Abstrak
Aktivitas fisik berat dapat menyebabkan terjadi stres oksidatif akibat jumlah antioksidan tubuh
tidak seimbang dengan jumlah radikal bebas yang berdampak kepada peningkatan kadar
malondialdehid (MDA) dan penurunan Haemoglobin. Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui efek pemberian vitamin C terhadap kadar malondialdehid plasma dan haemoglobin
atlet pada aktifitas fisik maksimal. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian
eksperimental semu dengan rancangan penelitian Randomized Control Group Pretest-Postest
Design. Populasi dan sampel penelitian adalah yang memenuhi kriteria dan sampel pada
penelitian ini sebanyak 20 orang. Sampel dibagi atas 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan
yang mengkonsumsi Vitamin C dan kelompok kontrol. Pada penelitian ini akan diukur kadar
MDA dan Hb sebelum mengkonsumsi vitamin C dan sebelum melakukan aktifitas fisik
maksimal. Pengukuran kadar MDA dan Hb kembali dilakukan setelah mengkonsumsi vitamin C
dan setelah melakukan aktifitas fisik maksimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan bermakna antara aktifitas fisik maksimal dengan kadar Hb dan MDA (p < 0,05).
Terdapat perbedaan yang bermakna antara pemberian vitamin C dengan kadar Hb dan MDA (p <
0,05). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa aktifitas fisik maksimal dapat
menurunkan kadar Hb dan meningkatkan kadar MDA, pemberian vitamin C dapat
meningkatkan kadar Hb dan dapat menurunkan kadar MDA pada atlet yang mendapat aktifitas
fisik maksimal.
Kata Kunci: Stress Oksidatif, Aktifitas Fisik Maksimal, Hb, MDA, Vitamin C.
PENDAHULUAN
Aktivitas fisik berat dapat Peningkatan penggunaan oksigen terutama
meningkatkan konsumsi oksigen 100-200 oleh otot-otot yang berkontraksi,
kali lipat karena terjadi peningkatan menyebabkan terjadinya peningkatan
metabolisme di dalam tubuh (Clarkson, kebocoran elektron dari mitokondria yang
2000; Sauza, 2005). Hal yang hampir sama akan menjadi SOR (Senyawa Oksigen
juga dikatakan oleh Packer, 1997 bahwa Reaktif) (Clarkson, 2000; Sauza, 2005).
olahraga aerobik dapat meningkatkan Umumnya 2-5% dari oksigen yang
konsumsi oksigen dalam tubuh 10-20 kali digunakan dalam proses metabolisme di
dan 100-200 kali lipat pada otot. dalam tubuh akan menjadi ion superoksid
Rika Nailuvar Sinaga adalah Dosen Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas
Negeri Medan.
Fajar Apollo Sinaga adalah Dosen jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas
Negeri Medan.
15
sehingga saat aktivitas fisik berat terjadi dan juga menyebabkan kerusakan pada
peningkatan produksi radikal bebas jaringan otot (Vina, et al., 2000). Kerusakan
(Chevion, 2003). Pada saat produksi radikal jaringan otot dan darah ini dianggap terlibat
bebas melebihi antioksidan pertahanan dalam proses kelelahan, atau
seluler maka dapat terjadi stres oksidatif, ketidakmampuan untuk menghasilkan
dimana salah satu faktor penyebabnya tenaga. Kerusakan akibat stres oksidatif juga
adalah akibat aktifitas fisik (Daniel et al, dapat mengubah histokimia darah dan
2010; Urso, 2003). menyebabkan nyeri otot (Dekkers., et al
Pada kondisi stres oksidatif, radikal 1996 dan Kuipers, 1994). Peningkatan
bebas akan menyebabkan terjadinya radikal bebas akibat olahraga juga
peroksidasi lipid membran sel dan merusak mempengaruhi jalur energi aerobik di dalam
organisasi membran sel (Evans, 2000). mitokondria, menyebabkan terjadinya
Malondialdehyde (MDA) adalah salah satu kelelahan (Kendall dan Eston, 2002).
hasil dari peroksidasi lipid yang disebabkan Sementara itu menurut (Zhu dan Haas,
oleh radikal bebas selama latihan fisik 1997) bahwa penurunan VO2 max dapat
maksimal atau latihan daya tahan terjadi pada penderita anemia dengan kadar
(endurance) dengan intensitas tinggi (Wang Haemoglobin yang menurun dan
et al., 2008; Lyle et al., 2009, Sousa, 2006) konsekuensinya adalah menurunnya
sehingga Malondialdehid (MDA) kapasitas transport oksigen di dalam darah
merupakan indikator umum yang digunakan sehingga dapat mempenagruhi performance
untuk menentukan jumlah radikal bebas dan atlet. Selain itu, akibat latihan fisik berat
secara tidak langsung menilai kapasitas pada individu yang tidak terkondisi atau
oksidan tubuh (Liang et al., 2008). tidak terbiasa melakukan latihan fisik juga
Hasil studi menunjukkan bahwa stres dapat mengakibatkan kerusakan oksidatif
oksidatif adalah salah satu faktor yang dan injuri otot (Evans, 2000).
bertanggung jawab terhadap kerusakan Secara alamiah dalam sel terdapat
eritrosit selama dan setelah latihan fisik dan berbagai antioksidan baik enzimatik maupun
dapat menyebabkan anemia yang sering nonezimatik yang berfungsi sebagai
disebut “sport anemia” (Senturk et al, 2001) pertahanan bagi organel-organel sel dari
akibat turunnya kadar haemoglobin pengaruh kerusakan reaksi radikal bebas
(Senturk, et al., 2005., Senturk, et al., 2004). (Evans, 2000., Marciniak et al., 2009).
16
METODE PENELITIAN
Sampel perokok. Kriteria eksklusi adalah
Sampel dalam penelitian ini adalah mengkonsumsi vitamin selama penelitian
seluruh atlet Universitas Negeri Medan yang dan mengkonsumsi zat besi. Besar sampel
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. dalam penelitian ini adalah 20 orang.
Adapun kriteria inklusi adalah berjenis Latihan fisik maksimal
kelamin laki-laki, berbadan sehat melalui Latihan fisik maksimal dilakukan
pemeriksaan dokter, bersedia menjadi dengan mengadakan tes lari multi tahap atau
sampel dan mengisi persyaratan bersedia bleep test. Sampel akan melakukan lari
mengikuti kegiatan penelitian dan tidak multi tahap dengan jarak sepanjang 20 meter
17
dan mengikuti irama yang telah ditentukan. bleep test kembali dilakukan pengukuran
Sampel berhenti berlari bila sampel tidak kadar malondialdehid dan haemoglobin.
mampu lagi mengikuti irama tersebut.
orang. Kelompok satu adalah kelompok ini juga akan menyelenggarakan perubahan
hemoglobin menjadi sianmethemoglobin.
perlakuan yang mendapat vitamin C dan
Bacalah dalam spektrofotometer pada
aktifitas fisik maksimal. Kelompok dua
gelombang 540 nm; sebagai blanko
adalah kelompok kontrol yang mendapat
digunakan larutan Drabkin. Kadar
placebo dan aktifitas fisik maksimal.
hemoglobin ditentukan dari perbandingan
Sebelum menjalani aktifitas fisik
absorbasinya dengan absorbansi standard
maksimal semua sampel diukur kadar sianmethemoglobin atau dibaca dari kurva
malondialdehid dan haemoglobinnya. tera.
Setelah itu kelompok perlakuan
mengkonsumsi vitamin C 500 mg Pengukuran Kadar Malondialdehid
atas tangas air selama 10 menit. Setelah normal akan dilakukan uji t-berpasangan
dingin disentrifugasi pada 3000rpm selama dan uji t-tidak berpasangan. Semua analisa
10 menit. Filtrat yang berwarna merah muda data dilakukan dengan menggunakan
diukur serapannnya pada panjang software SPSS 19. Dalam penelitian ini
gelombang 530nm menggunakan untuk uji statisti diambil taraf nyata 5%
spektrofotometer UV-Vis. yang dianggap bermakna atau signifikan.
Berdasarkan hasil pada tabel 3 dapat <0,05) yang artinya terdapat perbedaan
diketahui rata-rata kadar Malondialdehid bermakna pada kadar Malondialdehid pada
pada kelompok 1 yang mendapat vitamin C atlet sebelum dan sesudah mendapat vitamin
dan aktifitas fisik maksimal, dimana rerata C dan aktifitas fisik maksimal.
kadar Malondialdehid sebelum mendapat Berdasarkan hasil pada tabel 4 dapat
perlakuan (2,68 ± 0,32 nmol/ml) lebih rendah diketahui bahwa rata-rata kadar
dibandingkan dengan setelah mendapat Malondialdehid pada kelompok 2 yang
perlakuan (2,73 ± 0,34 nmol/ml). mendapat placebo dan aktifitas fisik
Dikarenakan data berdistribusi normal maksimal, dimana rerata kadar
maka dilakukan uji t-berpasangan. Pada uji Malondialdehid sebelum mendapat
t-berpasangan diperoleh nilai P = 0,000 (p perlakuan (2,68±0,49 nmol/ml) lebih rendah
20
dibandingkan dengan setelah mendapat atlet sebelum dan sesudah mendapat placebo
perlakuan (3,93 ± 0,30 nmol/ml). dan aktifitas fisik maksimal.
Dikarenakan data berdistribusi normal Dari hasil penelitian dapat diperoleh
maka dilakukan uji t-berpasangan. Pada uji perbedaan kadar Haemoglobin postest antara
t-berpasangan diperoleh nilai P = 0,000 (p kelompok 1 dan 2 seperti terlihat pada Tabel
<0,05) yang artinya terdapat perbedaan 5.
bermakna pada kadar Malondialdehid pada
Tabel 5. Perbedaan kadar Haemoglobin postest antara kelompok 1 dan 2
n rerata ± s.b. p
Hb (g/dl) Postest kelompok 1 10 15,07 ± 0,59 < 0,05
Hb (g/dl) Postest kelompok 2 10 13,06 ± 0,97
uji t-tidak berpasangan
Berdasarkan hasil pada tabel 5 dapat perbedaan bermakna pada kadar Haemoglobin
diketahui rata-rata kadar Haemoglobin postest kelompok 1 dibandingkan dengan
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok 2 Dari hasil penelitian dapat diperoleh
(13,06 ± 0,97 g/dl). Dikarenakan data perbedaan kadar Malondialdehid postest
berdistribusi normal maka dilakukan uji t-tidak antara kelompok 1 dan 2 seperti terlihat
berpasangan. Pada uji t-tidak berpasangan pada Tabel 6.
diperoleh nilai p < 0,05 yang artinya terdapat
Tabel 6. Perbedaan kadar Malondialdehid postest antara kelompok 1 dan 2
n rerata ± s.b. p
MDA (nmol/ml) Postest kelompok 1 10 2,73 ± 0,34 < 0,05
MDA (nmol/ml) Postest kelompok 2 10 3,93 ± 0,30
uji t-tidak berpasangan
Berdasarkan hasil pada tabel 6 dapat tidak berpasangan diperoleh nilai p < 0,05
diketahui rata-rata kadar Malondialdehid yang artinya terdapat perbedaan bermakna
postest pada kelompok 1 (2,73 ± 0,34 pada kadar Malondialdehid postest
nmol/ml) lebih rendah dibandingkan dengan kelompok 1 dibandingkan dengan kelompok
kelompok 2 (3,93 ± 0,30 nmol/ml). 2.
Dikarenakan data berdistribusi normal maka
dilakukan uji t-tidak berpasangan. Pada uji t-
21
PEMBAHASAN
Bila dilihat dari hasil diatas dapat Dari hasil diatas juga dapat disimpulkan
disimpulkan bahwa aktifitas fisik maksimal bahwa aktifitas fisik maksimal
menyebabkan kadar Haemoglobin menjadi menyebabkan kadar Malondialdehid
menurun. Hal ini sesuai dengan teori yang menjadi meningkat. Malondialdehid (MDA)
menyatakan bahwa aktifitas fisik maksimal adalah salah satu hasil dari peroksidasi lipid
dapat menyebabkan terjadinya sport anemia yang disebabkan oleh radikal bebas selama
dan penurunan kadar Haemoglobin. latihan fisik maksimal atau latihan daya
Aktifitas fisik maksimal dapat meningkatkan tahan (endurance) dengan intensitas tinggi
pembentukan radikal bebas pada tubuh dan (Wang et al., 2008; Lyle et al., 2009, Sousa,
menyebabkan terjadinya stress oksidatif. 2006) sehingga Malondialdehid (MDA)
Radikal bebas sangat reaktif dan dengan merupakan indikator umum yang digunakan
mudah menjurus ke reaksi yang tidak untuk menentukan jumlah radikal bebas dan
terkontrol, menghasilkan ikatan silang secara tidak langsung menilai kapasitas
(cross-link) pada DNA, protein, lipida, atau oksidan tubuh (Liang et al., 2008). Hal ini
kerusakan oksidatif pada gugus fungsional sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
kadar Malondialdehid lebih tinggi pada
yang penting pada biomulekulnya (Silalahi,
orang yang melakukan aktifitas fisik
2006). Peroksidasi lipid di membran sel
maksimal (Marzatico et al, 1997, Santos-
dapat merusak membran sel dengan
Silva et al, 2001).
mengganggu fluiditas dan permeabilitas.
Pemberian vitamin C pada penelitian ini
Peroksidasi lipid juga dapat mempengaruhi
dapat menigkatkan kadar Haemoglobin, hal
fungsi protein membran terikat seperti
ini dapat dilihat dari rata-rata kadar
enzim dan reseptor. Kerusakan langsung Haemoglobin postest antara kelompok 1
pada protein dapat disebabkan oleh radikal yang lebih tinggi dari kelompok 2. Vitamin
bebas yang dapat mempengaruhi berbagai C juga dapat menurunkan kadar
jenis protein, mengganggu aktivitas enzim Malondialdehid, hal ini dapat dilihat dari
dan fungsi protein struktural (Sarma et al, rata-rata kadar Malondialdehid postest
2010). Sel darah merah juga mendapat antara kelompok 1 yang lebih rendah dari
pengaruh dari radikal bebas ini yang kelompok 2.
Vitamin C merupakan salah satu jenis radikal askorbil ini relatif stabil dengan
dari antioksidan. Antioksidan atau reduktor waktu paruh 10-5 detik dan tidak reaktif.
berfungsi untuk mencegah terjadinya Radikal bebas yang merugikan dapat
oksidasi atau menetralkan senyawa yang berinteraksi dengan vitamin C sehingga
telah teroksidasi, dengan cara radikal bebas yang merugikan tersebut
menyumbangkan hidrogen dan atau elektron mengalami reduksi dan vitamin C berubah
(Silalahi, 2006). Di dalam tubuh terdapat menjadi radikal askorbil yang kurang
mekanisme antioksidan atau anti radikal reaktif. Proses reduksi radikal bebas reaktif
bebas secara endogenik (Dyatmiko et al., menjadi senyawa yang kurang reaktif ini
2000) dimana radikal bebas yang terbentuk disebut free radical scavenging. Vitamin C
akan dinetralkan oleh elaborasi sistem merupakan free radical scavenging yang
pertahanan antara antioksidan enzim-enzim baik (Padayatty et al., 2003).
seperti katalase, superoksid dismutase Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
(SOD), glutation peroxidase dan sejumlah disimpulkan bahwa aktifitas fisik maksimal
anti oksidan non enzim termasuk dapat menurunkan kadar Haemoglobin dan
diantaranya vitamin A, E dan C, glutatione, meningkatkan kadar Malondialdehid,
ubiquinone dan flavonoid pemberian vitamin C dapat meningkatkan
(Christopher,2004; Urso, 2003; Lekhi, kadar Haemoglobin dan dapat menurunkan
2007). kadar Malondialdehid pada atlet yang
Vitamin C disebut antioksidan karena mendapat aktifitas fisik maksimal.
berfungsi sebagai donor elektron, sehingga Bagi peneliti lain untuk dapat
dapat mencegah senyawa lain mengalami mengembangkan penelitian ini dengan
oksidasi. Saat vitamin C melepaskan mengamati kapasitas antioksidan endogen
elektron, ia menjadi radikal askorbil. tubuh dan antioksidan eksogen lainnya.
Dibandingkan dengan radikal bebas lain,
23
DAFTAR PUSTAKA
Chevion S, Moran DS, Heled Y, Shani Y, sports fatigue. Zhen Ci Yan Jiu, 33:
Regrev G, Abbou B, Berenshtein E, 120-123.
Stadtman ER, Epstein Y. (2003). Lyle, N., Gomes, A., Sur, T., Munshi, S.,
Plasma antioxidant status and cell Paul, S., Chatterjee S. and
injury after severe physical exercise, Bhattacharyya, D. (2009). The role
Proc.Nati.Acad.Sci.USA,Vol of antioxidant properties of
100,Issue9, 5119-5123. Nardostachys jatamansi in alleviation
Clarkson, P. M. dan Thompson, H. S. of the symptoms of the chronic
(2000), Antioxidants: what role do fatigue syndrome. Behavioural Brain
they play in physical activity and Res., 202: 285-290.
health? Am J Clin Nutr, 72, 637S- Marciniak, A., Brzeszczynska, J.,
46S. Gwozdzinski, K., Jegier, A. (2009),
Daniel, R.M., Stelian, S., Dragomir, C. Antioxidant Capacity and Physical
(2010), The effect of acute physical Exercise. Biology of Sport, Vol. 26
exercise on the antioxidant status of No3, 197-213
the skeletal and cardiac muscle in the Marzatico, F., Pansarasa, O., Bertorelli, L.,
Wistar rat. Romanian Somenzini, L., Della Valle,
Biotechnological Letters. Vol. 15, G.(1997). Blood free radical
No. 3, Supplement, p 56-61. antioxidant enzymes and lipid
Dekkers JC, van Doornen LJ, Kemper HC. peroxides following long-distance
(1996). The role of antioxidant and lactacidemic performances in
vitamins and enzymes in the highly trained aerobic and sprint
prevention of exercise-induced athletes. J. Sports Med. Phys. Fitness
muscle damage. Sports Med 21: 37, 235_/239.
213–238. Packer, L.; Slater, T. F.; Almada, A. L.;
Evans, W. J. (2000), Vitamin E, vitamin C, Rothfuss, L. M.; Wilson, D. S.
and exercise. Am J Clin Nutr, 72, (1989). Modulation of tissue vitamin
647S-52S. E levels by physical activity. Ann.
NY Acad. Sci. 570:311 - 321
Gleeson M, Robertson JD, Maughan
RJ.(1987) Influence of exercise on Packer L (1997). Oxidants, antioxidant
ascorbic acid status in man. Clin Sci nutrients and the athlete. J. Sports
73:501–5. Sci., 15: 353–63.
Ji, L.L. (1999), Antioxidants and Oxidative Padayatty, S. J., Katz, A., Wang, Y., Eck, P.,
stress in exercise. Society for Kwon, O., Lee, J. H., Chen, S.,
Experimental Biology and Medicine, Corpe, C., Dutta, A., Dutta, S. K. &
283: 292. Levine, M. (2003), Vitamin C as an
antioxidant:evaluation of its role in
Liang Y, Fang JQ, Wang CX, Ma GZ disease prevention. J Am Coll Nutr,
(2008). Effects of transcutaneous 22, 18-35
electric acupoint stimulation on
plasma SOD and MDA in rats with Santos-Silva, A., Rebelo, M.I., Castro, E.M.,
Belo, L., Guerra, A., Rego, C.,
Quintanilha, A. (2001). Leukocyte
24