Anda di halaman 1dari 127

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

G
DI KLINIK PRATAMA SAHABAT IBU DAN ANAK
KOTA BANDUNG TAHUN 2019

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh :

FIRDAUS KIRANA NURACHMAT


NIM. 022016028

PROGRAM STUDI VOKASI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
2019
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.G
DI KLINIK PRATAMA SAHABAT IBU DAN ANAK
KOTA BANDUNG TAHUN 2019

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Vokasi DIII Kebidanan


STIKes ‘Aisyiyah Bandung

Oleh :

FIRDAUS KIRANA NURACHMAT


NIM. 022016028

PROGRAM STUDI VOKASI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
2019
ABSTRAK

Firdaus Kirana Nurachmat


022016028

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.G DI KLINIK


PRATAMA SAHABAT IBU DAN ANAK KOTA BANDUNG TAHUN 2019

Menurut laporan World Health Organization AKI dan AKB di ASEAN tergolong
paling tinggi di dunia. Berdasarkan pemaparan tersebut penyebab AKI sebagian
besar adalah perdarahan yang diakibatkan oleh faktor “4T” salah satunya seorang
ibu hamil dengan grande multipara, ia berpotensi mengalami perdarahan
postpartum yang di sebabkan oleh otot rahim sudah kurang mampu berkontraksi
dengan baik karena terlalu sering melahirkan, otot rahim akan semakin lemah.
Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk dapat memberikan asuhan kebidanan
Komprehensif kepada Ny.G di Klinik Pratama Sahabat Ibu dan Anak.
Hasil yang diperoleh dalam asuhan kebidanan, yaitu pada kehamilan ibu tidak
mengalami komplikasi namun dari riwayat sebelumnya ibu tidak pernah di
imunisasi TT. Pada persalinan proses dimulai dari kala I hingga kala IV berjalan
dengan normal tanpa kegawatdaruratan. Pada masa nifas keadaan umum ibu baik.
Pada bayi baru lahir, keadaan normal namun ibu menolak memberikan bayinya
imunisasi HB0, dilakukan kunjungan KF IV ibu diberikan konseling mengenai
kontrasepsi pasca salin seperti IUD namun ibu menolaknya dan memilih
menggunakan kontrasepsi alami.
Diharapkan untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan yang sudah ada selama
ini seperti dalam pelayanannya terdapat pelaksanaan pelvic rocking dengan
birthing ball dan nipple stimulation dan juga dapat memperbaiki standar asuhan
dalam pemberian kapsul vitamin A kepada ibu nifas.

Kepustakaan : 40 sumber (2009-2019).

i
v
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan

Rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan peyusunan laporan yang berjudul

“Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.G Di Klinik Pratama Sahabat

Ibu dan Anak Kota Bandung Tahun 2019”

Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik dalam rangka

menyelesaikan program Praktik Klinik kebidanan III. Terselesaikannya

penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan semua pihak, untuk

itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Yth :

1. Tia Setiawati, S.Kep.Ners.M.Kep.Sp.,Kep.An selaku Ketua STIKes

‘Aisyiyah Bandung.

2. Dewi Mustikaningsih, S.Kep.Ners.M.Kep selaku Wakil ketua I STIKes

‘Aisyiyah Bandung dan H. Yayat Hidayat, S.Kep.Ners.M.Kep selaku Wakil

ketua II STIKes ‘Aisyiyah Bandung.

3. Mulyanti, SST., M.Keb selaku Ketua Prodi Vokasi DIII Kebidanan STIKes

‘Aisyiyah Bandung.

4. Maya Sukmayati, S.ST., M.KM selaku Pembimbing akademik.

5. Annisa Ridlayanti, S.Keb.,M.Keb.,Bd dan Ami Kamila, SST.,M.Kes selaku

pembimbing laporan tugas akhir 1 dan 2 yang selalu memberikan bimbingan

selama ini.

6. Asri Tresnaasih SKM, MKM selaku pembimbing praktik kebidanan III yang

selalu memberikan bimbingan selama praktek PK III.


7. Ny.G/ Tn.S selaku pasien komprehensif yang mempercayakan saya untuk

membantunya hingga akhir .

8. Endang Rachmat dan Euis Nurjanah selaku orang tua saya, yang selalu

memberikan dorongan yang kuat hingga sampai di tahap ini

9. dr. Indera Edna Kamaludin, yang selalu membantu dan mendukung saya

hingga saat ini.

10. Teman-teman yang selalu memberikan semangat dan dukungannya dalam

penyelesaian studi kasus ini.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan laporan studi kasus ini masih

banyak kekurangannya, untuk itu dengan segala kerendahan hati saya sangat

mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi perbaikan

yang lebih baik di masa yang akan datang.

Akhir kata penulis berharap semoga laporan studi kasus ini dapat

bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Bandung, Juni 2019

Penyusun

vi
DAFTAR ISI

ABSTRAK........................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN .................................. Error! Bookmark not defined.
SURAT PERNYATAAN ....................................... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 3
C. Tujuan ...................................................................................................... 3
D. Ruang Lingkup ......................................................................................... 4
E. Manfaat penulisan .................................................................................... 4
F. Metode Telaah dan Teknik Pengambilan Data .......................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 6
A. Kehamilan ................................................................................................ 6
B. Persalinan ............................................................................................... 13
C. Nifas ...................................................................................................... 21
D. Bayi Baru Lahir ...................................................................................... 25
E. KB Kespro ............................................................................................. 31
F. Pandangan Islam Mengenai Keluarga Berencana .................................... 32
BAB III TINJAUAN KASUS .......................................................................... 34
A. Kehamilan .............................................................................................. 34
B. Persalinan ............................................................................................... 36
C. Nifas ...................................................................................................... 47
D. Bayi Baru Lahir ...................................................................................... 57
E. KB Kespro ............................................................................................ 67
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................. 69
A. Kehamilan .............................................................................................. 69
B. Persalinan ............................................................................................... 72
C. Nifas ...................................................................................................... 77
D. Bayi Baru Lahir ...................................................................................... 79
E. KB Kespro ............................................................................................. 81
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 83

vii
A. Simpulan ................................................................................................ 83
B. Saran ...................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................

viii
DAFTAR SINGKATAN

4T : Terlalu muda, Terlalu tua, Terlalu dekat, Terlalu banyak


AKB : Angka Kematian Bayi
AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
AKI : Angka Kematian Ibu
ANC : Antenatal Care
APD : Alat Pelindung Diri
APGAR : Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration
ASI : Air Susu Ibu
BAK : Buang Air Kecil
BBLR : Bayi Baru Lahir Rendah
BCG : Bacillus Calmette-Guérin
Depkes RI : Departemen kesehata Republik Indonesia
DJJ : Detak Jantung Janin
DPT-HB-HiB : Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B dan Hib
DTT : Disinfeksi Tingkat Tinggi
Hb : Hemoglobin
HB0 : Hepatitis B
HbsAg : Hepatitis B surface Antigen
HIV : Human Immunodeficiency Virus
HPHT : Haid Pertama Haid Terakhir
IM : Intramuskular
IMD : Inisiasi Menyusu Dini
IMT : Indeks Masa Tubuh
IU : International Unit
KB : Keluarga Berencana
KEK : Kekurangan N Energi Kronis
Kemenkes RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
Korut : Kontraksi uterus
MAL : Metode Amenorea Laktasi
MR : Measles Rubela
MTBM : Manajemen Terpadu Balita Muda
MUI : Majelis Ulama Indonesia
PAP : Pintu Atas Panggul
PMS : Penyakit Menular Seksual
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
SAW : Shallallahu 'alaihi wasallam

ix
SDIA : Sahabat Ibu Dan Anak
SDKI : Survei Demografi Kesehatan Indonesia
SOAP : Subjektif, Objektif, Assesment, Planing
TFU : Tinggi Fundus Uteri
TT : Tetanus Toxoid
UUK : Ubun-ubun Kecil
V/V : Vulva Vagina
VDRL : Venereal Disease Research Laboratory
WHO : World Health Organization

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Pernyataan Klien


Lampiran 2 : Informed consent
Lampiran 3 : Dokumentasi persalinan
Lampiran 4 : Buku KIA kehamilan
Lampiran 5 : Buku KIA
Lampiran 6 : SOP APN
Lampiran 7 : Dokumentasi kunjungan rumah
Lampiran 8 : Leaflet senam nifas
Lampiran 9 : Leaflet ASI ekslusif
Lampiran 10 : Leaflet Gizi ibu nifas dan menyusui
Lampiran 11 : Lembar Bimbingan
Lampiran 12 : Lembar plagiarisme

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bidan mempunyai peran, fungsi serta kompetensi dalam memberikan setiap

asuhannya kepada wanita, peran bidan ialah sebagai pelaksana, pengelola,

pendidik dan peneliti. Dalam aspek tersebut bidan sangatlah diperlukan untuk

memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dalam menurunkan Angka

Kematian Ibu dan Bayi (Kemenkes RI, 2016).

Asuhan kebidanan komprehensif merupakan asuhan kebidanan yang bersifat

menyeluruh dari mulai masa kehamilan sampai masa nifas, termasuk kepada bayi

baru lahir, dan pemilihan kontrasepsi, melalui pelayanan obstetri dan neonatal

esensial dasar dan komprehensif untuk mengurangi kemungkinanan komplikasi

persalinan yang berakhir dengan kematian atau kesakitan (Prawirohardjo, 2009).

Menurut hasil Riskesdas 2010, bahwa tingginya angka kematian dan

kesakitan pada ibu disebabkan oleh faktor langsung dan tidak langsung, faktor

langsung ialah perdarahan, preeklampsia dan infeksi, faktor penyebab tidak

langsungnya kematian ibu adalah faktor “4T” yaitu terlalu muda melahirkan,

terlalu tua melahirkan, terlalu dekat jarak anak dan terlalu banyak anak, sehingga

faktor “4T” dapat menyumbang AKI dan AKB (Puti Sari H, 2014).

Diperkirakan terdapat 8% perempuan dengan usia 10-59 tahun dengan

kehamilan 5-6 anak yang disebut grande multipara. Kehamilan dengan grande

multipara sendiri memiliki resiko yang tinggi pada kehamilan , karena dapat

memicu komplikasi obstetri atau penyakit yang terjadi pada masa masa

1
2

masa kehamilan, persalinan, dan nifas yang dapat berujung pada kematian ibu

maupun bayi (Depkes, RI. 2013). Menurut laporan World Health Organization

(WHO) AKI dan AKB di ASEAN tergolong paling tinggi di dunia, sekitar 170

ribu atau 27 per 1000 kelahiran hidup dan 1,3 juta pertahun (World Health

Organization, 2015).

Di Indonesia sendiri AKI dan AKB dari tahun ke tahun meunjukan

penurunan, menurut data dari profil kesehatan Indonesia bahwa Hasil Survei

Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan AKI 305

pada tahun 2015 dan AKB 24 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2017 (Profil

Kesehatan Indonesia, 2017).

Angka Kematian Ibu Berdasarkan laporan rutin Profil dinas kesehatan

Provinsi Jawa Barat tahun 2016 tercatat jumlah kematian ibu yang terlaporkan

sebanyak 799 orang atau 84,78/100.000 Kelahiran Hidup, dengan proporsi

kematian pada Ibu Hamil 227 orang atau 20,09/100.000, pada Ibu Bersalin 202

orang atau 21,43/100.000 kelahiran hidup. Proporsi Angka kematian bayi sebesar

4,09/1000 kelahiran hidup, terdapat angka 3,37/1.000 kelahiran hidup berasal dari

bayi berumur 0-28 hari (Neonatal) atau 82,42% kematian bayi berasal dari bayi

usia 0-28 hari. Di kota Bandung sendiri menurut Angka kematian ibu maternal

yang tercatat adalah sekitar 61,34 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 5,26 per

1000 kelahiran hidup (Dinkes Jabar, 2016).

Berdasarkan pemaparan tersebut menurut jurnal (Setya Dian Kartika, 2016)

mengatakan bahwa ada hubungan antara multiparitas terhadap terjadinya

perdarahan sebelum persalinan maupun setelah persalinan. Penyebab AKI


3

sebagian besar adalah perdarahan yang diakibatkan seorang ibu hamil dengan

grande multipara, seorang grande multipara berpotensi mengalami perdarahan

postpartum yang di sebabkan oleh otot rahim sudah kurang mampu berkontraksi

dengan baik karena bila terlalu sering melahirkan, otot rahim akan semakin

lemah. Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi ialah asfiksia, infeksi dan BBLR.

Oleh sebab itu, begitu pentingnya peran bidan untuk mencegah terjadinya

peningkatan AKI dan AKB yang sebagian besar diakibatkan oleh penyebab yang

dapat di cegah. Dengan begitu penulis berkeinginan untuk memberikan asuhan

kebidanan dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. G di Klinik

Pratama Sahabat Ibu dan Anak kota Bandung tahun 2019”.

Berdasarkan data bulanan di Klinik Pratama Sahabat Ibu dan Anak kota

Bandung dari bulan Februari – April 2019, tidak terdapat AKI dan AKB yang

terlaporkan namun terdapat 406 pemeriksaan kehamilan yang dilakukan di Klinik

Pratama Sahabat Ibu dan Anak dengan kejadian kehamilan grande multipara

terdapat 22 orang (5,4%) (Rekam medik klinik SIDA, 2019).

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah penerapan atau penatalaksanaan Asuhan Kebidanan

Komprehensif pada Ny. G di Klinik Pratama Sahabat Ibu dan Anak?

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Dapat memberikan asuhan kebidanan Komprehensif kepada Ny.G di Klinik

Pratama Sahabat Ibu dan Anak.


4

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan asuhan kebidanan pada kehamilan kepada Ny.G di Klinik

Pratama Sahabat Ibu dan Anak.

b. Memberikan asuhan kebidanan pada masa persalinan kepada Ny.G di

Klinik Pratama Sahabat Ibu dan Anak.

c. Memberikan asuhan kebidanan pada masa nifas kepada Ny.G di Klinik

Pratama Sahabat Ibu dan Anak.

d. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir kepada Ny.G di

Klinik Pratama Sahabat Ibu dan Anak.

e. Memberikan asuhan kebidanan keluarga berencana kepada Ny.G di

Klinik Pratama Sahabat Ibu dan Anak.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup yang akan disajikan dalam di laporan ini adalah asuhan

kebidanan secara komprehensif pada Ny. G dilaksanakan di klinik pratama

sahabat ibu dan anak kota Bandung, serta kunjungan orang di rumah (home visit)

Ny.G kereta pada bulan Februari – April 2019.

E. Manfaat penulisan

1. Bagi mahasiswa

Menambah dan meningkatkan pengetahuan juga sebagai bahan evaluasi

penulis dalam memberikan asuhan kebidanan Komprehensif.


5

2. Bagi Institusi

Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan dalam penerapan proses

manajemen asuhan kebidanan komprehensif, serta sebagai acuan bagi rekan-rekan

mahasiswi kebidanan dalam penyusunan laporan tugas komprehensif berikutnya.

3. Bagi lahan praktik

Sebagai bahan masukan yang positif untuk meningkatkan pelayanan dalam

menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan

angka kesakitan ibu dan anak serta dapat memberikan kepuasan kepada setiap

klien/ pasien dalam memberikan pelayanan kesehatan yang baik dan bermutu.

F. Metode Telaah dan Teknik Pengambilan Data

Metoda telaah menggunakan metode deskriptf yang berbentuk studi kasus.

Adapun teknik pengambilan data pada kasus dengan menggunakan observasi,

wawancara, pemeriksaan fisik, dokumentasi/ catatan bidan, partisipasi aktif dan

sebagainya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Definisi Kehamilan

Kehamilan didefinisikan sebagai penyatuan dari spermatozoa dan ovum

dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan normal berlangsung

40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional.

Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester, dalam trimester 1 terdapat 12

minggu, trimester 2 terdapat 15 minggu dan trimester 3 terdapat 13 minggu

(Saifuddin, 2009).

Kunjungan kehamilan minimal dilakukan empat kali yaitu satu kali pada

trimester I, satu kali pada trimester II, dua kali pada trimester III ( (Vivian

N. , 2011)

2. Tujuan Asuhan Kehamilan

Menurut Walyani (2014), Tujuan utama ANC ialah mencegah kesakitan,

serta kematian maternal dan perinatal. Adapun tujuan khususnya ialah untuk

memantau kemajuan kehamilan, meningkat dan mempertahankan kesehatan

ibu hamil, mengenali sejak dini implikasi yang mungkin terjadi selama

kehamilan, mempersiapkan persalinan aman, mempersiapkan ibu untuk

masa nifas dan mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima

kelahiran bayi.

6
7

3. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Asuhan Kehamilan

Peran dan tanggung jawab bidan dalam memberikan asuhan kehamilan

menurut (Kuswanti, 2014) adalah Membantu ibu dan keluarga untuk

mempersiapkan kelahiran, mendeteksi ataupun mengobati komplikasi yang

mungkin timbul selama kehamilan, memberikan pendidikan kesehatan ibu

dan bayi, membantu mempersiapkan ibu untuk menyusui bayinya, pada saat

nifas.

4. Standar Asuhan Kehamilan

Menurut (Mentri Kesehatan Republik Indonesia, 2010) Standar minimal

pelayaanan antenatal meliputi “14 T” yaitu (Tanyakan dan sapa ibu dengan

ramah, Tinggi badan diukur dan berat badan ditimbang, Temukan

kelainan/periksa daerah muka dan leher (gondok, vena jugularis externa, jari

dan tungkai (edema), lingkaran lengan atas, panggul (perkusi ginjal) dan

reflek lutut), Tekanan darah diukur, Tekan/palpasi payudara (benjolan,

perawatan payudara, senam payudara, tekan titik (accu pressure)

peningkatan ASI), Tinggi fundus uteri diukur, Tentukan posisi janin

(Leopold I-IV) dan detak jantung janin, Tentukan keadaan (palpasi) liver

dan limpa, Tentukan kadar Hb dan periksa laboratorium (protein dan

glukosa urine), sediaan vagina dan VDRL (PMS) sesuai indikasi, Terapi dan

pencegahan anemia (tablet Fe) dan penyakit lainnya sesuai indikasi

(gondok, malaria dan lain-lain), Tetanus toxoid imunisasi, Tindakan

kesegaran jasmani dan senam hamil, Tingkatkan pengetahuan ibu hamil

(penyuluhan : makanan bergizi ibu hamil, tanda bahaya kehamilan, petunjuk


8

agar tidak terjadi bahaya pada waktu kehamilan dan persalinan), Temu

wicara (konseling).

Penambahan standar pelayanan antenatal care tersebut diharapkan menjadi

acuan bagi tenaga kesehatan terutama bidan dalam memberikan pelayanan

antenatal yang berkualitas untuk meningkatkan status kesehatan ibu yang

pada akhirnya akan memberikan kontribusi terhadap penurunan AKI.

Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) saat kehamilan sangat penting dilakukan

karena dengan melakukan imunisasi saat kehamilan, zat-zat penguat imun

atau imunoglobulin akan disalurkan dari ibu kepada bayi melalui plasenta

sebagai kekebalan pasif untuk bayi. Apabila ibu tidak melakukan imunisasi

TT saat kehamilan akan beresiko menyebabkan bayi terkena infeksi tetanus

neonatorum yang berakibat bayi mengalami kematian (Wiknjosastro, 2010).

Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) nomor 04 tahun 2016 dikatakan

bahwa ajaran islam sangat mendorong umatnya untuk senantiasa menjaga

kesehatan yang dapat berguna sebagai preventif jangka panjang agar

memenuhi sistem kekebalan tubuh sehingga tidak terkena penyakit salah

satunya dari serangan racun bakteri clostrodium tetani (Komisi Fatwa MUI,

2016).

5. Perubahan Anatomi dan Fisiologis Kehamilan

Perubahan yang terjadi pada wanita hamil disetiap trimester, menurut

(Husin, 2015):
9

a. Sistem reproduksi

Penebalan dan peningkatan vaskularitas lapisan uterus atau desi dua

dipengaruhi oleh hormon progesterone dan esterogen, peningkatan

pembunuh darah pembuluh limfeuterus terutama di daerah fundus,

badan uterus, menyebabkan pelunakan serviks yang akan menimbulkan

tanda chadwick, goodle, dan hegar. Kontraksibraxton hicks juga

dirasakan pada enam minggu kehamilan hingga Trimester kedua

kehamilan sebagai akibat terjadinya perdagangan pada sel sel otot uterus,

pada trimester akhir kehamilan bagian terendah janin akan mulai turun ke

pelvis dan menyebabkan berkurangnya tinggi Fundus.

b. Payudara

Kehamilan akan memberikan efek membesarnya payudara yang

disebabkan peningkatan suplai darah, stimulasi oleh sekresi estrogen dan

progesteron dari kedua kopus luteum dan plasenta dan terbentuknya

duktus asini yang baru selama kehamilan. Sirkulasi vaskuler meningkat,

putting membesar dan terjadi hiperpigmentasi areola.

c. Kulit

Terjadi pigmentasi kulit namun belum jelas penyebabnya, namun

dugaan bahwa progesteron dan esterogen memiliki efek menstimulasi

melanosit, efek ini dapat membuat warna putting dan areola menjadi

gelap, linea nigra, striae dan kloasma.


10

d. Sistem kardiovaskuler

Curah jantung meningkat merupakan hasil dari peningkatan frekuensi

denyut jantung dan volume sekucup. Selama kehamilan ibu hamil

berbaring dalam posisi terlentang, uterus yang besar akan menekan

aliran balik vena dari tubuh bagian bawah, akibatnya pengisian jantung

dapat berkurang disertai penurunan curah jantung sehingga dapat

menyebabkan aliran darah pada janin terhambat disebut dengan supine

hypotension syndrome.

e. Sistem respirasi

Seorang ibu hamil secara fisiologis karena peningkatan diameter

anterior posterior dan jarak lingtang dada akibatnya rongga dada

meningkat 5 sampai 7 cm selama kehamilan. Bertambahnya usia

kehamilan dan besarnya uterus akan semakin mendesak diagfragma

mudah terdorong ke atas dan menyebabkan ibu bernafas lebih dalam.

f. Sistem pencernaan

Terjadi peningkatan absorpsi air dari kolon disebabkan oleh transit

makanan yang lebih lambat melalui usus halus, hal ini menyebabkan

peningkatan terjadinya konstipasi.

g. Sistem perkemihan

Selain engelola zat-zat sisa dan kelebihan yang dihasilkan akibat

peningkatan volume darah dan curah jantung, organ perkemihan juga

mengelola produk sisa metabolisme dan menjadi organ utama yang

mengsekresi produk sisa dari janin. Seiring dengan membesarnya


11

rahim yang menekan ureter, perubahan ini dapat menyebabkan

frequensi infeksi saluran kemih selama kehamilan.

h. Perubahan metabolisme

Sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan janin dengan

plasenta yang tumbuh pesat, Ibu hamil mengalami perubahan

metabolik, laju metabolik basal ibu meningkat 10 sampai 20%

dibandingkan dengan keadaan tidak hamil.

i. Sistem muskuloskeletal

Dalam keadaan hamil banyak mengalami perubahan hal ini terjadi

lordosis yang disebabkan pembesaran uterus sebagai konpensasi posisi

dari anterior menyesuaikan gravitasi ekstremitas bawah.

j. Sistem hematologi

Terjadi hemodilusi saat kehamilan sehingga banyak dari ibu hamil

mengalami anemia. Anemia pada ibu hamil terjadi apabila kondisi ibu

dengan kadar hemoglobin <11 g% pada trimester 1 dan 3 dan kadar <

10,5 g% pada trimester 2 (Saifuddin, 2010).

6. Tanda bahaya pada kehamilan

Tanda-tanda bahaya pada kehamilan merupakan suatu pertanda telah

terjadinya suatu masalah yang serius pada ibu atau janin yang dikandungnya.

Tanda-tanda bahaya ini dapat terjadi pada awal kehamilan (kehamilan muda)

atau pada pertengahan atau pada akhir kehamilan (kehamilan tua). Tanda

bahaya pada masa kehamilan antara lain adalah muntah terus menerus dan

tidak mau makan, demam tinggi, bengkak pada daerah kaki, tangan dan
12

wajah atau disertai sakit kepala disertai kejang, janin dirasakan kurang

bergerak dibandingkan sebelumnya, perdarahan pada hamil muda atau tua, air

ketuban keluar sebelum waktunya (Kementrian Kesehatan RI, 2016).

7. Kehamilan Resiko Tinggi

Kehamilan resiko tinggi ialah kehamilan patologi yang dapat

mempengaruhi keadaan ibu dan janin. Untuk menghadapi kehamilan resiko

harus diambil sikap proaktif, berencana dengan upaya promotif dan preventif

sampai dengan waktunya harus ambil sikap tugas dan cepat untuk

menyelamatkan ibu dan janinnya (Manuaba, 2010).

Kehamilan risiko tinggi ditemukan pada ibu hamil yang memiliki masalah

usia, paritas dan jarak kehamilan atau yang dikenal dengan “4T” yaitu terlalu

tua, terlalu muda, terlalu banyak dan terlalu dekat (Manuaba, 2012).

Kehamilan pada usia kurang dari 20 tahun memicu terjadinya anemia,

keguguran, prematuritas dan berat bayi lahir rendah serta komplikasi

kehamilan lainnya. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan

pada usia di bawah 20 tahun 2- 5 kali lebih tinggi dari pada kematian

maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kehamilan pada usia tua (35

tahun keatas) menyebabkan risiko timbulnya kombinasi antara penyakit usia

tua dan kehamilan yang menyebabkan risiko meninggalnya atau cacat pada

bayi dan ibu hamil menjadi bertambah tinggi. Paritas yang terlalu banyak

dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam kehamilan, menghambat

proses persalinan, menyebabkan perdarahan dan dapat menambah beban

ekonomi keluarga. Risiko yang mungkin terjadi jika ibu memiliki jarak
13

kehamilan yang terlalu dekat adalah keguguran, anemia, BBLR, prematur,

dan komplikasi lainnya. Selain itu dapat menyebabkan perdarahan pasca

persalinan karena kondisi rahim ibu yang belum pulih (Shella Marcelya,

2018).

8. Faktor yang mempengaruhi kehamilan resiko tinggi

Berdasarkan hasil Riskesdas 2010 dan penelitian-penelitian sebelumnya

dalam journal (Puti Sari H, 2014), diketahui bahwa tingginya kematian ibu

disebabkan faktor langsung dan tidak langsung. faktor tidak langsung yaitu

faktor-faktor karakteristik ibu, faktor sosial budaya, dan lingkungan yang

dapat mempengaruhi perilaku ibu yang menyebabkan risiko kehamilan 4-T

tersebut.

B. Persalinan

1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar

dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia

kehailan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit. Persalinan

dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada

serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan uterus tidak

mengakibatkan perubahan atau pembukaan serviks (APN, 2014).

2. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan

Menurut (Sulistyawati, 2012), sebab-sebab mulainya persalinan dapat

dikemukakan, diantaranya :
14

a. Teori penurunan hormon, Terjadi penurunan kadar estrogen dan

progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim, jika kadar

progesteron turun akan menyebabkan tegangnya pembuluh darah dan

menimbulkan his.

b. Teori plasenta menjadi tua, seiring matangnya usia kehamilan, villi

chorialis dalam plasenta mengalami perubahan, sehingga turunnya

kadar estrogen dan progesteron yang mengakibatkan tegangnya

pembuluh darah sehingga akan menimbulkan kontraksi uterus.

c. Teori distensi Rahim/ keregangan, otot rahim mempunyai kemampuan

meregang dalam batas tertentu, apabila telah melewati batas tersebut

terjadilah kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.

d. Teori iritasi mekanik, dibelakang serviks terletak ganglion servikalis

(fleksus frankenhauser), bila gang lion ini digeser dan tertekan

(misalnya oleh kepala janin), maka akan timbul konrtaksi uterus.

e. Teori oksitosin internal, Perubahan keseimbangan estrogen dan

progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering

terjadi kontraksi Braxton Hicks. Menurunnya konsentrasi progesterone

menyebabkan oksitosin meningkatkan aktifitasnya dalam merangsang

otot rahim berkontraksi.

f. Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis, glandula

suprarenalis merupakan pemicu terjaninya persalinan. Pada kehamilan

dengan bayi anensefalus sering terjadi kelambatan persalinan karena

tidak terbentuknya hipotalamus.


15

g. Teori prostaglandin, Teori prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua

disangka sebagai salah satu sebab permulaan persalinan. Adanya

prostaglandin yang tingi baik air ketuban maupun darah perifer pada

ibu hamil sebelum melahirkan atau selama proses persalinan

menimbulkan kontraksi miometrium.

3. Tanda - Tanda persalinan

Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, seiring dan teratur,

keluar darah lendir yang lebih banyak karena adanya robekan-robekan kecil

pada serviks, terkadang ketuban pecah dengan sendirinya, pada pemeriksaan

dalam didapat serviks yang mendatar dan pembukuan jalan sudah ada.

(Yeyeh, 2009).

4. Faktor yang mempengaruhi persalinan

Menurut (Yeyeh, 2009) faktor yang dapat mempengaruhi persalinan ialah :


a. Tenaga (Power)
Pada minggu-minggu terakhir kehamilan uterus semakin teregang oleh

karena isinya semakin bertambah, peregangan ini makin rentan terhadap

perubahan hormonal yang terjadi pada akhir kehamilan. Sehingga terjadi

penurunan hormon progesteron sebagai penenang otot-otot uterus maka

yang terjadi saat uterus teregang adalah munculnya kontraksi.

Akibatnya kontraksi Broxton hicks (his pendahuluan) akan meningkat,

kuat dan sering akan menyebabkan perubahan pada servik atau yang

disebut dengan his persalinan. Ciri penting kontraksi uterus adalah retaksi,

yang pada akhir setiap kontraksi, serabut otot mempertahankan sebagian

pemendekan otot yang telah dicapainya.


16

Setelah serviks terbuka lengkap, kekuatan yang sangat penting pada

ekspulsi janin adalah yang dihasilkan oleh peningkatan tekanan intra-

abdomen yang diciptakan oleh kontraksi otot-otot abdomen. Persalinan

kala II dapat dipercepat dengan diberikan metode nipple stimulation.

Nipple stimulation merupakan cara alamiah menstimulasi produksi

oksitosin untuk menimbulkan kontraksi uterus yang adekuat yang

dilakukan dengan menggosok satu atau dua puting susu ibu selama

persalinan kala II (Naning Aprilia, 2016).

b. Janin dan Plasenta (Passenger)


Yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin, posisi dan

besar kepala janin dapat mempengaruhi jalannya persalinan sehingga

dapat membahayakan kehidupan ibu dan janin kelak, hidup sempurna,

cacat atau akhirnya meninggal. Biasanya apabila kepala janin sudah lahir,

maka bagian-bagian lain dengan mudah menyusul kemudian.

c. Jalan lahir (Passage)


Bentuk dan dimensi tulang panggul ditentukan oleh sejumlah faktor

lingkungan, hormon dan genetik. Bagian ini kritis bagi kecakapan bagian

terendah janin ke dalam panggul sejati, karena merupakan penentu

pertama jalan lahir bayi. Ada empat tipe utama yang dikenali ialah

ginekoid, android, anthropoid dan platipelloid.

d. Psikis ibu bersalin


Psikis ibu bersalin sangat berpengaruh dari dukungan suami dan

anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama bersalin dan
17

kelahiran. Apabila mereka berperan aktif dalam mendukung dan

mendampingi ibu mungkin akan sangat membantu kenyamanan ibu.

e. Penolong
Penolong persalinan adalah petugas kesehatan yang mempunyai

legalitas dalam menolong persalinan antara lain dokter dan bidan, mereka

mempunyai kompetensi dalam menolong persalinan, menangani

kegawatdaruratan serta melakukan rujukan apabila diperlukan.

5. Tahapan persalinan

Terdapat tahapan persalinan yang di kemukakan oleh (Rohani, 2013) ialah:

1. Kala I
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena

serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya

pembuluh darah kapiler serta kanalis servikalis karena pergeseran-

pergeseran, ketika serviks mendatar dan membuka.

Kala I persalinan dimulai sejak terjdinya kontraksi uterus dan

pembukaan serviks, sehingga mencapai pembukaan lengap (10 cm).

terdapat perbedaan lamanya waktu persalinan pada kala I primigravida

ialah 6 sampai 18 jam dan multipara ialah 2 sampai 10 jam. Persalinan

kala I dibagi menjadi dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif (Oxorn,

2010).

Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai

sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan

secara bertahap sampai pembukaan 3 cm, berlangsung dalam 7-8 jam.

Fase aktif (pembukaan serviks 4-1 cm), berlangsung selama 6 jam dalam
18

3 subfase yaitu: periode akselerasi berlangsung selama 2 jam pembukaan

menjadi 4 cm, periode dilatasi maksimal berlangsung selama 2 jam

pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm, periode deselerasi

berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.

Lama persalinan ibu dengan paritas lebih cepat karena sudah beberapa

kali dilewati oleh janin, Semakin sering terjadi peregangan, elastisitas

otot serviks semakin lunak karena serviks tidak kembali ke bentuk seperti

sebelumnya sehingga durasi fase aktifnya berlangsung lebih cepat

(Prawirohardjo tahun 2014 dalam jurnal (Lestari Sri, 2016).

Mnurut (Renaningtyas Dyah, 2013) bahwa terdapat hubungan antara

pelaksanaan Pelvic Rocking dengan Birthing Ball dengan lamanya Kala I

pada ibu bersalin. Saat melakukan pelvic rocking dengan birthing ball

mampu memperlancar persalinan dan membantu mempercepat proses

penurunan kepala bayi.

2. Kala II

Persalinan kala II adalah proses persalinan yang dimulai dari dilatasi

serviks secara lengkap dan diakhiri dengan pelahiran atau kelahiran bayi,

pada nullipara sekitar 1 jam dan multipara 15 menit sampai 30 menit.

(Reeder, 2011) bahwa persalinan kala II dimulai dari pembukaan lengkap

(10cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung pada

primipara selama 1-2 jam dan pada multipara tidak lebih dari 30 menit.

(Nugroho, 2011). Dalam 1 jam kehidupan pertama bayi dilahirkan ke

dunia, bayi dipastikan untuk mendapatkan kesempatan melakukan IMD.


19

Manfaat dari pelaksanaan IMD yaitu bayi akan mendapatkan kehangatan

secara alami dari kontak kulit ibu dengan kulit bayi (Kementrian

Kesehatan RI, 2016).

3. Kala III

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan

lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya

berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Setelah itu dilakukan

manajemen aktif kala III yaitu memberikan oksitosin 10 IU IM segera

setelah bayi lahir, penegangan tali pusat terkendali, begitu dilahirkan

lakukan masase uterus. Terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta ialah

uterus menjadi bundar (Globuler), tali pusat memanjang, terjadi

semburan darah secara tiba-tiba (Sulistyawati, 2012).

4. Kala IV

Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah

proses tersebut. Sebagian besar kejadian kesekitan dan kematian ibu

disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan dan terjadi dalam 4 jam

pertama setelah kelahiran bayi. karena alasan ini, penting sekali

memantau ibu secara ketat segera setelah setiap tahapan persalinan

selesai. Apabila ibu terdapat luka laserasi maka luka laserasi derajat satu

dan dua dapat dilakukan penjahitan sesuai dengan kondisi pasien,

Sedangkan jika terjadi laserasi derajat tiga dan empat penolong tidak

dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi sehingga perlu dirujuk ke

fasilitas rujukan (Sulistyawati, 2012).


20

6. Patofisiologis perdarahan grande multipara

Menurut (Wiknjosastro, 2010) Secara normal, pada pelepasan plasenta

selalu terjadi perdarahan karena sinus-sinus maternalis di tempat insersinya

pada dinding uterus terbuka. Biasanya perdarahan tidak banyak, sebab

kontraksi dan retraksi otot-otot uterus menekan pembuluh-pembuluh darah

yang terbuka, sehingga lumen tertutup. Kemudian pembuluh darah tersumbat

oleh bekuan darah. Seorang wanita sehat dapat kehilangan 500 ml darah

tanpa akibat buruk. perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak

melebihi 400-500 cc (Sulistyawati, 2012).

Perdarahan paska persalinan merupakan penyebab kehilangan darah serius

yang paling sering dijumpai di bagian obstetrik. grandemultipara (melahirkan

>5 kali), seringkali disebut sebagai faktor risiko yang penting pada kejadian

perdarahan postpartum. Perdarahan postpartum pada grandemultipara terjadi

akibat otot rahim sudah kurang mampu berkontraksi dengan baik karena bila

terlalu sering melahirkan, otot rahim akan semakin lemah.

7. Partus presipitatus

Menurut (Purnani, 2019) bahwasannya Persalinan presipitatus adalah

persalinan yang berlangsung <2-3 jam dapat terjadi akibat dilatasi atau

penurunan yang sangat cepat. Dilatasi presipitatus didefenisikan sebagai

dilatasi fase aktif ≥ 5 cm/jam pada primipara atau ≥ 10

cm/jam pada multipara. Persalinan presipitatus basanya diakibatkan oleh

kontraksi yang sangat kuat misalnya induksi oksitosin atau akibat

solusio plasenta atau tahanan jalan lahir yang rendah misalnya (multi paritas).
21

Penyebab kejadian ini adalah terlalu kuatnya kontraksi dan

kuranglunaknya jaringan mulut rahim. Kasus seperti ini sering terjadi pada

ibuyang sudah pernah melahirkan lebih dari sekali (anak kedua dan

seterusnya) (Sarwono, 2014).

Presipitatus dapat menyebabkan adanya luka perinium atau robekan

spontan jalan lahir, uterus yang mengadakan kontraksi dengan kekuatan yang

tidak lazim sebelum proses persalinan bayi, kemungkinan akan menjadi

hipotonik setelah proses persalinan tersebut dan sebagai konsekuensinya akan

disertai dengan perdarahan dari templat implantasi plasenta.

C. Nifas

1. Pengertian Nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan

6 minggu (42 hari) setelah itu. Arti kata peurperium ialah masa setelah

malahirkan bayi, masa putih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai

alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil (Vivian, 2013).

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut (Vivian, 2013) tujuan dari asuhan masa nifas ialah mendeteksi

kemungkinan adanya perdarahan masa nifas dan infeksi, menjaga kesehata ibu

dan bayinya secara fisik maupun psikoloogisnya, melaksanakan skrining

secara komprehensif masalah agar dapat mengobati dan merujuk apabila

terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya, memberikan pendidikan


22

kesehatan dini mengenai perwatan diri, nutrisi, KB, menyusi dan pemberian

imunisasi kepada bayinya.

3. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas

Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan

postpartum. Adapun peran dan tanggung jawab bidan pada masa nifas

menurut (Nunung, 2013) ialah memberikan dukungan, sebagai promotor

hubungan dengan ibu, mendorong ibu untuk menyusui bayinya, memuat

perencanaan program kesehatan, mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan,

mendukung pendidikan dalam perannya sebagai orang tua, memberikan

konseling sesuai kebutuhan ibu dan bayinya.

4. Tahapan Masa Nifas

Menurut (Nunung, 2013) masa nifas terbagi dalam 3 tahap yaitu,

peurperium dini (immediate peurperium) peurperium intermedial (early

peurperium) dan remote peurperium ( later peurperium).

Peurperium dini (immedial peurperium), yaitu pemulihan dimana ibu telah

diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. (waktu 0-24 jam postpartum) dalam

agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

Peurperium intermedial (early peurperium), suatu masa dimana pemulihan

organ-organ reproduksi secara menyeluruh selama kurang lebih 6-8 minggu.

Remote peurperium (later peurperium), waktu yang diperlukan untuk

pulih kembali dalam keadaan yang sempurna secara bertahap terutama jika

selama kehamilan dan persalinan ibu mengalami komplikasi, waktu sehat

biasanya berminggu-minggu dan bulan bahkan tahun.


23

5. Perubahan Masa Nifas

Menurut (Saleha, 2009) terdapat tiga proses penting di masa nifas ialah

Pengecilan rahim yang merupakan organ tubuh yang spesifik dan yang dapat

mengecil serta membesar dengan menambah atau mengurangi jumlah selnya.

Secara alamiah rahim akan kembali mengecil perlahan ke bentuknya semula.

Setelah 6 minggu ini masa nifas di anggap sudah selesai namun sebenarnya

rahim akan kembali ke posisinya yang normal. Selama masa pemulihan 3

bulan ini bukan hanya rahim saja yang kembali normal tapi juga kondisi

tubuh ibu secara keseluruhan.

Kekentalan darah (hemokonsentrasi) kembali normal selama hamil, darah

ibu relatif lebih encer, sementara sel darahnya berkurang. Setelah melahirkan

sistem sirkulasi darah ibu akan kembali seperti semula. Darah mulai

mengental, dimana kadar perbandingan sel darah kembali normal. Umumnya

hal ini terjadi pada hari ke-3 sampai ke-15 pasca persalinan.

Proses laktasi dan menyusui, proses ini timbul setelah plasenta atau ari-ari

lepas. Plasenta meleka hormon penghambat prolaktin (hormone plasenta)

yang menghambat pembentukan ASI. Setelah plasenta lepas hormon plasenta

tersebut tidak dihasilkan lagi, sehingga mulailah produksi ASI yang keluar 2-

3 hari setelah melahirkan.

6. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Menurut (Vivian, 2013), ada kebijakan program nasional masa nifas

paling sedikit empat kali kunjungan yang dilakukan. Hal ini untuk menilai
24

status ibu dan bayi baru lahir serta untuk mencegah, mendeteksi dan

menangani masalah-masalah yang kemungkinan dapat terjadi.

Setelah persalinan 6-8 jam, dilakukan untuk mencegah, mendeteksi dan

merawat penyebab lain pendarahan karena atonia uteri dan rujuk apabila

pendarahan berlanjut. Pemberian konseling kepada ibu atau anggota keluarga

bagaimana mencegah pendarahan masa nifas, berikanlah ASI awal, jaga

kehangatan bayi.

Setelah persalinan 6 hari, memastikan involusi uterus terus berjalan

normal, tidak ada pendarahan abnormal, tidak ada bau. Menilai adanya

tanda tanda demam dan infeksi, menilai pola nutrisi ibu dan bayi,

memastikan ibu menyusui dengan baik dan memberikan konseling kepada

ibu mengenai asuhan pada bayi dan tali pusat serta menjaga bayi tetap hangat

dan merawatnya.

Setelah persalinan 2 minggu, perhatikan rahim sudah kembali normal

dengan mengukur dan meraba bagian rahim. Sampai 6 minggu setelah

persalinan menanyakan kepada ibu tentang penyilit-penyulit yang ia alami

atau bayi alami, memberikan konseling untuk KB secara dini.

Pemerintah bekerjasama dengan Germas (Gerakan Masyarakat)

memberikan program pemberian kapsul vitamin A karena saat proses

melahirkan ibu telah kehilangan sejumlah darah, sehingga akan mengalami

pula kekurangan vitamin A dalam tubuhnya. Selain dapat meningkatkan

vitamin A dalam tubuh, vitamin A juga berpengaruh pada ASI. Pemberian

vitamin A ini dapat membantu menurunkan angka kematian pada ibu dan
25

bayi, berkurangnya penyakit infeksi paska persalinan, mencegah gangguan

penglihatan seperti rabun senja, mempercepat proses pemulihan dan

mencegah anemia.

Maka itu pemberian vitamin A dosis tinggi dengan dosis 200.000 IU

(kapsul merah) perlu dilakukan. Dosis pemberiannya dilakukan sebanyak dua

kali, yaitu segera setelah melahirkan sebanyak satu kapsul 200.000 IU,

dilanjutkan satu kapsul pada hari berikutnya minimal 24 jam sesudah kapsul

pertama, dan tidak lebih dari 6 minggu kemudian (Profil Kesehatan

Indonesia, 2017).

7. Tanda Bahaya Nifas

Menurut (Kementrian Kesehatan RI, 2016) ada beberapa tanda-tanda

bahaya selama masa nifas yaitu, Perdarahan hebat atau peningkatan

perdarahan secara tiba-tiba (melebihi haid biasa atau jika perdarahan tersebut

membasahi lebih dari 2 pembalut saniter dalam waktu setengah jam),

Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang menyengat, rasa nyeri di

perut bagian bawah atau punggung, Sakit kepala yang terus-menerus, nyeri

epigastric atau masalah penglihatan, Pembengkakan pada wajah dan tangan,

demam, muntah, rasa sakit sewaktu buang air seni atau merasa tidak enak

badan, Payudara memerah, panas, dan / atau sakit.

D. Bayi Baru Lahir

1. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir adalah tahapan pertama kehidupan seorang manusia yang

lahir dalam rahim seorang ibu dan bayi baru lahir normal adalah berat lahir
26

2500 gram sampai 4000 gram, cukup bulan, langsung menangis dan tidak

ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat. (Heryani, 2019)

Neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan

usia 28 hari. Terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam

rahim menjadi di luar rahim. Pada hal tersebut akan terjadi pematangn

organ, hampir pada semua sistem organ bayi (Putra, 2012).

2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir

Menurut (Vivian, 2010) ciri-ciri bayi baru lahir normal ialah Lahir aterm

antara 37-42 minggu, Berat badan 2500-400 gram, Panjang badan 48-52

cm, Lingkar dada 30-38 cm, Lingkar kepala 33-35 cm, Lingkar lengan 11-

12 cm, Frekuensi denyut jantung 120-160x/menit, Pernapasan ± 40-

60x/menit, Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang

cukup, Rambut lanugo tidak terlihat dan biasanya rambut kepala telah

sempurna, Kuku agak panjang dan lemas, Nilau APGAR > 7, Gerak aktif,

bayi lahir langsung menangis kuat. Penilaian awal pada bayi baru lahir ialah

menilai bayi dalam keadaan normal atau tidak, dengan melakukan penilaian

selintas yaitu melihat warna kulit bayi, tonus otot bayi, dan tangisan pada

bayi.

Ciri-ciri bayi baru lahir juga dapat dilihat dari Reflex rooting (mencari

puting susu dengan rangsan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah

tebentuk dengan baik, Reflek sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk

dengan baik, Reflek morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah

terbentuk dengan baik, Reflek grasping (menggengam) sudah baik, genitalia


27

(pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum

dan penis yang berlubang), (Pada perempuan kematangan ditandai dengan

vagina dan uretra yang berlubang serta adanya labia mayora dan minora),

eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam

pertama dan berwarna hitam kecoklatan.

3. Tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir

Segera dibawa ke fasilitas kesehatan tidak mau menyusui, apabila

ditemukan tanda bahaya pada bayi baru lahir seperti tidak mau menyusu,

kejang-kejang, lemah, sesak nafas, bayi merintih dan menangis terus

menerus, tali pusar kemerahan sampai dinding perut hingga berbau dan

bernanah, demam tinggi, mata bayi bernanah, diare >3x BAB, tinja bayi saat

BAB berwarna pucat (Kementrian Kesehatan RI, 2016).

4. APGAR Skor

Tabel 2.1

Nilai APGAR Skor

Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2


Warna Kulit Seluruh badan warna kulit tubuh warna kulit tubuh, tangan,
(Appearance) biru atau pucat normal merah muda, dan kaki normal merah
tetapi tangan dan kaki muda, tidak ada sianosis
kebiruan
Denyut tidak ada <100 kali atau menit >100 kali atau menit
Jantung
(Pulse)
Respon tidak ada meringis atau menangis meringis atau bersin atau
Reflek respons terhadap lemah ketika distimulasi batuk saat stimulasi saluran
(Grimace) stimulasi napas
Tonus Otot lemah atau tidak sedikit gerakan bergerak aktif
(Activity) ada
Pernafasan tidak ada lemah atau tidak teratur menangis kuat, pernapasan
(Respiration) baik dan teratur
28

Interpretasi Nilai 1-3 asfiksia berat, nilai 4-6 asfiksia sedang, nilai 7-

10 asfiksia ringan (normal) (Vivian, 2010).

5. Kebijakan Program Pemerintah

Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama atau KN1 merupakan indikator

yang menggambarkan upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi

resiko kematian pada periode neonatal yaitu 6-48 jam setelah lahir yang

meliputi antara lain kunjungan menggunakan pendekatan Manajemen

Terpadu Balita Muda (MTBM) termasuk konseling perawatan bayi baru

lahir, ASI eksklusif, pemberian vitamin K1 injeksi dan Hepatitis B0 injeksi

bila belum diberikan (Profil Kesehatan Indonesia, 2017).

a. Imunisasi

Dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 dinyatakan

bahwa setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan

ketentuan untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat dihindari

melalui imunisasi dan pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap

kepada setiap bayi dan anak (Profil Kesehatan Indonesia, 2017).

Menurut (Heryani, 2019) melalui program imunisasi dapat diupayakan

mempertinggi kekebalan penjamu terhadap penyakit tertentu sehingga

dapat melawan mikroorganisme penyakit-penyakit, tanpa harus

mengalami sakit terlebih dahulu. Tujuan nya ialah mengurangi angka

kesakitan dari suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan

mencegah terjadinya infeksi tertentu dan mencegah gejala yang dapat

menimbulkan cacat dan kematian.


29

Penentuan jenis imunisasi didasarkan atas kajian ahli dan analisis

epidemiologi atas penyakit-penyakit yang timbul. Di Indonesia, setiap

bayi (usia 0-11 bulan) diwajibkan mendapatkan imunisasi dasar lengkap

yang terdiri dari 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB-HiB,

4 dosis polio tetes, dan 1 dosis campak/MR (Profil Kesehatan Indonesia,

2017).

Menurut (Vivian, 2010) Penularan Hepatitis pada bayi baru lahir dapat

terjadi secara vertikal (penularan ibu ke bayinya pada waktu persalinan)

dan horizontal (penularan dari orang lain), dengan demikian untuk

mencegah terjadinya infeksi vertikal, bayi harus diimunisasi Hepatitis B

sedini mungkin.

Penderita Hepatitis B ada yang sembuh dan ada yang tetap membawa

virus Hepatitis B didalam tubuhnya sebagai carrier (pembawa) hepatitis.

Risiko penderita Hepatitis B untuk menjadi carrier tergantung umur pada

waktu terinfeksi. Jika terinfeksi pada bayi baru lahir, maka risiko menjadi

carrier 90%. Sedangkan yang terinfeksi pada umur dewasa risiko menjadi

carrier 5-10%. Imunisasi Hepatitis B sedini mungkin akan melindungi

sekitar 75% bayi dari penularan Hepatitis B.

6. Pandangan islam mengenai imunisasi

Menurut (Komisi Fatwa MUI, 2016) Imunisasi pada dasarnya

dibolehkan (mubah) sebagai bentuk ikhtiar untuk mewujudkan kekebalan

tubuh (imunitas) dan mencegah terjadinya suatu penyakit tertentu.


30

Di Indonesia Vaksin Measles Rubella (MR) yang beredar

mengandung unsur babi. Ditinjau dari komposisi vaksin Measles Rubella

(MR) yang terdiri atas gelatin yang berasal dari kulit babi dan typsin

yang berasal dari pankreas babi, bahan lain yang berpeluang besar

bersentuhan dengan babi dalam proses produksinya yaitu laktabumin

hydrolysate, serta terdapat pula bahan yang berasal dari tubuh manusia

(Human diploid cell) (Ahmad Farid, 2018).

Imunisasi dengan vaksin yang haram dan/atau najis tidak dibolehkan

kecuali digunakan pada kondisi al-dlarurat atau al-hajat, belum

ditemukan bahan vaksin yang halal dan suci dan adanya keterangan

tenaga medis yang kompeten dan dipercaya bahwa tidak ada vaksin yang

halal. Dalam hal jika seseorang yang tidak diimunisasi akan

menyebabkan kematian, penyakit berat, atau kecacatan permanen yang

mengancam jiwa, berdasarkan pertimbangan ahli yang kompeten dan

dipercaya, maka imunisasi hukumnya wajib (Komisi Fatwa MUI, 2016).

7. Perawatan Tali Pusat

Menurut (Vivian, 2010) perawatan tali pusat cara terbaik adalah dalam

merawat tali pusat yaitu dengan membiarkan luka tali pusat terbuka dan

membersihkan luka hanya dengan air bersih setiap hari, cara perawatan ini

dilakukan agar tidak terjadi infeksi. Tidak memberikan apapun pada daerah

sekitar tali pusat karena hal ini akan meningkatkan kelembapan (akibat

penyerapan oleh bahan tersebut) badan bayi sehingga menciptakan kondisi

ideal bagi tumbuhnya bakteri.


31

E. KB Kespro

Definisi Alat Kontrasepsi kontrasepsi adalah menghindari/mencegah

terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur matang dengan sel

sperma tersebut.

1. Jenis-jenis kontrasepsi

Menurut (Sulistyawati, 2011) terdapat jenis-jenis alat kontrasepsi ialah

sebagai berikut:

2. Kontrasepsi mekanik, kondom dan diafragma.

3. Kontrasepsi hormonal, Pil Kombinasi, suntikan kombinasi, suntikan

progestin, pil progestin (mini pil), dan implant.

4. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dan terdapat pula AKDR

dengan progestin.

5. Kontrasepsi mantap, ialah Tubektomi Menutup tuba falopii (mengikat

dan memotong atau memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat

bertemu dengan ovum dan vasektomi ialah menghentikan kapasitas

reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferens sehingga

alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi.

6. Kontrasepsi Alamiah

a. Metode Amenorea Laktasi (MAL), Kontrasepsi MAL

mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif untuk

menekan ovulasi. Metode ini memiliki tiga syarat yang harus

dipernuhi, Ibu belum mengalami haid, Bayi disususi secara ekslusif


32

dan sering, sepanjang siang dan malam, Bayi berusia kurang dari 6

bulan

b. Metode Kalender Metode kalender adalah metode alamiah dengan

menghindari senggama pada masa subur. Bila dilakukan secara

benar, risiko kehamilan berkisar antara 1 hingga 9 di antara 100 ibu

dalam 1 tahun. Memerlukan perhitungan yang cermat, kadang sulit

diterapkan pada ibu yang siklus haidnya tidak teratur.

c. Senggama terputus, Metode keluarga berencana tradisional, di

mana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina

sebelum pria mencapai ejakulasi. Bila dilakukan secara benar,

risiko kehamilan adalah 4 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.

F. Pandangan Islam Mengenai Keluarga Berencana

Menurut (Irianto, 2014) cara ulama yang ber KB sepakat bahwa keluarga

berencana (KB) yang diperbolehkan syari’at adalah suatu usaha pengaturan atau

penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan atas kesepakatan suami

istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (Maslahat) keluarga.

Dengan demikian KB di sini mempunyai arti sama dengan tanzim al nasl (

pengaturan keturunan), bukan tahdid al nasl dalam arti (permbatasan keturunan)

jelas haram dalam arti pemandulan (taqim) dan aborsi (isqot al-haml), maka KB

tidak dilarang.

Pandangan yang positif terhadap keluarga bencana menarik dalil dari Hadis-

hadis nabi, bahwa menurut sahabat Jabir: “ kami melakukan azl (koitus terputus)

pada masa rasulullah dari waktu itu sedang masa Al-Quran diturunkan (dalam
33

shahih muslim) ketika hal tersebut sampai kepada Rasulullah, maka ia tidak

melarangnya”. Beberapa hadis lain mengenai azl serta atsar (ucapan) sahabat

nabi, yang menyatakan tidak melarangnya. Menurut (Rohim, 2016)

Perkembangan sains dan teknologi modern terus berkembang sedemikian rupa,

sehingga terdapat metode kontrasepsi yang canggih, sehingga terdapat konteks,

yang dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat modern dalam

pelayanan kontrasepsi yang praktis, canggih, efektif, dan efisien.

Syaikh Abu Muhammad bin Shalih bin Hasbullah dalam bukunya,

mengatakan bahwa termasuk ‘azl adalah alat atau segala macam sarana yang

digunakan oleh wanita untuk mencegah kehamilan dalam waktu tertentu. Baik

itu berupa pil atau yang lainnya, hukumnya boleh dengan catatan pencegahan ini

hanya berlaku sementara (tidak selamanya) dan apabila penggunaan kontrasepsi

ini dengan alasan karena takut miskin atau takut rizkinya menjadi sempit dan

sebaainya, maka hukumnya haram secara mutlak, karena telah termasuk di

dalamnya berprasangka buruk kepada Allah (Handayani, 2013). Penggunaan

kontrasepsi itu karena suatu tujuan yang mendesak, seperti karna alasan medis

demi kemaslahatan yang diinginkan oleh suami istri ketika itu tidak lah ada

larangan terhadap penggunaan kontrasepsi (Rista Laily, 2017).


BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Kehamilan

No.Register : 0160419

Hari/Tanggal : Jum’at, 05 April 2019

Tempat Praktik : Klinik Pratama Sahabat Ibu dan Anak

Pengkaji : Firdaus Kirana Nurachmat

1. Sinopsis Kasus

Berdasarkan data sekunder hasil analisa penulis yang didapatkan dari buku

KIA didapatkan kunjungan kehamilan ibu terdapat 7 kali, yaitu kunjungan

pertama pada tanggal 09-09-2018, kunjungan kedua 14-11-2018, kunjungan

ketiga 14-12-2018, kunjungan ke-empat 15-01-2019, kunjungan ke lima 14-02-

2019, kunjungan ke-enam 15-03-2019, kunjungan ke-tujuh 29-03-2019.

Berdasarkan kunjungan yang terlampir di buku KIA ibu bahwa selama

kunjungan ANC tidak didapatkan keluhan serius yang dapat membahayakan

kehamilannya.

Terdapat keterangan HPHT tanggal 10-07-2018 dan taksiran persalinan

ialah 17-04-2019. Lingkar lengan atas ibu 24,5 cm sehingga ibu tidak termasuk

kedalam kategori KEK. Tinggi badan ibu ialah 158 cm, berat badan ibu

sebelum hamil ialah kg sehingga didapatkan hasil IMT ialah 22,5 yang

termasuk kedalam kategori berat badan ideal. Ibu tidak memiliki riwayat

penyakit tertentu dan riwayat alergi. Riwayat konsumsi obat-obatan ibu selama

kehamilan ialah Asam folat, tablet Fe, kalsium, B kompleks,

34
35

Status imunisasi TT ibu didapatkan keterangan bahwa ibu tidak melakukan

imunisasi TT. Pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 11 gram%, Sifilis

Negatif, HIV Negatif, HbsAg Negatif, protein urine negatif.

Didapatkan keterangan identitas dan riwayat obstetri ibu dari buku KIA

milik Ny. G sebagai berikut:

1. Identitas

No. Identitas Istri Suami


1 Nama Ny.G Tn. S
2 Umur 28 Tahun 27 Tahun
3 Pekerjaan IRT Wiraswasta
4 Agama Islam Islam
Pendidikan
5 SMA SMA
terakhir
Jl. Cikajang No.7 RT. 001 RW.20, Kel.
7 Alamat Antapani Tengah, Kec. Antapani, Kota
Bandung, Jawabarat

2. Riwayat obstetri yang lalu

Hamil Umur Jenis Tempat Keadaan Berat


Tahun Penolong
ke kehamilan persalinan bersalin bayi Badan Umur

Lahir 2800 8
1 2011 9 bulan Spontan Bidan BPS
Hidup gr Tahun
Lahir 4
2 2015 9 bulan Spontan Bidan Klinik 2700gr
Hidup Tahun
Lahir
3 2017 8 bulan Spontan Bidan Klinik
Meninggal 2300gr -

4 2018 Abortus
Hamil
5
ini
36

B. Persalinan

Hari/Tanggal : Jum’at, 05 April 2019

Tempat Praktik : Klinik Pratama Sahabat Ibu dan Anak

Pengkaji : Firdaus Kirana Nurachmat

Waktu Pengkajian : 19.00 WIB

KALA I

(Jam 19.00 WIB)

I. Data Subjektif

a. Keluhan utama

Ibu datang mengeluh mulas-mulas dan mengatakan ia telah pergi ke

bidan sebelumnya namun di pulangkan kembali dengan alasan

pembukaan ibu masih sedikit.

b. Riwayat Persalinan sekarang

- HPHT : 10-03-2018

- Taksiran Persalinan : 17-12-2018

- Pergerakan janin terakhir : Aktif

- Mulas sejak : Jam 13.00 WIB

- Pengeluaran cairan pervaginam : Terdapat pengeluaran lendir

bercampur darah jam 14.00, merah,

khas darah, 20 cc.

c. Pola makan/ makan terakhir : 2-3 kali sehari, tidak ada pentangan

makan, porsi sedang dan ibu jarang

makan yang manis-manis.


37

II. Objektif

A. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

1. Tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 110/80 mmHg Suhu : 36,5o C

Pernafasan : 22x/menit Nadi : 80x/menit

2. Kepala

Mata :Simetris, sklera berwarna putih,

konjungtiva berwarna merah muda.

Wajah :Simetris, tidak pucat, tidak ada oedema dan

tidak terdapat kloasma.

3. Leher

Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada

Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada

Peningkatan vena jugularis : Tidak ada

4. Payudara

Bentuk : Simetris

Massa : Tidak ada

Kondisi putting : Menonjol

Retraksi/dimpling : Tidak ada

Kolostrum : belum ada

Masalah lain : Tidak ada


38

5. Abdomen

Bekas luka operasi : Tidak ada

Bentuk : Simetris

Gerakan janin : ada

a. Palpasi abdomen

Tinggi fundus uteri : 29 cm

Leopold I :Teraba bagian bulat, lunak dan tidak melenting

dibagian fundus (Teraba dua bokong).

Leopold II :Teraba bagian keras dan memanjang seperti papan

dibagian kanan (Punggung Kanan).

Leopold III :Teraba bagian keras, bulat dan melenting di bagian

bawah (kepala).

Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP (Divergen).

Perlimaan : 3/5

HIS : 3x10’35”

Kandung kemih : Kosong

b. Auskultasi abdomen

DJJ : Puka 135x/menit regular.

6. Ekstremitas

2. Tangan

Nyeri dan perihsaat menggenggam : Tidak ada

Oedema : Tidak ada

Pucat pada telapak tangan dan ujung jari : Tidak ada

Masalah lain : Tidak ada


39

3. Kaki

Oedema : Tidak ada

Varises : Tidak ada

Reflex patella : Positif

Masalah lain : Tidak ada

7. Genitalia

a. Pemeriksaan dalam

V/v : Tidak ada kelainan

Portio : Tipis lunak

Pembukaan : 3 cm

Ketuban : Utuh

Presentasi : Kepala

Penurunan kepala : Hodge II/ Station -2

Molase/penyusupan : Tidak ada penyusupan

Denominator : UUK kanan depan.

III. Analisa

G5P3A1 Parturient 37-38 minggu, kala I fase laten. Janin tunggal hidup

intrauterin.
40

IV. Penatalaksanaan

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa proses

persalinan akan semakin dekat karena pembukaan sudah 2 cm. Ibu dan

keluarga mengerti bahwa proses persalinan semakin dekat.

2. Anjurkan ibu untuk duduk di Birthing Ball untuk mempercepat penurunan

kepala bayi. Ibu mengerti dan melakukannya.

3. Anjurkan ibu untuk tarik nafas panjang jika ibu merasa mules, untuk

mengurangi rasa sakit saat kontraksi. Ibu mengerti dan melakukannya.

4. Meminta suami dan keluarga untuk menyiapkan perlengkapan untuk ibu

saat bersalin. Keluarga megerti dan memberikan perlengkapan ibu untuk

bersalin.

5. Mengajarkan ibu untuk senantiasa bersabar dan selalu berdzikir serta

membacakan doa “mohon tenang dan sabra”, dengan do’a sebagai berikut

“Hasbunaallah wani’mal wakillim robbana afrigh ‘alaina

sobrowwatawaffana muslimin”. ibu mengerti dan mengulangi bacaan

do’a.

6. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk persalinan seperti

Partus set, Hecting set, Alat pelindung diri (APD). Sudah dilakukan.

KALA II

(Jam : 20.40 WIB)

I. Data Subjektif

Ibu mengeluh ingin mengedan dan mengatakan bahwa terdapat

pengeluaran air-air dari jalan lahir.


41

II. Data Objektif

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

A. Tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 120/70 mmHg Suhu : 36,5o C

Pernafasan : 24x/menit Nadi : 84x/menit

B. Abdomen

His : 5x10’45”

DJJ : 140x/ menit

Perlimaan : 0/5

Kandung kemih : Kosong

C. Pemeriksaan dalam

V/v : Tidak ada kelainan

Portio : Tidak teraba

Pembukaan : 10 cm

Ketuban : Negatif (pecah spontan pada jam 20.40 WIB

warna jernih dan volume 200 cc/)

Presentasi : Kepala

Posisi (denominator) : UUK depan tengah atas

Molase :0

Penurunan kepala : Hodge IV

D. Tanda-tanda kala II

Perineum menonjol : Ada


42

V/V membuka : Ada

III. Analisa

G5P3A1 Parturient Inpartu 37-38 minggu kala II, janin tunggal hidup

intrauterin.

IV. Penatalaksanaan

1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa proses

persalinan akan segera dimulai karena pembukaan sudah lengkap dan

ibu boleh mengedan. Ibu dan keluarga mengerti dan bersiap-siap.

2. Pengecekan kembali alat-alat untuk membantu persalinan seperti alat

partus, heacting set, resusitasi neonatus dan lain-lain. Alat-alat sudah

siap dan lengkap.

3. Memakai alat pelindung diri seperti barakshort, celemek, masker dan

lain-lain. Perlengkapan telah dipakai.

4. Memfasilitasi posisi ibu bersalin dengan posisi setengah duduk atau

sesuai keinginan ibu. Ibu mengerti dan mengambil posisi setengah

duduk.

5. Melakukan pimpinan meneran, agar ibu dapat meneran dengan efektif.

Ibu meneran dengan baik, hingga tidak mengeluarkan suara dan tidak

tertahan dileher.

6. Mengecek DJJ untuk memantau kesejahteraan janin diantara waktu his.

DJJ :145x/menit regular.

7. Melakukan Nipple Stimulation untuk menstimulasi peningkatan hormon

oksitosin. Kontraksi adekuat.


43

8. Menolong persalinan. Bayi lahir jam 20.50 WIB menangis kuat, tonus

otot kuat, warna kulit kemerahan.

KALA III

(Jam : 20.50 WIB )

I. Subjektif

Ibu mengatakan masih merasa sedikit mulas.

II. Objektif

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

a. Abdomen

Janin ke-2 : Tidak ada

Kontraksi : Keras

Kandung Kemih : Kosong

Uterus menjadi globuler : Ada

b. Genitalia

Perdarahan : 80 cc

Tali pusat memanjang : Ada

Adanya semburan darah : Ada

III. Analisa

P4A1 Parturient aterm kala III.

IV. Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa ibu memasuki tahap pelepasan

plasenta. Ibu dan keluarga mengerti dan bersiap-siap.


44

2. Memberitahu bahwa ibu akan di suntik oksitosin, agar uterus

berkontraksi dengan baik. Dilakukan di 1/3 bagian paha kiri ibu secara

IM.

3. Melakukan penegangan tali pusat terkendali. Tali pusat memanjang dan

terdapat semburan darah.

4. Plasenta lahir spontan jam 20.55 WIB, dilakukan pengecekan

kelengkapan plasenta. Tidak terdapat sisa plasenta.

5. Melakukan eksplor untuk memastikan ada tidak nya plasenta atau

selaput yang tertinggal. Tidak ada bagian yang tertinggal.

6. Melakukan rangsangan taktil (masase uterus) dilakukan sebanyak 15

kali dan mengajarkan ibu cara masase uterus, agar kontraksi baik.

Uterus berkontraksi dengan baik.

7. Memberikan bayi untuk IMD selama 1 jam. Bayi dapat menyusu pada

menit ke 30.

Kala IV

( Jam: 20.55 WIB)

I. Data Subjektif

Ibu mengatakan lelah sekaligus lega dan merasa senang atas kelahiran

bayinya.

II. Data Objektif

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

1. Tanda-tanda vital
45

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Suhu : 36,5oC

Pernafasan : 23x/ menit

Nadi : 81x/ menit

2. Abdomen

Kontraksi : Baik

TFU : 2 jari dibawah pusat

Kandung kemih : Tidak teraba Penuh

3. Genetalia

Perdarahan : Normal (150 ml)

Laserasi : Terdapat robekan di mukosa vagina dan otot

periunieum, derajat II.

III. Analisa

P4A1 Parturient Kala IV.

IV. Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu bahwa proses persalinan sudah selesai. Ibu mengerti dan

mengatakan lega karna proses persalinan sudah selesai.

2. Meakukan penjahitan luka perinieum dengan teknik subkutikuler. Luka

tertutup jahitan.

3. Membersihkan ibu dan tempat tidur ibu dengan DTT Ibu merasa nyaman

telah dibersihkan.

4. Merapihkan alat dan perlengkapan serta membersihkan alat dan

mendekontaminasi alat. Alat direndam dalam larutan klorin 0,5% dalam

15 menit lalu dibersihkan.


46

5. Menganjurkan ibu untuk ganti pembalut 4 jam sekali, tapi apabila sudah

penuh segera ganti agar genitalia tidak lembab. Ibu mengerti dan

mengatakan akan melakukannya sesuai anjuran bidan.

6. Mengajarkan ibu masase uterus, agar uterus berkontraksi dengan baik.

Uterus ibu berkontraksi dengan baik.

7. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya masa nifas menggunakan Leaflet

a. Pengelihatan kabur.

b. Suhu meningkat drastis.

c. Sakit perut berlebih.

d. Perdarahan abnormal.

e. Pusing yang hebat dan lain-lain.

Ibu dapat mengulang kembali tanda bahaya yang bidan utarakan.

8. Anjurkan ibu untuk makan dan minum untuk mengembalikan nutrisi ibu.

Ibu sudah makan dan minum.


47

C. Nifas

a. Postpartum KF I

Hari/tanggal :Senin, 06/04/2019

Waktu pengkajian : Pukul 06.55 WIB

Tempat : Klinik Pratama Sahabat Ibu dan Anak

I. Subjektif

a) Keluhan utama

Ibu mengatakan masih merasa mules.

b) Riwayat Persalinan

Bayi
Tanggal Jenis Robekan Komplikasi
Tempat Penolong
& jam Persalinan jalan lahir persalinan JK
BB PB
Klinik
06/04/19 3000 50 P
Pratama Bidan Spontan Derajat 2 Tidsk ada
02.55 wib gr cm
SIDA

Komplikasi dalam kehamilan : Tidak ada.

Usia kehamilan :37-38 minggu.

c) Eliminasi

Terakhir BAB : Kemarin pukul 05.00 WIB.

Terakhir BAK : Pukul 02.30 WIB

d) Personal hygiene

Ganti pembalut : 2x dalam waktu 6 jam

e) Pola mobilisasi

30 menit setelah persalinan ibu sudah bisa duduk dan berjalan.


48

f) Pemberian ASI

Frekuensi : Ibu mengatakan membangunkan

anaknya setiap 2 jam sekali untuk

disusui.

Lama : ± 10-15 menit

Masalah : tidak ada

g) Rencana penggunaan kontrasepsi: Belum ingin ber-KB

h) Tanda bahaya nifas : Tidak ada

II. Objektif

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

a) Tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Suhu : 36,5oC

Pernafasan : 22x/ menit

Nadi : 80x/ menit

b) Payudara

Kebersihan 
 : Bersih

Kondisi putting : Menonjol

Pengeluaran ASI : Ada

c) Abdomen

Kontraksi : Baik

TFU : 2 jari dibawah pusat


49

Kandung kemih : Tidak teraba penuh

d) Genetalia

Kebersihan : Baik

Pengeluaran lochea : warna merah segar (Rubra), ± 20 cc

Laserasi : Kering dan Tertutup jahitan

III. Analisa

P3AI Postpartum spontan 10 jam

IV. Penatalaksanaan

1. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital. Hasil pemeriksaan dalam

batas normal.

2. Memberikan konseling mengenai perawatan luka jahitan. Ibu

mengerti dan akan menjaga kebersihan.

3. Memberikan konseling mengenai asupan nutrisi untuk menambah

produksi ASI, dan pola istirahat. Ibu mengerti mengenai asupan

nutrisi yang baik dan istirahat.

4. Memberikan konseling mengenai perawatan tali pusat. Ibu sudah

mengerti tentang peralatan tali pusat.

5. Mengingatkan kembali teknik menyusui yang benar. Ibu sudah

mengerti mengenai teknik menyusui yang benar.

6. Mengingatkan kembali ibu untuk masase uterus, agar uterus

berkontraksi dengan baik. Uterus ibu berkontraksi dengan baik.

7. Memberitahu ibu untuk menjaga kehatan bayi, agar bayi terhindar dari

hipotermi. Ibu mengerti


50

8. Menanyakan pada ibu apakah ada yang ingin ditanyakan. Ibu

mengerti dan bayi tetap hangat.

9. Mendokumentasikan asuhan yang telah dilakukan. SOAP setelah

dibuat.
51

Matriks Kunjungan Ulang Postpartum 1 minggu (KF II)


Hari/ Tanggal : Jum’at 12/04/2019
Waktu Pengkajian : Pukul 10.00 WIB
Tempat : Rumah Klien
Pengkaji : Firdaus Kirana Nurachmat
S O A P

1. Keluhan : ibu Keadaan umum : Baik P4A1 1. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital. Hasil
mengaku tidak Kesadaran : composmentis postpartum pemeriksaan dalam batas normal. Tekanan darah
ada keluhan 1. Mata spontan 1 120/80 mmHg, Suhu : 36,5oC, pernafasan: 22x/
2. Istirahat 7 Konjungtiva merah muda, sklera minggu. menit, nadi: 80x/ menit.
jam
putih. 2. Melakukan konseling kepada ibu mengenai:
3. Makan 3x/hari
Minum 7-8 2. Payudara a. Menganjurkan ibu untuk menjaga luka jahitan
gelas/hari Terdapat pengeluaran ASI, agar tetap kering agar menghindari luka
4. BAK 5-6x/hari putting menonjol +/+ terhadap resiko infeksi.
BAB 1x/sehari b. Memberitahu ibu mengenai pola nutrisi ibu
3. Abdomen
5. Ibu nifas dengan menggunakan leaflet.
TFU 4 jari di bawah pusat, c. Memberitahu ibu untuk menjaga pola istiahat
mengatakan kontraksi keras, kandung kemih misalnya, bayi tidur ibu ikut tidur, ibu
dapat merawat
bayinya di tidak teraba penuh. mengerti dengan penjelasan bidan.
bantu dengan 4. Kaki d. Menganjurkan ibu untuk menjaga payudara
keluarga dan Homan sign -/-, refleks patella tetap bersih dan kering. Terutama putting
suami. +/+, tidak ada oedema dan varises susu, menganjurkan ibu untuk memakai BH
yang menyongkong payudara.
5. Genitalia
e. Memberitahu ibu untuk sering mendekap
Bersih, lochea sanguilenta, bayinya.
52

S O A P

jumlah darah  20cc, luka laserasi f. Memberitahu ibu untuk sering membacakan
kering tertutup jahitan. do’a untuk bayinya.
3. Melakukan pengecekan luka jahitan. Luka
jahitan tertutup dan kering.
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan senam nifas.
Ibu mengerti dan di berikan leaflet.
5. Memberikan konseling kepada ibu mengenai
Metode Amenorea Laktasi sebagai KB alami
yang dapat menekan ovulasi dalam
merencanakan kehamilan. Ibu mengerti dan
mulai dalam merencakan kehamilannya yang
membutuhkan jarak waktu tertentu.
6. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan
ulang ke tenaga kesehatan apabila ibu
mengalami suatu keluhan seperti salah satu tanda
bahaya pada nifas. Ibu akan melakukan
kunjungan ulang apabila mengalami keluhan.
7. Menjadwalkan kunjungan rumah ulang pada
tanggal 19/04/19. Ibu mengatakan dengan
senang hati bersedia di kunjungi kembali.
53

Matriks Kunjungan Ulang Postpartum 2 minggu (KF III)


Hari/ Tanggal : Jum’at 19/04/2019
Waktu Pengkajian : Pukul 11.00 WIB
Tempat : Rumah Klien
Pengkaji :Firdaus Kirana Nurachmat
S O A P

1. Keluhan : ibu Keadaan umum : Baik P4A1 1. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital.
mengaku tidak Kesadaran : composmentis postpartum Hasil pemeriksaan dalam batas normal.
ada keluhan 1. Mata spontan 2 Tekanan darah 120/80 mmHg, Suhu : 36,5oC,
2. Istirahat 7 Mata bersih, minggu. pernafasan: 22x/ menit, nadi: 80x/ menit.
jam
2. Payudara 2. Melakukan konseling kepada ibu mengenai:
3. Makan 3x/hari
Minum 7-8 Terdapat pengeluaran ASI, a. Menanyakan kepada ibu apakah ada keluhan
gelas/hari putting menonjol +/+ yang ingin ditanyakan.
4. BAK 5-6x/hari 3. Abdomen b. Memberitahu ibu mengenai pola nutrisi ibu
BAB 1x/sehari nifas dengan menggunakan leaflet.
TFU tidak teraba, kandung
5. Ibu c. Memberitahu ibu untuk menjaga pola istiahat
kemih tidak teraba penuh. misalnya, bayi tidur ibu ikut tidur, ibu
mengatakan 4. Kaki mengerti dengan penjelasan bidan.
dapat merawat
bayinya di Homan sign -/-, refleks patella d. Memberitahu ibu untuk sering mendekap
bantu dengan +/+, tidak ada oedema dan bayinya.
keluarga dan varises e. Memberitahu ibu untuk sering membacakan
suami. 5. Genitalia doa untuk bayinya.
3. Memberitahu ibu untuk merencanakan KB
Bersih, lochea serosa, bekas luka
pascasalin. Menjelaskan jenis, efek
laserasi kering tertutup.
sampingnya. Ibu paham penjelasan bidan dan
54

S O A P

akan mulai untuk berdiskusi dengan suaminya.


4. Menjadwalkan kunjungan rumah ulang pada
tanggal 10/05/2019. Ibu mengatakan dengan
senang hati bersedia di kunjungi kembali.
55

Matriks Kunjungan Ulang Postpartum 6 minggu (KF IV)


Hari/ Tanggal : Jum’at 10/05/2019
Waktu Pengkajian : Pukul 09.30 WIB
Tempat : Rumah Klien
Pengkaji : Firdaus Kirana Nurachmat
S O A P

1. Keluhan : Ibu Keadaan umum : Baik P4A1 1. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital.
mengaku tidak Kesadaran : composmentis postpartum Hasil pemeriksaan dalam batas normal.
ada keluhan a. Mata spontan 6 Tekanan darah 120/80 mmHg, Suhu : 36,5oC,
2. Istirahat 7 Mata bersih minggu. pernafasan: 22x/ menit, nadi: 80x/ menit.
jam
b. Payudara 2. Melakukan KIE kepada ibu mengenai:
3. Makan 3x/hari
Terdapat pengeluaran ASI, a. Memberitahu ibu mengenai pola nutrisi ibu
Minum 7-8
putting menonjol +/+ nifas dengan menggunakan leaflet.
gelas/hari
b. Memberitahu ibu untuk menjaga pola istiahat
4. BAK 5-6x/hari c. Abdomen
misalnya, bayi tidur ibu ikut tidur, ibu
BAB 1x/sehari TFU tidak teraba, kandung mengerti dengan penjelasan bidan.
5. Ibu kemih tidak teraba penuh. 3. Memberikan leaflet dan konseling tentang
mengatakan d. Kaki macam-macam kontrasepsi moderen sebagai
dapat merawat
Homan sign -/-, refleks patella referensi untuk ibu. namun ibu tetap pada
bayinya di
+/+, tidak ada oedema dan pendiriannya yang mengatakan untuk memilih
bantu dengan
varises metode kontrasepsi alami senggama terputus
keluarga dan
karena ibu berencana untuk menambah
suami. e. Genitalia
keturunan.
Bersih, lochea alba, bekas luka 4. Memberikan ibu konseling mengenai resiko
yang dapat terjadi apabila ibu tidak mengatur
kehamilannya. Ibu mengerti dan mengatakan
56

S O A P

akan mengatur kehamilannya.


57

D. Bayi Baru Lahir

a. Bayi baru lahir KN I

Hari/tanggal :Senin, 06/04/2019

Waktu pengkajian : Pukul 02.55 WIB

Tempat : Klinik Pratama Sahabat Ibu dan Anak

I. Subjektif

a. Anamnesa

1. Faktor lingkungan

Daerah tempat tinggal : pegunungan

Ventilasi dan higinitas rumah : baik

Suhu udara dan pencahayaan : baik

2. Faktor genetik

Riwayat penyakit keturunan : tidak ada

Riwayat penyakit sistemik : tidak ada

Riwayat penyakit menular : tidak ada

Riwayat kelainan kongenital : tidak ada

Riwayat gangguan jiwa : tidak ada

Riwayat bayi kembar : tidak ada

3. Faktor sosial

Anak yang diharapkan : ya

Jumlah saudara kandung :2

Penerimaan dalam keluarga : baik


58

II. Objektif

a. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum

Ukuran keseluruhan : simetris

Kepala, badan, ekstremitas : simetris

Warna kulit& bibir : merah

Tangis bayi : kuat

2. Tanda – tanda vital

Pernafasan : 42 kali per menit

Denyut jantung : 125 kali per menit

Suhu : 36,6C

3. Pemeriksaan Antropometri

Berat badan bayi : 3000 gr

Panjang badan bayi : 50 cm

4. Kepala

Ubun-ubun : datar

Sutura : tidak ada molase

Daerah yang mencekung : tidak ada

Caput succad suhuaneum : tidak ada

Lingkar kepala : 30 cm

5. Mata

Bentuk : simetris

Tanda-tanda infeksi : tidak ada


59

6. Telinga

Bentuk : simetris

Tanda tanda infeksi : tidak ada

7. Hidung Dan Mulut

Bibir dan langit-langit : normal

Pernafasan cuping hidung : tidak ada

Refleks rooting : ada

Refleks sucking : ada

Refleks swallowing :ada

Masalah lain : tidak ada

8. Leher

Pembengkakan kelenjar : tidak ada

Gerakan : aktif

Refleks tonic neck : ada

9. Dada

Bentuk : simetris

Posisi putting : simetris

Bunyi nafas : normal

Bunyi jantung : normal

Lingkar dada : 31 cm

10. Bahu, Lengan Dan Tangan

Bentuk : simetris

Jumlah jari : 5/5


60

Gerakan :aktif

Refleks graps :ada

11. Sistem Saraf

Refleksn moro :ada

12. Perut

Bentuk :simetris

Penonjolan sekitar tali pusat : tidak ada

Pendarahan pada tali pusat : tidak ada

13. Kelamin

Kelamin perempuan

- Labia mayora menutupi labia minora

- vagina berlubang

14. Tungkai dan Kaki

Bentuk :simetris

Jumlah jari : 5/5

Gerakan : aktif

Refleks babynski : ada

15. Punggung dan Anus

Pembengkakan atau cekungan : tidak ada

Lubang Anus : ada

16. Kulit

Verniks : ada

Warna kulit dan bibir: merah


61

Tanda lahir : tidak ada

b. Pemeriksaan laboratorium

Tidak dilakukan pemeriksaan

III. Analisa

Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 10 jam.

IV. Penatalaksanaan

1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada keluarga bayi. hasil

pemeriksaan telah diberi tahu kepada keluarga ibu dan bayi.

2. Menjaga kehangatan bayi. bayi dalam selimut dan dipakaikan baju.

3. Memberitahu kepada ibu tentang cara merawat tali pusat yaitu tidak

mengoleskan cairan atau bahan apapun ke tali pusat dan tidak

diperkenankan mengompres tali pusat. Ibu telah mengetahui dan ibu

merawat tali pusat sesuai anjuran bidan.

4. Menggantikan kassa tali pusat. Kassa sudah diganti.

5. Memandikan Bayi dengan air hangat. Bayi sudah dimandikan.

6. Memberitahu kembali ibu mengenai tanda bahaya bayi baru lahir dan

memberitahukan kepada ibu agar membawa bayinya ke tempat

pelayanan kesehatan terdekat jika ibu menemukan tanda bahaya seperti:

a. pemberian ASI sulit ( sulit menghisap atau menghisap lemah).

b. Kesulitan bernafas yaitu pernafasan cepat >60x/menit.

c. alergi bayi terus menerus tidur tanpa bangun.

d. suhu badan terlalu panas >37,5C atau terlalu hipotermi.

e. tangis dan perilaku abnormal tidak biasa.


62

f. bayi mengalami gangguan gastrointestinal misalnya tidak BAB

selama tiga hari pertama setelah lahir, muntah terus menerus, perut

bengkak, dan tinja hijau tua ber lendir atau darah.

g. Mata bengkak dan mengeluarkan air.

h. Kulit wajah dan badan bayi berwarna kuning.

Ibu dapat mengulangi apa saja yang dikatakan bidan mengenai tanda

bahaya bayi dan bersedia segera membawa bayinya ke tempat

pelayanan kesehatan bila ditemukan tanda-tanda tersebut.


63

Matriks Kunjungan Asuhan Kebidanan pada BBL usia 6 hari- 1 minggu (KN II)
Hari/ Tanggal : Jum’at, 12/04/2019
Waktu Pengkajian : Pukul 10.00 WIB
Tempat : Rumah Klien
Pengkaji : Firdaus Kirana Nurachmat
S O A P

Tidak Keadaan umum : Baik Neonatus 1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada


ditemui Kesadaran : composmentis Cukup keluarga bayi. hasil pemeriksaan telah diberi
masalah. Ukuran keseluruhan : normal Bulan tahu kepada keluarga ibu dan bayi.
Bayi Tangis bayi : kuat
sesuai masa 2. Memberikan penjelasan pentingnya ASI
menyusu 1. Tanda-tanda vital
kuat, BAK A. pernafasan : 40x/menit kehamilan eksklusif dengan leaflet.
lancar, BAB B. denyut jantung: 130x/menit usia 1 3. Memberitahu ibu untuk tetap menjaga
1x1/hari, tali C. suhu :36,7C minggu. kehangatan bayi . ibu mengerti dan mengatakan
pusat kering 2. Pemeriksaan Antropometri akan melakukannya.
dan sudah D. BB: 3400 gr 4. Mengingatkan kembali ibu mengenai tanda
puput, E. PB: 50 cm bahaya bayi baru lahir dengan menggunakan
Tidur 17 jam 3. Kepala buku KIA dan memberitahukan kepada ibu agar
sehari (siang Ubun-ubun datar, Lingkar kepala 30 cm
malam), 4. Mata membawa bayinya ke tempat pelayanan
menangis Tidak ikterik dan bersih kesehatan terdekat jika ibu menemukan tanda
kuat, 5. Telinga bahaya seperti tertera di buku KIA. Ibu dapat
kebersihan Tidak ada tanda-tanda infeksi, kebersihan mengulangi apa saja yang dikatakan bidan
baik. baik. mengenai tanda bahaya bayi dan bersedia segera
6. Mulut membawa bayinya ke tempat pelayanan kesehatan
Reflek rooting ada, refleks sucking ada, bila ditemukan tanda-tanda tersebut.
64

S O A P

refleks swallowing ada, masalah lain tidak 5. Memberitahu ibu untuk memandikan bayinya
ada. sesuai cuaca dan kondisi bayi. ibu paham
5. Leher penjelasan bidan
Pembengkakan kelenjar tidak ada, Refleks
6. Menjadwalkan kunjungan rumah ulang pada
tonic neck ada.
6. Abdomen tanggal 19/04/19. Ibu mengatakan dengan
Tidak ada pembengkakan infeksi sekitar senang hati bersedia di kunjungi kembali.
Pusar, tali pusat sudah puput, kering.
65

Matriks Kunjungan Asuhan Kebidanan pada BBL usia 8 hari – 28 hari (KN III)
Hari/ Tanggal : Jum’at, 19/04/2019
Waktu Pengkajian : Pukul 10.00 WIB
Tempat : Rumah Klien
Pengkaji : Firdaus Kirana Nurachmat
S O A P

Tidak Keadaan umum : Baik Neonatus 1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada keluarga
ditemui Kesadaran : composmentis Cukup bayi. hasil pemeriksaan telah diberi tahu kepada
masalah. Ukuran keseluruhan : normal Bulan keluarga ibu dan bayi.
Bayi Tangis bayi : kuat
sesuai masa 2. Memberikan penjelasan pentingnya ASI eksklusif
menyusu 1. Tanda-tanda vital
kuat, BAK pernafasan : 40x/menit kehamilan dengan leaflet.
lancar, BAB denyut jantung: 122x/menit usia 2 3. Memberitahu ibu untuk tetap menjaga kehangatan
1x1/hari, tali suhu :36,6C minggu. bayi . ibu mengerti dan mengatakan akan
pusat kering 2.Pemeriksaan Antropometri melakukannya.
dan sudah BB: 4000 gr 4. Mengingatkan kembali ibu mengenai tanda bahaya
puput, PB: 51 cm bayi baru lahir dengan menggunakan buku KIA dan
Tidur 14-15 2. Kepala memberitahukan kepada ibu agar membawa
jam sehari Ubun-ubun datar, Lingkar kepala 31 cm
(siang 3. Mata bayinya ke tempat pelayanan kesehatan terdekat
malam), Konjungtiva merah muda, sklera putih. jika ibu menemukan tanda bahaya seperti tertera di
menangis 4. Telinga buku KIA.
kuat, Bentuk sejajar, tidak ada tanda-tanda 5. Ibu dapat mengulangi apa saja yang dikatakan
kebersihan infeksi. bidan mengenai tanda bahaya bayi dan bersedia
baik. 5. Mulut segera membawa bayinya ke tempat pelayanan
Reflek rooting ada, reflek sucking ada,
66

S O A P

reflek swallowing ada, masalah lain tidak kesehatan bila ditemukan tanda-tanda tersebut.
ada. 6. Memberitahu ibu untuk memandikan bayinya
6. Leher sesuai cuaca dan kondisi bayi. ibu paham
Pembengkakan kelenjar tidak ada, Refleks
penjelasan bidan.
tonic neck ada.
67

E. KB Kespro

Hari/tanggal : Jum’at, 19/04/2019

Waktu pengkajian : Pukul 10.00 WIB

Tempat : Rumah Klien

a. Sinopsis Kasus

Berdasarkan data subjektif yang didapatkan dari hasil pengkajian KB

kespro yang telah dilakukan dengan cara konseling mengenai manfaat dan

pentingnya penggunaan KB, selain itu diberikan juga konseling mengenai

jenis-jenis metode kontrasepsi sebagai referensi yang dapat digunakan oleh

ibu dengan grande multipara seperti IUD. Namun dari pengkajian yang telah

dilakukan tersebut bahwa ibu mengatakan untuk tidak ingin menggunakan

KB konvensional dengan alasan dalam kepercayaan agamanya melarang

membatasi keturunan, bahkan ibu masih ingin menambah keturunan

dikarenakan terdapat hadist-hadist yang mengatakan bahwa rasulullah

menghendaki keturunan yang banyak, kelak menginginkan umat terbanyak

dibandingkan umat-umat lainnya dan apabila menggunakan KB haruslah

sejalan dengan syariat islam atau yang dicontohkan langsung oleh Rasulullah

SAW.

Sehingga pengkaji menghargai apa yang menjadi kepercayaan Ny.G

namun tetap memberikan konseling mengenai berbagai macam metode

kontrasepsi dan efektifitas yang dapat digunakan ibu, termasuk metode alami

untuk mengingatkan kembali dan sebagai referensi bagi ibu untuk

mengatur kehamilannya selain itu penulis juga memberikan ibu konseling


68

mengenai resiko yang dapat terjadi apabila ibu tidak mengatur kehamilannya

namun ibu tetap pada pendiriannya yang mengatakan untuk memilih metode

kontrasepsi alami seperti al-azl atau senggama terputus untuk mengatur

kehamilannya.

Riwayat kontrasepsi Ny.G pada kehamilan anak pertama, anak ke- dua dan

seterusnya ialah menggunakan KB alami al-azl atau lebih dikenal sebagai

senggama terputus, ia mengatakan bahwasannya KB alami tersebutlah yang

cocok dengan nya karena telah jelas dicontohkan rasul dan jelas dapat

diterima dengan syariat islam.


BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan studi kasus ini penulis akan menyajikan pembahasan yang

membandingkan antara teori dengan Asuhan kebidanan komprehensif yang

diberikan pada Ny.G.

A. Kehamilan

Pada masa kehamilan Ny.G dilakukan anamnesa hari pertama haid terakhir

pada tanggal 10-07-2018 ibu biasa melakukan pemeriksaan kehamilannya ke

klinik utama dekat rumahnya di daerah Ujung Berung dan sudah memeriksakan

kehamilannya sebanyak 7 kali yaitu pada trimester satu sebanyak 1 kali. Trimester

II ialah sebanyak 3 kali kunjungan dan trimester 3 ialah 3 kali kunjungan. Hal ini

sudah memenuhi persyaratan sesuai dengan teori bahwa kunjungan kehamilan

minimal dilakukan empat kali yaitu satu kali pada trimester I, satu kali pada

trimester II, dua kali pada trimester III (Vivian N. , 2011).

Saat melakukan anamnesa diketahui bahwa ibu mengaku kehamilan yang ke-

5 dan 1 kali mengalami keguguran, selain itu Ny.G juga tidak menggunakan KB

konvensional karena masih berkeinginan untuk segera menambah keturunan.

Menurut buku (Manuaba, 2012) seorang perempuan dapat dikatakan hamil

dengan resiko tinggi yaitu salah satunya jika ditemukan pada ibu hamil tersebut

gejala “4T” yaitu terlalu tua >35 tahun, terlalu muda <19 tahun, terlalu banyak

anak >3 dan terlalu dekat jarak kehamilan <2 tahun. Ny.G termasuk dalam

klasifikasi Grande multipara karena kehamilan sat ini adalah kehamilan yang ke -

69
70

5. Selain itu menurut Puti Sari H (2014) grande multipara termasuk kehamilan

resiko tinggi yang merupakan penyebab tidak langsung AKI.

Dalam pemerikasaan ANC Ny.G yang terlampir dalam buku KIA, ibu

disiplin dalam memeriksakan kehamilannya. Terekam 7 x ibu melakukan

kunjungan ANC ke bidan. Asuhan yang diberikan bidan, selain pemeriksaan fisik

dilakukan juga pemeriksaan laboratorium pada Ny.G hasil rekam medis tersebut

ialah Hb 11 gram% pada Trimester 1 dan 3 dalam riwayat ANC trimester 2

didapatkan Hb 10,8 gram%, Sifilis Negatif, HIV Negatif, HbsAg Negatif, protein

urine negatif. Dalam buku (Saifuddin, 2010) anemia pada ibu hamil terjadi

apabila kondisi ibu dengan kadar hemoglobin <11 g% pada trimester 1 dan 3 dan

kadar < 10,5 g% pada trimester 2. Sesuai dengan rujukan tersebut pada kehamilan

Ny. G memiliki tidak memiliki anemia, ibu mendapat asupan nutrisi yang baik

selama kehamilan sehingga dapat mempertahankan kadar hemoglobin dengan

seimbang.

Ibu menolak diberikan imunisasi Tetaus Toxoid (TT) dikarenakan menurut

pemahamanya mengenai vaksin yang dianggap haram, sumber dari menyebutkan

bahwa dari segi medis dan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) nomor 04 tahun

2016 dikatakan bahwa ajaran islam sangat mendorong umatnya untuk senantiasa

menjaga kesehatan yang dapat berguna sebagai preventif jangka panjang agar

memenuhi sistem kekebalan tubuh sehingga tidak terkena penyakit salah satunya

dari serangan racun bakteri clostrodium tetani (Komisi Fatwa MUI, 2016).

Dari keseluruhan asuhan ANC yang diberikan kepada Ny.G bahwasannya

terdapat kesesuaian antara asuhan yang diberikan bidan dengan teori yang telah
71

dipaparkan. Dalam riwayat yang terlampir dalam buku KIA Ny.G memeriksakan

kehamilannya sebanyak >4x sehingga sudah sesuai dengan standar jumlah

kunjungan ANC (Vivian N. , 2011), bidan yang memberikan asuhan kepada ibu

telah memberlakukan standar pelayanan antenatal 14 T sesuai dengan peraturan

(Mentri Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Setelah dikaji kembali dari riwayat

kehamilan Ny.G sejak kehamilan anak pertama dan seterusnya tidak pernah

mendapatkan imunisasi TT begitu juga dengan kehamilannya yang terakhir,

dikarenakan yang bersangkutan meyakini bahwa semua vaksin dianggap haram.

Dari kasus tersebut Bidan telah memberikan pengetahuan mengenai

pentingnya imunisasi bagi ibu hamil mengenai pemberian imunisasi TT. Sesuai

dengan teori (Wiknjosastro, 2010) Imunisasi TT saat kehamilan sangat penting

dilakukan karena dengan melakukan imunisasi saat kehamilan, zat-zat penguat

imun atau imunoglobulin akan disalurkan dari ibu kepada bayi melalui plasenta

sebagai kekebalan pasif untuk bayi. Apabila ibu tidak melakukan imunisasi TT

saat kehamilan akan beresiko menyebabkan bayi terkena infeksi tetanus

neonatorum yang berakibat bayi mengalami kematian. Namun ibu tetap terhadap

keputusannya yang tidak menginginkan untuk diimunisasi, walaupun dengan

segala resikonya, Maka dari itu pentingnya edukasi yang melalui pendekatan

personal sangat dianjurkan agar tidak terjadinya angka morbiditas yang tinggi

dikarenakan tidak dilakukanya imunisasi.


72

B. Persalinan

1. Kala I

Pada kala I persalinan Ny.G asuhan yang diberikan bidan ialah

pemeriksaan fisik hasilnya dalam keadaan normal serta pembukaan hasilnya 3

cm pada pukul 19.00 WIB. Ibu dibawa ke ruang perawatan untuk dilakukan

pemantauan DJJ setiap 1 jam, dan di anjurkan untuk duduk di Birthing Ball

untuk mempercepat penurunan kepala bayi. Ini sesuai dengan teori dalam

jurnal yang di sampaikan oleh (Renaningtyas Dyah, 2013) bahwa terdapat

hubungan antara pelaksanaan Pelvic Rocking dengan Birthing Ball dengan

lamanya Kala I pada ibu bersalin. Saat melakukan pelvic rocking dengan

birthing ball mampu memperlancar persalinan dan membantu mempercepat

proses penurunan kepala bayi.

Pada pukul 20.40 WIB ketuban ibu pecah spontan, sehingga bidan

melakukan pemeriksaan dalam atas indikasi untuk menilai kemajuan

penurunan kepala janin, didapatkan pembukaan ibu sudah lengkap. Kemajuan

persalinan Ny.G berlangsung dengan cepat sekitar 1 jam 40 menit dihitung

dari datang nya ibu pada pukul 19.00 WIB. Hal ini sesuai dengan teori yang

mengatakan bahwa terdapat perbedaan lamanya waktu persalinan pada kala I

primigravida ialah 6 sampai 18 jam dan multipara ialah 2 sampai 10 jam

(Oxorn, 2010).

Dari keseluruhan data pada kala I persalinan, didapatkan kesesuaian antara

teori dan praktik, bahwa persalinan pada multipara akan berlangsung lebih

cepat dibandingkan dengan primigravida (Oxorn, 2010). Menurut


73

(Prawirohardjo tahun 2014 dalam jurnal (Lestari Sri, 2016) lama persalinan

ibu dengan paritas lebih cepat karena sudah beberapa kali dilewati oleh janin,

Semakin sering terjadi peregangan, elastisitas otot serviks semakin lunak

karena serviks tidak kembali ke bentuk seperti sebelumnya sehingga durasi

fase aktifnya berlangsung lebih cepat, selain itu penggunaan birthing ball

dalam jurnal (Renaningtyas Dyah, 2013) bahwa hal tersebut membantu dalam

mempercepat proses penurunan kepala janin.

2. Kala II

Pada kala II Ny.G diberikan Nipple Stimulation untuk merangsang

kontraksi agar ibu dapat meneran dengan baik, ini sesuai dalam jurnal yang

dikemukakan oleh (Naning Aprilia, 2016) yang mengatakan bahwa

Persalinan kala II dapat dipercepat dengan diberikan metode nipple

stimulation. Nipple stimulation merupakan cara alamiah menstimulasi

produksi oksitosin untuk menimbulkan kontraksi uterus yang adekuat yang

dilakukan dengan menggosok satu atau dua puting susu ibu selama persalinan

kala II.

Persalinan kala II Ny.G berlangsung cepat 10 menit dihitung dari

mulainya kala II ialah 20.40 WIB hingga lahirnya bayi pada pukul 20.50

WIB, dalam buku (Nugroho, 2011) bahwa persalinan kala II dimulai dari

pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya

berlangsung pada primipara selama 1-2 jam dan pada multipara tidak lebih

dari 30 menit.
74

Dihitung dari persalinan Ny.G bahwasannya waktu yang didapatkan dari

datangnya ibu saat pembukaan 3 cm sampai lahirnya bayi ialah 1 jam 50

menit dan termasuk persalinan yang cepat atau partus presipitatus. Ini sesuai

dengan teori yang disampaikan oleh (Purnani, 2019) bahwasannya Persalinan

presipitatus adalah persalinan yang berlangsung <2-3 jam dapat terjadi akibat

dilatasi atau penurunan yang sangat cepat. Dilatasi presipitatus didefenisikan

sebagai dilatasi fase aktif ≥ 5 cm/jam pada primipara atau ≥ 10

cm/jam pada multipara. Persalinan presipitatus basanya diakibatkan oleh

kontraksi yang sangat kuat atau tahanan jalan lahir yang rendah misalnya

(multi paritas)

Cepatnya persalinan yang di alami oleh Ny.G menimbulkan robekan jalan

lahir hingga derajat 2, ini sesuai dengan teori Marmi 2012 dalam jurnal

(Purnani, 2019) yang mengatakan persalinan yang berlangsung cepat atau

partus presipitatus dapat menyebabkan adanya luka perinieum atau robekan

spontan jalan lahir.

Setalah bayi dilahirkan bidan langsung memberikan IMD (Inisiasi

Menyusu Dini) berlangsung selama 1 jam dan bayi berhasil menyusu pada

menit ke-30, ini sesuai dengan (Kementrian Kesehatan RI, 2016) yang

mengatakan bahwa dalam 1 jam kehidupan pertama bayi dilahirkan ke dunia,

bayi dipastikan untuk mendapatkan kesempatan melakukan IMD. Manfaat

dari pelaksanaan IMD yaitu bayi akan mendapatkan kehangatan secara alami

dari kontak kulit ibu dengan kulit bayi.


75

Berdasarkan data dan teori yang telah dikemukan dapat disimpulkan tidak

terdapat kesenjangan antara teori dan praktik keadaan yang dialami Ny.G

dalam keadaan normal, dikarenakan terdapat tanda-tanda adanya dorongan

untuk meneran yang kuat dan kontraksi ibu pada saat bersalin ialah 5x10’45”.

Menurut jurnal (Naning Aprilia, 2016) dengan adanya Nipple Stimulation

kontraksi saat persalinan kala II sangat berperan penting dalam mendorong

janin kebawah dan menimbulkan keregangan yang bersifat pasif.

Kala II ibu berlangsung cepat dan tidak lebih dari 15 menit pada ibu

dengan multipara sehingga telah sesuai dengan teori yag dikemukakan

(Nugroho, 2011), namun akibat dari persalinan yang berlangsung cepat atau

partus presipitatus terdapat luka laserasi derajat 2 yang telah sesuai dengan

teori menurut marmi 2012 dalam jurnal (Purnani, 2019) bahwasannya

persalinan yang berlangsung cepat dapat mengakibatkan robekan spontan

jalan lahir. Setelah bayi dilahirkan dilakukan IMD 1 jam sesuai dengan teori

yang dikemukakan (Kementrian Kesehatan RI, 2016).

3. Kala III

Setelah bayi lahir dilanjutkan memberikan oksitosin 10 IU IM dipaha kiri

ibu segera setelah bayi lahir, dilakukan penegangan tali pusat terkendali,

terlihat adanya semburan darah secara tiba-tiba, tali pusat memanjang dan

uterus menjadi globuler sehingga saat plasenta terlepas dilakukan masase

uterus sebanyak 15 kali dalam 15 detik setelah plasenta lahir. Berdasarkan

buku (Sulistyawati, 2012) setelah lahirnya bayi, dilakukanlah manajemen

aktif kala III yaitu memberikan oksitosin IM segera setelah bayi lahir
76

maksimal 2 menit, penegangan tali pusat terkendali, begitu dilahirkan

lakukan masase uterus. Terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta ialah uterus

menjadi bundar (Globuler), tali pusat memanjang, terjadi semburan darah

secara tiba-tiba.

Kala III Ny.G berlangsung 5 menit yaitu pada pukul 20.55 WIB, dalam

buku (Rohani, 2013) kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan

berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses

biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.

Asuhan kebidanan yang diberikan kepada Ny.G pada Kala III diberikan

dengan memberikan manajemen aktif kala III sesuai dengan teori yang

dikemukakan (Sulistyawati, 2012). Plasenta lahir 5 menit sesuai dengan

teori yang dikemukakan (Rohani, 2013) bahwa kala III berlangsung 5-30

menit setelah bayi lahir. Berdasarkan teori dan praktik yang telah paparkan,

tidak terdapat kesenjangan. Kala III Ny.G berjalan lancar dan tidak

ditemukannya penyulit yang dapat mengganggu kelancaran dalam prosesnya.

4. Kala IV

Ny.G mengalami luka laserasi spontan derajat 2 yaitu di kulit perinieum,

mukosa vagina dan otot perineum. Luka laserasi ini di jahit dengan

menggunakan anastesi, dijahit dengan teknik subkutikuler. Hal ini sesuai

dengan teori (Sulistyawati, 2012) yang menyebutkan bahwa luka laserasi

derajat satu dan dua dapat dilakukan penjahitan sesuai dengan kondisi pasien.

Sedangkan, jika terjadi laserasi derajat tiga dan empat penolong tidak dibekali
77

keterampilan untuk reparasi laserasi sehingga perlu dirujuk ke fasilitas

rujukan.

Pada kala IV Ny.G dilakukan pemantauan 2 jam yaitu 1 jam pertama

setiap 15 menit sekali dan 1 jam ke-2 dilakukan 30 menit sekali, hal ini sesuai

dengan teori (Rohani, 2013) kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan

berakhir dua jam setelah proses tersebut, penting sekali memantau ibu secara

ketat segera setelah setiap tahapan persalinan selesai.

Tekanan darah, nadi, suhu dalam batas normal, kontraksi uterus keras,

kandung kemih tidak teraba penuh, perdarahan 150 cc, TFU yaitu 2 jari

dibawah pusat. Tidak terjadi perdarahan pada pemantauan 2 jam postpartum

Menurut (Sulistyawati, 2012) perdarahan dianggap masih normal bila

jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.

Berdasarkan teori dan praktik yang telah dibahas, kala IV Ny.G berjalan

baik, pada 1 jam pertama kontaksi uterus berkontraksi dengan baik, tanda-

tanda vital terus membaik dan ibu dapat duduk dan berdiri. Setelah 2 jam ibu

dapat berjalan dan pergi ke kamar mandi untuk BAK sehingga keadaan ibu

dapat dikatakan baik sesuai dengan teori yang telah dipaparkan sebelumnya.

C. Nifas

Pada asuhan masa nifas pada Ny.G dilakukan sebanyak 4 kali kunjungan

nifas. KF I dilakukan saat 10 jam setelah persalinan, KF II dilakukan kunjungan

rumah yaitu saat 1 minggu setelah persalinan 2 minggu setelah persalinan dan 5

minggu setelah persalinan. Hal tersebut sejalan dengan yang dijelaskan dalam
78

teori Menurut (Vivian, 2013) terdapat kebijakan program nasional masa nifas

paling sedikit empat kali kunjungan yang dilakukan.

Setelah pulang Ny.G diberikan terapi obat tablet penambah darah atau zat

besi, antibiotik dan obat analgetik. Mengenai hal tersebut terdapat kesenjangan

antara teori yang disampaikan oleh (Profil Kesehatan Indonesia, 2017)

bahwasannya penting bagi ibu mendapatkan kapsul vitamin A karena saat proses

melahirkan ibu telah kehilangan sejumlah darah, sehingga akan mengalami pula

kekurangan vitamin A dalam tubuhnya. Selain dapat meningkatkan vitamin A

dalam tubuh, vitamin A juga berpengaruh pada ASI. Pemberian vitamin A ini

dapat membantu menurunkan angka kematian pada ibu dan bayi, berkurangnya

penyakit infeksi paska persalinan, mencegah gangguan penglihatan seperti rabun

senja, mempercepat proses pemulihan dan mencegah anemia.

Pada KF I, II, III dan IV Ny.G mendapatkan pelayanan pemeriksaan tanda-

tanda vital, perdarahan, involusi uteri, kondisi perinieum, tanda infeksi dan

lochia. Selain itu bidan juga memberikan KIE tanda-tanda bahaya pascasalin,

ASI ekslusif dan senam nifas dengan leaflet juga kebutuhan nutrisi, pola

istirahat, kebersihan ibu, perawatan payudara, perencanaan kontrasepsi. Pada KF

IV bidan memberikan konseling KB kespro memberikan referensi kontrasepsi

yang dapat digunakan oleh ibu untuk mengatur kehamilannya, namun ibu

menginginkan kontrasepsi alami. Dari hasil pemeriksaan Ny.G semuanya dalam

batas normal.

Hal tersebut sejalan dengan yang dijelaskan dalam (Profil Kesehatan

Indonesia, 2017) bahwa saat masa nifas, ibu nifas harus mendapatkan
79

pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu), pemeriksaan

tinggi puncak rahim (fundus uteri), pemeriksaan lochea dan cairan per vaginam

lain, pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif, pemberian

KIE kesehatan ibu nifas dan bayi baru lahir dan pelayanan keluarga berencana

pasca persalinan. Proses nifas Ny.G secara keseluruhan didapatkan telah sesuai

dengan teori yang telah disampaikan teori.

D. Bayi Baru Lahir

Bayi Ny.G saat lahir langsung menangis spontan dengan jenis kelamin

perempuan, berat badan 3000 gram dan panjang badan 50 cm. Hal ini sesuai

dengan teori bahwa bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan berat

lahir 2500 gram sampai 4000 gram, cukup bulan, langsung menangis dan tidak

ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat (Heryani, 2019).

Pada saat bayi lahir dilakukan penilaian bayi secara keseluruhan dimulai dari

tangisan bayi, warna kulit dan bibir bayi, tonus otot bayi dan didapatkan hasil

tangisan pada bayi Ny.G sangat kencang, warna kulit dan bibir kemerahan dan

tonus otot baik. Hal tersebut sejalan dengan konsep teori bahwa penilaian awal

pada bayi baru lahir ialah dengan melakukan penilaian selintas yaitu melihat

warna kulit bayi, tonus otot bayi, dan tangisan pada bayi (Vivian, 2010).

Satu jam setelah dilakukan IMD bayi Ny.G diberi salep mata untuk mencegah

terjadinya infeksi, diberikan juga konseling perawatan bayi baru lahir seperti ASI

ekslusif dan bayi disuntikan vit.K di paha kiri untuk mencegah perdarahan pada

otak, setelah 1 jam pemberian vit.K Ny.G menolak diberikan nya imunisasi Hb.0

kepada bayinya. Ini sesuai dengan teori menurut (Profil Kesehatan Indonesia,
80

2017), Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama atau KN1 merupakan indikator

yang menggambarkan upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko

kematian pada periode neonatal yaitu 6-48 jam setelah lahir yang meliputi antara

lain konseling perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, pemberian vitamin K1

injeksi dan Hepatitis B0.

Ny.G menolak memberikan bayi nya imunisasi Hb. 0, ibu mengatakan bahwa

ia mempercayai bahwa didalam vaksin imunisasi terdapat bahan yang kurang

halal dalam pandangan islam, sehingga dalam agamanya melarang dalam

penggunaannya. Dalam kondisi ini terdapat kesenjangan antara pandangan Ny.G

dengan teori menurut fatwa MUI status penggunaan Vaksin yang didalamnya

terkandung unsur babi dan turunannya hukumnya Haram. Namun, bisa menjadi

mubah (boleh) apabila dalam kondisi darurat dan terpaksa. (Komisi Fatwa MUI,

2016).

Bayi Ny.G tidak diberikan Hb.0 sesuai dengan riwayat imunisasi bayi pada

anak pertama dan seterusnya, namun bidan tetap memberikan informasi kepada

ibu apabila bayinya tidak diberikan imunisasi Hb. 0 dan ibu tetap idak

menginginkan bayinya diberikan imunisasi Hb. 0. Sesuai dengan yang telah di

kemukakan oleh (Vivian, 2010) penularan Hepatitis pada bayi baru lahir dapat

terjadi secara vertikal (penularan ibu ke bayinya pada waktu persalinan) dan

horizontal (penularan dari orang lain). Dengan demikian untuk mencegah

terjadinya infeksi vertikal, bayi harus diimunisasi Hepatitis B sedini mungkin.


81

Secara keseluruhan bayi Ny.G saat dilakukan penilaian awal dan dilakukan

pemeriksaan fisik sesuai dengan yang terdapat pada teori bayi Ny.G normal dan

dalam keadaan sehat. Bayi Ny.G tidak diberikan Hb.0 sesuai dengan riwayat

imunisasi bayi pada anak pertama dan seterusnya, namun bidan tetap memberikan

informasi kepada ibu apabila bayinya tidak diberikan imunisasi Hb.0 dan ibu tetap

idak menginginkan bayinya diberikan imunisasi Hb. 0.Tali pusat bayi sudah

terlepas pada hari ke-7. Saat pemeriksaan kunjungan ulang, tidak ada masalah,

Berat badan bayi Ny.G selalu naik di setiap pemeriksaan karena pemberian ASI

yang cukup oleh Ny.G kepada bayinya.

E. KB Kespro

Berdasarkan data yang telah didapat kan pada kunjungan KF.IV ialah bahwa

Ny.G menolak menggunakan KB karena dalam kepercayaan agamanya melarang

membatasi keturunan, ibu juga berniat untuk menambah keturunan dikarenakan

terdapat hadist yang mengatakan bahwa rasulullah menghendaki keturunan yang

banyak. Dalam pandangan islam sendiri, menurut teori (Irianto, 2014) yang

mengatakan bahwa Keluarga Berencana (KB) yang diperbolehkan syari’at islam

ialah pengaturan kehamilan atas kesepakatan suami istri karna suatu kondisi untuk

kepentingan (Maslahat) keluarga, yang artinya sama dengan tanzim al-nasl

(pengaturan keturunan), bukan tahdid al-nasl dalam arti (pembatasan keturunan)

jelas haram secara mutlak karena bertentangan dengan maqashid (tujuan-tujuan)

syariat islam, yang menganjurkan agar memperbanyak keturunan karena dapat

memperlemah eksistensi kaum muslimin dengan makin berkurangnya jumlah

mereka.
82

Menurut (Handayani, 2013) apabila penggunaan kontrasepsi ini dengan

alasan karena takut miskin atau takut rizkinya menjadi sempit dan sebagainya,

maka hukumnya haram secara mutlak, karena telah termasuk didalamnya

berprasangka buruk kepada Allah. Sedangkan penggunaan kontrasepsi itu karena

suatu tujuan yang mendesak, seperti karna alasan medis demi kemaslahatan yang

diinginkan oleh suami istri ketika itu tidaklah ada larangan terhadap penggunaan

kontrasepsi (Rista Laily, 2017).

Setelah itu penulis memahami keyakinan Ny.G yang mengatakan apabila

menggunakan KB haruslah sejalan dengan syariat islam atau yang dicontohkan

langsung oleh Rasulullah SAW. Namun penulis tetap memberikan konseling

mengenai berbagai macam metode kotrasepsi yang dapat digunakan sebagai

referensi bagi ibu termasuk metode kontrasepsi alami. Dalam hal ini terdapat

kesenjangan antara teori yang dikemukakan oleh (Rohim, 2016) bahwa

perkembangan sains dan teknologi modern terus berkembang sedemikian rupa,

sehingga terdapat metode kontrasepsi yang canggih, sehingga terdapat konteks,

yang dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat modern dalam

pelayanan kontrasepsi yang praktis, canggih, efektif, dan efisien.

Tidak terdapat kesenjangan antara asuhan yang diberikan dengan teori namun

terdapat pandangan dikemukakan oleh Ny.G mengenai metode kontrasepsi KB

dalam islam yang dapat dijadikan sebagai bahan kajian bagi bidan dalam

memperdalam ilmu kebidanan dalam prespektif islam.


BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan asuhan kebidanan komprehensif Ny.G yang telah penulis kaji,

dimulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB kespro di Klinik

Pratama Sahabat Ibu dan Anak didapatkan kesimpulan bahwa terdapat kesesuaian

antara teori dan prakttik asuhan kebidanan yang dilakukan kepada Ny.G, adapun

beberapa kesimpulan yang di dapat sebagai berikut:

1. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan

Terdapat kesesuaian antara asuhan yang diberikan, tetapi terdapat perbedaan

pandangan mengenai imunisasi TT.

2. Asuhan Kebidanan pada Persalinan

Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik

3. Asuhan kebidanan pada Masa Nifas

Asuhan yang dilakukan selama masa nifas tidak terdapat kesenjangan antara

praktik dengan teori.

4. Asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir

Terdapat kesesuaian antara asuhan yang diberikan, tetapi terdapat perbedaan

pandagan mengenai imunisasi Hb.0

5. Asuhan Kebidanan KB Kespro

Terdapat kesesuaian antara asuhan yang diberikan, tetapi terdapat perbedaan

pandagan mengenai kontrasepsi konvensional/modern.

83
84

B. Saran

1. Bagi Institusi

Dengan diadakannya studi kasus ini diharapkan menjadi salah satu cara

untuk meningkatkan kualitas dalam pendidikan dan keterampilan di dalam

institusi maupun di lahan praktek yang harus disertai dengan pengaturan waktu

pelaksanaan kegiatan yang tepat sehingga hasil yang didapatkan maksimal.

2. Bagi Lahan Praktik

Diharapkan untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas

pelayanan yang sudah ada selama ini seperti dalam pelayanannya terdapat

pelaksanaan pelvic rocking dengan birthing ball dan nipple stimulation serta

dapat memperbaiki standar asuhan dalam pemberian kapsul vitamin A kepada

ibu nifas.

3. Bagi Penulis

Diharapkan penulis selalu menerapkan manajemen kebidanan secara

komprehensif dan berkesinambungan serta dapat terus bermanfaat bagi

masyarakat.

4. Bagi Pasien

Diharapkan bagi pasien senantiasa memeriksakan kesehatan bayinya secara

rutin dengan selalu ke puskesmas atau ke tempat pelayanankesehatan yang

terdekat.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

Husin, F. (2015). Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. (F. Husin, Ed.) Jakarta: Sagung
Seto.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Konsep Kebidanan dan
Etikolegal dalam Praktik Kebidanan. Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia Kesehatan.
Kuswanti, I. (2014). Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Walyani, E. S. (2015). Asuhan kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.
Mentri Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 Tentang Registrasi dan
Praktik Bidan. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Kementrian Kesehatan RI. (2016). Kementrian Kesehatan RI Buku Kesehatan Ibu
dan Anak. Jakarta: Kementrian Kesehatan dan JICA (Japan International
Cooperation Agency).
Manuaba. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC.
Shella Marcelya, E. S. (2018). Faktor Pengaruh Risiko Kehamilan "4T" pada Ibu
Hamil. Indonesia Journal of Midwivery (IJM) , 1 Nomor 2, 120.
Manuaba. (2012). Buku Ajar Patologi Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan.
Jakarta: EGC.
Puti Sari H, D. H. (2014). FACTORS INFLUENCE THE RISK OF “4-TERLALU” (4-T)
AMONG WOMEN AGED 10-59 YEARS (ANALYSIS OF RISKESDAS 2010). Media
Litbangkes , Vol 24 No. 3, 143-152.
APN. (2014). Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR.
Yeyeh, A. (2009). Asuhan Kebidanan II ( Persalinan). Jakarta: CV. Trans Info
Media.
Rohani. (2013). Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba
medika.
Vivian. (2013). Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta Selatan: Salemba
Medika.
Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Putra, S. R. (2012). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita untuk Keperawatan dan
Kebidanan. Jogjakarta: D-Medika.
Vivian. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.
Heryani, R. (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Pra Sekolah. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Handayani, G. N. (2013). Kontrasepsi dalam Kajian Islam . AL-FIKR , Vol.17 No.1,
239.
Saifuddin. (2010). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Renaningtyas Dyah, E. S. (2013). Hubungan Pelaksanaan Pelvic Rocking dengan
Brithing Ball Terhadap Lamanya Kala I Pada Ibu Bersalin Di Griya Hamil Sehat
Majasem.
Oxorn. (2010). Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta:
Yayasan Essentia Medica.
Lestari Sri, Y. (2016). Perbedaan Lama Persalinan Kala I Fase Aktif Pada Ibu
Multipara Yang Diberi Dan Tidak Diberi Nipple Stimulation Di Rs Telogorejo
Semarang. E-Journal Stikes Telogorejo .
Reeder. (2011). Keperawatan Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi & Keluarga
Edisi 8 . Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Naning Aprilia, W. E. (2016). Perbedaan Lama Persalinan Kala II Antara Diberi dan
Tidak Diberi Nipple Stimulation pada Ibu Multipara Dirumah Bersalin
Mardirahayu Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK) .
Nugroho. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sulistyawati, A. (2011). Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika.
Komisi Fatwa MUI. (2016). Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Ahmad Farid, S. D. (2018). Moderasi Islam Terhadap Penggunaan Vaksin Measles
Rubella (MR) pada Masyarakat Multikultural.
Rista Laily, G. (2017). PEMBATASAN KETURUNAN (TAHDID AL-NASL) (STUDI
KOMPARASI FATWA MUI DAN PUTUSAN MAJELIS TARJIH MUHAMMADIYAH
PERSPEKTIF MAQASID SYARIAH). Maqasid :Jurnal Studi Hukum Islam , Vol.6 ,
No.2.
Rohim, S. (2016). ARGUMEN PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB) DALAM
ISLAM. Al-Ahkam Jurnal Ilmu Syari'ah dan Hukum , Vol.1 , No.2.
Profil Kesehatan Indonesia. (2017). Health Statistics. (R. Kurniawan, Ed.) Jakarta,
Indonesia: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Wiknjosastro. (2010). Buku panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka.
Vivian, N. (2011). Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Purnani, W. T. (2019). Perbedaan Efektifitas Pemberian Putih Telur dan Ikan
Gabus Terhadap Penyembuhan Luka Perinieum Ibu Nifas. JPH RECODE , Vol.2
No.2, 126-134.
Nunung, S. (2013). Asuhan Kebidanan PostPartum. Bandung: PT Refika Aditama.
Sulistyawati. (2012). Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba
Medika.
Irianto, K. (2014). Pelayanan Keluarga Berencana. Bandung: CV ALFABETA, .
World Health Organization. (2015). World Health Statistics.
Setya Dian Kartika, A. B. (2016). Hubungan Antara Multiparitas Terhadap
Terjadinya Perdarahan Antepartum di RSIA Aprillia Cilacap. SAINTEKS , Volume
XIII No 1, 12– 21.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 (Surat Informed consent)


Lampiran 2 (Informed consent persalinan)
Lampiran 3 (Dokumentasi Persalinan)
Lampiran 5 (Buku KIA)
Lampiran 6 (SOP APN)
Lampiran 7 : (Dokumentasi Kunjungan Rumah)

Keterangan : foto ini diambil atas persetujuan klien


Lampiran 8 (Leaflet senam nifas)
Lampiran 9 (Leaflet ASI ekslusif)
Lampiran 10: (Leaflet Gizi ibu nifas dan menyusui

Anda mungkin juga menyukai