Anda di halaman 1dari 10

EFEK MANUVER PERNAPASAN DAN POSTUR TUBUH PADA AKTIVITAS

OTOT DI DALAM AKSESORIS OTOT INSPIRASI PADA PASIEN DENGAN


PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS

1. Judul
“Efek Manuver Pernapasan dan Postur Tubuh Pada Aktivitas Otot di Dalam
Aksesoris Otot Inspirasi Pada Pasien Dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronis”

2. Penulis
Ki song kim, Min kwang Byun, Won hwee lee, Heon seock Cynn, Oh yun Kwon, dan
Chung hwi Yi.
3. Latar belakang
Latihan pernafasan dan postur duduk dengan condong ke depan telah digunakan
sebagai terapi pada pasien PPOK untuk mengurangi dispnea dan memperbaiki fungsi
paru. Penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa Pursed Lips Breathing (PLB)
meningkatkan volume tidal (VT) paru dan mengurangi respirasi rate (RR) pada pasien
dengan COPD. PLB juga sudah terbukti meningkatkan pergerakan tulang rusuk dan
penggunaan otot aksesori selama inspirasi dan ekspirasi. Pengurangan dispnea sering
dialami pasien PPOK dengan melakukan posisi condong ke depan. Selain itu,
menempatkan kepala dan leher dalam posisi yang benar juga dapat mengurangi
sumbatan jalan nafas sehingga membantu meningkatkan fungsi paru. Penelitian ini
dilakukan untuk membandingkan VT, RR dan aktifitas otot aksesori selama bernafas
alami dan PLB dengan tiga posisi yaitu posisi netral (NP), miring ke depan dengan
sanggahan lengan (WAS) dan posisi condong ke depan dengan sanggahan lengan di
kepala (WASH).
4. Metode Penelitian
Metode dalam penelitian ini yaitu menggunakan. Induktif respiratory
plethysmoghraphy dan permukaan elektromiografi digunakan untuk mengukur
aktifitas volume tidal, pernapasan, dan otot pernafasan secara simultan dari aksesori
pernafasan inspirasi.
5. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di Program Studi Terapi Fisik, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Yonsai University, Wonju, Gangwon, Korea Selatan.
6. Sampel
Populasi penelitian ini adalah dua belas orang laki-laki dengan COPD (umur = 68,2 ±
8,2 tahun; berat = 60,4 ± 6,9 kg; tinggi = 1,7 ± 0,4 m; indeks massa tubuh = 21,3 ± 2,0
kg / m2) yang didiagnosis dengan COPD direkrut dari Divisi Pengobatan Paru,
Departemen Pengobatan Internal, Gangnam Severance Hospital, Yonsei University
College of Medicine, Yonsei Sistem Kesehatan Universitas, Seoul, Korea Selatan.
Dua belas orang dengan COPD ini dengan stage 2 dan 3 berdasarkan GOLD
classification
7. Hasil
 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa volume tidal secara signifikan lebih
besar pada PLB daripada bernafas normal dan RR secara signifikan lebih rendah
pada PLB daripada bernafas normal.
 Aktivitas otot pada PLB secara signifikan lebih banyak daripada bernafas normal.
Posisi condong ke depan dengan lengan menyanggah kepala secara signifikan
meningkat dibandingkan posisi normal (tegak lurus). Tidak ada perbedaan
signifikan antara aktivitas otot posisi condong ke depan dengan sanggahan lengan
dan posisi condong ke depan dengan sanggahan lengan di kepala. Terdapat
peningkatan aktivitas otot pada posisi condong ke depan dengan sanggahan
lengan dibandingkan dengan posisi tegak lurus.
 Aktivitas otot pada PLB secara signifikan lebih banyak daripada pernafasan
normal
Hasil ini konsisten dengan studi sebelumnya yang menunjukkan efek
menguntungkan PLB dibandingkan dengan bernafas normal untuk meningkatkan
volume tidal dan menurunkan RR. Volume tidal yang meningkat selama PLB
mungkin dikarenakan sebagian besar tekanan yang meningkat pada udara ekstra
toraks dan dengan demikian mengurangi biaya pernapasan karena penurunan tekanan
ekspirasi akhir intrinsik positif . Banyak pasien dengan COPD menggunakan PLB
untuk memproduksi PEEP ekstrinsik untuk mengurangi hiperinflation dan dyspnea.
Volume tidal yang meningkat dijelaskan oleh sebuah penelitian baru-baru ini
melaporkan bahwa deflasi pada perut dan inflasi tulang rusuk menyumbang
peningkatan volume pasang surut air dinding dada selama PLB. Namun, skor dispnea
pada hubungan dengan perubahan postural dan manuver pernapasan tidak diukur
dalam penelitian ini.
Meski tidak ada keluhan dyspnea selama bernapas dalam penelitian ini, efek
dari PLB dalam dyspnea tidak dapat ditentukan karena tidak mengumpulkan data
tentang aktivitas otot ekspirasi. Meskipun perubahan yang menguntungkan dalam TV
dan RR selama PLB tidak bisa ditunjukkan untuk menjelaskan efek positif dalam
menghilangkan dyspnea karena keterbatasan data pada penelitian ini, PLB cenderung
mengurangi aktivitas diafragma dan akibatnya dapat membantu melindungi dari
kelelahan otot diafragma selama peningkatan ventilasi pada pasien dengan PPOK
8. Kesimpulan
Hasil ini menunjukkan bahwa pada pasien PPOK, PLB menginduksi pola
pernapasan yang menguntungkan (dinilai oleh volume tidal dan RR) dibandingkan
dengan pernafasan normal. WAS dan WAHS menginduksi peningkatan aktivitas otot
aksesori inspiraasi selamainspirasi dibandingkan dengan NP pada PPOK.
9. Kelemahan
Pada penelitian ini yang diteliti hanya penderita PPOK dengan jenis kelamin laki-laki
saja. Dan keterbatasan waktu didalam penelitian ini.
10. Saran
Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan melakukan penelitian dengan jumlah responden
yang beragam antara responden laki-laki dan perempuan sehingga bisa diketahui lebih
lanjut terkait efektifitas pada pasien baik
11. Telaah kritis
- Apakah penelitian relevan dengan praktik ?
Penelitian ini sudah relevan, akan tetapi perlu dijabarkan mengenai apa saja
karakteristik dari penderita PPOK
- Apakah hasil penelitian dapat diaplikasin oleh perawat ?
Hasil dari penelitian dapat diaplikasikan oleh perawat di klinik, dikarenakan pada
hasil penelitian telah dijelaskan bahwa ada hubungan antara penderita PPOK
dengan prosedur yang digunakan.
- Apakah keuntungan penelitian lebih besar daripada resikonya jika hasil penelitian
di aplikasikan oleh perawat ?
Keuntungan penelitian ini jelas lebih besar daripada resikonya, dikarenakan hasil
penelitian ini bisa menjadi referensi intervensi untuk dilakukan oleh perawat di
klinik guna membantu percepatan penyembuhan pasien PPOK.
- Kemukakan tentang pendapat anda mengenai hasil penelitian ini, apakah dapat di
aplikasikan pada praktik keperawatan saat ini, jika ya kemukakan alasannya dan
jika tidak kemukakan alasannya !
Ya, penelitian ini dapat diaplikasikan pada praktik keperawatan saat ini.
Dikarenakan dapat membantu proses penyembuhan pasien dengan PPOK,
sehingga mengurangi lama rawat inap di rumah sakit dan juga mempercepat
pengurangan rasa sesak ketika bernafas.
EFEKTIFITAS POSISI CONDONG KE DEPAN DAN PURSED LIPS BREATHING
(PLB) TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PASIEN
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK

1. Judul
“Efektifitas Posisi Condong ke Depan dan Pursed Lips Breathing (PLB) terhadap
Peningkatan Saturasi Oksigen Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik”
2. Penulis
Suci Khasanah, Madyo Maryoto
3. Latar Belakang
PPOK merupakan salah satu penyakit tidak menular. Kejadian PPOK semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah perokok, polusi udara dan asap
kendaraan yang menjadi faktor risiko. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2020
prevalensi PPOK akan terus meningkat dari peringkat 6 menjadi peringkat 3 di dunia dan
penyebab kematian tersering di dunia (Depkes RI, 2008). Tahun 2010, PPOK merupakan
merupakan penyebab kematian no 4 di Indonesia (PDPI, 2006). Sesak nafas atau dyspnea
merupakan gejala yang umum terjadi pada PPOK. Serangkaian penelitian tentang Pursed
Lips Breathing (PLB) menunjukkan bahwa PLB dapat meningkatkan kondisi pernafasan
pasien PPOK yaitu meningkatkan SaO2. Selain itu, memposisikan pasien seperti posisi
Condong ke Depan (CKD) meningkatkan tekanan intraabdominal dan menurunkan
penekanan diafragma kebagian rongga abdomen selama inspirasi.
4. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah randomized control trial pre post test with control group.
5. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat: RS Margono Soekarjo dan sekitarnya
Waktu: -
6. Sampel
Pasien PPOK sebanyak 25 responden, terdiri dari 9 pasien PPOK sebagai kelompok
intervensi (kelompok 1), 8 pasien PPOK sebagai kelompok control 1 (kelompok 2), dan
8 pasien PPOK sebagai kelompok control 2 (kelompok 3). Kriteria inklusi: bersedia
menjadi responden, kemampuan inspirasi ≤ 1000 ml, SaO2 ≤ 95%, mengeluh sesak dan
mendapatkan terapi oksigen atau nebulizer.
7. Hasil
 Table 1 menunjukkan bahwa pada kelompok 1 terjadi peningkatan nilai rerata
dengan nila pv < a menunjukkan bahwa ada perbedaan SaO2 dari hari pertama
sampai hari ketiga bermakna secara statistik. Pada kelompok 2, pasien PPOK yang
diposisikan semi fowler dan natural breathing dengan pv > a menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan SaO2 dari hari pertama sampai hari ketiga. Pada kelompok 3,
diposisikan CKD dan natural breathing mengalami kenaikan dengan nilai pv < a
menunjukkan bahwa SaO2 dari hari pertama sampai hari ketiga bermakna secara
statistik.
 Table 2 menunjukkan bahwa pada kelompok 1 terdapat perbedaan SaO2 dengan
nilai pv < a. Pada kelompok 2, tidak ada perbedaan bermakna dengan nilapv > a.
pada kelompok 3 menunjukkan terdapat perbedaan SaO2 dengan nilai pv < a.
 Table 3 memberikan informasi bahwa pada hari pertama tidak ada perbedaan
bermakna antar kelompok dengan nilai pv > a. Pada hari kedua dan ketiga
menunjukkan adanya perbedaan bermakna nilai SaO2 antar kelompok dengan nilai
pv<a.
 Table 4, hasil uji post hoc menunjukkan bahwa pada hari kedua dan ketiga terdapat
perbedaan nilai SaO2 antara kelompok 1 dengan kelompok 2 dan antara kelompok 2
dengan kelompok 3 dengan nilai pv<a tetapi tidak ada perbedaan nilai SaO2 antara
kelompok 1 dengan kelompok 3 dengan nila pv>a.
8. Kesimpulan
 Posisi CKD dan PLB yang dilakukan bersama-sama dengan lama waktu setiap
latihan 5 menit sebanyak 3 kali dengan durasi istirahat 5 menit yang dilakukan
selama tiga hari efektif untuk meningkatkan SaO2 pada pasien PPOK.
 Posisi CKD dan PLB yang dilakukan selama tiga hari lebih efektif untuk
meningkatkan SaO2 dari pada posisi CKD dalam natural breathing.
9. Kelemahan
 Waktu penelitian tidak dijelaskan dengan detail
 Tidak dijelaskan perbedaan antara kelompok 2 dan 3 yang berlaku sebagai
kelompok control
 Tidak dijelaskan tehnik PLB yang digunakan dan posisi CKD yang dimaksud
sehingga pembaca tidak paham dengan yang dimaksud
10. Saran
 Diharapkan tehnik PLB dan CKD yang digunakan bisa dijelaskan secara detail
sehingga tidak membingungkan.
 Waktu penelitian sebaiknya dijelaskan agar pembaca tahu kapan penelitian ini
dilakukan
 Perlu dijelaskan lagi terkait perbedaan kelompok control antara kelompok 1 dan 2
 Jurnal ini dapat digunakan sebagai referensi bagi perawat untuk memberikan
intervensi keperawatan dalam mengatasi masalah sesak nafas pada pasien PPOK
sebagai salah satu terapi nonfarmakologi dan mencari jurnal pendukung lainnya
terkait terapi ini.
11. Telaah Kritis
a. Apakah penelitian relevan dengan praktik?
Penelitian ini sudah relevan, tetapi perlu penjelasan lagi terkait tehnik PLB dan CKD
b. Apakah keuntungan penelitian lebih besar daripada risikonya jika hasil penelitian di
aplikasikan oleh perawat?
Keuntungannya lebih besar dikarenakan hasil penelitian bisa dijadikan referensi
intervensi untuk menangani pasien sesak nafas pada PPOK dan tidak menimbulkan
efek samping karena merupakan terapi nonfarmakologi
c. Kemukakan tentang pendapat anda mengenai hasil penelitian ini, apakah hasil
penelitian dapat diterapkan oleh perawat?
Penelitian ini sangat bagus sekali untuk diterapkan pada pasien sesak nafas dan
kekurangan SaO2 karena tehnik PLB dan CKD ini dapat meningkatkan SaO2.
LATIHAN ENDURANCE MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP LEBIH BAIK
DARI PADA LATIHAN PERNAFASAN PADA PASIEN PPOK DI BP4
YOGYAKARTA

12. Judul
Latihan endurance meningkatkan kualitas hidup lebih baik dari pada latihan
pernafasan pada pasien ppok di bp4 yogyakarta
13. Penulis
Siti Khotimah
14. Latar belakang
Kualitas hidup adalah keadaan individu dalam lingkup kemampuan, keterbatasan,
gejala dan sifat psikososial untuk berfungsi dalam berbagai peran yang diinginkan
dalam masyarakat dan merasa puas akan peran tersebut. Kualitas hidup pasien PPOK
amat penting dinilai karena berhubungan langsung dengan gejala yang dialami. Pada
pasien PPOK terjadi peningkatan beban kerja pernapasan yang menimbulkan sesak
napas sehingga pasien mengalami penurunan kualitas hidupnya. Terdapat teori adanya
pengaruh latihan pernapasan dan latihan endurance terhadap peningkatan kualitas
hidup. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan peranan latihan
endurance meningkatkan kualitas hidup pasien PPOK lebih baik daripada latihan
pernapasan.
15. Desain penelitian
Penelitian eksperimental kuasi dengan rancangan pre-test dan post-test control group
design
16. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan di BP4 Yogyakarta, pada bulan Januari sampai Mei 2012
17. Sampel
Subjek dalam penelitian ini sejumlah 22 pasien PPOK yang mengalami penurunan
kualitas hidup
18. Hasil

Hasil uji statistik didapatkan data berdistribusi normal dan homogen, terjadi
penurunan nilai total SGRQ yang bermakna pada latihan pernapasan dan latihan
endurance dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05). Ini berarti bahwa latihan pernapasan dan
latihan endurance sama sama dapat meningkatkan kualitas hidup secara bermakna.
Rerata nilai total SGRQ sesudah perlakuan pada kelompok satu dan kelompok dua
berbeda bermakna dimana nilai p < 0,05 yaitu p = 0,000, penurunan nilai total SGRQ
kelompok dua lebih besar dari pada kelompok satu. Ini berarti bahwa latihan
endurance meningkatkan kualitas hidup lebih baik dibandingkan latihan pernapasan
pada pasien PPOK di BP4 Yogyakarta

19. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa
latihan endurance meningkatkan kualitas hidup lebih baik dari pada latihan
pernapasan pada pasien PPOK di BP4 Yogyakarta
20. Kelemahan
Pada penelitian ini tidak dijelaskan latihan endurance yang dilakukan seperti apa,
sehingga pembaca tidak mengetahui secara jelas.
21. Saran
Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menjelaskan bagaiamana latihan
endurance sehingga bisa diterapkan dalam praktik keperawatan.
22. Telaah kritis
- Apakah penelitian relevan dengan praktik ?
Penelitian ini sudah relevan, akan tetapi perlu dijabarkan mengenai latihan
endurance yang dilakukan.
- Apakah hasil penelitian dapat diaplikasin oleh perawat ?
Hasil dari penelitian dapat diaplikasikan oleh perawat di klinik, dikarenakan pada
hasil penelitian telah dijelaskan bahwa latihan endurance lebih baik daripada
latihan pernapasan untuk dapat meningkatkan kualitas hidup pasien PPOK
- Apakah keuntungan penelitian lebih besar daripada resikonya jika hasil penelitian
di aplikasikan oleh perawat ?
Keuntungan penelitian ini jelas lebih besar daripada resikonya, dikarenakan hasil
penelitian ini bisa menjadi referensi intervensi untuk dilakukan oleh perawat di
klinik guna membantu meningkatkan kualitas hidup untuk pasien PPOK.
- Kemukakan tentang pendapat anda mengenai hasil penelitian ini, apakah dapat di
aplikasikan pada praktik keperawatan saat ini, jika ya kemukakan alasannya dan
jika tidak kemukakan alasannya !
Ya, penelitian ini dapat diaplikasikan pada praktik keperawatan saat ini
dikarenakan dapat membantu meningkatkan kualitas hidup pasien PPOK,
sehingga dapat memberikan harapan hidup jika pasien memiliki kualitas hidup
yang baik.

Anda mungkin juga menyukai