Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Kedokteran Syiah Kuala xx (x): 1xx-1xx, Aprxx 20xx

Jurnal Kedokteran Syiah Kuala                                                                                                               ISSN:


1412-1026
Volume xx, Number x, Agustus  20xx                                                                                       E-ISSN: 25500112
Pages: xx-xx                                                                                             DOI:   

Saturasi oksigen pada mahasiswa yang menggunakan masker dan nonmasker


setelah latihan fisik akut
1
Rezania Razali, 2Hafni Andayani, 3Fazla Ismi
1)
Universitas Syiah Kuala-Banda Aceh 2) Universitas Syiah Kuala-Banda Aceh
3)
Universitas Syiah Kuala-Banda Aceh

Abstrak. Latihan fisik merupakan kemampuan aktivitas gerak jasmani yang dilakukan secara
sistematik serta ditingkatkan secara progresif. Latihan fisik dibedakan berdasarkan durasinya, yaitu
latihan fisik akut kurang dari 30 menit dan latihan fisik kronis lebih dari 30 menit. Penggunaan
masker saat berolahraga sudah mulai digunakan selama pandemi untuk mencegah penularan virus.
Beberapa penelitian menunjukkan adanya pengaruh penggunaan masker terhadap saturasi oksigen,
sebaliknya juga beberapa penelitian yang menunjukkan tidak terdapat pengaruh penggunaan masker
terhadap saturasi oksigen. Penelitian ini bertujuan untuk menilai apakah terdapat perbedaan saturasi
oksigen pada yang menggunakan masker dan nonmasker setelah latihan fisik akut, latihan fisik yang
diberikan yaitu YMCA step test yaitu naik turun bangku 24 kali per menit selama 3 menit dan sampel
yang digunakan adalah mahasiswa laki-laki Pendidikan Dokter 2021 Universitas Syiah Kuala yang
berjumlah 36 orang responden yang dibagi menjadi kelompok yang menggunakan masker (A) dan
kelompok nonmasker (B). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain two
group pre-post test. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah simple random sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan secara signifikan pada nilai saturasi
oksigen setelah melakukan latihan fisik akut pada kelompok A dan kelompok B asym.Sig. (2-tailed)
0,371>0,05.

Kata Kunci: Saturasi oksigen, masker, latihan fisik akut.

Abstract. Physical exercise is the ability of physical activity that is carried out systematically
and progressively improved. Physical exercise is distinguished by its duration, i.e. acute
physical exercise of less than 30 minutes and chronic physical exercise of more than 30
minutes. The use of masks during exercise has begun to be used during the pandemic to
prevent transmission of the virus. Some studies show the effect of the use of masks on oxygen
saturation, on the contrary also some studies that show no effect of the use of masks on
oxygen saturation. This study aimed to assess whether there was a difference in oxygen
saturation in those using masks and non-masks after acute physical exercise, the physical
exercise given was the YMCA step test, which was up and down the bench 24 times per
minute for 3 minutes and the sample used was male students of Medical Education 2021
Syiah Kuala University, amounting to 36 respondents divided into groups using masks (A)
and non-mask Groups (B). This study is an experimental study with two group pre-post test
design. Sampling technique in this study is simple random sampling. The results of this study
showed no significant difference in oxygen saturation values after performing acute physical
exercise in Group A and Group B asym.Sig. (2-tailed) 0.371>0.05.

Keywords: oxygen saturation, mask, acute physical exercise.


Pendahuluan
Latihan fisik merupakan kemampuan aktivitas gerak jasmani yang dilakukan secara
sistematik serta ditingkatkan secara progresif. Latihan fisik dibedakan berdasarkan durasinya,
yaitu latihan fisik akut yang dilakukan dalam durasi yang kurang dari 30 menit dan latihan
fisik kronis yang dilakukan dalam durasi yang lebih dari 30 menit.3,4
Pandemi Coronavirus Disease of 2019 (COVID-19) secara global terjadi di berbagai
negara hingga saat ini. Penambahan angka COVID-19 akan meningkat apabila tidak
dilakukannya pencegahan penularan virus. Pencegahan COVID-19 dilakukan melalui
penerapan protokol kesehatan 3M yaitu mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak.
Situasi saat ini membuat kita harus mematuhi protokol kesehatan 3M, salah satunya yaitu
penggunaan masker saat beraktivitas di luar ruangan termasuk saat melakukan aktivitas
olahraga 5,6
Penggunaan masker saat berolahraga sudah mulai digunakan selama pandemi untuk
mencegah penularan virus. Licensed Athletic Sport Medicine mengatakan bahwa
“Penggunaan masker saat olahraga aman, namun perlu dilihat dari intensitas olahraga yang
akan dilakukan yang disesuaikan dengan kemampuan seseorang dalam mengatur pernapasan
dengan benar”. Dibandingkan dengan bernafas secara normal sangat berbeda apabila bernafas
saat menggunakan masker karena menggunakan masker pelindung jenis apapun dapat
menurunkan aliran udara ke paru, lebih sedikit oksigen yang masuk ke dalam paru maka
lebih sedikit pula oksigen dalam darah.7 Berbanding terbalik dengan penemuan yang
dilakukan oleh peneliti Shaw et al tahun 2020 dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa
tidak terdapat perbedaan antara menggunakan masker wajah dan kondisi tanpa menggunakan
masker wajah untuk penilaian detak jantung selama latihan yang mendukung hasil untuk
kinerja dan oksigenasi darah dan otot.8
Penelitian terbaru yang dilakukan Rompas dkk. tahun 2020 berjudul perbandingan
saturasi oksigen sebelum dan sesudah melakukan latihan fisik akut pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi angkatan 2019 didapatkan tidak terdapat perbedaan
bermakna dari nilai saturasi oksigen sebelum dan sesudah melakukan latihan fisik akut,
latihan fisik akut yang diberikan berupa sprint 100m.9 Berdasarkan latar belakang dan
keterbaruan penelitian maka penulis tertarik meneliti tentang perbedaan oksigen pada
mahasiswa yang menggunakan masker dan nonmasker setelah latihan fisik akut dengan
latihan fisik yang diberikan yaitu YMCA step test dan sampel yang digunakan adalah
mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas Syiah Kuala tahun akademik 2021. Penelitian ini
menggunakan sampel yang tidak terlatih secara fisik dan berolahraga secara rutin karena
melakukan latihan fisik rutin dapat meningkatkan kualitas sistem pernafasan yang diliat
melalui fungsi paru-paru. Seseorang memiliki gaya hidup aktif lebih dari dua tahun
menunjukkan adanya peningkatan pada nilai forced expiratory volume in one second (FEV1)
sebesar 50 ml dan sebesar 70 ml pada nilai forced vital capacity (FVC), sedangkan mereka
yang tetap hidup dalam gaya hidup tidak aktif mengalami penurunan nilai FEV1 sebesar 30
ml dan penurunan nilai FVC sebesar 20 ml. Hal tersebut menunjukkan adanya penurunan
fungsi paru pada yang tidak melakukan latihan fisik.10
YMCA step test merupakan tes daya tahan kardiovaskuler yang menggunakan teknik
naik turun bangku dan dikembangkan oleh organisasi Young Men’s Christian Assosiation
(YMCA) pada tahun 1970. YMCA step test merupakan modifikasi dari Harvard step test
berdasarkan tinggi bangku, durasi dan intensitas yang berbeda. YMCA adalah teknik naik
turun bangku setinggi 12 inci atau sekitar 30 cm sebanyak 24 kali per menit selama 3
menit.11,12 Penelitian ini bertujuan untuk menilai perbedaan saturasi oksigen pada mahasiswa
yang menggunakan masker dan nonmasker setelah latihan fisik akut, jenis latihan fisik akut
yang digunakan adalah YMCA step test.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain two group pre-post
test untuk mengetahui perbedaan saturasi oksigen pada mahasiswa yang menggunakan
masker dan nonmasker setelah fisik akut. Subjek penelitian adalah mahasiswa laki-laki
fakultas 2021 FK USK yang dipilih secara acak menggunakan teknik simple random
sampling dengan memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan data dilakukan pada bulan
November 2022. Saturasi oksigen akan dinilai dengan menggunakan pulse oximeter sebelum
dan sesudah melakukan latihan fisik akut untuk sampel yang menggunakan masker dan
nonmasker. Jenis latihan fisik yang dilakukan adalah YMCA step test yaitu naik turun
bangku setinggi 12 inch atau 30 cm selama 3 menit sebanyak 24 kali permenit sesuai irama
metronome.

Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan bulan November 2022 yang bertempat di Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala yang berjumlah 36 sampel, dengan karakteristik sebagai berikut:

Tabel 1. Gambaran Usia Responden


Usia Frekuensi (N) Persentase (%)
19 tahun 20 55,6
20 tahun 12 33,3
21 tahun 4 11,1
Total 36 100
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan responden penelitian ini didominasi oleh responden
berusia 19 tahun dengan persentase (54,6%) dan sedikit responden berusia 21 tahun dengan
persentase (11,1%).Data gambaran tinggi badan dan berat badan responden dapat dilihat pada
tabel 2:

Tabel 2. Gambaran Tinggi Badan dan Berat Badan Responden


Variabel Rerata Minimum Maksimum
TB (cm) 169,9 156 178
BB (kg) 61,7 48 80
Berdasarkan Tabel 2 diatas, rerata tinggi badan responden adalah 169,9 cm dengan nilai
minimum 156 cm dan maksimum 178 cm. Berdasarkan rerata nilai berat badan adalah 61,7
kg dengan nilai minimum 48 kg dan maksimum 80 kg. Data gambaran indeks massa tubuh
responden dapat dilihat pada tabel 3:

Tabel 2. Gambaran Indeks Massa Tubuh Responden


Indeks Massa Frekuensi Persentase
Tubuh (N) (%)
Underweight 6 16,7
Normal 17 47,2
Overweight 6 16,7
Obesitas I 7 19,4
Total 36 100
IMT atau indeks massa tubuh merupakan parameter yang ditetapkan oleh WHO sebagai
perbandingan berat badan dengan tinggi badan kuadrat. IMT ditentukan dengan cara
mengukur berat dan tinggi badan secara dan didapatkan nilai IMT dalam satuan kg/m 2. IMT
diklasifikasikan menjadi : Underweight (<18,5), Normal (18,5-22,9), Overweight (>23-24,9),
Obesitas I : 25-29,9 dan Obesitas II : ≥30.48,49 Tabel 4.3 menunjukkan gambaran indeks
massa tubuh (IMT) responden didominasi responden dengan IMT normal jumlah 17
responden dengan presentase (47,2%). Data gambaran saturasi oksigen kelompok A dan
kelompok B dapat dilihat pada tabel 4 dan tabel 5:

Tabel 4. Gambaran Saturasi Oksigen Kelompok A


No Pre-Test Post-Test Kategori
SpO2 SpO2
A1 96 94 Abnormal
A2 98 97 Normal
A3 98 99 Normal
A4 97 98 Normal
A5 95 97 Normal
A6 98 96 Normal
A7 97 97 Normal
A8 98 98 Normal
A9 98 98 Normal
A10 98 98 Normal
A11 97 98 Normal
A12 99 99 Normal
A13 98 99 Normal
A14 98 97 Normal
A15 97 98 Normal
A16 98 98 Normal
A17 96 98 Normal
A18 98 99 Normal
Rerata 97,4 97,7 Normal

Tabel 5. Gambaran Saturasi Oksigen Kelompok B


No Pre-Test Post-Test Kategori
SpO2 SpO2
B1 97 98 Normal
B2 98 98 Normal
B3 95 97 Normal
B4 98 97 Normal
B5 98 98 Normal
B6 99 99 Normal
B7 97 98 Normal
B8 97 97 Normal
B9 98 98 Normal
B10 98 99 Normal
B11 96 97 Normal
B12 98 98 Normal
B13 97 97 Normal
B14 99 98 Normal
B15 98 99 Normal
B16 98 98 Normal
B17 97 97 Normal
B18 98 98 Normal
Rerata 97,6 97,8 Normal

Tabel 4 dan Tabel 5 merupakan tabel gambaran saturasi oksigen hasil pengambilan data
saturasi oksigen yang didapat sebelum dan sesudah melakukan latihan fisik akut. Latihan
fisik akut yang dilakukan adalah YMCA step test yaitu naik turun bangku 12 inch atau 30 cm
sebanyak 24 kali per menit selama 3 menit sesuai irama metronome. Saturasi oksigen diukur
dengan pulse oximeter dan nilai normal berkisar antara 95-100% .
Perbedaan rata-rata saturasi oksigen setelah latihan fisik dari kedua kelompok dapat
dibuktikan dengan perhitungan uji nonparametrik mann whitney. Perhitungan hasil data
menggunakan aplikasi computer atau laptop Statical Product and Service versi 25. Berikut
pembahasannya pada Tabel 6:
Tabel 6. Perbedaan Saturasi Oksigen Setelah Latihan Fisik Akut
Tindakan Saturasi Oksigen Total p-values

Normal Abnormal
Masker (n) 17 1 18
% 94,4% 5,6% 100%
Nonmasker (n) 18 0 18 0.317
% 100% - 100%
Total (n) 35 1 36
Hasil pengujian berdasarkan “test statistics” menggunakan Mann Whitney, didapatkan nilai
p-values yaitu 0.317 dan nilai tersebut lebih besar dari 0.05 yang bermakna tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara penggunaan masker dan nonmasker setelah latihan fisik.

Pembahasan
Saturasi oksigen setelah melakukan latihan fisik akut antara kelompok yang menggunakan
masker dan nonmasker memiliki nilai rata-rata yang sedikit berbeda. Kelompok A pretest
mendapatkan nilai rata-rata 97,4% dan post-test mendapatkan nilai rata-rata 97,7%.
sedangkan kelompok B pre-test mendapatkan nilai rata-rata 97,6% dan post test 97,8%. Pada
saat melakukan latihan fisik, aliran darah dan penggunaan oksigen akan meningkat untuk
mengangkut oksigen yang diperlukan otot selama melakukan latihan fisik. 15 Meningkatnya
ventilasi dan aliran darah maka semakin banyak oksigen yang berdifusi ke kapiler paru dan
berikatan dengan hemoglobin. Berdasarkan hal tersebut, tubuh dapat mempertahankan kadar
oksigen dalam darah agar tidak menurun dan nilai saturasi oksigen setelah latihan fisik akan
menetap atau mengalami peningkatan.16

Selama melakukan latihan fisik, terjadi produksi karbon dioksida meningkat, asam laktat
akan menumpuk, pH darah menurun, saturasi oksigen hemoglobin menjadi lebih rendah
meskipun tekanan oksigen parsial yang sama selama latihan, dengan demikian kebutuhan
oksigen akan meningkat.17 Perbedaan rata-rata dari kedua kelompok dapat dibuktikan dengan
perhitungan uji nonparametrik mann whitney didapatkan nilai p-value yaitu 0,317 dan nilai
tersebut lebih besar dari 0,05 yang bermakna tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
penggunaan masker dan nonmasker terhadap saturasi oksigen dalam darah setelah melakukan
latihan fisik akut.

Hasil ini bertentangan dengan hipotesis bahwa terdapat perbedaan saturasi oksigen pada yang
menggunakan masker dan nonmasker setelah latihan fisik akut jenis YMCA step test. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Rompas dkk tahun 2019 yang
melakukan penelitian perbandingan saturasi oksigen sebelum dan sesudah melakukan latihan
fisik sprint 100m, hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna dari nilai
saturasi oksigen pre-latihan fisik dan post-latihan fisik.9

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shaw et al. pada tahun 2020 yang membedakan
penggunaan masker wajah dengan yang tidak menggunakan masker wajah mendapatkan hasil
bahwa tidak ada pengaruh pada saturasi oksigen dan temuannya yang didapat menunjukkan
bahwa orang yang latihan fisik dapat memakai masker saat melakukan latihan yang intens
tanpa memberikan efek yang merugikan pada kinerja aktivitas latihan yang berat dan
berdampak minimal pada darah dan oksigen otot.8
Saturasi oksigen merupakan presentase hemoglobin (Hb) yang mengalami saturasi oleh
oksigen. Observasi nilai saturasi oksigen dilakukan untuk mencegah dan mengenali risiko
terjadinya hipoksia jaringan. Bacaan saturasi oksigen memiliki beberapa faktor yang
memengaruhi yaitu hemoglobin (Hb), sirkulasi, aktivitas, suhu tubuh, adanya
hiperbilirubinemia, dan adanya hipoksemia.18

Terdapat beberapa mekanisme yang berkontribusi pada peningkatan suplai oksigen jaringan
selama latihan fisik yaitu permintaan O2 otot rangka yang dihubungkan dengan meningkatkan
aliran darah otot dengan peningkatan curah jantung, memodulasi distribusi aliran darah di
antara organ aktif dan tidak aktif dan mengoptimalkan mikrosirkulasi.

Selama latihan terjadi peningkatan aliran darah lokal (vasodilatasi lokal) yang disebabkan
oleh mediator produksi NO yang dikonversi langsung dari nitrat dan melepaskan ATP yang
menyebabkan pelepasan NO endotel sehingga meningkatkan aliran (flux) O2 ke otot yang
bekerja di semua tingkat regulasi dengan meningkatkan curah jantung maksimal,
meningkatkan aliran darah ke otot dengan merangsang vaskularisasi, dan meningkatkan sifat
reologi sel darah merah.19

Latihan akan menyebabkan beberapa perubahan pada tubuh, salah satunya adalah penurunan
kadar oksigen dalam darah. Dalam keadaan normal ada cadangan oksigen dalam darah,
namun ketika melakukan latihan tubuh membutuhkan sejumlah besar oksigen untuk
memenuhi kebutuhan energi untuk kontraksi otot sehingga menyebabkan degradasi simpanan
oksigen dalam tubuh. Penurunan dalam penyimpanan oksigen menyebabkan penurunan
saturasi oksigen, sehingga pada kelompok latihan intensitas sedang-berat dengan waktu lama
cenderung memiliki saturasi oksigen yang lebih rendah.20

Penggunaan masker dapat terjadi perubahan fisiologis sehingga memengaruhi peningkatan


atau penurunan jumlah karbon dioksida (CO2) dalam tubuh terutama ketika menggunakan
masker dengan durasi yang lama. Dalam kasus ekstrim, intoksikasi karbon dioksida
(hiperkapnia) dapat terjadi. Hal ini dikarenakan pada saat menggunakan masker, pengguna
menghirup kembali sebagian CO2 yang seharusnya dihembuskan ke atmosfer akan tetapi
dengan adanya masker, maka sebagian CO2 masih berada di dalam ruang yang tertutupi
masker.21 Penelitian meta-analysis yang dilakukan pada 11 studi didapatkan tidak ada
perubahan atau reduksi saturasi oksigen yang signifikan pada yang menggunakan masker dan
nonmasker, penurunan hanya terjadi pada latihan fisik dengan intensitas sedang-berat namun
masih dalam kisaran normal 95-100%.22

Dalam penelitian ini, yaitu latihan fisik akut jenis YMCA step test dengan rentang nilai
maximum heart rate responden 35%-79% (intensitas ringan-sedang) dan waktu yang singkat
yaitu 3 menit pada yang menggunakan masker dan nonmasker tidak menunjukkan perbedaan
yang signifikan. Sehingga dapat memungkinkan belum terjadi perubahan saturasi oksigen
dalam darah setelah aktivitas latihan fisik karena diwaktu yang singkat tubuh masih dapat
mengkompensasi kebutuhan oksigen dengan degradasi simpanan oksigen tubuh, dengan
demikian penggunaan masker pada aktivitas yang lebih berat dan lebih lama memerlukan
penelitian lebih lanjut. Simanjuntak, dkk menjelaskan hasil penelitiannya bahwa setelah 4
menit latihan fisik dimulai, maka terjadi peningkatan ambilan oksigen oleh paru sebesar 15
kali dari normalnya dan menurun sedikit demi sedikit sampai 40 menit setelah latihan fisik
serta akan terjadi peningkatan aliran darah sampai 25 kali lipat selama latihan. Dengan
meningkatnya ventilasi dan aliran darah maka semakin banyak oksigen yang berdifusi ke
kapiler paru dan berikatan dengan hemoglobin. Berdasarkan hal tersebut, maka tubuh dapat
mempertahankan kadar oksigen dalam darah agar tidak menurun selama latihan fisik dimenit
pertama, dan nilai saturasi oksigen setelah latihan fisik dengan durasi singkat akan tetap atau
mengalami peningkatan.23–25

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara nilai saturasi oksigen pada mahasiswa yang menggunakan
masker dan nonmasker setelah latihan fisik akut dengan p-value 0.317 (p>0.05)

Daftar Pustaka
1. Setiawan H, Munawwarah M, Wibowo E, Covid- WHO. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan
Kebugaran dan Tingkat Stres Pada Karyawan Back Office Rumah Sakit Omni Alam Sutera di
Masa Pandemi COVID-19. Physiotherapy Health Scoience. 2021;3(21):1–10.
2. Arifin Z. Pengaruh Latihan Senam Kebugaran Jasmani (SKJ) Terhadap Tingkat Kebugaran
Siswa Kelas V Di Min Donomulyo Kabupaten Malang. Journal AL-MUDARRIS. 2018;1(1):22.
3. Chun SK, Lee S, Yang MJ, Leeuwenburgh C, Kim JS. Exercise Induced Autophagy in Fatty Liver
Disease. Exerc Sport Sci Rev. 2017;45(3):181–6.
4. Dumat GN, Engka JNA, Sapulete IM. Pengaruh Latihan Fisik Akut Terhadap FEV1 (Forced
Expiratory Volume in One Second) Pada Pemain Basket Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Unsrat. Jurnal e-Biomedik. 2016;4(2).
5. Nursofwa RF, Sukur MH, Kurniadi BK, . H. Penanganan Pelayanan Kesehatan di Masa
Pandemi COVID-19 Dalam Perspektif Hukum Kesehatan. Inicio Legis. 2020;1(1):1–17.
6. Kuswoyo D. Pencegahan Penularan COVID-19 dengan Pemberlakuan Perilaku 3M. Jurnal
Peduli Masyarakat. 2021;3(2):123–8.
7. Kevin Christian ARS, Pendidikan. Pengaruh Penggunaan Masker Saat Berolahraga Terhadap
Saturasi Oksigen Dalam Darah. Prestasi Olahraga. 2021;15–22.
8. Shaw K, Butcher S, Ko J, Zello GA, Chilibeck PD. Wearing of Cloth or Disposable Surgical Face
Masks Has No Effect on Vigorous Exercise Performance in Healthy Individuals. Int J Environ
Res Public Health. 2020;17(21):1–9.
9. Rompas SE, Pangkahila EA, Polii H. Perbandingan Saturasi Oksien Sebelum dan Sesudah
Melakukan Latihan Fisik Akut pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat Angkatan 2019.
8(1):41–5. Available from:https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik
10. Pasek M, Bagus N, Dewa I, Inten A, Made I, Dinata K. Hubungan Antara Rutinitas Olahraga
Dengan Fungsi Paru Pada PEROKOK Usia Dewasa Muda Di Denpasar. JULI [Internet].
9(7):2020. Available from: https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
11. Manadhar S, Chettri S, Khatri S, Pandey KR, Limbu N, Baral D, et al. Effct of Three Minute
Step Test On Cognition Among Medical Students. MNJ (Malang Neurology Journal
[Internet]. 2021;7(2). Available from: http://mnj.ub.ac.id/
12. Bunarsi D, Lontoh SO. Pengaruh YMCA Step Test terhadap kebugaran fisik pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara. Vol. 3, Tarumanagara Medical Journal.
2020.
13. Situmorang M. Penentuan Indeks Massa Tubuh (IMT) melalui Pengukuran Berat dan Tinggi
Badan Berbasis MikrokontrolerAT89S51 dan PC. Vol. 03. 2015.
14. Lasabuda T, Wowor PM, Mewo Y. Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) Jamaah Mesjid Al-
Fatah Malalayang. Vol. 3, Jurnal e-Biomedik (eBm).
15. Widiyanto B, - LSY. Terapi Oksigen Terhadap Perubahan Saturasi Oksigen Melalui
Pemeriksaan Oksimetri Pada Pasien Infark Miokard Akut (IMA). Prosiding Seminar Nasional
& Internasional [Internet]. 2014 [cited 2022 Nov 30];2(1). Available from:
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/1135
16. Simanjuntak RH, Engka JNA, Marunduh SR. Pengaruh latihan fisik akut terhadap saturasi
oksigen pada pemain basket mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat. eBiomedik [Internet].
2016 [cited 2022 Nov 30];4(1). Available from:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/10817
17. Eroğlu H, Okyaz B, Türkç Apar Ü. The Effect of Acute Aerobic Exercise on Arterial Blood
Oxygen Saturation of Athletes. J Educ Train Stud. 2018 Sep;6(9a):74–9.
18. Sumiarty C, Sulistyo A, Wijaya S, Bogor H. Hubungan Respiratory Rate(RR) Dengan Oxygen
Ssturation (SpO2) Pada Pasien Cedera Kepala [Internet]. Vol. 12, Jurnal Ilmiah
Wijaya.Availablefrom:www.jurnalwijaya.com;
19. Mairbäurl H. Red Blood Cells in Sports: Effects of Exercise and Training on Oxygen Supply By
Red Blood Cells. Front Physiol. 2013 Nov 12;4 NOV:332.
20. Simanjuntak RH, Engka JNA, Marunduh SR. Pengaruh Latihan Fisik Akut Terhadap Saturasi
Oksigen Pada Pemain Basket Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat. Jurnal e-Biomedik
(eBm). 2016;4(1).
21. Awan R, Que BJ, Angkejaya OW, de Lima F. Efek Durasi Penggunaan Masker Kain Terhadap
End-tidal Karbon Dioksida Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Pattimura[Internet].Vol.4.2022.Availablefrom:https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/pameri/
index
22. Whyte JJ, Harold Laughlin M. The effects of acute and chronic exercise on the vasculature.
Vol. 199, Acta Physiologica. Blackwell Publishing Ltd; 2010. p. 441–50.
23. Yuliastrid D. Peningkatan Ventilasi Paru Selama Latihan Fisik. Ilmu Keolahragaan. 2014;
24. West JB. Respiratory Physiology. 8th ed. California: Lippincott Williams & Wilkins; 2008. 76–
77 p.
25. Guyton AC. Fisiologi Kedokteran (Edisi ke-11). Jakarta; 2006.

Anda mungkin juga menyukai