Anda di halaman 1dari 7

REVIEW JURNAL

KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS

1. The Effectiveness of Breathing Relaxation with Ballon Blowing Technique


toward Physiological Changes of COPD Patients
(Efektivitas Relaksasi Pernapasan dengan Teknik Tiupan Balon Terhadap
Perubahan Fisiologis Pasien PPOK)
P Pada penelitian ini menggunakan 35 responden PPOK ruang
(Patient/population) flamboyan di RSUD dr. Soedomo.
I Intervensi yang dilakukan adalah relaksasi pernapasan yaitu
(Intervention) meniup balon dua kali sehari pada pagi dan sore hari, dengan
masing-masing bagian terdiri dari 3 set latihan meniup balon.
Pada setiap set, pasien diminta untuk meniup balon sebanyak 3
kali hingga balon mengembang dan dilanjutkan dengan
istirahat 1 menit sebelum melanjutkan ke set berikutnya.
Sebelum meniup balon, pasien mengambil napas dalam selama
3-4 detik, menahannya selama 2-3 detik dan kemudian meniup
balon selama 5-8 detik. Intervensi ini dilakukan selama 1
minggu. Instrumen yang digunakan adalah fingertip oxymetry
untuk mengukur denyut nadi, sphygmomanometer untuk
mengukur tekanan darah dan jam tangan untuk mengukur
frekuensi pernapasan. Pengambilan data dilakukan sebelum
dan sesudah intervensi pada hari ketiga dan hari ketujuh.
C Causey, R. dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pasien
(Comparison) PPOK harus melakukan latihan pernapasan dengan teknik
pursed lips breathing (PLB), teknik pernapasan diafragma dan
batuk untuk memperbaiki kondisi fisiknya. PLB terbukti
menurunkan hiperinflasi paru pada pasien PPOK dan
meningkatkan pengambilan oksigen. Teknik ini juga telah
terbukti menurunkan frekuensi pernafasan dan kecemasan pada
pasien PPOK. Penelitian kualitatif Causey memperoleh
informasi dari responden bahwa setelah latihan pernapasan,
kecemasan pasien menurun, diikuti dengan penurunan
frekuensi pernapasan, penurunan frekuensi kencing(miksi), dan
perbaikan status gizi.
O Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perubahan
(Outcome) fisiologis yang signifikan pada pasien PPOK sebelum dan
sesudah dilakukan intervensi relaksasi nafas dengan teknik
balon blowing selama 7 hari. Analisis statistik menunjukkan
bahwa nilai p mencapai < 0,05 pada hampir setiap variabel
perubahan fisiologis yang terdiri dari tekanan darah, denyut
nadi, dan laju pernapasan dengan rerata dibawah ini :
Pre Test Post Test
- Tekanan darah : 134 mmHg 124,3 mmHg
- Frekuensi nafas: 25 X/menit 21,5 X/menit
- Denyut Nadi : 91,3 X/menit 84,6X/menit
T (Time) Penelitian ini dilakukan pada tahun 2017.
Sumber : Tunik., 2017. The Effectiveness of Breathing Relaxation with Ballon Blowing Technique
toward Physiological Changes of COPD Patients. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Intervention For Prevention Of Exacerbation On Chronic Obstruktive


Pulmonary Disease (COPD) Patients
P Populasi dalam penelitian ini adalah 51 pasien yang mengalami
(Patient/Population) COPD yang terbagi kedalam 2 kelompok, yaitu kelompok Kasus
dan Kelompok Kontrol. Yang masing-masing kelompok
berisikan 25 responden di kelompok kontrol, dan 26 responden
di kelompok kasus.
I Pada kelompok kontrol, 25 responden dilakukan intervensi
(Intervention) dengan cara melakukan pemanasan, latihan inspirasi otot dada,
peregangan dan pijat.
Pada kelompok kontrol, 26 responden dilakukan intervensi
dengan melakukan pemanasan, latihan otot inspirasi sebanyak 3
set pada ekstremitas atas, latihan ketahanan, peregangan serta
pijat.
C Penelitian lain ysng melakukan intervensi untuk pasien COPD
(Comparison) adalah penelotian yang dilakukan oleh Trappenburg, J. C. A.
Pada tahun 2018 Dengan menerapkan intervensi pemberian
terapo Farmakologi dan Nonfarmakologi pada 253 populasi
yang terbagi menjadi 111 kelompok kasus dam 122 kelompok
kontrol.
O Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa 51 pasien (25
(Outcome) kelompok kontrol & 26 kelompok Kasus) 41% responden
berjenis kelamin laki-laki, yang dimana Volume ekspirasinya
ada 2,6-0,6 L. Dan Rata-rata IMT 27,3 - 7,0kg/m². Pelatihn
ketahanan ekstremitas atas menghasilkan manfaat yang jauh
lebih besar dalam hal kapasitas pelatihan yaitu sebesar
(P=0,043), kekuatan otot inspirasi (P=0.001), kekuatan otot
ekstremitas atas (P=0,027) dan skor kualitas hidup (P=0.000).
T (Time) Penelitian ini dilakukan pada 1 maret 2021.
Sumber : Iwan, Sandra, Theresia. Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan. Volume 6, Issue 1,
March 2021.
3. Liuzijue Is A Promising Exercise Option For Rehabiliting Discharged Covid-
19 Patient
(Teknik Liuzijue Latihan untuk Rehabilitasi Pasien Pasca Terpapar Covid-19)
P Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 33 pasien
(Patient/population) dewasa pasca terpapar covid-19, dengan menggunakan metode
Prospective selfcontrolled study.
I Mengidentifikasi kefektifan dari latihan pernapasan dengan
(Intervention) teknik liuzijue pada pasien pasca positif covid-19. Latihan ini
diberikan sehari 1 kali selama 20 menit selama 4 minggu, data
diukur sebelum dan sesudah intervensi.
C Sistem pernapasan saat ini adalah salah satu sumber penyakit
(Comparison) termasuk kanker. Lembaga kesehatan melaporkan bahwa
penyebab kematian selain kardiovaskular yaitu penyakit yang
berhubungan dengan pernapasan, kasus terbanyak pada sistem
pernapasan yaitu penyakit obstruktif kronik, kanker paruparu,
asma bronkial, pneumonia dan lainnya (Kuciel et al, 2008).
Pada pergantian tahun 2019 dan 2020 dunia menghadapi
tantangan bagi kesehatan global yaitu coronavirus, wabah ini
pertama didiagnosa di provinsi Hubei, Cina. Dengan cepat
menyebar ke seluruh dunia yang dijadikan sebagai pandemi.
Pasien yang terpapar covid-19 yang sudah dinyatakan sembuh
dipulangkan. Kualitas hidup yang berhubungan dengan
kesehatan buruk dan pasien menderita gangguan fisik dan
psikologis.
Latihan tradisional cina seperti liuzijue merupakan metode
kebugaran yang meningkatkan kemampuan kesehatan. Liuzijue
melatih pernapasan dengan melibatkan inhalasi dan ekshalasi
melalui mulut yang berbeda pola untuk mengatur dan
mengontrol naik turunnya nafas dalam tubuh.
Hal ini dilakukan dengan menghasilkan 6 suara nafas yang
berbeda (Xu, H’’e, Hu, S, Chui dan Xi) melalui ekspirasi
bersama dengan gerakan tubuh yang sesuai.
O Pada hasil penelitian ini yaitu ada peningkatan yang signifikan
(Outcome) dalam nilai tekanan inspirasi maksimal (MIP), aliran inspirasi
puncak (PIF) dan diagfragma gerakan dalam pernapasan (DM-
DB) dari pasien setelah 4 minggu intervensi. Dispnea berkurang
serta olahraga kapasitas meningkat secara signifikan
T Penelitian ini dilakukan selama 4 minggu intervensi dengan
(Time) diberi perlakuan teknik Liuzijue.
Sumber : Tang et al. (2021). Liuzijue Is A Promising Exercise Option For Rehabiliting Discharged
Covid-19 Patient. Medicine. 100(2).

4. Effectiveness Of Pulmonary Rehabilitation In Covid-19 Respiratory Failure


Patients Post-ICU
(Efektivitas Rehabilitasi Paru pada Kegagalan Pernapasan COVID-19 Pasien
Pasca ICU)
P Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 21 pasien
(Patient/population) ICU COVID-19 dan 21 noncovid-19 pasien pasca ICU.
I Sampel akan di evaluasi sebelum dan sesudah PR (Rehabilitasi
(Intervention) Paru) dan dibandingkan secara retrospektif dengan kelompok
non COVID-19 yang di rehabilitasi setelah masuk ICU karena
gagal nafas.
C Munculnya SARS-CoV-2 telah menyebabkan kematian yang
(Comparison) signifikan (Wu dan Mcgoogan, 2020) pasien kritis yang
menunjukan gangguan pernafasan dirawat di unit perawatan
intensif (ICU) untuk waktu yang lama, kemudian
membutuhkan program rehabilitasi untuk menangani
konsekuensi dari ventilasi buatan dan ketidakefektifan yang
berkepanjangan (Polastri dkk, 2020; Vitacca dkk, 2020; Thomas
dkk).
Paru-paru rehabilitasi (PR) telah terbukti efektif pada pasien
dengan penyakit paru yaitu penyakit paru obstruktif kronik
(Chou dkk, 2019).
O Hasil penelitian ini yaitu ada peningkatan dalam 6 menit
(Outcome) berjalan kaki jarak (6MWD) pada pasien COVID-19 (+205 ± 121
m) dibandingkan dengan kegagalan pernapasan pasien pasca
ICU (+93 ± 66 m) setelah mengikuti program rehabilitasi paru.
Itu lebih cepat PR dilakukan pasca-ICU, semakin baik pasien
sembuh.
T Penelitian ini telah dilakukan di pusat PR (Paru-paru
(Time) Rehabilitasi) Dieulefit, Prancis.
Sumber :
Al Chikhanie, Y., Veale, D., Schoeffler, M., Pépin, J. L., Verges, S., & Hérengt, F. (2021).
Effectiveness of pulmonary rehabilitation in COVID-19 respiratory failure patients post-ICU.
Respiratory Physiology and Neurobiology, 287, 2020– 2022.
https://doi.org/10.1016/j.resp.2021.103639
5. Jamu Tradisional Indonesia: Tingkatkan Imunitas Tubuh Secara Alami
Selama Pandemi
P Karena dalam penelitian ini salah satu kegiatannya berupa
(Patient/Population) pembagian video secara daring yang mampu membantu untuk
mempercepat sebaran video, maka populasi dalam penelitian ini
dapat mencakup masyarakat kalangan luas.
I Intervensi yang diberikan yaitu berupa pelaksanaan pengabdian
(Intervention) kepada masyarakat yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu
membuat video tutorial yang berisi penjelasan tentang bahan-
bahan untuk membuat jamu serta cara pembuatannya,
membagikan video tutorial tersebut lewat akun sosial media
Instagram, dan membagikan jamu untuk masyarakat sekitar.
1. Pada tahap pertama, peneliti mencari terlebih dahulu bahan-
bahan yang dibutuhkan untuk membuat jamu. Pada video
tutorial ini, peneliti menggunakan bahan utama yang sudah
menjadi serbuk dan beberapa bahan pelengkap untuk
menambah rasa dan memberi aroma yang menggugah selera.
2. Tahap selanjutnya yaitu membagikan video tutorial. Hasil
yang diperoleh dari pembuatan video di bagikan secara
daring melalui akun Instagram.
3. Tahap terakhir adalah membagikan jamu yang telah dibuat di
sekitar Perumahan Taman Royal, kecamatan Cipondoh, Kota
Tangerang.
C Dunia (WHO) menyambut baik berbagai inovasi di seluruh
(Comparison) dunia termasuk penggunaan kembali obat-obatan, obat-obatan
tradisional dan mengembangkan terapi baru dalam mencari
pengobatan potensial untuk COVID-19. Ada banyak cara untuk
tetap sehat dan memperkuat sistem kekebalan tubuh selama
pandemi ini, kekebalan tidak dapat dibangun dalam sehari,
tetapi kabar baiknya adalah bahwa makanan dan minuman yang
seimbang dan aktif secara fisik dan mental biasanya cukup
untuk menjaga sistem kekebalan tubuh Anda dalam keadaan
sehat.
Jamu mungkin dapat menjadi salah satu pilihan untuk
memperkuat sistem imun tubuh seseorang. Jamu adalah obat
herbal tradisional Indonesia yang telah dipraktekkan selama
berabad-abad di masyarakat Indonesia untuk menjaga kesehatan
dan mengobati penyakit. Meskipun sudah banyak obat-obatan
modern, jamu masih sangat populer di daerah pedesaan
maupun perkotaan (Elfahmi et al., 2014).
Tanaman yang dapat dikonsumsi dan dibuat menjadi jamu
untuk immune booster antara lain adalah temulawak, kunyit, dan
jahe. Selain bahan utama tersebut dapat juga ditambahkan
bahan lain untuk menambah rasa dan memberi aroma yang
menggugah selera seperti kayu manis, serai, dan gula aren.
O Dari penelitian diatas dapat ditarik simpulan bahwa :
(Outcome) Kegiatan pengabdian masyarakat mengenai edukasi dan
sosialisasi tentang tata cara pembuatan jamu serta pentingnya
manfaat jamu melalui channel youtube dan instagram
diharapkan dapat menjadi alternatif sekaligus referensi
masyarakat terkait pentingnya menjaga imunitas ditengah
pandemi COVID-19 yang obatnya belum juga ditemukan.
Dengan pengabdian tersebut diharapkan timbul pemikiran baru
di masyarakat yaitu :
 Pengetahuan tentang pentingnya menjaga imunitas dengan
minuman herbal dikala pandemi.
 Menambah pengetahuan tentang cara membuat minuman
herbal yang praktis dan tentunya dapat dikerjakan dirumah.
T Penelitian ini dilakukan di sekitar Perumahan Taman Royal,
(Time) kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang pada bulan Juli 2020.
Sumber :
Adristy, Farrel, Haekal, Izzatidiya. Jurnal Layanan Masyarakat (Journal of Public Service), vol
4 no 2 Tahun 2020, halaman 465-471 ISSN 2580-8680. Universitas Airlangga Kampus C
UNAIR.

6. Safety and Effectiveness of Azithromycin In Patients With COVID-19 : An


Open-Label Randomized Trial
P Penelitian ini melibatkan 202 pasien yang terkonfirmasi kasus
(Patient/Population) COVID-19, secara demografi 91 diekslusikan karena memiliki
masalah prioritas pada kardiovaskuler dan 111 pasien
dinyatakan positif COVID-19 setelah hasil SWAB PCR.
Dari total 111 pasien, 55 pasien diantaranya merupakan
kelompok kontrol dan 56 lainnya merupakan case group.
I Penelitian ini merupakan Open-Label Randomized Trial dengan
(Intervention) jumlah sampel 111 pasien yang terinfeksi COVID-19 dan sedang
menjalankan terapi pengobatan, 55 pasien merupakan kelompok
kontrol yang mendapatkan terapi medis HCQ dan LPV/r
(Lopinavir/ritonavir). Sedangkan 56 pasien merupakan case
grup selain mendapat rejimen yang sama juga mendapatkan
terapi AZM.
C Penggunaan AZM dapat mempercepat masa rawat inap pasien
(Comparison) dengan persentase 61%, sedangkan penggunaan kombinasi
AZM dan HCQ 71% lebih efektif mempercepat masa rawat inap
pasien dengan perbandingan nilai P = 0.02, menandakan bahwa
kelompok pasien yang menerima rejimen pengobatan
eksperimental yang mencakup AZM memiliki masa rawat inap
yang lebih pendek secara signifikan serta SPO2 yang secara
signifikan lebih tinggi dan laju pernapasan yang lebih rendah
saat keluar dari rumah sakit. Namun, system penilaian resiko
harus digunakan sebelum memulai pengobatan untuk mencegah
perpanjangan QTc, terutama pada pasien yang beresiko tinggi.
O Menganalisis keamanan dan efektifitas azithromycin pada
(Outcome) pasien dengan COVID-19 yang diukur berdasarkan tanda vital,
tingkat SPO2%, durasi rawat inap, kebutuhan dan lama masuk
unkit perawatan intensif, tingat kematian dan hasil tindak lanjut
30 hari setelah keluar dari Rumah Sakit.

T Penelitian ini dilakukan pada 24 April – 8 Mei 2020 di RS


(Time) Ziaeian, Tehran, Iran.
Sumber :
Ehsan Sekhavati, et al,. 2020. Safety and Effectiveness of Azithromycin In Patients With COVID-
19 : An Open-Label Randomized Trial. International Journal of Antimicrobial Agent 56 (2020)
106143. Science Direct : Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai