DISUSUN OLEH :
RIRIN RIYADUSSOLIHAT
NIM. P1724415026
DISUSUN OLEH :
RIRIN RIYADUSSOLIHAT
NIM. P1724415026
PERNYATAAN ORISINALITAS
PROGRAM STUDI KEBIDANAN KARAWANG
LTA ini adalah hasil karya saya sendiri,
NIM : P17324415026
Tanda tangan :
Materai
Tanggal :
Scanned by
Scanned by
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirrohim....
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ny. S G1P0A0 dengan Ketuban
Pecah Dini dan Asfiksia Sedang di BPM Bidan O Karawang Tahun 2018 ”.
Laporan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
dalam menyelesaikan diploma III Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Bandung Program Studi Kebidanan Karawang.
Atas segala bantuannya, penulis hanya bisa memohon semoga bantuan yang
telah diberikan dicatat oleh Allah SWT sebagai amal baik dan dibalas dengan
pahala yang setimpal.
Akhir kata semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca, tenaga kesehatan pada umumnya dan tenaga kebidanan khususnya.
Ririn Riyadussolihat
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN KARAWANG
LAPORAN TUGAS AKHIR, JUNI 2018
Ririn Riyadussolihat
NIM P 17324415026
ABSTRAK
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu bila
pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multi kurang dari 5 cm. Di
Indonesia pada tahun 2016 Angka Kematian Ibu mencapai 359 per 100.000
kelahiran hidup. Angka kejadian KPD berkisar 4,5% sampai 7,6% dari seluh
kehamilan. Ketuban Pecah Dini sebagai sala satu penyebab dari infeksi dan asfiksia,
sebanyak 65% karena KPD yang banyak menimbulkan infeksi pada ibu dan bayi.
Kematian ibu yang disebabkan oleh infeksi sebanyak 11%. Kasus asfiksia di
Kabupaten Karawang sendiri menempati urutan kedua serelah BBLR yang menjadi
penyebab kematian bayi yaitu sebanyak 51 kasus. data di BPM Bidan O pada bulan
Januari-April 2018 tercatat angka kejadian KPD sebanyak 10 kasus (33%) dan
Asfiksia 3 kasus (9%) dari 30 ibu bersalin. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui penatalaksanaan asuhan kebidanan paa Ny. S G1P0A0 dengan Ketuban
Pecah Dini dan Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia di BPM Bidan O. Jenis penelitian
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus,
observasi dan pengumpulan data dengan wawancara subjek dan informan. Hasil
dari penelitian didapatkan bahwa faktor predisposisi KPD yaitu riwayat hubungan
seksual, riwayat aktivitas sebelumnya dan perokok pasif. Faktor predisposisi dan
etiologi dari asfiksia pada bayi Ny. S yaitu KPD dan ketuban berwarna hijau.
Penatalaksanaan penanganan asuhan sudah sesuai kewenangan, namun belum
maksimal dalam kualitas dan kuantitas pelayanan. Dalam hal ini diharapkan
petugas dapat meningkatkan penatalaksanaan dan penanganan agar dapat
memberikan pelayanan yang lebih optimal dan berkualitas khususnya pada
persalinan dengan Ketuban Pecah Dini dan Asfiksia.
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
PERNYATAAN ORISINALIS ............................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN KTI .......................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 5
1.3 Manfaat ..................................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 8
2.1 Ketuban Pecah Dini................................................................................... 8
2.1.1 Pengertian Ketuban Pecah Dini ....................................................... 8
2.1.2 Etiologi ............................................................................................. 9
2.1.3 Predisposisi ...................................................................................... 16
2.1.4 Mekanisme ....................................................................................... 23
2.1.5 Patogenesis ....................................................................................... 24
2.1.6 Tanda gejala ..................................................................................... 26
2.1.7 Diagnosis .......................................................................................... 27
2.1.8 Komplikasi ....................................................................................... 28
2.1.9 Penatalaksanaan ............................................................................... 31
2.1.10 Konsep dasar asuhan kebidanan pada KPD ................................... 38
2.2 Asfiksia ..................................................................................................... 42
2.2.1 Pengertian Asfiksia .......................................................................... 42
2.2.2 Patofisiologi ..................................................................................... 43
2.2.3 Etiologi ............................................................................................. 44
2.2.4 Klasifikasi ........................................................................................ 51
2.2.5 Manifestasi Klinis ............................................................................ 52
2.2.6 Pengkajian Klinis ............................................................................. 53
2.2.7 Diagnosis .......................................................................................... 55
2.2.8 Kewenangan Bidan .......................................................................... 57
2.2.9 Penatalaksanaan ............................................................................... 57
BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN ........................................................... 73
3.1 Kronologis Kasus ..................................................................................... 73
3.1.1 Data Primer ..................................................................................... 73
3.1.2 Data Sekunder ................................................................................. 78
3.2 Pembahasan .............................................................................................. 81
3.2.1 Antenatal Care ............................................................................... 81
3.2.2 Intranatal Care ............................................................................... 88
3.2.3 Bayi Baru Lahir ............................................................................. 98
3.2.4 Postnatal Care................................................................................ 110
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 119
4.1 Kesimpulan ............................................................................................... 119
4.2 Saran.......................................................................................................... 121
DAFTAR REFRENSI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
kesehatan.
dalam segala usia, target pada tahun 2019 mengurangi angka kematian ibu
hingga di bawah 306 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2030
2015).
yaitu 42 kematian tiap harinya. Saat ini, dengan Angka Kematian Ibu (AKI)
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) relatif menurun pada tahun 2014 dan 2015
dibandingkan pada tahun 2013. Pada tahun 2016 Angka Kematian Ibu
(AKI) mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup (DepKes RI, 2016).
eklamsi/eklamsi 20-30% dan infeksi 20- 30%. Salah satu penyebab infeksi
banyak menimbulkan infeksi pada ibu dan bayi. Kematian ibu yang
Juli 2016).
(Sari Pediatri, Vol. 14, No.5, 2013). Ketuban pecah dini (KPD) adalah
Dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut Ketuban Pecah Dini
33% insiden terjadinya asfiksia pada KPD yang lama, berbeda secara
dan hubungan seksual. Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini
hipoksia.
orang (100%) lahir dari ibu yang mengalami ketuban pecah dini dan 46
(18,7%) lahir dari ibu yang tidak mengalami ketuban pecah dini, sedangkan
bayi yang tidak mengalami asfiksia 200 orang (81,3%) lahir dari ibu yang
2015).
didapatkan bahwa ibu yang mengalami KPD ada 23 orang (21,3%) dan yang
tidak mengalami KPD ada 85 orang (78,7%). Bayi yang mengalami asfiksia
ada 38 orang (35,2%) dan yang tidak mengalami asfiksia ada 70 orang
(64,8%). Ada hubungan yang bermakna antara Ketuban Pecah Dini dengan
Kejadian Asfiksia pada bayi baru lahir dengan nilai X2 sebesar 8,454 dan p
penurunan. Pada tahun 2016 lalu sebanyak 780 kasus menurun dari tahun
2015 lalu sebanyak 823 kasus kematian ibu. Angka kematian ibu dan anak
53 kasus per 100.000 kelahiran hidup dan naik pada tahun 2017 menjadi 58
sebanyak 1251 kasus dan jumlah AKI karena kasus KPD sebanyak 7 kasus.
Sedangkan AKB pada tahun 2016 sebanyak 143 kasus dan naik pada tahun
asfiksia yang menjadi penyebab angka kematian bayi masih tinggi (Dinas
dari total 70 ibu bersalin. Sedangkan pada bulan Januari – April 2018
sebanyak 3 kasus (9%) dari total 30 ibu bersalin. Angka kejadian KPD di
BPM Bidan O kemungkinan terjadi kenaikan pada tahun 2018 dari tahun
sebelumnya dapat melebihi dari 25 kasus, dilihat dari kejadian KPD tahun
Tugas Akhir yang berjudul Asuhan Kebidanan pada Ny. S G1P0A0 dengan
Ketuban Pecah Dini, dan Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia di Wilayah
Cilamaya Kulon.
dengan Ketuban Pecah Dini dan Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia di
BPM Bidan O.
1.2.2 Tujuan Khusus
berikut :
Bidan O
pada Ny. S.
LANDASAN TEORI
2.1.1 Pengertian
waktu melahirkan yang terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh
panggul ibu dan defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat
(vitamin C).
erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit
diketahui.
a. Serviks Inkompeten
2014).
b. Polihidramnion
c. Malpresentasi Janin
cepat dan jumlah air relative berkurang. Karena bokong dan kedua
ketuban pecah dini pada ibu bersalin nilai p value 0,000 (p < 0,05).
persiapan yang optimal untuk ibu dan bayi, untuk itu pada ibu
ditentukan apakah janin terdiri dari satu atau dua amnion. Upaya
hormon. Oleh karena itu, akan sangat membantu jika ibu dan
2007).
infeksi maka jaringan akan menipis dan sangat rentan untuk pecah
(Varney, 2007).
ibu bersalin yang terbanyak adalah yang tidak ada Infeksi vagina
yaitu sebesar 11,3% dan terendah adalah yang ada Infeksi vagina
berikutnya akan lebih beresiko dari pada wanita yang tidak pernah
padakehamilan berikutnya.
yaitu tidak ada perbedaan signifikan infeksi pada ibu KPD dan ibu
dengan ketuban pecah dini pada ibu bersalin nilai p value 0,976 (p
> 0,05).
5. Merokok
oleh perokok aktif dan terhirup oleh perokok pasif, lima kali lebih
KPD.
untuk terkena ketuban pecah dini 3,5 kali lebih besar daripada
pecah dini.
6. Pekerjaan
saat hamil yang terlalu berat dan dengan lama kerja melebihi tiga
lebih berat. Hasil penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini
(Abdullah, 2012).
7. Hubungan Seksual
dari 3 kali seminggu, posisi coitus yaitu suami diatas dan penetrasi
18,75% dan usia ibu yang lebih dari 35 tahun merupakan faktor
tanda persalinan.
2.1.4 Mekanisme Ketuban Pecah Dini
protease.
menjalar dari vagina. Ketuban pecah dini prematur sering terjadi pada
keluar dari kanalis servisis dan apakah ada bagian yang sudah
pecah.
(air ketuban)
lamanya persalinan lebih pendek dari biasa, yaitu pada primi 10 jam
1. Terhadap janin
perinatal.
2. Terhadap ibu
intrapartal, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga
tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan menjadi naik, nadi
berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut
masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna
darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi
sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang
benar sudah pecah atau belum. Apalagi bila pembukaan kanalis servikal
ketuban di vagina.
cairan servikalis.
ketuban dengan tes leukosit esterase, bila leukosit darah lebih dari
4. Selain itu kejadian prolapse atau keluarnya tali pusat dapat terjadi
apabila KPD preterm ini terjadi pada usia kehamilan < 23 minggu.
1. Terhadap ibu
dini. Pada ibu dapat terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi
dalam 1 minggu.
2. Terhadap Janin
gawat.
tubuhnya.
2.1.10 Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini
1. Pastikan Diagnosis
perempuan hamil sekitar 4,5. Bila ada cairan ketuban pHnya sekitar 7,1
dua hari.
sesarea.
1. Fase Laten:
persalinan.
terjadinya infeksi.
keluarga.
dilakukan.
hari).
c. Jika umur kehamilan < 32 minggu – 34 minggu, dirawat selama
air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak lagi
keluar.
sesarea.
2.1.13 Korioamnionitis
a. Definisi
b. Penyebab
d. Penanganan
uterus.
(Prawirohardjo, 2009)
2.1.14 Penatalaksanaan Bidan dalam Penanganan KPD
yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup
2008).
8. Ajari ibu untuk menarik nafas panjang saat ada his, minta ibu untuk
persalinan
12. Saat pembukaan lengkap, jelaskan pada ibu untuk hanya meneran
NOMOR 1464/MENKES/PER/X/2010
Pasal 10
diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, persalinan, masa nifas, masa
berwenang untuk :
a. Episiotomi;
eksklusif;
Dasar yaitu:
Dasar yaitu:
2.2 Asfiksia
2.2.1 Pengertian
masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan (Depkes RI, 2009).
pusat dipotong. Hal ini diikuti oleh serangkaian kejadian yang dapat
kepala dijalan lahir atau bila paru tidak mengembang karena suatu
hal, aktivitas singkat ini akan diikuti oleh henti nafas komplit yang
akan terjadi.
akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan atau secara
(Wiknjosastro, 2014).
endotel.
ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias;
dari 24 jam pada primipara dan lebih dari 18 jam pada multipara.
asfiksia.
Persalinan pada primi lebih lama 5-6 jam dari pada multi.
dan bayi.
baru lahir, hal ini disebabkan karena semakin lama janin berada di
terjadilah asfiksia.
3. Kehamilan Serotinus
minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid
hari.
4. Plasenta Previa
plasenta previa.
5. CPD
CPD terjadi jika kepala bayi atau ukuran tubuh bayi lebih
besar dari pada luas panggul ibu, sehingga dalam proses persalinan,
preterm terjadi spontan, 30% akibat ketuban pecah dini (KPD), dan
8. Preeklampsia Berat
lebih.
9. Preeklampsia Ringan
adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan
Prawirohardjo, 2014).
tidak ada.
dilahirkan.
teratur.
c. Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot, dan
organ lain.
darah.
j. Pucat
yaitu :
1. Pernafasan
baik dan teratur), tidak adekuat (lambat dan tidak teratur), atau
2. Denyut jantung
<100 kali per menit. Angka ini merupakan titik batas yang
Kaji bibir dan lidah yang dapat berwarna biru atau merah muda.
menit sesudah bayi lahir. Akan tetapi, penilaian bayi harus dimulai
nilai Apgar perlu dinilai pada 1 menit dan 5 menit. Apabila nilai Apgar
(Saifuddin, 2009).
2.2.7 Diagnosis
Frekeunsi denyut jantung janin normal antara 120 – 160 kali per
menit, selama his frekeunsi ini bisa turun, tetapi di luar his kembali
lagi kepada keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyut
frekeunsi turun sampai di bawah 100 per menit di luar his, dan
dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh
7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya oleh beberapa penulis.
(Aminullah, 2002)
Pasal 20
dan mungkin tidak efektif, tanpa intervensi khusus. Bayi baru lahir
segera sesudah tali pusat dijepit, bayi yang mengalami depresi dan tidak
yang adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk
menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat – alat vital lainnya.
jawab pada bayi baru lahir. Orang tersebut harus mampu untuk memulai
dada. Orang ini atau orang lain yang datang harus memiliki kemampuan
informed consent.
semua bayi perlu penilaian awal dan harus dipastikan bahwa setiap
berikutnya.
resusitasi neonatal.
Resusitasi Neonatus
secara spontan.
Langkah Resusitasi untuk Keberhasilan Resusitasi
melakukan resusitasi.
c. Untuk asfiksia, dua petugas yang ahli dalam resusitasi dan dua
persalinan.
tersedia.
Setelah Persalinan
warna.
8. Menilai pernapasan
denyut jantung. Jika denyut jantung > 100 kali/menit dan bayi tidak
Unit (NICU).
Kompresi Dada
jari-jari lain mengelilingi dada, atau jari tengah dan telunjuk dari
antero-posterior dada.
kali/menit setelah 30 detik VTP dan 30 detik lagi VTP dan kompresi
lain. NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dapat diberikan dalam bentuk
dibenarkan.
resusitasi lain.
tengah, memiliki dinding tipis dan datar. Kateter radioopak 3,5 atau
diaspirasi.
anda.
Perawatan Lanjutan
Catatan:
13 dan 18.
1. Bulb syringe
Peralatan Intubasi
4. Gunting
5. Sarung tangan
Obat-obatan
3. Nalokson 0,4 mg/ml (ampul 1 ml), atau 1,0 mg/ml (ampul 2 ml).
Lain-lain
2. Stetoskop
3. Plester
6. Alat monitor jantung dan oksimeter elektroda atau denyut nadi serta
7. Spons alkohol
8. Klem umbilikus
Keterangan:
KPD <12 jam dengan asfiksia 5,3%, dengan RO (rasio odds) 9,7 dan nilai
medik pasien. Disamping itu, variabel yang diteliti terbatas hanya beberapa
maka persalinan dengan KPD ≥12 jam sebaiknya dilakukan di rumah sakit
sehingga resusitasi bayi baru lahir dapat dilakukan secara optimal (Sari
Ny. S usia 24 tahun diantar keluarga datang ke BPM Bidan O, dan bidan
menanyakan keluhan Ny. S mengeluh keluar air-air banyak dari jalan lahir
pada pukul 03.30 WIB tanpa adanya mulas-mulas dan belum keluar lendir
didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, tinggi fundus uteri 29 cm, leopold
I teraba lunak dan tidak melenting, leopold II bagian kanan teraba punggung
dan bagian kiri teraba ekstremitas janin, leopold III teraba bulat, keras dan
didapatkan vulva tidak ada kelainan, portio tipis lunak, pembukaan 2 cm,
keadaan ketuban negatif, presentasi kepala dan tidak ada bagian yang
His dan DJJ setiap 30 menit sekali dengan hasil seperti terlihat pada tabel
3.1.1
Tabel 3.1.1 Tabel Observasi
No. Jam His Durasi DJJ
1. 07.30 WIB 2x/10 menit 30 detik 149x/menit
2. 08.00 WIB 2x/10 menit 35 detik 154x/menit
3. 08.30 WIB 3x/10 menit 40 detik 156x/menit
4. 09.00 WIB 4x/10 menit 50 detik 148x/menit
didapatkan portio tipis lunak, pembukaan 4 cm, ketuban negatif dan tidak ada
bagian yang menyertai, dan menganjurkan pada Ny. S untuk makan dan
minum agar ada tenaga untuk mengedan, dan menganjurkan ibu untuk tidur
janin.
sangat sakit dan kuat serta ada dorongan ingin meneran/BAB dan sudah
keluar lendir darah. Sudah terdapat tanda gejala kala II seperti vulva
Bayi lahir spontan pukul 10.10 WIB Jenis kelamin perempuan, tidak
segera menangis, tonus otot sebagian aktif, warna kulit kemerahan, Bidan
lendir dengan delee dari mulut lalu ke hidung, dan dilakukan rangsangan
taktil dengan memukul telapak kaki bayi dengan telapak tangan. Bayi
langsung menangis, tonus otot aktif dan warna kulit kemerahan, tidak
1⁄ paha ibu secara IM, dan dilakukan Peregangan Tali pusat Terkendali
3
apabila ada tanda pelepasan plasenta seperti tali pusat memanjang, uterus
membulat dan ada semburan darah tiba-tiba. Plasenta lahir lengkap pukul
pengecekan laserasi jalan lahir didapatkan ada laserasi jalan lahir dari mukosa
vagina sampai otot perineum, TFU 1 jari diatas pusat, kontraksi uterus keras.
memastikan tidak ada selaput yang tertinggal, dan jumlah perdarahan ± 150
dan jahitan masih basah. Ibu merasa tidak nyaman untuk bergerak karena
Ny. S seperti tidak ada pantangan makanan, menganjurkan ibu untuk istirahat
yang cukup dan bidan memberitahu akan melakukan kunjungan rumah di hari
ke 4.
melakukan pemeriksaan didapatkan tali pusat bayi tidak infeksi, bayi mau
menyusu.
menanyakan keluhan pada ibu dan Ny. S mengeluh belum BAB sejak setelah
melahirkan dan sudah bisa berjalan tapi masih nyeri di luka jahitannya. Bidan
Tinngi Fundus Uteri 3 jari dibawah pusat, kontraksi uterus keras, lochea
dilakukan pemeriksaan tali pusat dan didapatkan tali pusat sudah puput di hari
ke 3 dan dilakukan penyuntikan Hepatitis B/HB0 dan dilakukan penimbangan
penindikan dan khitan pada bayi Ny. S, dan bidan O melakukan penyuntikan
Berdasarkan data dari buku KIA, didapatkan Ny. S hamil anak pertama
kali, 1 kali pada trimester I dan 3 kali pada trimester III. Namun ibu mengaku
Didapatkan HPHT tanggal 25 Mei 2017 dan TP tanggal 02 Maret 2018 dan
kehamilannya 3 bulan dan TT2 saat usia kehamilannya 6 bulan. Ibu mengaku
vitamin yang diberikan oleh bidan maupun dokter. Ibu belum pernah
hamil, memiliki riwayat penyakit gastritis dan tidak memiliki riwayat alergi.
Ibu mengatakan aktivitas sehari-hari seperti mandi, gosok gigi dan ganti
dan personal hygiene ibu baik. Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual
3 kali dalam seminggu pada trimester III dan terakhir 2 hari yang lalu sebelum
juga sering ngemil makanan ringan dan tidak ada pantangan makanan.
Makanan yang dikonsumsi selalu ada karbohidrat, protein seperti ayam, telur,
di rumah ada ayah perokok dan terkadang merokok di dalam rumah. Sehari
ayah ibu dapat menghabiskan rokok 3-5 batang rokok dan terkadang ibu
kehamilannya 9 bulan dan terkadang saat usia kehamilannya > 7 bulan nyeri
pada perut bagian bawah, dan tidak mengalami sakit demam selama
kehamilan.
tekanan darah, ukur LILA, pemeriksaan letak atau puncak rahim, denyut
antara lain : timbang berat badan dan ukur tinggi badan, tekanan darah,
imunisasi TT, pemberian tablet zat besi, pemeriksaan laboratorium wajib dan
atau mencatat tindakan dan hasil tindakan yang sudah dilakukanya di buku
KIA.
3.2 Pembahasan
a. Kasus
Pembahasan
berikut :
b. Kasus
lupa menulis atau mencatat tindakan dan hasil tindakan yang sudah
Pembahasan
adalah 10 T :
9. Tatalaksana kasus
ditawarkan dan atas indikasi bila terjadi keputihan pada ibu hamil.
Pemeriksaan wajib bagi ibu hamil K1: HB, golongan darah, albumin-
tinggi badan ibu, dimana LILA menjadi pengukur apakah ibu KEK atau
tidak dan tinggi badan menjadi pengukur Indeks Masa Tubuh ibu,
sesuai dengan standar yang digunakan (buku KIA) agar medical record
c. Kasus
kali di Bidan S, TTI saat usia kehamilannya 3 bulan dan TT2 saat usia
kehamilannya 6 bulan.
Pembahasan
setelah TT1. Karena interval atau jarak penyuntikan TT1 ke TT2 tidak
sesuai, sehingga tidak efektif dan tidak ada perlindungan dari Tetanus
pada Ny. S.
a. Penegakkan Diagnosa
Kasus
mengeluh keluar air-air banyak dari jalan lahir pada pukul 03.30 WIB
tekanan darah 120/80 mmHg, tinggi fundus uteri 29 cm, leopold I teraba
dan bagian kiri teraba ekstremitas janin, leopold III teraba bulat, keras
cm, keadaan ketuban negatif, presentasi kepala dan tidak ada bagian
yang menyertai. Lalu Bidan O segera melakukan pemeriksaan
Pembahasan
meragukan kita, apakah ketuban benar sudah pecah atau belum. Apalagi
ketuban di vagina.
ketuban dengan tes leukosit esterase, bila leukosit darah lebih dari
perempuan hamil sekitar 4,5. Bila ada cairan ketuban pHnya sekitar 7,1
ketuban dari cairan servikalis dan memeriksa adanya cairan yang berisi
Dini, diagnosa Ny. S G1P0A0 dengan kala 1 fase laten dengan KPD.
b. Penatalaksanaan KPD
a) Kasus
dengan KPD.
Pembahasan
1. Pastikan Diagnosis
c. Hitung sel darah putih dengan hitung jenis setiap hari atau setiap
dua hari.
2009 :
penatalaksanaan aktif.
Tabel Penanganan KPD menurut Sarwono 2014
Dasar yaitu:
a. Memberikan pertolongan persalinan abnormal : letak sungsang,
kebidanan.
b) Kasus
dokter SpOG.
Pembahasan
Pasal 19
a. Episiotomi
b. Pertolongan persalinan normal
perujukan
postpartum
pada ibu dan janin. Dipilih yang berspektrum luas yaitu kombinasi
3x500 mg.
2009 :
penatalaksanaan aktif.
c) Kasus
Pasal 15
h. Konseling; dan
pada Ny. S yang baru saja melahirkan anak pertama belum ada
jahitan, perawatan diri dan kebutuhan ibu yang sering ada pantangan
sekali agar tidak ada bakteri yang masuk dan menyebabkan infeksi.
bayinya, apabila Ny. S tidak merawat luka jahitannya dengan baik tidak
Kasus
bayi dan dilakukan penghisapan lendir dengan delee dari mulut lalu ke
bayi dengan telapak tangan. Bayi langsung menangis, tonus otot aktif
Pembahasan
warna.
Bila salah satu atau lebih pertanyaan dijawab “tidak”, lakukan
denyut jantung. Jika denyut jantung > 100 kali/menit dan bayi tidak
Unit (NICU).
1. Bulb syringe
(Prawirohardjo, 2014)
Pasal 20
54 orang (100%) lahir dari ibu yang mengalami ketuban pecah dini dan
46 (18,7%) lahir dari ibu yang tidak mengalami ketuban pecah dini,
sedangkan bayi yang tidak mengalami asfiksia 200 orang (81,3%) lahir
bayi lahir seperti air ketuban berwarna hijau, bayi tidak segera
menangis kuat, tonus otot aktif dan warna kulit kemerahan serta tidak
a) Kasus
Pembahasan
hingga sedikitnya enam jam dan hanya setelah itu jika tidak terjadi
masalah medis dan jika suhunya 36,5℃ bungkus bayi dengan kain
pemeriksaan.
pemeriksaan.
kepala
jari
atau lubang
13. Kulit : verniks, warna, pembekakan atau bercak hitam,
tanda-tanda lahir
pusat terkena kotoran tinja, cuci dengan sabun dan air bersih
(Sarwono, 2014)
Berdasarkan asumsi penulis dari data primer, bidan sudah sesuai
dengan teori. Bidan O melakukan asuhan bayi baru lahir 6 jam dan
harus dikenali oleh ibu, bidan juga tidak melakukan imunisasi Hb0
lahir 6 jam. Apabila bidan tidak melakukan asuhan bayi baru lahir pada
b) Kasus
Pembahasan
(Sarwono, 2014)
dapat mendeteksi apabila terjadi tanda bahaya pada bayi dan apakah ada
c) Kasus
Pembahasan
1. Pemeriksaan fisik
(Sarwono, 2014)
ibu mengenai tanda bahaya pada bayi baru lahir dan memberitahu ibu
pada bayi.
a. Kasus
menanyakan keluhan pada ibu dan Ny. S mengeluh lemas dan sedikit
keras, lochea rubra dan jahitan masih basah. Ibu merasa tidak nyaman
Pembahasan
perdarahan berlanjut.
dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran,
(Sarwono, 2014).
jam, bidan tidak dapat mencegah perdarahan karena atonia uteri yang
b. Kasus
menanyakan keluhan pada ibu dan Ny. S mengeluh belum BAB sejak
setelah melahirkan dan sudah bisa berjalan tapi masih nyeri di luka
Pembahasan
ada bau.
abnormal.
tanda-tanda penyulit.
(Sarwono, 2014)
yang berbeda.
kontraksi uterus keras, perdarahan dan luka jahitan masih basah namun
atau tidak, uterus keras atau lembek, terjadi perdarahan abnormal atau
c. Kasus
Kunjungan nifas ketiga atau KF III pada waktu 29 hari – 42 hari setelah
ada bau.
abnormal.
tanda-tanda penyulit.
(Sarwono, 2014)
Memastikan ibu nutrisi dan istirahatnya cukup dan tidak ada tanda-
nifas ketiga/KF III dimana riwayat ibu dengan ketuban pecah dini
Menurut Nugroho (2012) dalam Zainal Alim, Yeni Agus Safitri (2015),
disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu dan defisiensi gizi dari
terhadap kebutuhan energi. Kerja fisik pada saat hamil yang terlalu berat dan
dengan lama kerja melebihi tiga jam perhari dapat berakibat kelelahan.
janin.
Menurut Laksmi, (2009) bahwa Perokok pasif dalah asap rokok yang
di hirup oleh seseorang yang tidak merokok (Pasive Smoker). Asap rokok
lebih berbahaya terhadap perokok pasif daripada perokok aktif. Asap rokok
terutama di tempat tertutup. Asap rokok yang dihembusan oleh perokok aktif
dan terhirup oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbon
yaitu penyakit jantung, paru, kanker paru, arteriosclerosis, dan dampak pada
Rokok mengandung lebih dari 2500 zat kimia yang teridentifikasi, salah
oksigenasi darah pada janin. Abortus spontan dan komplikasi pada plasenta
meningkat karena merokok selama hamil hal ini menyebabkan plasenta dan
pecah lama). Merokok juga dapat menyebabkan resiko lahir mati lebih tinggi
(Constance, 2010).
Kejadian Ketuban Pecah Dini pada Ibu Hamil di RSUD Dr. H. Soewondo
bahwa sebagian besar responden yang terpapar asap rokok mengalami KPD
yaitu sejumlah 24 responden atau 75% dengan value 0,00 atau< 0,05 sehingga
ibu hamil perokok pasif dengan kejadian ketuban pecah dini. Menunjukan
bahwa ibu hamil perokok pasif memiliki risiko untuk terkena ketuban pecah
dini 3,5 kali lebih besar daripada wanita tidak perokok pasif dan menyatakan
bahwa ada hubungan yang bermakna ibu hamil perokok pasif dengan
terpapar asap rokok saat hamil, ibu menjadi perokok pasif. Dimana asap
rokok yang dihirup oleh perokok pasif lima kali lebih banyak mengandung
karbon monoksida dan empat kali lebih banyak mengandung tar dan nikotin,
dimana zat tersebut adalah zat kimia yang tidak baik untuk janin. Rokok dapat
menyebabkan komplikasi atau akibat bagi ibu dan janin, seperti penyakit
kelahiran prematur, ketuban pecah dini dan BBLR. Merokok juga dapat
bahwa ibu hamil perokok pasif memiliki risiko untuk terkena ketuban pecah
dini 3,5 kali lebih besar daripada wanita tidak perokok pasif.
Menurut Winkjosastro (2006) bahwa frekuensi koitus pada trimester III
kehamilan yang lebih dari 3 kali seminggu diyakini berperan pada terjadinya
KPD. Hal itu berkaitan paparan hormon prostaglandin didalam semen atau
cairan sperma.
estrogen pada ibu hamil dan peningkatan prostaglandin dan oksitosin dapat
serta ibu mengatakan ayahnya perokok aktif sehinga ibu menjadi perokok
KPD pada Ny. S adalah karena hubungan seksual terakhir 2 hari yang lalu
dimana ibu bekerja cukup berat bahkan bisa menghabiskan > 3 jam untuk
melakukan pekerjaan rumah tangga, serta ibu yang menjadi perokok pasif
berisiko mengalami ketuban pecah dini karena terpapar asap rokok dimana
lima kali lebih banyak mengandung karbon monoksida dan empat kali lebih
banyak mengandung tar dan nikotin, dimana zat tersebut merupakan zat kimia
yang tidak baik untuk janin. Ketiga hal tersebut dapat menimbulkan tingginya
4.1 Kesimpulan
standar yang berlaku yaitu 1 kali pada trimester pertama dan 1 kali pada
minimal 10T, namun bidan S kadang lupa mencatat tindakan dan hasil
pelaporan sehingga medical record pasien tidak lengkap dan tidak ada
dari 4 minggu yaitu 3 bulan/12 minggu. Sehingga tidak efektif dan tidak
dahulu.
Terdapat ketidaksesuaian dengan wewenang bidan dalam
terjadinya infeksi pada ibu dan janin. Namun bidan O tidak melakukan
bayi baru lahir belum sesuai standar karena saat bayi baru lahir bidan
neonatus.
riwayat hubungan seksual 3 kali seminggu dan terakhir 2 hari yang lallu
4.2 Saran
KPD.
khususnya faktor risiko pada ibu hamil terhadap Ketuban Pecah Dini,
kepada ibu dan suami untuk tidak merokok di dekat ibu dan
Jakarta : YBP-SP.
Abdullah, dkk. 2012. Faktor determinan ketuban pecah dini di RSUD Syekh Yusuf
Dinkes Provinsi Jawa Barat. 2014. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
2015.
Dithyana, Icha. 2013. Hubungan Ibu Hamil Perokok Pasif dengan Kejadian
Kedokteran UNS
http://www.femina.co.id/health-diet/angka-kematian-wanita-hamil-
diindonesia tertinggi-di-asean.html
Kesehatan.
Manuaba, IBG. 2009. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi & Obstetri Ginekologi
Sosial untuk Bidan. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta :
Muntoha, dkk. 2013. Hubungan Antara Riwayat Paparan Asap Rokok dengan
Kejadian Ketuban Pecah Dini pada Ibu Hamil di RSUD Dr. H. Soewondo
Pediatri, Sari. 2013. Risiko Asfiksia pada Ketuban Pecah Dini di RSUP Sanglah
Rahayu, B. Novita Sari, A. 2017 JNKI Studi Deskriptif Penyebab Kejadian Ketuban
Pecah Dini (KPD) pada Ibu Bersalin Vol. 5 No. 2, 134-138. Yogyakarta.
Saifuddin, Abdul Bahri, dkk. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi ke-4. Jakarta : EGC
Prawirohardjo.
tidak ?
32. Saat diperiksa USG apakah dokter memberitahu hasilnya seperti usia
kehamilan, letak janin, berat janin, letak plasenta dan jumlah air ketuban ?
“iya dikasih tau beratnya berapa kilo, letaknya udah bagus kepala, posisi
33. Apakah saat ibu periksa kehamilan ke Bidan, bidan melakukan pemecahan
34. Apakah ibu pernah mengalami keluar darah dari jalan lahir pada trimester
“kalau keluar darah mah engga teh tapi pernah keluar lendir darah pas 3
36. Apakah perut ibu sakit dan disertai demam dan peningkatan denyut nadi ?
“tidak pernah”
nyuci”
39. Aktivitas ibu sehari-hari seperti mandi, gosok gigi dan ganti pakaian berapa
“2 kali sehari”
“pakaian longgar”
41. Apakah ibu melakukan pekerjaan rumah tangga sebelum melahirkan seperti
“iya teh lama kemaren mah sekitar 4 jam-an ada lah teh selesainya”
Lampiran 1 : Wawancara
1. Apakah pelayanan kehamilan yang ibu lakukan sudah sesuai dengan 10T?
“Sudah 10T neng, sesuai sama standar yang ditetapkan dari timbang berat
badan dan ukur tinggi badan, tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus
uteri, pemeriksaan DJJ, ukur LILA, pemberian imunisasi TT, pemberian
tablet zat besi, pemeriksaan laboratorium wajib dan atas indikasi, serta
konseling.”
2. Apa alasan ibu tidak diisinya dokumentasi asuhan antenatal di buku KIA
Ny. S, pada kolom pemeriksaan LILA, TB, imunisasi TT dan
nasihat/penkes yang disampaikan?
“Untuk LILA dan TB dan imunisasi TT dilakukan pengukuran dan
penyuntikan, kadang ibu lupa nulis di buku KIA pasiennya. Untuk
nasihat/penkes yang disampaikan tidak terdokumentasikan, namun
dilakukan secara lisan.”
3. Bagaimana standar pendokumentasian yang berlaku di BPM?
“Pendokumentasian seluruh asuhan (antenatal dan postnatal) di BPM
menggunakan standar buku KIA dan buku register BPM.”
4. Bagaimana standar pemberian imunisasi TT di BPM?
“Pemberian imunisasi TT pada klien dilakukan dengan skrinning terlebih
dahulu klien yang membutuhkan imunisasi TT. Pada Ny. S dilakukan
penyuntikan imunisasi TT 2 kali dan karena kehamilan pertama juga.”
5. Bagaimana standar pemeriksaan pemeriksaan masa nifas dan neonatus yang
berlaku di BPM?
“Pada pasien yang bersalin di BPM, bidan melakukan pemeriksaan pada
jam ke-6, 3/4 hari dan 7 hari postpartum dengan klien yang datang ke BPM.
Sedangkan pada klien yang tidak bersalin di BPM, bidan tidak melakukan
pemeriksaan nifas dan neonatus, karena bukan wewenangnya. Sedangkan
pada klien yang bersalin ke rumah sakit, biasanya mereka memeriksakan
nifas dan bayinya ke rumah sakit sekalian untuk kontrol ulang. Namun, ada
juga pasien yang tidak bersalin di BPM, tapi memeriksakan nifas dan bayi
nya di BPM.”
Lampiran Pendokumentasian Kunjungan Rumah