseorang jatuh sakit dan
membutuhkan biaya yang lebih mahal.
C. Macam-Macam Imunisasi
Menurut (Mulyani dan Rinawati, 2018) imunisasi ada 2 macam, yaitu:
1. Imunisasi aktif
Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahkan
(vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan
memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar

1
lagi tubuh dapat mengenali dan meresponnya. Contoh imunisasi aktif
adalah iminisasi polio atau campak.
2. Imunisasi pasif
Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara
memberikan zat imunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu
proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang
didapat bayi dari ibu melalui plasenta ) atau binantang (bisa ular) yang
digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh
yang terinfeksi. Contoh Imunisasi pasif adalah penyuntikkan ATS (Anti
Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh
lain adalah terdapat pada bayi baru lahir yang menerima berbagai jenis
antibodi dari ibunya melalui darah plasenta selama kandungan, misalnya
antibodi terhadap campak. Imunisasi pasif yaitu kekebalan yang
diperoleh karena orang tersebut mendapatkan zat anti dari luar. Dengan
demikian dikatakan imunisasi pasif bila yang disuntikan adalah serum
imun. Serum imun mengandung antibodi yang telah dibuat aktif oleh
makhluk hidup. Bila serum imun disuntikkan pada individu lain. Maka
aseptor akan menerima sejumlah antibodi yang dipakai. Jadi sistem
imunologi tubuh aseptor tidak terangsang untuk mengadakan respon
imunologi berupa pembentukan antibodi.
D. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
Berdasarkan Info Datin Kementerian Kesehatan (2016), penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi yaitu :
1. Pada imunisasi wajib antara lain: polio, tuberculosis, hepatitis B, difteri,
campak rubella dan sindrom kecacatan bawaan akibat rubella (congenital
rubella syndrome/CRS)
2. Pada imunisasi yang dianjurkan antara lain: tetanus, pneumonia (radang
paru), meningitis (radang selaput otak), cacar air. Alasan pemberian
imunisasi pada penyakit tersebut karena kejadian di Indonesia masih cukup
tinggi dapat dilihat dari banyaknya balita yang meninggal akibat penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)

2
3. Pada imunisasi lain disesuaikan terhadap kondisi suatu negara tertentu
E. Jenis-Jenis Imunisasi
Berdasarkan sifat penyelenggaranya, imunisasi dikelompokkan
menjadi imunisasi wajib dan imunisasi pilihan. (Permenkes RI No 12
tahun 2017). Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh
pemerintah untuk seseorang sesuai dengan kebutuhan dalam rangka
melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit
menular tertentu. Sedangkan imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang
dapat diberikan dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari penyakit
menular tertentu. Imunisasi wajib terdiri dari:
1. Imunisasi rutin
Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan
secara terus menerus sesuai jadwal, imunisasi rutin terdiri atas
imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan. Imunisasi dasar diberikan pada
bayi sebelum berusia 1 tahun. Jenis imunisasi dasar terdiri atas:
Bacillus Calmette Guerin (BCG), Diphtheria Pertusis Tetanus-
Hepatitis B- Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-Hib), Hepatitis B
pada bayi baru lahir, Polio dan Campak. Imunisasi lanjutan merupakan
imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat kekebalan atau
untuk memperpanjang masa perlindungan yang diberikan kepada anak
usia bawah tiga tahun (batita) yaitu imunisai DPT-HB-HIB dan
campak, anak usia sekolah dasar diberikan pada Bulan Imunisasi Anak
Sekolah yaitu imunisasi penyakit campak, tetanus dan difteri dan
wanita usia subur (TT).
2. Imunisasi tambahan
Imunisasi ini diberikan pada kelompok umur tertentu yang berisiko
terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode waktu
tertentu
3. Imunisasi khusus
Imunisasi yang dilakukan untuk melindungi masyarakat terhadap
penyakit tertentu, misalnya dalam persiapan keberangkatan calon

3
Jemaah haji dilakukan imunisasi Meningitis Meningokokus, demam
kuning, dan imunisasi VAR.
4. Imunisasi pilihan
Dapat berupa imunisasi Haemophillus influenza tipe B (Hib)
Pneumokokus, Rotavirus, Influenza, Varisela, Measles Mumps
Rubella, Demam Tifoid, Hepatitis A, Human Papilloma Virus (HPV),
dan Japanese Encephalitis.

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia tahun 2020, Pada bayi baru lahir
hingga berusia 1 tahun, imunisasi dasar wajib dipenuhi untuk memberikan
kekebalan terhadap penyakit yang berbahaya pada awal masa anak. Saat anak
berusia 1-4 tahun, imunisasi ulangan bertujuan untuk memperpanjang masa
kekebalan imunisasi dasar tersebut. Masa ini juga berfungsi untuk
melengkapu imunisasi yang belum lengkap (catch up immunization).
Imunisasi diulang pada usia sekolah (5-12 tahun) dan usia remaja 13-18
tahun sambil melengkapi imunisasi. 

F. Waktu Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap


Jadwal Imunisasi Dasar sesuai Buku KIA DIY
Umur Pemberian Imunisasi (Bulan)
Jenis Vaksin 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 12 18

Hepatitis B (<24
jam)
BCG
IPV 1
Pentavalen 1
IPV 2
Pentavalen 2
IPV 3
Pentavalen 3
Campak
Kemenkes RI, 2016

4
G. Dosis, Cara dan Tempat Pemberian Imunisasi
Berdasarkan Indonesian Health Ministry 2015 cara pemberian vaksin :

Jenis Vaksin Dosis Cara Pemberian Tempat


Hepatitis B 0,5 ml Intramuskular Paha kanan
BCG 0,05 ml Intrakutan Lengan kanan
atas
IPV 0,5 ml Intramuskular Paha kanan
DPT-HB-HiB 0,5 ml Intramuskular Paha kiri pada
bayi, lengan
kanan atas untuk
batita
Campak 0,5 ml Subkutan Lengan kiri atas

H. Klasifikasi Vaksin
Berdasarkan Indonesian Health Ministry 2015 jenis bakteri atau vaksin
yang diberikan:

Vaksin hidup yang Vaksin inaktif


dilemahkan (Live (Inactivated)
Attenuated)
- Devariat dari virus atau - Dari organisme yang
bakteri liar (wild) yang diambil, dihasilkan dari
dilemahkan menumbuhkan bakteri
- Tidak boleh diberikan atau virus pada media
kepada orang yang kultur, kemudian
defisiensi imun dinaktifkan. Biasanya
- Sangat labil dan dapat rusak hanya Sebagian
oleh suhu tinggi dan cahaya (fraksional)
- Selalu memerlukan
dosis ulang
Virus Campak, mumps, rubella, - Virus inaktif utuh :
polio, yellow fever, dan influenza, polio, rabies,
cacar air hepatitis A
- Virus inaktif fraksional :
subunit (hepatitis B,
influenza, accelular
pertussis, typoid
injection) toxoid (DT
botulinum), polisakarida
murni (pneumococcal,
meningococcal, Hib),
dan polisakarida
konjugasi (Hib dan
pneumococcal).

5
Bakteri BCG dan tifoid oral Bakteri inaktif utuh
(pertussis, typoid,
cholera, pes)

Berdasarkan sensitivitasnya terhadap suhu dibagi menjadi:

Vaksin yang sensitif terhadap beku Vaksin DT, TT, Td, Hepatitis B,
(Freeze Sensive/FS) dan DPT/HB/Hib
Vaksin yang sensitif terhadap Vaksin Campak, Polio, dan BCG
panas (Heat Sensitive/HS)

I. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)


Menurut Ranuh tahun 2017, KIPI adalah kejadian medik yang
berhubungan dengan imunisasi baik berupa reaksi vaksin, reaksi suntikan,
efek farmakologis, kesalahan prosedur, koinsiden atau hubungan kausal
yang tidak dapat ditentukan. Penyebab KIPI menurut laporan KIPI oleh
Vaccine Safety Comittee, Institute of Medicine (IOM) United State of
America (USA), menyatakan bahwa sebagian besar KIPI terjadi secara
kebetulan saja (koinsidensi). Kejadian yang memang akibat imunisasi
tersering adalah akibat kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan
Gejala KIPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya sudah dapat
diprediksi terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpang dan secara
klinis biasanya ringan. Walaupun demikian, dapat saja terjadi gejala klinis
hebat seperti reaksi anafilaksis sistemik dengan risiko kematian.

Reaksi lokal Rasa nyeri di tempat suntikan, bengkak-


kemerahan di tempat suntikan (10%), bengkak
pada daerah suntikan DPT dan tetanus (50%),
BCG scar terjadi minimal setelah 2 minggu
kemudian ulserasi dan sembuh setelah beberapa
bulan
Reaksi sistemik Demam (10%), kecuali DPT (hampir 50%),
iritabel, malaise, gejala sistemik. Pada MMR dan
campak reaksi sistemik disebabkan infeksi virus
vaksin. Terjadi demam dan atau ruam,
konjungtivitis (5–15%), dan lebih ringan
dibandingkan infeksi campak, tetapi berat pada
kasus imunodefisiensi. Pada Mumps terjadi

6
pembengkakan kelenjar parotis, rubela terjadi rasa
nyeri sendi (15%) dan pembengkakan limfe. Pada
Oral Polio Vaccine (OPV) diare (<1%), pusing,
dan nyeri otot.
Reaksi vaksin Kejang, trombositopenia, hypotonic
berat hyporesponsive episode (HHE), persistent
inconsolable srceaming bersifat self-imiting dan
tidak merupakan masalah jangka panjang,
anafilaksis, potensial menjadi fatal tetapi dapat di
sembuhkan tanpa dampak jangka panjang.
Enselofati akibat imunisasi campak atau DTP

J. Wewenang bidan terhadap kasus


Berdasarkan Undang-Undang No.4 Tahun 2019 Pasal 46 Ayat 1 dalam
menyelenggarakan praktik kebidanan, bidan bertugas memberikan
pelayanan yang meliputi:
1) Pelayanan kesehatan ibu;
2) Pelayanan kesehatan anak;
3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana;
4) Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau
5) Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
Pasal 51 dijelaskan bahwa dalam menjalankan tugas memberikan
pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat (1) huruf c, bidan berwenang
melakukan komunikasi, informasi, edukasi, konseling, dan memberikan
pelayanan kontrasepsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Pasal 52 ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan kesehatan
ibu, pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 49
sampai dengan pasal 51 diatur dengan peraturan menteri

7
K. Pathway imunisasi

8
BAB II
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

Tanggal/jam : untuk mengetahui kapan klien datang dan mendapatkan


pelayanan
A. Pengkajian Data Subyektif
1. Identitas

1) Nama balita: diperlukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa


benar-benar anak yang dimaksud. Nama harus jelas dan lengkap serta
ditulis juga nama panggilan akrabnya
2) Umur: perlu diketahui mengingat periode anak mempunyai
kekhasannya sendiri dalam morbiditas dan mortalitas. Usia anak juga
diperlukan untuk menginterpretasikan apakah data pemeriksaan klinis
anak tersebut normal sesuai umurnya
3) Jenis kelamin: jenis kelamin sangat diperlukan selain untuk identitas
juga untuk penilaian data pemeriksaan klinis
4) Nama orang tua: agar dituliskan dengan jelas agar tidak keliru dengan
orang lain mengingat banyak nama yang sama
5) Umur orang tua: untuk mengetahui faktor-faktor resiko dan tingkat
kesuburan
6) Agama: untuk memberikan motivasi pasien sesuai dengan agama
yang dianutnya
7) Pendidikan: sebagai tambahan identitas informasi tentang pendidikan
orang tua baik ayah maupun ibu, dapat menggambarkan keakuratan
data yang diperoleh serta dapat ditentukan pola pendekatan dalam
anamnesis
8) Pekerjaan: dikaji untuk mengetahui kemampuan orang tua untuk
membiayai perawatan balita
2. Anamnesa (Data Subyektif)

1) Alasan datang atau keluhan utama: Keluhan utama adalah keluhan

9
atau gejala yang menyebabkan klien dibawa untuk berobat Dalam
kasus ini alasan datang karena ibu ingin mengimunisasikan bayinya.10
2) Riwayat kesehatan
a) Imunisasi
Status imunisasi klien dinyatakan, khususnya imunisasi BCG,
DPT, Polio serta Hepatitis A dan B. Hal tersebut selain diperlukan
untuk mengetahui status perlindungan pediatrik yang diperoleh
juga membantu diagnosis pada beberapa keadaan tertentu
b) Riwayat penyakit lalu
Dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah diderita,
apabila balita menderita suatu penyakit
c) Riwayat penyakit sekarang
Dikaji untuk mengetahui keadaan pasien saat ini
d) Riwayat penyakit keluarga
Dikaji untuk mengetahui status pertumbuhan balita, terutama
pada usia balita dapat ditelaah dari kurva badan terhadap umur
dan panjang badan terhadap umur
3) Riwayat kebiasaan sehari-hari
a) Pola nutrisi
Pola nutrisi yang diberikan mengkaji pada makan balita yang
meliputi frekuensi komposisi, kwantitas, serta jenis dan jumlah
minuman. Hal ini untuk mengetahui apakah gizi balita baik atau
buruk, pola makan balita teratur atau tidak. Balita harus mendapat
nutrisi yang cukup, baik secara oral maupun parenteral. Nutrisi
yang diberikan harus mengandung elektrolit dan kalori yang
optimal. Diet pada penderita juga harus diberikan, diet harus
mengandung kalori dan protein yang cukup.
b) Pola istirahat/ tidur
Perlu dikaji untuk mengetahui pola istirahat dan pola tidur adalah
berupa jam klien tidur dalam sehari apakah ada gangguan.
c) Personal hygiene

10
Mengkaji frekuensi mandi, gosok gigi, keramas, serta ganti baju
dan celana setidaknya 2x sehari
d) Aktivitas
Pola aktivitas yang perlu dikaji adalah beberapa jam lamanya
istirahat atau tidur dan kegiatan sehari-hari
4) Pola eliminasi
Dikaji untuk mengetahui beberapa kali BAB dan BAK, adakah
kaitannya dengan obstipasi atau tidak
B. Pengkajian Data Obyektif2
1) Status generalis
a) Keadaan umum balita
Dikaji untuk mengetahui keadaan umum mencakup keadaan
umum baik, sedang, lemah
b) Kesadaran
Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai composmentis, apatis,
somnolen, spoor, delirium
c) Tanda-tanda vital, meliputi:
(1) Nadi: untuk menilai kecepatan irama, suara nadi jelas dan
teratur. Nadi normal balita 80 – 120 x per menit
(2) Pernafasan: menilai sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam 1
menit. Respirasi normal 30 – 40 kali per menit
(3) Suhu: untuk mengetahui temperature kulit, temperature kulit
normal adalah sekitar 36,5 – 37,50 C.
2) Pemeriksaan Sistematis
(1) Kepala: ubun-ubunnya cekung
(2) Rambut : bagaimana warnanya
(3) Muka : untuk menilai kesimetrisan wajah dan untuk menilai
adanya pembengkakan pada wajah.
(4) Mata: conjungtiva dari merah, merah muda sampai pucat, sklera
putih, kelopak mata cekung
(5) Telinga: serumen banyak sampai bersih, warna kemerahan sampai

11
tak tampak kemerahan
(6) Hidung: adakah nafas, cuping hidung, kotoran yang menyumbat
jalan nafas
(7) Mulut: bibir warna pucat, kebiruan, kemerahan, kering pecah-pecah,
lidah kemerahan
(8) Leher : adakah pembesaran kelenjar tiroid
(9) Dada : adakah retraksi, simetris atau tidak
(10) Perut : cenderung kembung, turgor baik sampai dengan buruk,
cubitan kulit kembali lambat
(11) Kulit : untuk mengetahui temperatur dan kelembaban kulit
(12) Anogenital: adakah kelaianan pada genetalia anak
(13) Ekstremitas: adakah oedem tanda sianosis, akral dingin, apakah
kuku sudah melebihi jari-jari
3) Pemeriksaan Antropometri
Pemeriksaan antropometri meliputi:
a) Lingkar kepala : Usia 2 tahun kurang lebih 1/6 panjang
badan. Usia satu tahun adalah 44 – 47 cm.
b) Panjang badan: Dalam tahun pertama, panjang badan bayi
bertambah 23 cm. Balita pada umur 1 tahun panjangnya menjadi
71 cm. Rumusan panjang anak dari usia 3 tahun sampai remaja 80
+ 5 cm.
4) Data Penunjang
Adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung pemeriksaan
yang tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik yang meliputi
pemeriksaan laboratorium serta terapi.
C. Analisa
a. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam
lingkup praktek kebidanan Diagnosa kebidanan pada kasus ini adalah
Balita An. X, umur ....... tahun, dengan imunisasi ……….
b. Masalah

12
Adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai . Masalah yang
umum muncul pada balita dengan imunisasi adalah timbulnya rasa nyeri
dan terlihat bekas suntikan.
c. Kebutuhan
Adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi
dalam diagnosa dan masalah yang didapat dengan melakukan analisa
data. Kebutuhannya adalah menganjurkan kepada ibu untuk tidak
memegang pada bekas suntikan supaya tidak terjadi infeksi karena hal
tersebut normal.
D. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam manajemen kebidanan untuk
kegiatannya dilakukan terus-menerus dengan melibatkan pasien, bidan,
dokter, dan keluarga. Evaluasi asuhan kebidanan pada balita dengan
imunisasi adalah:
1. Keadaan umum anak baik
2. Ibu sudah mengerti tentang pentingnya imunisasi pentavalent dan IPV
3. Suntikkan vaksin cpentavalen dan IPV sudah diberikan pada pasien
4. Ibu sudah mengerti bahwa anaknya sudah diberikan imunisasi
5. Ibu bersedia untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi anak
6. Ibu bersedia untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan

13
DAFTAR PUSTAKA

IDAI. 2020. Jadwal imunisasi anak umur 0-18 tahun, rekomendasi Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI), tahun 2020 (p. 2020).

InfoDatin Kementerian Kesehatan. 2016. Situasi Imunisasi di Indonesia. In


InfoDATIN. https://doi.org/ISSN 2442-7659

Indonesian Health Ministry. Buku Ajar Imunisasi.; 2015.


https://www.kemkes.go.id/article/view/20012900002

Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi. 2017

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Buku ajar imuniasi. In


Kementerian Kesehatan RI.

Kementrian RI. 2019. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019


Tentang Kebidanan. Jakarta : Kemenkes RI
Mulyani, NS., dan Rinawati, M. 2018. Imunisasi Untuk Anak. Jogjakarta: Nuha
Medika

Mardianti, M., & Farida, Y. 2020. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan
Status Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Desa Rengasdengklok Selatan Kabupaten
Karawang. Jurnal Kebidanan Indonesia : Journal of Indonesia Midwifery, 11(1),
17. https://doi.org/10.36419/jkebin.v11i1.322

Ranuh,I.G.N., Suyitno,H., Hadinegoro,S.R., Kartasasmita,C.B., Ismoedijanto S.


Pedoman Imunisasi Di Indonesia Jakarta: Satgas Imunisasi IDAI. Jakarta; 2017.

Anda mungkin juga menyukai