Anda di halaman 1dari 22

Journal Reading

MANAGEMENT OF CHRONIC AND GESTATIONAL HYPERTENSION OF


PREGNANCY: A GUIDE FOR PRIMARY CARE NURSE PRACTITIONERS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada Kehamilan Sehat

Oleh:

ROSI FRITA ANDINI SAMOSIR


P07124519019

Pembimbing Akademik:
Dwiana Estiwidani, SST, MPH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Journal Reading

“Management of Chronic and Gestational Hypertension of Pregnancy: A Guide


for Primary Care Nurse Practitioners”

Oleh:
ROSI FRITA ANDINI SAMOSIR
NIM. P07124519019

Menyetujui,
Pembimbing Akademik

Dwiana Estiwidani, SST, MPH


NIP. 197904182002122001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Hesty Widyasih, SST.M.Keb


NIP. 197910072005012004

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Journal Reading dengan judul
“Management of Chronic and Gestational Hypertension of Pregnancy: A Guide for
Primary Care Nurse Practitioners”.
Penulisan Journal Reading ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas
praktik asuhan kebidanan holistik pada kehamilan sehat. Laporan ini terwujud atas
bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. DR. Yuni Kusmiyati, SST, MPH, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Yogyakarta yang telah memfasilitasi untuk praktik
klinik
2. Hesty Widyasih, SST.M.Keb, selaku Ketua Prodi yang telah memfasilitasi
dan meberikan arahan
3. Dwiana Estiwidani, SST, MPH, selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan masukan kepada penulis.
4. Sri Suryanti, A.Md. Keb, selaku pembimbing lahan yang telah memberikan
bimbingan, arahan dan masukan kepada penulis.
5. Teman-teman yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan
Laporan Komprehensif ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Journal Reading ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Yogyakarta, Oktober 2019


Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iv
BAB I ISI JURNAL..................................................................................... 1
A. Judul dan Penulis............................................................................... 1
B. Abstrak............................................................................................... 1
C. Pendahuluan....................................................................................... 2
D. Kriteria Diagnostik............................................................................. 3
E. Manajemen Non-Farmakologis......................................................... 4
F. Manajemen Farmakologis.................................................................. 4
G. Kesimpulan........................................................................................ 7
BAB II TELAAH JURNAL........................................................................ 8
A. PICOT................................................................................................ 8
B. RAMMbo........................................................................................... 8
C. Desain Terbaik................................................................................... 8
D. Quality of Evidence........................................................................... 8
E. Strenght Recommendation................................................................. 8
BAB III TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 9
A. Pengertian.......................................................................................... 9
B. Tanda dan Gejala Hipertensi.............................................................. 11
C. Klasifikasi Hipertensi pada Kehamilan............................................. 11
D. Definisi Hipertensi Kronik................................................................. 12
E. Etiologi Hipertensi Kronik................................................................. 12
F. Diagnosis Hipertensi Kronik pada Kehamilan.................................. 12
G. Dampak hipertensi kronik pada kehamilan........................................ 13
H. Pemeriksaan laboratorium................................................................. 13
I. Pengelolaan pada kehamilan.............................................................. 13
J. Evaluasi janin..................................................................................... 14
K. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia..................... 14
L. Persalinan pada kehamilan dengan hipertensi kronik........................ 15
M. Perawatan pasca persalinan................................................................ 15
N. Pencegahan........................................................................................ 15
BAB IV PENUTUP...................................................................................... 10
A. Kesimpulan........................................................................................ 17
B. Saran.................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTKA...................................................................................... 18

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Dan Penulis
Judul: Management of Chronic and Gestational Hypertension of Pregnancy:
A Guide for Primary Care Nurse Practitioners
Penulis: Leah Spiro and Donna Scemons
Tempat: California State University, Los Angeles, USA
Tahun: 2018

B. Abstrak
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguraikan pedoman,
menurut Kongres Amerika Ahli Obstetri dan Ginekologi,tentang cara
mengelola hipertensi sebelum dan selama kehamilan. Pelayanan primer tidak
memiliki pengetahuan untuk memulai pengobatan dan mengelola hipertensi
pada pasien yang berencana keluarga atau pada tahap awal kehamilan
sebelum mentransfer perawatan ke dokter kandungan, atau mungkin pasien
yang tidak pernah melakukan perawatan transfer karena kurangnya akses atau
pendanaan. Makalah ini bertujuan untuk membahas bagaimana Praktisi
Perawat Keluarga, atau penyedia perawatan primer lainnya, dapat dengan
aman dan efisien mempertahankan tekanan darah yang stabil pada pasien
dengan hipertensi sebelum, selama, dan setelah kehamilan.
Latar Belakang dan Implikasi untuk Keperawatan: Dokter sering
menunda merujuk komplikasi kehamilan ke dokter kandungan. Praktisi
primer merawat pasien-pasien ini selama pra-kehamilan atau perencanaan
kehamilan, dan bahkan selama kehamilan di komunitas yang minim akses
perawatan kandungan kehamilannya.
Desain: Mendiskusikan pedoman ACOG (American College of Obstetricians
and Gynecologists) dan rekomendasi manajemen hipertensi yang aman,
sebelum, selama dan setelah hamil.
2

Sumber data: Kriteria inklusi memanfaatkan penelitian terbaru dalam 5


tahun terakhir.
Kesimpulan: Sangat penting bagi dokter dan perawat untuk menggunakan
penelitian saat ini mengenai hipertensi seputar kehamilan dan mendorong
pasien yang berencana keluarga untuk memanfaatkan semua data tersebut
untuk memiliki kehamilan yang sehat dan sukses. Untuk
melakukannya,praktisi yang menyeluruh diminta untuk merawat pasien di
seluruh spektrum semua situasi kesehatan dan kesejahteraan yang terkait.
Kata kunci: Obstetik, Hipertensi Gastasional, Hipertensi Pregestasional,
Hipertensi, Wanita.
C. Pendahuluan
Penelitian ini akan menyajikan data terbaru tentang pengelolaan
gangguan hipertensi selama kehamilan menurut ACOG. Praktisi utama sering
tidak memiliki pengetahuan tentang bagaimana memperlakukan wanita yang
sedang dalam proses keluarga berencana atau pada tahap awal kehamilan.
Hipertensi adalah kelainan yang sangat umum di antara wanita Amerika dan
kurangnya pengetahuan tentang cara mengobati hipertensi dalam kehamilan
dapat merusak kehamilan dan kesehatan ibu dan janin. Di bawah ini adalah
panduan untuk memahami klasifikasi hipertensi dalam kehamilan dan cara
mengobatinya.
Manajemen pasien preeklampsia cukup dipahami, meskipun banyak
ambiguitas tampaknya ada di sekitar perawatan hipertensi kronis atau
kehamilan.Kesenjangan yang luas tampaknya ada dalam pengetahuan dan
pendidikan penyedia perawatan primer, termasuk Praktisi Perawat (NP).
Dengan demikian, kultur telah menjadi rujukan masalah medis selama
kehamilan ke dokter kandungan. Praktik medis yang aman selama kehamilan
menambah aspek kompleksitas tambahan pada sistem perawatan kesehatan
yang sudah rumit untuk memastikan kesejahteraan ibu dan janin. Sementara
merawat pasien yang berusaha untuk hamil, atau mungkin pada tahap awal
3

kehamilan, penyedia perawatan primer bertanggung jawab untuk memahami


bagaimana mengelola masalah medis yang sudah ada sebelumnya atau
mungkin timbul, terutama hipertensi. Menurut ACOG, praktisi perawatan
primer harus memiliki pemahaman dasar tentang pengelolaan gangguan
hipertensi kehamilan, karena mereka berdampak hingga 10% dari kehamilan
di seluruh dunia dan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
ibu. Rekomendasi ACOG juga menyatakan bahwa “perawatan yang kurang
optimal dari pasien dengan preeklamsia dan gangguan hipertensi kehamilan
lainnya dilaporkan terjadi dengan beberapa frekuensi di seluruh dunia,
berkontribusi terhadap cedera ibu dan perinatal yang mungkin telah
dihindari,” oleh karena itu lebih lanjut mendorong penyedia untuk
mendapatkan keterampilan dan kecakapan untuk membedakan dan mengelola
gangguan hipertensi selama kehamilan.
D. Kriteria Diagnostik
Membangun diferensiasi konkret antara variasi gangguan hipertensi
tetap menjadi panduan yang diperlukan untuk penyedia utama. Menurut
ACOG (2013), hipertensi gestasional merupakan tekanan darah sistolik onset
baru 140 mmHg atau tekanan darah diastolik 90 mmHg setelah 20 minggu
kehamilan (atau sebelum 12 minggu postpartum) dan tanpa proteinuria atau
bukti disfungsi organ akhir, seperti trombositopenia, peningkatan kreatinin di
atas 1,1 mg / dL atau peningkatan enzim hati . Hipertensi gestasional atau
kronis dianggap parah ketika tekanan darah sistolik adalah 160 mmHg dan /
atau tekanan darah diastolik adalah 110 mmHg pada dua kesempatan berturut-
turut setidaknya berjarak empat jam. Hipertensi yang terjadi lebih awal dari
20 minggu kemungkinan sudah ada sebelumnya meskipun tampaknya baru,
sehingga hipertensi pra-kehamilan atau kronis; kehadiran proteinuria
menunjukkan preeclampsia
4

E. Manajemen Non-Farmakologis
Manajemen pasien dengan hipertensi gestasional dapat dengan aman
dilakukan sebagai pasien rawat jalan ketika tidak ada bukti hipertensi berat
atau perkembangan menjadi preeklampsia yang hadir melalui pemantauan
tekanan darah mingguan di kantor dan ekskresi protein urin, serta dua kali
seminggu pengukuran tekanan darah di rumah.
Penatalaksanaan pasien dengan hipertensi kronis dan gestasional
serupa setelah preeklampsia telah dikesampingkan. Intervensi non-
farmakologis meliputi aktivitas pasien atau tingkat olahraga dan diet. Menurut
Abdul Sultan et al. (2013), praktisi tidak dianjurkan menempatkan pasien
pada tirah baring yang ketat dan didorong untuk mempertahankan tingkat
aktivitas fisik yang normal, karena tirah baring yang lama telah terbukti
meningkatkan risiko tromboemboli vena, terutama mengingat
hiperkoagulabilitas fisiologis kehamilan. Latihan kekuatan dan olahraga
isometrik murni, termasuk angkat beban, dan latihan aerobik tidak dianjurkan
karena dapat meningkatkan tekanan darah secara akut ke tingkat yang parah,
meningkatkan risiko untuk kejadian yang merugikan, termasuk stroke; banyak
penelitian diperlukan dalam bidang ini karena olahraga juga telah terbukti
mengurangi tekanan darah dan bantuan dalam pengobatan. Namun ACOG,
merekomendasikan 30 menit olahraga moderat pada sebagian besar hari
dalam seminggu untuk “merangsang angiogenesis plasenta dan meningkatkan
disfungsi endotel ibu (hal 29). Secara mengejutkan, ACOG (2013) tidak
menemukan bukti yang menunjukkan manfaat dalam membatasi asupan
natrium selama kehamilan, sehingga mereka merekomendasikan untuk tidak
membatasi asupan dalam pencegahan preeklampsia.
F. Manajemen Farmakologis
Manajemen farmakologis adalah pengobatan utama dan tidak terbatas
pada agen antihipertensi. The American Heart Association (2011)
merekomendasikan aspirin dosis rendah 81 mg atau kurang untuk diinisiasi
5

sebelum usia kehamilan 20 minggu untuk mencegah preeklampsia sebagai


gejala sisa hipertensi. Meta-analisis Cochrane menunjukkan kemanjuran
hanya jika dimulai lebih awal dari 20 minggu kehamilan, sehingga aspirin
digunakan terutama dalam pengobatan hipertensi kronis daripada hipertensi
kehamilan atau preeklampsia.ACOG juga menyarankan penggunaan agen
antiplatelet pada wanita dengan risiko awal yang tinggi untuk pengembangan
preeklampsia.Meskipun memiliki efek sederhana, biaya dan risiko rendah,
sehingga pencegahan primer dengan aspirin direkomendasikan.
Penyedia perawatan primer bertanggung jawab untuk menilai wanita
sebelum hamil, atau pada awal kehamilan untuk faktor-faktor yang dapat
mengindikasikan hipertensi sekunder sesuai dengan Laporan Ketujuh Komite
Bersama Nasional tentang Pencegahan, Deteksi, Evaluasi, dan Perawatan
Tekanan Darah Tinggi dan menetapkan dasar serologi sebagai titik
perbandingan harus dicurigai preeklampsia pada kehamilan berikutnya (NIH,
2004). Ada sedikit data yang menunjukkan target tepat tekanan darah pada
kehamilan, meskipun banyak penelitian ada pada pasien yang tidak hamil
merekomendasikan pengobatan farmakologis untuk tekanan darah yang
menandakan hipertensi: di atas 160 mmHg sistolik atau diastolik 105 mmHg,
meskipun penurunan tekanan darah yang agresif (di bawah 140 mmHg
sistolik atau 80 mmHg diastolik) tidak dianjurkan karena kemungkinan
penurunan aliran darah uteroplasenta dari overmedikasi dan hipotensi yang
diinduksi.
Semua obat antihipertensi melintasi sawar plasenta ke janin, sehingga
pemilihan obat antihipertensi sangat penting untuk memastikan efek minimal
yang tidak menguntungkan. Hipertensi kronis yang tidak diobati
meningkatkan risiko malformasi jantung kongenital. Sebagian besar pasien
dengan hipertensi kronis diobati dengan inhibitor enzim pengonversi
angiotensin (ACE inhibitor) atau Angiotensin II Receptor Blockers (ARBs),
atau penghambat renin langsung, yang semuanya berhubungan dengan
6

kelainan ginjal janin yang menonjol, oligohidramnion, hipoplasia paru,


pembatasan pertumbuhan janin dan kelainan kalvarial saat diminum selama
kehamilan. Dengan demikian, menurut ACOG (2013) inisiasi obat-obatan ini
harus dihindari, dan wanita yang merencanakan kehamilan harus dialihkan ke
obat yang lebih aman. Beberapa agen oral telah dipelajari dalam kelompok
campuran pasien hipertensi untuk keamanan dan kemanjuran dalam
kehamilan dalam pengaturan rawat jalan termasuk Methyldopa, Labetalol dan
Procardia.
Methyldopa, agonis adrenergik alfa-2 yang bekerja secara terpusat,
seringkali digunakan sebagai agen lini pertama, terutama karena sejarah
keselamatan dan penggunaannya yang sudah lama dalam kehamilan; karena
mekanisme aksi tidak langsung, kontrol tekanan darah dilakukan secara
bertahap selama 6-8 jam dan paling baik untuk pengobatan hipertensi ringan
daripada sedang atau bera. Labetalol, beta-blocker non-selektif, sering
digunakan untuk mengobati hipertensi pada kehamilan, meskipun dapat
menyebabkan bronkospasme dan harus dihindari pada penderita asma.
Labetalol telah digunakan secara luas dalam kehamilan dan telah
terbukti efektif dalam pengobatan hipertensi ringan hingga sedang, meskipun
beberapa data menunjukkan sedikit peningkatan pada bayi kecil untuk usia
kehamilan (SGA). Procardia, penghambat saluran kalsium, juga sering
digunakan dalam kehamilan untuk mengobati hipertensi ringan hingga sedang
dan telah menunjukkan indikasi hasil perinatal yang merugikan atau
penurunan aliran darah uterus. Diuretik memiliki beberapa kegunaan dalam
kehamilan, khususnya dengan hipertensi garam-sensitif dan untuk pasien
dengan penurunan fungsi ginjal, meskipun ada beberapa kekhawatiran
mengenai keamanan; Perhatian yang cermat harus diberikan untuk
menghindari hipokalemia dan pembatasan pertumbuhan janin dari penurunan
volume intravaskular. ACOG merekomendasikan Methyldopa, Labetalol, dan
Procardia sebagai obat lini pertama dalam pengobatan hipertensi pada
7

kehamilan, dan penggunaan diuretik hanya sebagai obat lini kedua dalam
situasi yang secara spesifik membutuhkan mekanisme aksi.
G. Kesimpulan
Penatalaksanaan hipertensi pada kehamilan bersifat langsung dan
dapat dimulai oleh penyedia perawatan primer sementara wanita usia subur
berusaha untuk hamil dan pada tahap awal kehamilan, sebelum perawatan
dipindahkan ke dokter kandungan primer. Sangat penting bahwa penyedia
layanan dapat membedakan antara jenis hipertensi dalam kehamilan, memulai
pengobatan awal, dan mengelola hipertensi dengan aman dan efektif
sepanjang kehamilan.
BAB II
TELAAH JURNAL

A. PICOT
Populasi Ibu hamil dengan hipertensi dari kumpulan berbagai jurnal
Intervensi Tidak ada
Comparati Tidak Ada
f
Outcome Faktor risiko hipertensi
Time Juli 2018

B. RAMMbo

Representatif Ya
Alokasifair Ya
Maintenance Ya
fair
Measurement Tidak dijelaskan
Blinded
Objective

C. Desain Terbaik : RCT –meta analisis


D. Quality of Evidence :I
E. Strenght Recommendation :A

8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥ 140/90 mmHg.
Pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam.
Klasifikasi: hipertensi kronik, preeklampsia-eklampsia, hipertensi kronik dengan
superimposed preeklampsia, hipertensigestasional.
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah
didalam arteri.Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,
dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya
resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan
ginjal.
Hipertensi atau darah tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal atau kronis (dalam waktu yang lama).
Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-
satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah
kita secara teratur.
Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan
dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang
ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada
pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang
berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita
yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi
140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
10

Secara sederhana, hipertensi diartikan sebagai keadaan dimana tekanan


darah meningkat.Tekanan darah merupakan ukuran kekuatan darah saat menekan
dinding pembuluh darah arteri, pembuluh nadi yang menghantarkan darah ke
seluruh tubuh.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih
tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah
diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah ditulis sebagai
tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmHg, dibaca
seratus dua puluh per delapan puluh. Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada
saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan
diastolic mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Pada tekanan darah
tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Pada hipertensi
sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan
diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran
normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami
kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun
dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian
berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Hipertensi maligna
adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak diobati, akan menimbulkan
kematian dalam waktu 3-6 bulan. Hipertensi ini jarang terjadi, hanya 1 dari setiap
200 penderita hipertensi. Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi
secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang
jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas
fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah
ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di
waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari.
11

B. Tanda Dan Gejala Hipertensi


Secara umum, tekanan darah tinggi ringan tidak terasa dan tidak mempunyai
tanda-tanda. Boleh jadi berlangsung selama beberapa tahun tanpa disadari oleh
orang tersebut. Sering hal itu ketahuan tiba-tiba, misalnya pada waktu
mengadakan pemeriksaan kesehatan, atau pada saat mengadakan pemeriksaan
untuk asuransi jiwa. Kadang-kadang tanda-tanda tekanan darah tinggi yang
digambarkan itu adalah sakit kepala, pusing, gugup, dan palpitasi (Knight, 2006).
Pada sebagian orang, tanda pertama naiknya tekanan darahnya ialah apabila
terjadi komplikasi. Tanda yang umum ialah sesak nafas pada waktu kerja keras.
Ini menunjukkan bahwa otot jantung itu sudah turut terpengaruh sehingga
tenaganya sudah berkurang yang ditandai dengan sesak nafas. Pada pemeriksaan
fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi
dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat
(kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema
pupil(edema pada diskus optikus) dan penglihatan kabur (Knight, 2006).
Hipertensi tidak memberikan tanda-tanda pada tingkat awal. Kebanyakan
orang mengira bahwa sakit kepala terutama pada pagi hari, pusing, berdebar-
debar, dan berdengung ditelinga merupakan tanda-tanda hipertensi. Tanda-tanda
tersebut sesungguhnya dapat terjadi pada tekanan darah normal, bahkan seringkali
tekanan darah yang relatif tinggi tidak memiliki tanda-tanda tersebut. Cara yang
tepat untuk meyakinkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan
mengukur tekanannya. Hipertensi sudah mencapai taraf lanjut, yang berarti telah
berlangsung beberapa tahun, akan menyebabkan sakit kepala, pusing, napas
pendek, pandangan mata kabur, dan mengganggu tidur (Soeharto, 2004).
C. Klasifikasi Hipertensi Pada Kehamilan
Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan
20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan
20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pascapersalinan.
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai
12

dengan proteinuria. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang-


kejang dan/atau koma.Hipertensi kronik dengan superimposed preeclampsia
adalah hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeclampsia atau hipertensi kronik
disertai proteinuria. Hipertensi gestasional (disebut juga transient hypertension)
adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan
hipertensi menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan atau kehamilan dengan
tanda-tanda preeclampsia tetapi tanpa proteinuria.
D. Definisi Hipertensi Kronik
Hipertensi kronik dalam kehamilan ialah hipertensi yang didapatkan
sebelum timbulnya kehamilan. Apabila tidak diketahui adanya hipertensi sebelum
kehamilan, maka hipertensi kronik didefinisikan bila didapatkan tekanan darah
sistolik 140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg sebelum umur
kehamilan 20 minggu.
E. Etiologi Hipertensi Kronik
Hipertensi kronik dapat disebabkan primer: 90% idiopatik (penyebabnya
tidak diketahui) dan sekunder: 10 %, berhubungan dengan penyakit ginjal,
vaskular kolagen, endokrin, dan pembuluh darah.
F. Diagnosis Hipertensi Kronik pada Kehamilan
Diagnosis hipertensi kronik ialah bila didapatkan hipertensi yang telah
timbul sebelum kehamilan, atau timbul hipertensi < 20 minggu umur
kehamilan.Ciri-ciri hipertensi kronik :
a. Umur ibu relatif tua diatas 35 tahun
b. Tekanan darah sangat tinggi
c. Umumnya multipara
d. Umumnya ditemukan kelainan jantung, ginjal dan diabetes mellitus
e. Obesitas
f. Penggunaan obat-obat antihipertensi sebelum kehamilan
g. Hipertensi yang menetap pasca persalinan.
13

G. Dampak hipertensi kronik pada kehamilan


a. Dampak pada ibu
Bila perempuan hamil mendapat monoterapi untuk hipertensinya, dan
hipertensi dapat terkendali, maka hipertensi kronik tidak berpengaruh buruk
pada kehamilan, meski tetap mempunyai risiko terjadinya solusio plasenta
ataupun superimposed preeklampsia.
Hipertensi kronik yang diperberat oleh kehamilan akan memberi tanda
(1) kenaikan mendadak tekanan darah, yang akhirnya disusul proteinuria dan
(2) tekanan darah sistolik >200 mmHg diastolik >130 mmHg, dengan akibat
segera terjadi oliguria dan gangguan ginjal.
Pernyulit hipertensi kronik pada kehamilan ialah (1) solusio plasenta :
risiko terjadinya solusio plasenta 2-3 kali pada hipertensi kronik dan (2)
superimposed preeklampsia.
b. Dampak pada janin
Dampak hipertensi kronik pada janin ialah pertumbuhan janin terhambat
atau fetal growth restriction, intra uterine growth restriction : IUGR. Insiden
fetal growth restriction berbanding langsung dengan derajat hipertensi yang
disebabkan menurunnya perfusi uteroplasenta, sehingga menimbulkan
insufisiensi plasenta (masalah pada plasenta yang mengakibatkan oksigenasi
pada janin terganggu yang menimbulkan hipoksia). Dampak lain pada janin
ialan peningkatan persalinan preterm.
H. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan khusus berupa ekokardiografi, pemeriksaan mata dan
pemeriksaan USG ginjal. Pemeriksaan laboratorium lain ialah fungsi ginjal,
fungsi hepar, Hb, hematokrit dam trombosit.
I. Pengelolaan pada kehamilan
Tujuan pengelolaan hipertensi kronik dalam kehamilan adalah
meminimalkan atau mencegah dampak buruk pada ibu ataupun janin akibat
hipertensinya sendiri ataupun akibat obat-obat antihipertensi. Secara umum ini
14

berarti mencegah terjadinya hipertensi yang ringan menjadi lebih berat, yang
dapat dicapai dengan cara farmakologik atau perubahan pola hidup: diet,
merokok, alkohol, dan substance abuse (penyalahgunaan obat).
Terapi hipertensi kronik berat hanya mempertimbangkan keselamatan ibu,
tanpa memandang status kehamilan. Hal ini untuk menghindari terjadinya CVA,
infark miokard serta disfungsi jantung dan ginjal. Antihipertensi diberikan:
a. Sedini mungkin pada batas tekanan darah dianggap hipertensi, yaitu pada stage
I hipertensi tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg, tekanan diastolik ≥ 90 mmHg
b. bila terjadi disfungsi end organ.
Obat antihipertensi
Jenis antihipertensi yang digunakan pada hipertensi kronik, ialah :
a. α-Metildopa
Suatu α2 - reseptor agonis. Dosis awal 500 mg 3 x per hari, maksimal 3
gram per hari
b. Calcium channel blockers
Nifedipin: dosis bervariasi antara 30 - 90 mg per hari.
c. Diuretik thiazide
Tidak diberikan karena akan mengganggu volume plasma sehingga
mengganggu aliran darah utero-plasenta.
J. Evaluasi janin
Untuk mengetahui apakah terjadi insufisiensi plasenta akut atau kronik, perlu
dilakukan Non stress test dan pemeriksaan ultrasonografi bila curiga terjadinya
fetal growth restriction atau terjadi superimposed preeklampsia.
K. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia
Diagnosis superimposed preeklampsia sulit, apalagi hipertensi kronik disertai
kelainan ginjal dengan proteinuria. Tanda-tanda superimposed preeklampsia pada
hipertensi kronik, adalah
a) adanya proteinuria, gejala-gejala neurologik, nyeri kepala hebat, gangguan
visus, edema patologik yang menyeluruh (anasarka), oliguria, edema paru.
15

b) kelainan laboratorium: berupa kenaikan serum kreatinin, trombositopenia,


kenaikan transaminase serum hepar.
L. Persalinan pada kehamilan dengan hipertensi kronik
Sikap terhadap persalinan ditentukan oleh derajat tekanan darah dan
perjalanan klinik. Bila didapatkan tekanan darah yang terkendali, perjalanan
kehamilan normal, pertumbuhan janin normal, dan volume amnion normal, maka
dapat diteruskan sampai aterm.
Bila terjadi komplikasi dan kesehatan janin bertambah buruk, maka segera
diterminasi dengan induksi persalinan, tanpa memandang umur kehamilan. Secara
umum persalinan diarahkan pervaginam, termasuk hipertensi dengan
superimposed preeklampsia, dan hipertensi kronik yang tambah berat.
M. Perawatan pasca persalinan
Perawatan pasca persalinan sama seperti preeklampsia. Edema serebri,
edema paru, gangguan ginjal, dapat terjadi 24 - 36 jam pasca persalinan. Setelah
persalinan: 6 jam pertama resistensi (tahanan) perifer meningkat. Akibatnya,
terjadi peningkatan kerja ventrikel kiri (left ventricular work load). Bersamaan
dengan itu akumulasi cairan interstitial masuk ke dalam intravaskular. Perlu terapi
lebih cepat dengan atau tanpa diuretik. Banyak perempuan dengan hipertensi
kronik dan superimposed preeklampsia, mengalami penciutan volume darah
(hipovolemia). Bila terjadi perdarahan pascapersalinan, sangat berbahaya bila
diberi cairan kristaloid ataupun koloid, karena lumen pembuluh darah telah
mengalami vasokonstriksi. Terapi terbaik bila terjadi perdarahan ialah pemberian
transfusi darah.
N. Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda
dini preeklampsia, dalam hal ini harus dilakukan penanganan preeklampsia
tersebut. Walaupun preeklampsia tidak dapat dicegah seutuhnya, namun frekuensi
preeklampsia dapat dikurangi dengan pemberian pengetahuan dan pengawasan
yang baik pada ibu hamil.
16

Pengetahuan yang diberikan berupa tentang manfaat diet dan istirahat yang
berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring, dalam hal ini
yaitu dengan mengurangi pekerjaan sehari-hari dan dianjurkan lebih banyak
duduk dan berbaring. Diet tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam
dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan sangat dianjurkan. Mengenal
secara dini preeklampsia dan merawat penderita tanpa memberikan diuretika dan
obat antihipertensi merupakan manfaat dari pencegahan melalui pemeriksaan
antenatal yang baik.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penelitian ini sudah baik karena diambil dari berbagai journal untuk
dilakukan penelitian dan dikaji bagaimana manajemen yang baik untuk
penanganan hipertensi pada saat kehamilan terutama yang perlu dilakukan oleh
praktisi dibidang kesehatan baik dari segi non farmakologi ataupun dari segi
farmakologi.
B. Saran
Untuk dapat mengetahui manajemen yang baik untuk kasus hipertensi pada
kehamilan mungkin tidak hanya bersumber dari 5 jurnal peneltian, dan juga akan
lebih baik lagi apabila pedoman yang digunakan oleh penelitian ini tidak hanya
dari satu sumber pedoman, namun juga dari berbagai sumber yang sudah
terpercaya dan di akui oleh dunia.

17
DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin, A.B., Rachimhadhi, T., Winknjosastro, G.H., editors. Ilmu Kebidanan


Sarwono Prawirohardjo. Edisi ke-4. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Singh, Shikha.,Ravi Shankar.,Gyan Prakash Singh., 2017. Prevalence and Associated
Risk Factors of Hypertension: A Cross-Sectional Study in Urban Varanasi.
India: NCBI
Spiro, Leah., Scemons,Donna. 2018. Management of Chronic and Gestational
Hypertension of Pregnancy: A Guide for Primary Care Nurse Practitioners.
Los Angeles: NCBI
Universitas Sumatra Utara. Hubungan Antara Peeklampsia dengan BBLR. Sumatera
Utara. FK USU. 2009

18

Anda mungkin juga menyukai