Anda di halaman 1dari 30

JOURNAL READING

MAJOR DIETARY PATTERNS IN RELATION TO


MENSTRUAL PAIN: A NESTED CASE CONTROL STUDY
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada Remaja
dan Pranikah (BD7001)

Oleh:
ANJALI SHAKILA
NIM: P07124522010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN
Journal Reading
“Major dietary patterns in relation to
menstrual pain: a nested case control study”

Oleh:
ANJALI SHAKILA
NIM. P07124522010

Menyetujui,
Pembimbing Klinik

Yulia Sriati Rismintari.,S.ST., Bdn., S.PD., M. Sc


(…………………………….)

Pembimbing Akademik

Chatrine Aprilia H, S.Tr.Keb, Bdn


(…………………………….)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Hesty Widyasih, SST., M.Keb


NIP. 197910072005012004

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan laporan journal reading pada
Remaja dan Pranikah . Laporan journal reading ini tentunya tidak lepas dari
dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dr. Yuni Kusmiyati, SST., MPH, selaku ketua jurusan kebidanan yang telah
memberikan kesempatan atas terlaksananya praktik asuhan kebidanan
fisiologis holistik pada Remaja dan Pranikah
2. Hesty Widyasih, SST., M.Keb, selaku ketua prodi pendidikan profesi bidan
yang telah memberikan kesempatan atas terlaksananya praktik asuhan
kebidanan fisiologis holistik pada Remaja dan Pranikah.
3. Chatrine Aprilia H, S.Tr.Keb, Bdn selaku pembimbing akademik
4. Yulia Sriati Rismintari.,S.ST., Bdn., S. PD., M. Sc, selaku pembimbing klinik

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam


penulisan laporan journal reading. Oleh sebab itu, menerima segala kritik dan
saran yang membangun dari pembaca. Demikian yang bisa penulis sampaikan,
semoga laporan journal reading ini dapat memberikan manfaat nyata untuk
masyarakat luas.

Yogyakarta, Aguatus 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv

BAB I ISI JURNAL


A. Nama Jurnal.......................................................................................... 1
B. Judul Jurnal........................................................................................... 1
C. Abstrak.................................................................................................. 1
D. Pendahuluan.......................................................................................... 2
E. Metode.................................................................................................. 3
F. Hasil...................................................................................................... 6
G. Pembahasan.......................................................................................... 7
H. Kesimpulan........................................................................................... 8
I. Referensi............................................................................................... 8

BAB II TELAAH JURNAL


A. Telaah jurnal dengan metode elwood
1. Deskripsi Bukti..................................................................................... 9
2. Validitas internal................................................................................... 11
3. Validitas eksternal non kausal.............................................................. 12
4. Validatitas eksternal kausal.................................................................. 13
5. Perbandingan hasil studi dengan bukti lain.......................................... 13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................................... 16
B. Saran..................................................................................................... 16

LAMPIRAN

iv
BAB I
ISI JURNAL

Major dietary patterns in relation to


menstrual pain: a nested case control study
Nastaran Najafi, Hamidreza Khalkhali, Fatemeh Moghaddam Tabrizi, and Rasoul
Zarrin
A. Nama Jurnal
Nama Jurnal : BMC Women’s Health
B. Judul Jurnal
Major dietary patterns in relation to menstrual pain: a nested case control
study (Pola Diet Utama dalam Kaitannya dengan nyeri haid : studi kasus
control terserang)

C. Abstrak
Latar Belakang: Dismenorea merupakan salah satu kelainan ginekologi yang
paling banyak dialami oleh sekitar dua pertiga wanita muda saat menstruasi.
Menurut literatur, nutrisi dapat memainkan peran kunci dalam prevalensi dan
keparahan dismenore. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
pola makan dengan risiko dismenore pada mahasiswa.
Metode: Sebuah studi kasus kontrol dilakukan pada 293 mahasiswa Urmia
University of Medical Sciences yang direkrut secara acak melalui metode
proporsional cluster sampling. Dari 293 siswa, 46 siswa dengan dismenore
sedang sampai berat dan 54 siswa tanpa dismenore ditempatkan pada
kelompok kasus dan kontrol. Pola makan utama siswa diidentifikasi dengan
analisis faktor dan hubungan antara pola makan dan risiko dismenore
diselidiki menggunakan analisis regresi logistik di SPSS 20.
Hasil: Tiga pola diet utama ditemukan dan dinominasikan sebagai pola
“Lacto-vegetarian”, “Snack” dan “Mixed food item”. Setelah mengontrol
riwayat keluarga dismenore, subjek di tertiles kedua dan ketiga pola
"makanan ringan" memiliki 4,23 (95% CI = 1,32-13,58, P = 0,01) dan 3,41
(95% CI = 1,10-10,50, P = 0,03 ) kali, masing-masing, lebih tinggi

1
kemungkinannya untuk mengalami dismenore sedang hingga berat
dibandingkan dengan subjek di tertile pertama. Tidak ada hubungan yang
signifikan antara risiko dismenore dan dua pola diet lainnya.
Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan terhadap pola
“jajan” dikaitkan dengan peningkatan risiko dismenore sedang hingga berat
selama menstruasi di kalangan remaja putri.

D. Pendahuluan
Dismenore adalah salah satu keluhan ginekologi yang paling umum
dilaporkan oleh wanita muda. Dismenore mengacu pada kram nyeri yang
terjadi di perut bagian bawah atau panggul selama menstruasi dan dialami
oleh 60–70% wanita muda . Meskipun dismenore tidak dianggap sebagaii
gangguan yang mengancam jiwa, namun dapat menurunkan kualitas hidup
dan kepuasan karena dapat mengganggu aktivitas sehari-hari serta hubungan
keluarga atau sosial. Salah satu mekanisme dismenore yang terkenal adalah
peningkatan pelepasan prostaglandin ke dalam jaringan rahim begitu
menstruasi dimulai. Metabolit ini meningkatkan vasokonstriksi dan kontraksi
miometrium yang menyebabkan iskemia dan nyeri uterus. Untuk meredakan
nyeri haid, obat anti inflamasi non steroid (NSAID) dan pil kontrasepsi
oral (OCP) adalah obat yang paling disukai digunakan oleh wanita.
Beberapa faktor risiko potensial dismenore adalah usia muda (kurang dari
30 tahun), indeks massa tubuh (IMT) kurang dari 20, menarche dini, aliran
menstruasi menyimpang, siklus menstruasi yang lebih panjang, riwayat
keluarga dismenore dan stres.
Meskipun bukti tentang hubungan antara faktor makanan dan dismenore
tidak meyakinkan, tampaknya konsumsi ikan, buah-buahan dan serat yang
tinggi dapat mengurangi intensitas nyeri haid. Sepengetahuan kami,
penelitian terbatas telah menyelidiki hubungan antara pola makan dan
dismenore. Baru-baru ini, fokus pada pendekatan pola makan telah dianggap
sebagai metode alternatif untuk mengevaluasi hubungan antara diet dan risiko
penyakit. Meskipun analisis makanan tunggal memberikan hasil yang

2
berharga, analisis tersebut menghadapi keterbatasan konseptual dan
metodologis. Karena orang mengkonsumsi makanan dalam bentuk makanan
dan bukan dalam bentuk makanan yang terisolasi, efek nutrisi dan makanan
dapat bersinergi atau berinteraksi satu sama lain, yang dapat menghambat
pemeriksaan efek pemisahan mereka. Selanjutnya, analisis makanan tunggal
dapat dibingungkan oleh efek pola makan. Dalam uji klinis crossover yang
dilakukan oleh Barnard et al., intervensi dengan diet vegetarian rendah lemak
selama dua siklus menstruasi dapat mengurangi durasi dan keparahan
dismenore. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola
makan dengan risiko dismenore pada mahasiswi lajang dan sehat Universitas
Ilmu Kedokteran Urmia.

E. Metode
Sebuah studi kasus kontrol dilakukan dari April hingga Juli 2016 di sebuah
perguruan tinggi kedokteran yang terletak di Urmia, di provinsi West
Azarbaijan, Iran. Universitas ini terdiri dari 7 fakultas (Kedokteran, Farmasi,
Paramedis, Kesehatan, Keperawatan dan Kebidanan, Kedokteran Gigi dan
Cabang Internasional) dan mengelola 5 rumah sakit pendidikan. Namun,
dengan mempertimbangkan kemungkinan kehilangan sampel, total 386
sampel diperkirakan. Mahasiswa dipilih dengan metode cluster sampling. Tim
peneliti membagikan kuesioner yang dikelola sendiri di antara peserta. Siswa
dengan asupan energi di luar kisaran 500–5000 kkal / hari dan mereka yang
tidak menjawab lebih dari 20% item Food Frequency Questionnaire (FFQ)
dikeluarkan dari penelitian (n = 93) dan pola diet dari 293 siswa diekstraksi.
Dari 293 siswa, 60 subjek tanpa dismenore dan 60 subjek dengan dismenore
kelas 2 sampai 3 secara acak ditugaskan ke masing-masing kelompok kontrol
dan kasus, masing-masing.
Kriteria inklusi pada bagian ini adalah adanya periode menstruasi, belum
menikah, tidak memiliki penyakit kronis, tidak ada riwayat operasi perut,
tidak ada riwayat asupan alkohol dan merokok, tidak ada pemberian OCP,
suplemen makanan dan pengobatan herbal. Berat badan dan tinggi badan dari

3
kedua kelompok kasus dan kelompok kontrol diukur dan seorang ginekolog
melakukan pemeriksaan perut dan ultrasonografi trans-abdominal
menggunakan pemindai ultrasound (SIUI, CTS-5500,) (n = 20). Bagian
pertama, siswa diminta untuk menyatakan informasi demografis mereka. Di
bagian kedua, mereka ditanya tentang karakteristik menstruasi mereka
selama ini 6 bulan, termasuk dismenore berat, usia saat menarche, lama
perdarahan, lama dan keteraturan siklus menstruasi, tingkat keparahan
aliran menstruasi dan riwayat keluarga dismenore. Sistem penilaian
multidimensi verbal digunakan untuk menilai tingkat keparahan dismenore.
Berdasarkan intensitas nyeri dan pengaruhnya terhadap aktivitas sehari-hari,
gejala, dan kebutuhan analgesik, dismenore dikategorikan menjadi empat
tingkatan: nol (tidak ada), 1 (ringan), 2 (sedang) atau 3 (berat). Untuk
karakteristik menstruasi lainnya, pertanyaan dari Women's Health Symptom
Survey telah dipakai. Pada bagian ketiga, tingkat aktivitas fisik dinilai dengan
bentuk singkat dari Kuesioner Aktivitas Fisik Internasional. Dalam instrumen
ini, siswa diminta melaporkan frekuensi dan durasi terakhirnya selama 7 hari
aktivitas berat dan sedang, berjalan dan duduk.
Menurut skor, siswa dikategorikan ke dalam tiga tingkat aktivitas fisik:
"rendah" jika peserta memiliki aktivitas rendah atau tidak memenuhi kriteria
kategori sedang atau tinggi, "sedang" jika mereka melakukan aktivitas kuat
selama 3 hari atau lebih (pada setidaknya 20 menit per hari), kombinasi
aktivitas sedang dan / atau berjalan selama 5 hari atau lebih (setidaknya 30
menit per hari) atau kombinasi berjalan, aktivitas sedang atau kuat selama
setidaknya 5 hari dengan MET (Metabolic Equivalent of Task) -minutes /
week ≥ 600, dan "high" jika mereka memiliki aktivitas yang kuat selama
minimal 3 hari dengan MET-minutes / week≥1500 atau kombinasi aktivitas
berjalan kaki, sedang atau berat untuk setidaknya 7 hari dengan MET-menit /
minggu≥3000. Di bagian keempat, Instrumen ini memiliki 4 item: pertanyaan
pertama dan kedua mengukur depresi dan pertanyaan ketiga dan keempat
mengukur kecemasan. Pilihan tanggapannya adalah “tidak sama sekali”,
“beberapa hari”, “lebih dari setengah hari”, dan “hampir setiap hari”, yang

4
diberi skor 0, 1, 2 dan 3, masing-masing. Berdasarkan skor total mereka,
siswa dikategorikan menjadi empat kelompok: normal (0–2), ringan (3–5),
sedang (6–7) dan berat (9–12). Pada bagian kelima, asupan makanan peserta
selama 6 bulan terakhir dinilai dengan FFQ semi kuantitatif 115 item.
Kuisioner ini diadaptasi dari desain Blok dan Studi Lipid dan Glukosa
Tehran. Frekuensi pilihan makanan yang diambil adalah "2-3 kali per hari",
"setiap hari", "4-6 kali per minggu", "2-3 kali per minggu", "mingguan", "2-3
kali per bulan ”,“ bulanan ”,“ 1-5 kali selama 6 bulan sebelumnya ”dan“ tidak
pernah ”.
Gambar dengan ukuran porsi yang berbeda diberikan untuk beberapa jenis
makanan dan untuk item lainnya, ukuran standar rumah tangga (misalnya
"cangkir" untuk minuman) atau unit standar digunakan. Asupan harian dari
makanan (gram / hari) dihitung dengan menggunakan frekuensi dan ukuran
porsi. Asupan energi total (kkal / hari) dari subjek dihitung menurut data yang
tersedia di database nutrisi nasional USDA (Departemen Pertanian Amerika
Serikat) atau sumber lain. Kemudian, makanan dikategorikan menjadi 30
kelompok terpisah berdasarkan studi sebelumnya atau kesamaan dalam profil
angka mereka. FFQ divalidasi dengan dua penarikan makanan 24 / jam dan
koefisien korelasi berkisar dari 0,08 (produk susu rendah lemak) dan 0,64
(untuk produk susu berlemak tinggi) untuk kelompok makanan. Berat badan
diukur (tanpa sepatu dan pakaian tipis) hingga ketelitian 0,01 kg
menggunakan timbangan digital (Skala Digital Beurer BF18). Tinggi badan
diukur dalam posisi berdiri tanpa sepatu dengan ketelitian 0,1 cm. BMI
dihitung dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan
mereka dalam meter persegi.
Analisis data
Semua analisis statistik dilakukan dengan menggunakan IBM SPSS
Software Package untuk Windows (versi 20.0, Armonk, NY: IBM Corp). Uji
Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk menentukan apakah variabel kontinu
mengikuti distribusi normal. Uji-T sampel independen, uji Mann-Whitney U,
uji chi kuadrat Pearson, dan uji eksak Fisher digunakan untuk

5
membandingkan variabel kontinu atau kategori antara kelompok kasus dan
kontrol. Untuk mengidentifikasi pola makan, dilakukan analisis komponen
utama dan faktor-faktor tersebut dirotasi oleh rotasi varimax. Menurut faktor
eigenvalue lebih besar dari 1,8, titik istirahat dari plot scree dan faktor
interpretabilitas, faktor (pola diet) dicatat. Faktor-faktor tersebut
dinominasikan berdasarkan kelompok makanan dengan factor loading> 0,2.
Setelah menghitung skor faktor untuk setiap individu, kami mengkategorikan
peserta berdasarkan tertiles skor dan tertile pertama dianggap sebagai
referensi. Kami menggunakan regresi logistik untuk menghitung rasio odds
kasar dan yang disesuaikan (OR) dan interval kepercayaan 95% untuk
menafsirkan hubungan antara pola makanan dan risiko dismenore. OR yang
disesuaikan dihitung dengan menyesuaikan riwayat keluarga dengan
dismenore. Nilai AP <0,05 dianggap signifikan secara statistik.

F. Hasil
Di antara 293 siswa, frekuensi dismenore adalah 74,3% (95% CI;
69,3, 79,3%) (Dismenore ringan 17,7%, dismenore sedang 45,7% dan
dismenore berat 10,9%). Nilai rata-rata ± SD (Standar Deviasi) untuk usia
peserta adalah 22,2 ± 2,18 tahun (kisaran, 19-30), usia saat menarche adalah
13,23 ± 1,34 tahun (kisaran, 9-18), lama siklus menstruasi adalah 28,39 ±
3,45 hari (kisaran, 20-50) dan lama perdarahan adalah 5,6 ± 1,47 hari
(kisaran, 2-11). Adapun status perkawinan dan kependudukan, dari 293
santri tersebut, 266 (90,8%) lajang (9,2% sudah menikah) dan 165 (54,3%)
tinggal di asrama. Karakteristik menstruasi, aktivitas fisik dan tingkat
depresi / kecemasan dari 46 kasus dan 54 kontrol. Dibandingkan dengan
kelompok kontrol, kasus cenderung memiliki tingkat aliran menstruasi yang
lebih tinggi (F = 5.89, P = 0.01), lebih tinggi. frekuensi riwayat keluarga
dismenore (Pearson chi kuadrat = 12,4, df = 1, P <0,001) dan tingkat depresi
dan kecemasan yang lebih tinggi (Pearson chi kuadrat = 7,92, df = 3, P =
0,02). Tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan pada karakteristik lain

6
antara kelompok kasus dan kontrol. Item makanan di FFQ diringkas dalam 30
kelompok.

G. Pembahasan
Kecukupan ukuran sampel dan kesesuaian data untuk menerapkan
analisis faktor dikonfirmasi oleh tes Kaiser-Meyer-Olkin (KMO = 0,603)
dan Bartlett (P <0,001). Tiga pola utama diturunkan yang menjelaskan
23,65% dari total varian. Nilai pemuatan faktor kelompok makanan untuk
pola makan. Pola “Lacto-vegetarian”, menjelaskan 10,65% dari total varian,
termasuk asupan tinggi sayuran (semua jenis), kacang-kacangan, buah-
buahan, produk susu, roti nabati (makanan berbasis telur Iran), kacang-
kacangan, acar dan mentega. Pola “makanan ringan” menjelaskan 6,76%
variasi dan memiliki faktor beban tinggi pada gula, makanan ringan asin,
manisan dan makanan penutup, teh dan kopi, garam, jus buah dan lemak
tambahan. Pola “Mixed food items” menjelaskan varian paling kecil (6,23%)
dan mencakup asupan tinggi unggas, mayones, minuman manis, makanan
cepat saji, kentang, telur, dan daging merah.
Rasio ganjil kasar untuk risiko dismenore di seluruh tertiles pola diet
turunan. Subjek di tertiles kedua dan ketiga dari pola "snack", memiliki 4,07
(95% CI: 1,35-12,22, P = 0,01) dan 3,15 (95% CI: 1,09-9,12, P = 0,03) kali,
lebih besar kesempatan untuk mengalami dismenore kelas 2 sampai 3
dibandingkan dengan subjek di tertile pertama. Tidak ada hubungan yang
signifikan antara dismenore dan dua pola lainnya. Rasio odds yang
disesuaikan untuk risiko dismenore di seluruh tertiles pola "makanan
ringan". Setelah mengontrol riwayat keluarga dismenore, hasil untuk pola
"snack" tetap relatif tidak berubah dan subjek di ubin kedua dan ketiga
adalah 4,23 (95% CI: 1,32-13,58, P = 0,01) dan 3,41 (95% CI: 1,10-10,50, P
= 0,03) kali, lebih banyak. Karena pola "lacto-vegetarian" termasuk produk
susu tinggi lemak, kacang-kacangan dan mentega, ini tidak dapat dianggap
sebagai diet rendah lemak. Dalam studi tersebut, wanita lajang dan menikah
dengan berbagai usia (> 18 tahun) diikutsertakan dalam penelitian.

7
Selain itu, mereka tidak menyesuaikan analisis mereka untuk calon
pendiri dan juga tidak menunjukkan eksplorasi penyakit patologis dismenore
melalui pemeriksaan medis. Menerapkan alat ukur nyeri yang berbeda juga
dapat menjelaskan temuan yang berbeda dalam kedua studi. Penelitian ini
memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, meskipun ultrasonografi
diterapkan untuk menyingkirkan peserta dengan penyakit genital tertentu
yang mendasari, metode ini tidak cukup akurat untuk mendiagnosis semua
penyakit terkait. Misalnya, yang tidak dapat diterapkan dalam penelitian ini.
Oleh karena itu, diskriminasi antara dismenore primer dan sekunder tidak
mungkin dilakukan dan nyeri haid secara keseluruhan dipertimbangkan.
Kedua, tidak ada data tambahan tentang jenis file diperoleh dari subjek.
Ketiga, kami mengevaluasi asupan makanan individu yang menggunakan
FFQ yang meningkatkan kemungkinan kesalahan pengukuran. Keempat,
pendekatan pola makan rentan terhadap keputusan subjektif di bidang
kategorisasi makanan, pemilihan atau nominasi faktor yang membuat sulit
untuk membandingkan pola yang diperoleh dari berbagai penelitian.
H. Kesimpulan
Hasil penelitian ini mengimplikasikan bahwa pola makan, yang ditandai
dengan konsumsi gula yang tinggi, snack asin, manisan dan makanan
penutup, teh dan kopi, garam, jus buah dan lemak tambahan (diberi label
pola “snack”), dikaitkan dengan in- peningkatan risiko dismenore di
kalangan wanita muda. Penelitian lebih lanjut diperlukan di bidang ini untuk
mengoptimalkan pola makan individu yang menderita masalah ini.

I. Referensi
Jurnal ini menggunakan referensi terbaru. Buku dan jurnal yang digunakan
untuk referensi merupakan buku dan jurnal yang dapat dipercaya dan
berintegritas.

8
BAB II
TELAAH JURNAL

A. Telaah Jurnal Menggunakan Metode Ellwood


1. Deskripsi Bukti
Pada telaah jurnal ini penulis menggunakan teori Ellwood. Telaah
jurnal dengan teori Ellwood terbagi menjadi 3 bagian yang harus
dijawab, antara lain sebagai berikut :
a. Apakah paparan dari penelitian ini?
Paparan penelitian ini adalah pla diet dan resiko dismenorea
dikalangan mahasiswa. Dismenore adalah salah satu keluhan
ginekologi yang paling umum dilaporkan oleh wanita muda.
Meskipun dismenore tidak dianggap sebagai gangguan yang
mengancam jiwa, namun dapat menurunkan kualitas hidup dan
kepuasan karena dapat mengganggu aktivitas sehari-hari serta
hubungan keluarga atau sosial.
b. Apakah outocome dari penelitian ini ?
Outcome dari penelitian ini adalah diantara 293 siswa, frekuensi
dismenore adalah 74,3% (95% CI; 69,3, 79,3%) (Dismenore
ringan 17,7%, dismenore sedang 45,7% dan dismenore berat
10,9%). Nilai rata-rata ± SD (Standar Deviasi) untuk usia peserta
adalah 22,2 ± 2,18 tahun (kisaran, 19-30), usia saat menarche
adalah 13,23 ± 1,34 tahun (kisaran, 9-18), lama siklus menstruasi
adalah 28,39 ± 3,45 hari (kisaran, 20-50) dan lama perdarahan
adalah 5,6 ± 1,47 hari (kisaran, 2-11). Adapun status perkawinan
dan kependudukan, dari 293 santri tersebut, 266 (90,8%) lajang
(9,2% sudah menikah) dan 165 (54,3%) tinggal di asrama.
Karakteristik menstruasi, aktivitas fisik dan tingkat depresi /
kecemasan dari 46 kasus dan 54 kontrol. Dibandingkan dengan
kelompok kontrol, kasus cenderung memiliki tingkat aliran
menstruasi yang lebih tinggi (F = 5.89, P = 0.01), lebih tinggi.

9
frekuensi riwayat keluarga dismenore (Pearson chi kuadrat = 12,4,
df = 1, P <0,001) dan tingkat depresi dan kecemasan yang lebih
tinggi (Pearson chi kuadrat = 7,92, df = 3, P = 0,02).
c. Apakah desain penelitian yang digunakan?
Desain penelitian yang digunakan adalah case control survey
d. Apakah populasi studi dari penelitian ini?
Populasi penelitian ini Sebuah studi kasus kontrol dilakukan dari
April hingga Juli 2016 di sebuah perguruan tinggi kedokteran yang
terletak di Urmia, di provinsi West Azarbaijan, Iran. Mahasiswa
dipilih dengan metode cluster sampling. Dari 293 siswa, 46 siswa
dengan dismenore sedang sampai berat dan 54 siswa tanpa
dismenore ditempatkan pada kelompok kasus dan kontrol.
e. Apakah temuan utama dari penelitian ini?
Pada penelitian ini, adalah diantara 293 siswa, frekuensi
dismenore adalah 74,3% (95% CI; 69,3, 79,3%) (Dismenore
ringan 17,7%, dismenore sedang 45,7% dan dismenore berat
10,9%). Nilai rata-rata ± SD (Standar Deviasi) untuk usia peserta
adalah 22,2 ± 2,18 tahun (kisaran, 19-30), usia saat menarche
adalah 13,23 ± 1,34 tahun (kisaran, 9-18), lama siklus menstruasi
adalah 28,39 ± 3,45 hari (kisaran, 20-50) dan lama perdarahan
adalah 5,6 ± 1,47 hari (kisaran, 2-11). Adapun status perkawinan
dan kependudukan, dari 293 santri tersebut, 266 (90,8%) lajang
(9,2% sudah menikah) dan 165 (54,3%) tinggal di asrama.
Karakteristik menstruasi, aktivitas fisik dan tingkat depresi /
kecemasan dari 46 kasus dan 54 kontrol. Dibandingkan dengan
kelompok kontrol, kasus cenderung memiliki tingkat aliran
menstruasi yang lebih tinggi (F = 5.89, P = 0.01), lebih tinggi.
frekuensi riwayat keluarga dismenore (Pearson chi kuadrat = 12,4,
df = 1, P <0,001) dan tingkat depresi dan kecemasan yang lebih
tinggi (Pearson chi kuadrat = 7,92, df = 3, P = 0,02).

10
Kesimpulan deskripsi bukti
Paparan, outcome, definisi operasional variabel yang diukur, cara
mendapatkan sampel serta metode pengukuran telah diinformasikan
dengan jelas. Hasil penelitian ini menyiratkan bahwa pola makan, yang
ditandai dengan tingginya konsumsi gula, camilan asin, permen dan
makanan penutup, teh dan kopi, garam, jus buah, dan lemak tambahan
(dilabeli sebagai pola "camilan"), dikaitkan dengan peningkatan risiko
dismenore di kalangan wanita muda. Penelitian lebih lanjut diperlukan
dalam bidang ini untuk mengoptimalkan pola diet individu yang
menderita masalah ini.

2. Validitas Internal – Pertimbangan mengenai penjelasan non-kausal


a. Apakah hasil dipengaruhi oleh bias observasi?
Penelitian ini memiliki kelemahan mengenai bias dalam pemilihan
subyek penelitian. Sebuah studi kontrol kasus tersarang dilakukan
dari bulan April hingga Juli 2016 di sebuah perguruan tinggi
kedokteran yang terletak di Urmia, di provinsi Azarbaijan Barat,
Iran. Universitas ini terdiri dari 7 fakultas (Kedokteran, Farmasi,
Paramedis, Kesehatan, Keperawatan dan Kebidanan, Kedokteran
Gigi dan Cabang Antar Bangsa) dan mengelola 5 rumah sakit
pendidikan. Namun, dengan mempertimbangkan kemungkinan
kehilangan sampel, total 386 sampel diperkirakan. Siswa dipilih
dengan metode pengambilan sampel klaster. Tim peneliti
mendistribusikan kuesioner yang dikelola sendiri di antara para
peserta.
b. Apakah dipengaruhi confounding?
Penelitian ini tidak dipengaruhi oleh confounding atau variabel lain.
c. Apakah hasil dipengaruhi oleh chance?

Pada studi ini tidak ada variabel yang memiliki rentang CI yang lebar
atau tidak dipengaruhi variasi chance.Pada studi ini terdapat bias
karena terbatasnya data yang ada. Hasil studi telah dikontrol dengan

11
dilakukan matching. Hasil studi penelitian ini tidak dipengaruhi oleh
variasi chance sehingga hasil penelitiann ini dapat digunakan untuk
referensi di penelitian berikutnya.
Kesimpulan validitas internal non kausal
Penelitian ini belum akurat karena hasil dipengaruhi oleh bias. Karena
terbatasnya jumlah studi untuk setiap peserta. Ada heterogenitas
substansial untuk beberapa hal dan penyelidikan terhadap sumber
heterogenitas dapat memiliki nilai yang terbatas. Ada resiko bias yang
tidak jelas untuk hasil dan kesimpulan. Tidak ditemukan counfounding
dalam penelitian ini.
3. Validitas Internal – Pertimbangan gambaran positif hubungan kausal
a. Apakah terdapat hubungan waktu yang tepat?
Dalam penelitian ini terdapat hubungan dengan waktu yang tepat,
karena penyebab ada sebelum timbulnya akibat
b. Apakah hubungan yang terjadi kuat ?
Dalam penelitian ini tidak ada hubungan yang terjadi kuat, Karena
dalam penelitian ini tidak menunjukkan nilai OR.
c. Apakah ada hubungan dosis respon?
Dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan dosis respon, karena
penelitian ini tidak tingkatan dalam hasil penelitian.
d. Apakah hasil akhir penelitian konsisten di dalam studi?
Hasil akhir penelitian ini konsisten bisa terlihat didalam pembahasan
e. Apakah ada spesifisitas dalam penelitian ini?
Dalam penelitian ini tidak ditemukan spesifisitas, karena faktor yang
mempengaruhi peningkatan resiko dismenorea masih ada beberapa
faktor lainnya.

Kesimpulan validitas internal berdasar pertimbangan gambaran


positif hubungan kausal
Dalam penelitian ini terdapat hubungan dengan waktu yang tepat, karena
penyebab ada sebelum timbulnya akibat

12
4. Valilditas Eksternal – Generalisasi hasil ke populasi
1. Dapatkah hasil penelitian diaplikasikan ke populasi eligible?
Populasi studi dalam penelitian ini tidak dapat diaplikasikan ke populasi
eligible oleh karena studi penelitian ini Dalam penelitian ini tidak
dilakukan intervensi. Peneliti hanya mengelompokkan sampel serta
melakukan wawancara dan pengisisan kuesioner untuk pengambilan data.
2. Dapatkah hasil penelitian diaplikasikan ke populasi sumber?
Penelitian ini tidak dapat diaplikasikan ke populasi sumber karena subjek
diambil tidak dari semua populasi sumber.
3. Dapatkah hasil penelitian diaplikasikan ke populasi relevan lainnya?
Penelitian ini hanya dapat diaplikasikan pada populasi yang memiliki
karakteristik yang sama dengan studi ini.
Kesimpulan validitas eksternal
Hasil penelitian ini tidak dapat diaplikasikan pada populasi eligible dan
populasi sumber. Penelitian ini hanya dapat diaplikasikan pada populasi
yang memiliki karakteristik yang sama dengan studi ini.
5. Perbandingan Hasil Studi dengan Bukti Lain
1. Apakah hasil ini konsisten dengan bukti dari penelitian lain?
Hasil studi ini dapat dikatakan belum dengan penelitian lain sebab studi
menunjukkan hasil yang berbeda dengan penelitian lain. Penelitian ini
berbeda dengan studi yang dilakukan Menurut komentar provokatif oleh
Anderson dan Patterson , makanan ringan yang tidak sehat (yang
disebut "junk food") memberikan nutrisi yang tidak optimal dan
energi, lemak, gula, dan natrium yang berlebihan. Selain itu, konsumsi
berlebihan dari jenis makanan ini, mengurangi asupan makanan padat
nutrisi yang menghasilkan asupan rendah dan konsentrasi serum
rendah dari sebagian besar mikronutrien, misalnya, vitamin E, B6 dan
kalsium . Sebuah tinjauan Cochrane dari beberapa tri- als klinis yang
merangkum efikasi dan keamanan intervensi diet untuk pengobatan
dismenore, telah menjelaskan efektivitas mikronutrien tersebut dalam
mengurangi durasi dan intensitas dismenore . Studi saat ini tidak

13
menemukan hubungan antara "lakto- vegetarian" dan risiko dismenore.
Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Barnard dkk
yang melaporkan bahwa intervensi dengan diet vegetarian rendah
lemak selama dua siklus menstruasi dapat mengurangi intensitas
dismenore pada sampel 33 wanita berusia minimal 18 tahun. Diet
dalam penelitian tersebut termasuk asupan tinggi sereal, kacang-
kacangan, sayuran dan buah-buahan dengan pembatasan produk
hewani, minyak, makanan yang digoreng, alpukat, zaitun, kacang-
kacangan,
2. Apakah bukti penelitian menunjukkan spesifisitas?
Tidak ada bukti yang menunjukkan spesifisitas dari hasil studi ini, dimana
studi ini tidak mempelajari variabel lain sebagai predictor.Dalam
penelitian ini sampel dikelompokkan menjadi dua yaitu siswi dengan
dismenore dan siswi tanpa dismenorea. Peneliti melakukan pengumpulan
data dan melakukan uji statistik.
3. Apakah hasil penelitian plausabel dalam hal mekanisme biologik?
Hasil penelitian ini tidak menunjukkan plausible dalam mekanisme
biologi.
4. Jika efek utama ditunjukkan apakah hal itu koheren dengan distribusi
eksposur dan outcome?
Hasil penelitian ini menunjukkan koheren dengan distribusi eksposur
dan outcome. Hasil penelitian ini relevan, penelitian ini bisa diaplikasikan
ke populasi lain dengan karakteristik yang sama dengan studi ini.
Kesimpulan perbandingan hasil studi dengan bukti lain
Hasil penelitian ini menyiratkan bahwa pola makan, yang
ditandai dengan tingginya konsumsi gula, camilan asin, permen dan
makanan penutup, teh dan kopi, garam, jus buah, dan lemak tambahan
(dilabeli sebagai pola "camilan"), dikaitkan dengan peningkatan risiko
dismenore di kalangan wanita muda. Penelitian lebih lanjut diperlukan
dalam bidang ini untuk mengoptimalkan pola diet individu yang
menderita masalah ini.

14
15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan jurnal “Major dietary patterns in relation to menstrual pain: a
nested case control study” dapat disimpulkan bahwa dismenorea dapat
dipengaruhi oleh diet makanan yang dikonsumsi. Pola makan, yang ditandai
dengan konsumsi gula yang tinggi, snack asin, manisan dan makanan
penutup, teh dan kopi, garam, jus buah dan lemak tambahan (diberi label pola
“snack”), dikaitkan dengan in- peningkatan risiko dismenore di kalangan
wanita muda. Jurnal diatas sudah relevan untuk menunjang pelayanan
kebidanan namun belum dapat dikatakan layak dijadikan evidence based.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya penelitian ini bidan dapat memberikan
edukasi mengenai diet yang baik untuk mengurangi dismenore yang terjadi
padaremaja.

16
LAMPIRAN

Najafi et al. BMC Women's Health (2018) 18:69


https://doi.org/10.1186/s12905-018-0558-4

RESEARCH ARTICLE Open


Access

Major dietary patterns in relation to


menstrual pain: a nested case control study
1 2 3 1*
Nastaran Najafi , Hamidreza Khalkhali , Fatemeh Moghaddam Tabrizi and Rasoul Zarrin

Abstract
Background: Dysmenorrhea is one of the most prevalent gynecological disorders, experienced by approximately
two third of young women during menstruation. According to literature, nutrition can play a key role in the
prevalence and severity of dysmenorrhea. This study aims to investigate the relation between dietary patterns and
the risk of dysmenorrhea among university students.
Methods: A nested case control study was conducted among 293 students of Urmia University of Medical Sciences
who were randomly recruited via a proportional cluster sampling method. From 293 students, 46 students with
moderate to severe dysmenorrhea and 54 students without dysmenorrhea were assigned to the case and control
groups, respectively. The major dietary patterns of students were identified by factor analysis and the association
between dietary patterns and risk of dysmenorrhea was investigated using logistic regression analysis in SPSS 20.
Results: Three major dietary patterns were found and nominated as “Lacto-vegetarian”, “Snacks” and “Mixed food
items” patterns. After controlling for family history of dysmenorrhea, subjects in the second and third tertiles of
“snacks” pattern had a 4.23 (95% CI = 1.32–13.58, P = 0.01) and 3.41 (95% CI = 1.10–10.50, P = 0.03) times,
respectively, higher chance to experience moderate to severe dysmenorrhea in comparison with subjects in the
first tertile. There was no significant association between the risk of dysmenorrhea and two other dietary patterns.
Conclusions: The results indicate that adherence to “snacks” pattern is associated with an increased risk of
moderate to severe dysmenorrhea during menstruation among young women.
Keywords: Dysmenorrhea, Dietary pattern, Factor analysis

Background uterine ischemia and pain [1]. In order to relieve men-


Dysmenorrhea is one of the most common gynecologic strual pain, non-steroidal anti-inflammatory drugs
complaints reported by young women [1]. Dysmenorrhea
refers to painful cramps occurring in the lower
abdomen or pelvis during menstruation [2] and is
experienced by
60–70% of young women [3, 4]. Although
dysmenorrhea is not considered a life-threatening
disorder, it may reduce quality of life and satisfaction as it
can interfere with daily activities as well as familial or
social relationships [5]. One of the well-known
mechanisms for dysmenorrhea is the elevated release of
prostaglandins into the uterine tissue once the
menstruation begins. These metabolites increase
vasoconstriction and myometrial contractions causing

17
(NSAIDs) and oral contraceptive pills (OCPs) are the conclusive, it seems that high consumption of fish, fruits
most preferred medicines used by women [1]. Some and fiber may reduce the intensity of menstrual pain [7].
potential risk factors of dysmenorrhea are young age To our knowledge, limited studies have investigated
(less than 30 years old), body mass index (BMI) less the association between dietary patterns and dysmenor-
than 20, early menarche, aberrant menstrual flow, lon- rhea. Recently, focusing on dietary pattern approaches
ger menstrual cycles, family history of dysmenorrhea has been considered an alternative method to evaluate
and stress [6]. Although the evidence on the relation- the association between diet and risk of diseases [8]. Un-
ship between dietary factors and dysmenorrhea is in-
like a single-food approach, dietary patterns declare the
* Correspondence: rasoul.zarrin@uqconnect.edu.au habitual consumption of individuals according to pro-
1
Department of Nutrition, School of Medicine, Urmia University of Medical
Sciences, Urmia, Iran
portion, frequency and variation of food, drinks and
Full list of author information is available at the end of the article menstrual cycle, severity of menstrual flow and family
history of dysmenorrhea. A verbal multidimensional
scoring system [13] was used to assess the severity of
dysmenorrhea. Based on the pain intensity and its effect
on daily activity, symptoms, and the need for analgesics,
dysmenorrhea was categorized into four grades: zero
(none), 1 (mild), 2 (moderate) or 3 (severe). For the
other menstrual characteristics, the questions of the
Women’s Health Symptom Survey [14] were used. In
the third section, physical activity level was assessed by
the short form of International Physical Activity Ques-
tionnaire [15, 16]. In this instrument, students were
asked to report the frequency and duration of their last
7 days vigorous and moderate activities, walking and sit-
ting. According to the scores, students were categorized
into three levels of physical activity: “low” if participants
had low activities or did not meet moderate or high cat-
egory criteria, “moderate” if they had vigorous activities
for 3 days or more (at least 20 min per day), a combin-
ation of moderate activities and/or walking for 5 days or
more (at least 30 min per day) or a combination of walk-
ing, moderate or vigorous activities for at least 5 days with
MET (Metabolic Equivalent of Task)-minutes/week ≥
600, and “high” if they had vigorous activities for at least 3
days with MET-minutes/week≥1500 or a combination of
walk- ing, moderate or vigorous activities for at least 7
days with MET-minutes/week≥3000. In the fourth
section, partici- pants’ depression and anxiety levels over
the last 2 weeks were assessed by Patient Health
Questionnaire-4 [17]. This instrument had 4 items: the
first and second ques- tions measured depression and the
third and fourth ques- tions measured anxiety. The
response options were “not at all”, “several days”, “more
than half days”, and “nearly every day”, which were
scored as 0, 1, 2 and 3, respect- ively. Based on their
total scores, students were cate- gorised into four
groups: normal (0–2), mild (3–5), moderate (6–7) and
severe (9–12). In the fifth section, the participants’ dietary
intakes for the last 6 months were assessed by a 115-
item semi quantitative FFQ. This ques- tionnaire was
adapted from Block design [18] and Tehran Lipid and
Glucose Study [19]. The frequency of food in- takes
options were “2-3 times per day”, “daily”, “4-6 times per
week”, “2-3 times per week”, “weekly”, “2-3 times per
month”, “monthly”, “1-5 times during the previous 6
month” and “never”. A picture of different portion sizes
18
was given for some food items and for other items, stand- cording to factor eigenvalue greater than 1.8, the break
ard household measures (for example “cup” for drinks) or point of the scree plot and factor interpretability, factors
standard units were used. Daily intake of food items (dietary patterns) were noted. These factors were nomi-
(gram/day) was calculated using both frequencies and nated based on food groups with factor loading> 0.2. After
por- tion sizes. Total energy intake (kcal/day) of subjects computing factor scores for each individual, we catego-
was calculated according to the data available at rized participants by tertiles of scores and the first tertile
USDA (United States Department of Agriculture) national was considered as a reference. We used logistic regression
nutri- ent database [20] or other sources [21, 22]. Then, to calculate the crude and adjusted odds ratios (OR) and
food items were categorized into 30 separate groups the 95% confidence intervals to interpret the association
based on the previous studies [23, 24] or similarities in between dietary patterns and risk of dysmenorrhea. Ad-
their nu- trient profile. The FFQ was validated with justed ORs were calculated by adjusting for family history
two 24/h dietary recalls and the correlation of dysmenorrhea. A P value of < 0.05 was considered
coefficients ranged from 0.08 (low fat dairy products) statistically significant.
and 0.64 (for high fat dairy products) for food groups.
Body weight was measured (without shoes and in light Results
clothing) to the nearest 0.01 kg using a digital scale Among 293 students, the frequency of dysmenorrhea
(Beurer BF18 Digital Scale). Height was measured in the was 74.3% (95% CI; 69.3, 79.3%) (Mild dysmenorrhea
standing position without shoes to the nearest 0.1 cm. was 17.7%, moderate dysmenorrhea was 45.7% and
BMI was calculated by dividing weight in kilogram by severe dysmenorrhea was 10.9%). The mean ± SD
their height in meters squared. (Standard Deviation) values for age of participants
was 22.2 ± 2.18 years (range, 19–30), age at menarche
Data analysis was 13.23 ± 1.34 years (range, 9–18), length of men-
All statistical analyses were performed using IBM SPSS strual cycle was 28.39 ± 3.45 days (range, 20–50) and
Software Package for Windows (version 20.0, Armonk, bleeding length was 5.6 ± 1.47 days (range, 2–11). As
NY: IBM Corp). The Kolmogorov–Smirnov test was for marital and residential status, of the 293 students,
used to determine whether continuous variables follow a 266 (90.8%) were single (9.2% were married) and 165
normal distribution. Independent-samples t-test, Mann- (54.3%) resided at the dormitories. The menstrual
Whitney U test, Pearson chi squared test and Fisher’s characteristics, physical activity and depression/anxiety
exact test were used to compare continuous or categorical levels of 46 cases and 54 controls are shown in Table 1.
variables between case and control groups. To identify Compared to the control group, cases tended to have
dietary patterns, principal component analysis was carried higher levels of menstrual flow (F = 5.89, P = 0.01),
out and the factors were rotated by varimax rotation. Ac- higher
Table 1 Characteristics of the case and control groups
a
Variables Cases (n = 46) Controls (n = 54) P-value
Age (y) (Mean ± SD) 21.89 ± 1.43 21.92 ± 1.83 0.41
Age at menarche (y) (Mean ± SD) 13.43 ± 1.47 13.61 ± 1.43 0.28
Length of menstrual cycle (days) 28.63 ± 1.92 28.44 ± 3.23 0.19
Menstrual cycle regularity, n (%) 0.49
Yes 46 (46.9) 52 (53.1)
No 0 2 (100)
Bleeding length (days) 5.52 ± 1.5 5.19 ± 1.1 0.09
Severity of menstrual flow, n (%) 0.01
Low 0 3 (100)
Moderate 30 (41.7) 42 (58.3)
Severe 16 (64) 9 (36)
Family history of dysmenorrhea, n (%) < 0.001
Yes 41 (56.9) 31 (43.1)
No 5 (17.9) 23 (82.1)
Physical activity level, n (%) 0.71
Low 11 (47.8) 12 (52.2)
Moderate 27 (48.2) 29 (51.8)
High 8 (38.1) 13 (61.9)

19
Depression-anxiety levels, n (%) 0.02
Normal 9 (30) 21 (70)
Mild 24 (49) 25 (51)
Moderate 8 (80) 2 (20)
Severe 5 (45.5) 6 (54.5)
2
BMI (kg/m ), (Mean ± SD) 21.71 ± 2.69 21.59 ± 2.39 0.4
Daily energy intake (Kcal), (Mean ± SD) 2655.20 ± 822.39 2706.99 ± 892.50 0.59
a
Significance is derived from Pearson chi squared test for categorical variables (family history of dysmenorrhea, physical activity level and depression-anxiety
level); fisher’s exact test for severity of menstrual flow and cycle regularity; independent-samples t-test for BMI and daily energy intake and Mann-Whitney U test
for age, age at menarche, length of menstrual cycle and bleeding length

frequency of family history of dysmenorrhea (Pearson “Mixed food items” pattern explained the least variance
chi squared = 12.4, df = 1, P < 0.001) and higher (6.23%) and included high intakes of poultry, mayon-
levels of depression and anxiety (Pearson chi squared = naise, sugar sweetened beverages, fast food, potatoes,
7.92, df = 3, P = 0.02). No significant difference was egg and red meats.
found in other characteristics between case and control Crude odds ratios for risk of dysmenorrhea across the
groups. tertiles of derived dietary patterns are presented in
Food items in the FFQ were summarized in 30 groups Table 4. Subjects in the second and third tertiles of the
shown in Table 2. Adequacy of sample size and “snacks” pattern, had a 4.07 (95% CI: 1.35–12.22, P =
suitabil- ity of data for applying factor analysis were 0.01) and 3.15 (95% CI: 1.09–9.12, P = 0.03) times,
confirmed by Kaiser-Meyer-Olkin (KMO = 0.603) and respectively, greater chance to experience 2nd to 3rd
Bartlett’s tests (P < 0.001). Three major patterns were grade dysmenor- rhea in comparison with subjects in the
derived which ex- plained 23.65% of total variance. first tertile. There was no significant association between
Factor loading values of food groups for dietary dysmenorrhea and the other two patterns. Adjusted odds
patterns are shown in Table 3. “Lacto-vegetarian” ratios for dysmen- orrhea risk across the tertiles of
pattern, explained 10.65% of total variance, included “snacks” pattern are shown in Table 5. After
high intakes of vegetables (all kinds), legumes, fruits, controlling for family history of dysmenorrhea, the
dairy products, vegetable patties (an Iranian egg- results for “snacks” pattern stayed rela- tively unchanged
based food), nuts, pickles and butter. “Snacks” and subjects in the second and third ter- tiles were 4.23
pattern explained 6.76% of variance and had high (95% CI: 1.32–13.58, P = 0.01) and 3.41 (95% CI: 1.10–
factor loadings on sugars, salty snacks, sweets and 10.50, P = 0.03) times, respectively, more
desserts, tea and coffee, salt, fruit juices and added
fat.

20
Table 2 Food groups used in factor analysis Table 3 Factor loadingsa of food groups in derived dietary
Food groups Food items patterns
Red meats Red meats, ground meats, Food groups Dietary patterns
meatballs, kabob, heart or liver
(organ meats) Lacto-vegetarian Snacks Mixed food items
Other Vegetables 0.641
Fish Fish, canned tuna fish
Tomatoes 0.565
Poultry Chicken (with or without
Yellow vegetables 0.534
skin) Eggs Eggs
Legumes 0.523
Low fat dairy products Low fat milk, low fat yoghurt, dough
(yoghurt drink) Fruit 0.502
High fat dairy products Whole milk, chocolate milk, high fat Green leafy vegetables 0.443
yoghurt, cream cheese, other cheese,
ice cream, cream Cruciferous vegetables 0.424

Tea and coffee Tea, coffee Low fat dairy products 0.403
Fruit Apples or pears, strawberries, cherries, Vegetable patties 0.393
apricots, grapes, peaches or nectarines, High fat dairy products 0.364 0.287
figs, cantaloupe or watermelon, bananas,
mangos, persimmons, pomegranates, Nuts 0.297 0.244
kiwis, oranges or tangerines or lemons,
Pickles 0.275
grapefruit, canned fruits, dates, raisins,

jam, candies

French fries French fries


Fast food Pizza, burgers, chicken sandwiches,
fried chicken, sausages, lunch meats Discussion
Salty snacks Potato Chips, corn puffs, crackers,
In the present study, three major dietary patterns includ-
popcorn ing “lacto-vegetarian”, “snacks” and “mixed food items”
Mayonnaise Mayonnaise were derived using factor analysis. The three patterns
explained 23.65% of total variance. The “snacks” pattern
Added fats Added fats
was associated with risk of dysmenorrhea before and
after controlling for family history of dysmenorrhea.

2
nut butters and seeds. Since the “lacto-vegetarian” pattern
Table 4 Crude odds ratios for dysmenorrhea risk across tertiles included high-fat dairy products, nuts and butter, it could
of three major dietary patterns not be considered a low fat diet. In the mentioned study,
a b c
Dietary patterns Β (SE) OR (95% CI ) Pd both single and married women with a wide range of ages
Lacto-vegetarian 0.47 (> 18 years) were included to study. Moreover, they
did not adjust their analyses for potential cofounders and
T1 – 1 – –
also did not indicate any exploration of the pathologic
T2 −0.47 0.62 (0.25–1.56) 0.31
diseases of dysmenorrhea through medical examinations.
T3 −0.58 0.55 (0.19–1.59) 0.27 Applying different pain measuring instruments can also
Snacks 0.03 explain dif- ferent findings in both studies. This study has
T1 – 1 – – some limi- tations. First, although ultrasonography was
T2 1.40 4.07 (1.35–12.22) 0.01 applied to rule out participants with certain underlying
genital dis- eases, this method was not accurate enough
T3 1.15 3.15 (1.09–9.12) 0.03
to diagnose all of the related diseases. For instance, The
Mixed food items 0.21
gold standard for the diagnosis of endometriosis is
T1 – 1 – – laparoscopy [28] which was not applicable in the current
T2 −0.17 0.84 (0.39–2.86) 0.73 study. Hence, dis- crimination between primary and
T3 −0.82 0.43 (0.27–1.90) 0.09 secondary dysmenor- rhea was impossible and
a
Regression coefficient menstrual pain as a whole was considered. Second, no
b
c
Odds ratio additional data about the type of
Confidence interval

was obtained from subjects. Third, we evaluated the diet-


According to a provocative commentary by Anderson ary intakes of individuals using FFQs which increased the
and Patterson [25], unhealthy snack food (called “junk possibility of measurement error. Forth, dietary pattern
food”) provide suboptimal nutrition and excessive energy, approaches were prone to subjective decisions in the fields
fat, sugar and sodium. Furthermore, over-consumption of of food categorization, selection or nomination of factors
these kinds of food, decreases the intakes of nutrient- which made it difficult to compare the patterns derived by
dense food which results in low intakes and low serum different studies.
concentrations of most micronutrients, e.g., vitamin E,
B6 and calcium [26]. A Cochrane review of several clinical Conclusions
tri- als which summarized the efficacy and safety of The results of this research imply that diet, characterized
dietary in- terventions for the treatment of dysmenorrhea, by a high consumption of sugars, salty snacks, sweets
have explained the effectiveness of such micronutrients and desserts, tea and coffee, salt, fruit juices and added fat
in re- ducing the duration and intensity of (labeled as “snacks” pattern), is associated with an in-
dysmenorrhea [27]. The current study found no creased risk of dysmenorrhea among young women. More
association between “lacto- vegetarian” and risk of research is needed in this field to optimize the dietary pat-
dysmenorrhea. This result was in- consistent with the terns of individuals suffering from this problem.
study conducted by Barnard et al. [10] who reported that
Abbreviations
intervention by a low fat vegetarian diet for two
BMI: Body Mass Index; CI: Confidence Interval; FFQ: Food Frequency
menstrual cycles can reduce the intensity of dys- Questionnaire; KMO: Kaiser-Meyer-Olkin; MET: Metabolic Equivalent of Task;
menorrhea in a sample of 33 women aged at least 18 years NSAID: Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drug; OCP: Oral Contraceptive Pill;
OR: Odds Ratio; SD: Standard Deviation; USDA: United States Department of
old. The diet in the mentioned study included high
Agriculture
intakes of cereals, legumes, vegetables and fruits with
restriction on animal products, oils, fried food, avocados, Acknowledgments
olives, nuts, The authors would like to thank all participants who generously gave their
time to be part of the study.

Table 5 Adjusted odds ratios for dysmenorrhea risk across


tertiles of “snacks” pattern

Dietary patterns Β (SE)a ORb (95% CIc) Pd Availability of data and materials
Snacks 0.03 Due to ethical concerns, supporting data cannot be made available.

T1 – 1 – – Authors’ contributions
T2
questionnaire; 1.44
NN and RZ contributed 4.23collection,
to data (1.32–13.58)
interpretation 0.01 RZ and HK helped design the study; RZ, NN and FMT designed the study

T3 1.22 3.41 (1.10–10.50) 0.03 data and manuscript preparation; HK and NN carried out the statistical
a
Regression coefficient analysis; FMT and RZ contributed to the evaluation and the edition of the
b
Odds ratio manuscript; RZ was involved in a critical revision of the manuscript for
c
Confidence interval important intellectual content and supervised the research. All authors have
d
Adjusted for family history of dysmenorrhea read and approved the final manuscript.
3
4

Ethics approval and consent to participate


The study protocol was approved by the Ethics Committee of Urmia University of Medical Sciences. The purpose of this research
was explained to all students and they were ensured that their responses would remain confidential. Written informed consents
were obtained from all participants before inclusion in the study.

Competing interests
The authors declare that they have no competing interests.

Publisher’s Note
Springer Nature remains neutral with regard to jurisdictional claims in
published maps and institutional affiliations.

Author details
1 2
Department of Nutrition, School of Medicine, Urmia University of Medical Sciences, Urmia, Iran. Department of Biostatistics and
3
Epidemiology, School of Medicine, Urmia University of Medical Sciences, Urmia, Iran. Department of Midwifery, School of
Nursing and Midwifery, Urmia University of Medical
Sciences, Urmia, Iran.

Received: 3 July 2017 Accepted: 1 May 2018

References
1. Harel Z. Dysmenorrhea in adolescents and young adults: an update on pharmacological treatments and management
strategies. Expert Opin Pharmacother. 2012;13:2157–70.
2. Katz VL. Comprehensive gynecology. 5th ed. Philadelphia: Mosby Elsevier;
2007.
3. Ortiz MI. Primary dysmenorrhea among Mexican university students:
prevalence, impact and treatment. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol. 2010;
152:73–7.
4. Unsal A, Ayranci U, Tozun M, Arslan G, Calik E. Prevalence of dysmenorrhea and its effect on quality of life among a group of
female university students. Ups J Med Sci. 2010;115:138–45.
5. Iacovides S, Avidon I, Bentley A, Baker FC. Reduced quality of life when experiencing menstrual pain in women with primary
dysmenorrhea. Acta Obstet Gynecol Scand. 2014;93:213–7.
6. Ju H, Jones M, Mishra G. The prevalence and risk factors of dysmenorrhea.
Epidemiol Rev. 2013;36:104–13.
7. Fjerbaek A, Knudsen UB. Endometriosis, dysmenorrhea and diet-what is the evidence? Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol.
2007;132:140–7.
8. Hu FB. Dietary pattern analysis: a new direction in nutritional epidemiology.
Curr Opin Lipidol. 2002;13:3–9.
9. Essery Stoody E, Spahn J, McGrane M, MacNeil P, Fungwe T, Altman J, et al.
A series of systematic reviews on the relationship between dietary patterns and health outcomes. Alexandria: Evidence Analysis
Library Division, Center for Nutrition Policy and Promotion, US Department of Agriculture; 2014.
10. Barnard ND, Scialli AR, Hurlock D, Bertron P. Diet and sex-hormone binding globulin, dysmenorrhea, and premenstrual symptoms.
Obstet Gynecol.
2000;95:245–50.
11. Shaebani M, Mohammad Alizadeh S. Primary dysmenorrhea among dormitory students of Tabriz. Tabriz Nurs Midwifery J.
2010;5:15–21.
12. Willett W. Nutritional epidemiology. In: Monographs in epidemiology and biostatistics. 2nd ed. New York: Oxford University Press;
1998.
13. Andersch B, Milsom I. An epidemiologic study of young women with dysmenorrhea. Am J Obstet Gynecol. 1982;144:655–
60.
14. World Endometriosis Research Foundation-Women’s Health Symptom Survey.
http://www.endometriosisfoundation.org/WERF-WHSS- Questionnaire-English.pdf.
15. Craig CL, Marshall AL, Sjostrom M, Bauman AE, Booth ML, Ainsworth BE,
et al. International physical activity questionnaire: 12-country reliability and validity. Med Sci Sports Exerc. 2003;35:1381–95.
16. IPAQ Research Committee. Guidelines for data processing and analysis of the international physical activity questionnaire (ipaq)-
short and long forms.
2005. http://youthrex.com/wp-content/uploads/2017/06/IPAQ-TM.pdf. Accessed 10 Jan 2013.
17. Kroenke K, Spitzer RL, Williams JB, Lowe B. An ultra-brief screening scale for anxiety and depression: the PHQ-4. Psychosomatics.
2009;50:613–21.
5

18. Block G, Hartman AM, Dresser CM, Carroll MD, Gannon J, Gardner L. A data- based approach to diet questionnaire design and
testing. Am J Epidemiol.
1986;124:453–69.
19. Mirmiran P, Hosseini Esfahani F, Mehrabi Y, Hedayati M, Azizi F. Reliability and relative validity of an FFQ for nutrients in the
Tehran lipid and glucose study. Public Health Nutr. 2010;13:654–62.
20. U.S. Department of Agriculture, Agricultural Research Service. USDA national nutrient database for standard reference, release 27.
2014. https://www.ars. usda.gov/northeast-area/beltsville-md-bhnrc/beltsville-human-nutrition- research-center/nutrient-data-
laboratory/docs/sr27-home-page/.
21. Ghazizadeh M, Behnammoradi M. Recipe calculation of six Iranian egg-based dishes (KuKu). Procedia Food Sci. 2015;4:48–54.
22. TürKomp, Turkish Food Composition Database, version 1.0. Food institute, TÜBİTAK Marmara Research Center, Gebze/
Kocaeli. 2014. http://www.turkomp.gov.tr. Accessed 11 June 2016.
23. Karimi Z, Jessri M, Houshiar-Rad A, Mirzaei HR, Rashidkhani B. Dietary patterns and breast cancer risk among women. Public
Health Nutr. 2014;17:
1098–106.
24. Alizadeh M, Didarloo A, Esmaillzadeh A. Dietary patterns of young females and their association with waist circumference as a
health index in northwest of Iran, 2007. Iran Red Crescent Med J. 2015;17:e17594.
25. Anderson JW, Patterson K. Snack foods: comparing nutrition values of
excellent choices and “junk foods”. J Am Coll Nutr. 2005;24:155–6. discussion 156-7
26. Kant AK. Consumption of energy-dense, nutrient-poor foods by adult Americans: nutritional and health implications. The third
national health and nutrition examination survey, 1988–1994. Am J Clin Nutr. 2000;72:929–36.
27. Proctor ML, Murphy PA. Herbal and dietary therapies for primary and secondary dysmenorrhoea. Cochrane Database Syst Rev.
2001;3:Cd002124.
28. Scarselli G, Rizzello F, Cammilli F, Ginocchini L, Coccia ME. Diagnosis and
treatment of endometriosis. A review. Minerva Ginecol. 2005;57:55–78.
6
7

Anda mungkin juga menyukai