Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN HASIL ANALISIS JURNAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners


Mata Kuliah Keperawatan Gerontik

DISUSUN OLEH:

Adam Zegy Herlambang Putra (J230205035)

Aulia Hidayaning Tyas (J230205041)

Swastika Sekar Utami (J230205043)

Enthis Kusuma Rusma Ningsih (J230205044)

Villy Liza Avyani (J230205045)

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
Jurnal 1

Section/topic # Checklist item

TITLE
Title 1 Effectivness Of Chest Physicial Theraphy In
Improving Quality Of Life And Reducing Patient
Hospital Stay In Chronic Obstructive Pulmonary
Disease
ABSTRACT
Structured summary 2 Penyakit paru obstruktif kronik merupakan salah
satu penyebab kematian nomor 1 secara global.
Hingga saat ini pengobatan seacara optimal penyakit
paru obstruktif kronik belum disepakati. Beberapa
pengobatan digunakan untuk penyakit ini
diantaranya dengan fisioterapi dada siklus aktif
pernafasan, perkusi, getaran, postural drainase, dan
pemberian terapi farmakologi. Oleh karena itu
peneliti ingin mengetahui bagaimana efektifitas
kombinasi fisioterapi dada berserta pemberian
perawatan medis pada pasien PPOK dan efektifitas
pemberian perawatan medis tanpa fisioterapi dada
dalam meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi
rawat inap pasien PPOK di Rumah sakit. Sampel
pada penilitian ini berjumlah 30 responden yang
terbagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok
intervensi dan kelompok kontrol. Penelitian ini
dilakukan di bangsal pulmonologi Rumah sakit
Peshwar, responden dipilih berdasarkan kriteria
inklusi dan eksklusi. Kesimpulan pada penelitian
ini adalah fisioterapi dada yang dikombinasikan
dengan perawatan medis memiliki efektifitas ytang
cukup besar pada peningkatan status fungsional dan
kualitas hidup pasien PPOK. Namun, efek
fisioterapi dada dalam mengurangi rawat inap di
rumah sakit belum signifikan.

INTRODUCTION
Rationale 3 Penyakit paru obstruktif kronik merupakan salah
satu penyebab kematian nomor 1 secara global.
Hingga saat ini pengobatan seacara optimal penyakit
paru obstruktif kronik belum disepakati. Oleh
karena itu peneliti ingin mengetahui bagaimana
efektifitas kombinasi fisioterapi dada berserta
pemberian perawatan medis pada pasien PPOK dan
efektifitas pemberian perawatan medis tanpa
fisioterapi dada dalam meningkatkan kualitas hidup
dan mengurangi rawat inap pasien PPOK di Rumah
sakit

Objectives 4 Metode penelitian menggunakan metode


Randomized Control Trial. Obyek penelitian ini
adalah responden yang sedang di rawat di Rumah
sakit Peshwar bangsal pulmonologi baik laki laki
maupun perempuan yang terdiagnosa PPOK dengan
rentang usia 40 – 70 tahun. Jumlah sampel pada
penelitian ini berjumlah 30 responden yang terbagi
menjadi 2 yaitu kelompok intervensi dan kelompok
kontrol. Kelompok intervensi diberikan fisioterapi
dada dan terapi medis sedangkan kelompok konttrol
hanya diberikan terapi medis saja. Hasil pada
penelitian ini yaitu usia respondenm rata 54,2 tahun.
Kedua kelompok serupa dalam hal usia (p 0,432).
Distribusi jenis kelamin nila p 0,464. Rata rata skor
pernafasan klien 38,1. Hasil skor dari kelompok
intervensi 9.2, sedangkan hasil dari kelompok
kontrol mendapatkan skor 7.3.

METHODS and RESULTS


Protocol and registration 5 Penelitian ini dimulai dari peneliti mengambil data
di Rs Peshawar tepatnya di bangsal pulmonologi
mulai dari bulan september 2016 sampai dengan
februari 2017. Responden diambil dari kriteria
inklusi dan eksklusi. Peneliti mengambil 30
responden dengan diagnosa PPOK. Responden
dibagi menjadi 2 yaitu responden dengan
kelompopk intervensi dan kelompok kontrol. Pasien
dalam kelompok kontrol hanya menerima perawatan
medis standar, sedangkan kelompok intervensi
dengan fisioterapi dada dan perawatan medis
standar. Peneliti menjelaskan tujuan dan prosedur
penelitian dilanjut dengan penandatanganan
Informed Consent. Terapi dilakukan setiap hari 2
kali, setiap prosedur terapi dilakukan selama 30 – 45
menit.

Eligibility criteria 6 Journal Of The Dow University Of Health Science


Karachi 2018
10.36570/jduhs.2018.2.579
Information sources 7 Peneliti mengambil sumber data melalui penelitian
sendiri dengan cara memberikan lembar formulir
identitas diri dan kuesioner pernafasan saint george
yang diberikan kepada responden sebelum maupun
sesudah untuk mengevaluasi status fungsional dan
kualitas hidup pasien PPOK.
Search 8 Effectivness, Chest physiotherapy, and Chronic
Obstructive Pulmonary Disease
Study selection 9 Fisoterapi dada pada pasien PPOK

Data collection process 10  Terapi fisik dada pada kelompok intervensi


terdiri dari teknik pernapasan bibir, latihan
ekspansi dada, latihan pernapasan dalam, teknik
pernapasan siklus aktif, penggunaan tri-flow, dan
panduan perawatan dada umum yang diberikan
oleh fisioterapis.
 Terapi dimulai dengan latihan pernapasan dalam
dengan penghirupan dan pernafasan yang kuat
yang dilakukan setiap 2 sesi dengan durasi 30-45
menit.
 Data diambil oleh langsung oleh peneliti
Data items 11  Sebelum diberikan terapi, rata-rata skor SGRQ
adalah 38,1 ± 7,3 untuk kontrol sedangkan 37,9
± 9,2 untuk kelompok eksperimen (P value
0,947).
 Setelah diberikan terapi, rata-rata skor SGRQ
adalah 34,6 ± 6,5 untuk kelompok kontrol
sedangkan 28,1 ± 8,7 untuk kelompok
eksperimen dengan pvalue 0,028, yang
menunjukkan peningkatan yang signifikan pada
kelompok eksperimen sehubungan dengan skor
SGRQ.
 Rata-rata lama tinggal di rumah sakit kelompok
kontrol adalah 9,26 ± 1,43 hari sedangkan rata-
rata lama tinggal di rumah sakit EG adalah 8,20
± 1,47 hari (p-value 0,055). hasil penelitian
menunjukkan bahwa hanya sedikit perbedaan
yang signifikan dalam rawat inap di rumah sakit
antara kelompok kontrol dan eksperimen.
Hasil penelitian 12 Kualitas hidup :
analisis pasca perawatan menunjukkan peningkatan
yang signifikan pada kelompok eksperimen
dibandingkan dengan kelompok kontrol sehubungan
dengan skor SGRQ yang menunjukkan bahwa terapi
memiliki efek dalam penurunan nyeri dan
peningkatan aktivitas.

Masa Perawatan di rumah sakit :


terapi fisik dada mungkin tidak efektif dalam
mengurangi rawat inap di rumah sakit pada pasien
PPOK.
kesimpulan 13 Problem :
Pemberian fisioterapi dada pada pasien PPOK
terhadap kualitas hidup dan lama masa rawat di RS.

Intervention :
Kelompok kontrol :
Diberikan perawatan medis standar sesuai protokol
RS
Kelompok eksperimen:
Diberikan terapi fisik dada bersama dengan
perawatan medis.

Comparation:
Kualitas hidup pada kelompok intervensi meningkat
signifikan setelah diberikan intervensi. Fisioterapi
dada dapat mereduksi cemas, depresi serta nyeri
sehingga dapat mempermudah pasien melakukan
aktivitas biasa yang meningkatkan kualitas hidup
(Basri et al., 2017; Gaber Mohamed et al., 2018).
Selain itu, fisioterapi dada dapat membantu
mengeluarkan dahak dan mengurangi batuk
(Basavaraj et al., 2017). Kebersihan jalan nafas ini
dapat membuat pasien merasa lebih nyaman untuk
melakukan aktivitas sehingga dapat memperbaiki
kualitas hidup (Suzuki et al., 2019).

Sedangkan, pada lama masa perawatan tidak


ditemukan adanya perbedaan yang signifikan. Hasil
yang sama juga ditemukan bahwa fisioterapi dada
tidak mengurangi lama masa rawat karena
banyaknya produksi sputum yang berbeda, tetapi
fisioterapi dada dapat mengurangi biaya perawatan
sampai dengan 40 % untuk penggantian perawatan
secara medis (Sereearuno et al., 2020).

Outcomes:
Kualitas hidup pada kelompok eksperimen
mengalami peningkatan yang signifikan setelah
diberikan terapi fisioterapi dada dan perawatan
medis. Sedangkan, terapi fisik dada mungkin tidak
efektif dalam mengurangi rawat inap di rumah sakit
pada pasien PPOK.
Analisa SWOT 14 Strength :
 Fisioterapi dada sederhana dan tidak terlalu
berat untuk dilakukan
 Fisioterapi dada tidak membutuhkan alat alat
khusus
 Fisioterapi dada dapat dilakukan secara mandiri
oleh pasien dan keluarga
Weakness :
 Fisioterapi dada terlihat sederhana dan tidak
menarik sehingga membuat pasien terkadang
tidak peduli
 Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
fisioterapi dada terkadang dianggap
membosankan
Opportunities :
 Menggunakan komunikasi terapeutik dan
menjelaskan manfaat serta prosedur fisioterapi
dada.
 Menginformasikan hasil observasi sebelum dan
sesudah dilakukan terapi.
Threats :
Kurangnya keinginan dan motivasi dari pasien
untuk melakukan fisioterapi dada dapat membuat
hasil tidak efektif
Jurnal 2
No. Section/topic Cheeklist item
1. Title Pengaruh Fisioterapi Dada, Batuk Efektif Dan Nebulizer
Terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen
Dalam Darah pada Pasien PPOK
2. Structured Summary - PPOK merupakan salah satu penyakit umum yang
biasa terjadi pada masyarakat. Dalam perawatan
pasien dengan PPOK salah satu terapi yang diberikan
antara lain Fisioterapi dada. Peranan fisioterapi
sangat penting dalam mengatasi gejala akibat
penyakit PPOK. Fisioterapi dada merupakan terapi
kombinasi memobilitas sekret pada pulmonari.
Tujuan fisioterapi dada yaitu untuk mengeluarkan
sekresi, dan reparisasi ventilasi, dan efektifitas
pengunaan otot pernafasan
- Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pemberian fisioterapi dada, batuk efektif,
dan nebulizer terhadap peningkatan saturasi oksigen
dalam darah pada pasien PPOK di RS Islam Jakarta
Cempaka Putih
- Sampel penelitian adalah pasien PPOK yang dirawat
di RS Islam Jakarta Cempaka Putih dan pengambilan
sampel secara purposivesampling, jumlah sampel
dalam penelitian ini sebanyak 29 responden
- Hasil statistik uji T berpasangan (wilcoxon test)
untuk nilai p= 0,001 (p<0,05). Ada pengaruh
pemberian fisioterapi dada, batuk efektif dan
nebulizer terhadap peningkatan saturasi oksigen
dalam darah sebelum dan sesudah intervensi pada
pasien PPOK.
3. Rational Menurut peneliti pengobatan PPOK secara medis tidak
bisa menyembuhkan secara tuntas 100%, untuk
mengencerkan mukus diberikan inhalasi atau nebulizer,
sedangkan pengobatan berupa suportif dan paliatif hanya
untuk mengubah kualitas hidup dengan jalan memenuhi
kebutuhan oksigen (O2), sehingga peneliti melakukan
intervensi berupa tindakan terapi inhalasi, supportif dan
paliatif. Tindakan tersebut adalah pemberian fisioterapi
dada, setelah itu dilakukan pemberian nafas dalam dan
batuk efektif kepada pasien, dan yang terakhir dilakukan
terapi nebulizer, Setelah dilakukan intervensi, peneliti
melakukan pengukuran saturasi oksigen. Pada pemberian
tindakan supportif dan paliatif sangat membantu dalam
memenuhi kebutuhan oksigen (O2), maka pengobatan
suportif dan paliatif sangat memegang peranan penting,
melalui fisioterapi dada, antara lain: perkusi, vibrasi,
postural drainase, batuk efektif dan nafas dalam untuk
memudahkan mengeluarkan secret sehingga jalan nafas
menjadi lancar kemudian saturasi oksigen (SaO2)
mengalami peningkatan.
4. Objective Pasien PPOK yang dirawat di RS Islam Jakarta Cempaka
Putih sebanyak 29 orang
5. Protocol and Registration Populasi dalam penelitian ini adalah pasien PPOK dari
bulan April – Juni 2019 sebanyak 29 orang.
Sampelpenelitian adalah pasien PPOK yang dirawat di
RS Islam Jakarta Cempaka Putih dan pengambilan
sampel secara purposivesampling, jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 29 responden.
Penelitian ini dilaksanakan di RS Islam Jakarta Cempaka
Putih pada tanggal 20April sampai dengan 20 Juni 2019.
Proses pengambilan dan pengumpulan data dalam
penelitian ini diperoleh dengan lembar observasi untuk
mencatat fisioterapi dada, batuk efektif, dan nebulizer,
sedangkan untuk saturasi oksigen menggunakan alat
oksimetri dan lembar observasi. Proses pengumpulan
data dilakukan selama 60 hari berturut-turut. Sebelum
dilakukan intervensi terlebih dahuludilakukan
pengukuran saturasi oksigen, kemudian pemberian
intervensi. Setelah itu dilakukan pengukuran berulang
dengan menggunakan oksimetri. Analisa data dilakukan
secara univariat dan bivariat. Analisa bivariat
menggunakan menggunakan uji T berpasangan
(dependent sample t-test).
6. Eligibility criteria https://doi.org/10.31539/jks.v3i1.836
7. Information sources Proses pengambilan dan pengumpulan data dalam
penelitian ini diperoleh dengan lembar observasi untuk
mencatat fisioterapi dada, batuk efektif, dan nebulizer,
sedangkan untuk saturasi oksigen menggunakan alat
oksimetri dan lembar observasi.
8. Search Fisioterapi dada, PPOK, uji coba terkontrol secara acak
9. Study Selection Respirasi, Lansia sakit dengan gangguan pernapasan
10.Proses Pengumpulan Data Penelitian dilakukan oleh peneliti sendiri
11.Data Yang diperoleh dari Tabel. 1
penelitian
Distribusi Responden berdasarkan Karakteristik Usia dan
Lama Menderita Penyakit PPOK, n=29
Variabel Mean (Min- Median SD
Max)
Usia 59 (35-70) 64 9,4
Lama 23 (7-45) 24 9,7
Menderita
Berdasarkan table diatas menunjukan rata-rata usia
responden 59 tahun dengan minimal 35 tahun dan
maksimal 70 tahun. Dan rata rata menderita penyakit
PPOK yaitu 23 tahun, dengan minimal lama menderita 7
tahun dan maksimal lama menderita 45 tahun.

Tabel. 2
Distribusi Responden Berdasarkan Saturasi Oksigen
Sebelum Diberikan Intervensi, n=29
Saturasi Mean (Min- Median SD
Oksigen Max)
Sebelum 93 (91-94) 94 0,814
Sesudah 97 (94-99) 98 1,606
Berdasarkan table diatas hasil pengukuran saturasi
oksigen sebelum diberikan intervensi diperoleh rata rata
saturasi oksigen yaitu 93 sedangkan rata rata sesudah
dilakukan intervensi fisioterapi dada, batuk efektif dan
nebulizer ada peningkatan saturasi oksigen yaitu 97.

Tabel. 3
Pengaruh Fisioterapi Dada, Batuk Efektif, dan Nebulizer
Terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen Sebelum dan
Sesudah Diberikan Intervensi, n=29
Saturasi Mean SD P Value
Oksigen
Sebelum 93 0,814 0,001
Sesudah 97 1,606
Berdasarkan table diatas, didapatkan hasil bahwa rata
rata peningkatan saturasi oksigen sebelum diberikan
intervensi fisioterapi dada, batuk efektif dan nebulizer
adalah 93, sedangkan rata rata peningkatan saturatsi
oksigen setelah dilakukan intervensi fisioterapi dada,
batuk efektif dan nebulizer adalah 97.
Hasil statistic uji T berpasangan (Wilcoxon test) untuk
nilai p= 0,001 (p¸0,05) maka dapat ditarik kesimpulan
ada pengaruh fisoterapi dada, batuk efektif dan nebulizer
terhadap peningkatan saturasi oksigen sebelum dan
sesudah diberikan intervensi di Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih
12.Hasil Penelitian Ada pengaruh pemberian fisioterapi dada, batuk efektif,
dan nebulizer terhadap peningkatan saturasi oksigen
dalam darah sebelum dan sesudah intervensi pada pasien
PPOK
13.Kesimpulan : PICO  P:
Suatu kasus obstruksi aliran udara ekspirasi dapat
digolongkan sebagai PPOK jika obstruksi aliran
udara tersebut cenderung progresif. Masalah utama
terhambatnya arus udara tersebut bisa terletak pada
saluran pernapasan (bronchitis kronis) maupun pada
parenkim paru (Emfisema), kedua penyakit tersebut
masuk dalam kelompok PPOK. Pasien dengan
gangguan pernapasan dilakukan fisioterapi dada
batuk efektif dan nebulizer.
 I:
Pasien dengan PPOK dilakukan fisioterapi dada,
batuk efektif dan nebulizer
 C:
Pemberian fisioterapi dada bertujuan untuk
meningkatkan saturasi oksigen. Beberapa penelitian
mengenai fisioterapi dada terhadap PPOK ditemukan
bahwa pemberian terapi dada selama 14 hari pada
pasien PPOK terjadi perubahan saturasi oksigen yang
signifikan sebelum dan sesudah dengan hasil uji
statistik sebelum dan sesudah terapi dada, efek dari
memberikan terapi dada sebelum dan sesudah
perawatan memiliki perbandingan yang signifikan.
 O:
Uji T berpasangan (Wilcoxon test) untuk nilai p=
0,001 (p¸0,05) maka dapat ditarik kesimpulan ada
pengaruh fisoterapi dada, batuk efektif dan nebulizer
terhadap peningkatan saturasi oksigen sebelum dan
sesudah diberikan intervensi di Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih. Datanya signifikan secara
satistik yang artinya fisoterapi dada, batuk efektif dan
nebulizer evektif dalam meningaktkan saturasi
oksigen pada pasien PPOK
14.Analisa SWOT  S:
Kelebihan dalam jurnal ini adalah bisa dipraktikan
diseluruh rumah sakit, dan untuk fisioterapi dada dan
batuk efektif dapat dialakuan dirumah dibantu
dengan keluarga.
 W:
Kekurangan dalam jurnal ini adalah dalam
penanganan nebulizer tidak dapat dilakukan mandiri
dirumah karena keterbatasan alat.
 O:
Penelitian ini bisa diterapkan dengan cara memberi
edukasi kepada pasien manfaat pengobatan terapi
non farmakologi untuk mengurangi gejala sesak
napas pada penderita PPOK dan meningkatkan
saturasi oksigen dalam darah. Dengan memeberikan
penjelasan dan memberikan sikap saling percaya
maka responden akan mendengarkan penjelasan
sehingga intervensi yang diberikan maksimal.
 T:

Intervensi non farmakologis bisa jadi tidak diterima


responden apabila keadaan fisiologis pasien tidak
memungkinkan, dan segera diberikn pertolongan
prosedur yang sesuai.
Daftar Pustaka

Basavaraj, A., Segal, L. N., Samuels, J., Feintuch, J., Feintuch, J., Alter, K., Moffson, D.,
Scott, A., Addrizzo-Harris, D., Liu, M., & Kamelhar, D. (2017). Effects of Chest
Physical Therapy in Patients with Non-Tuberculous Mycobacteria. International
Journal of Respiratory and Pulmonary Medicine, 4(1), 1–6.
Basri, R., Tahir, M., & Naseem, M. (2017). Short-term effects of chest physiotherapy in acute
exacerbation of chronic obstructive pulmonary disease. Journal of Medical Sciences
(Peshawar), 25(3), 323–327.
Gaber Mohamed, H., I. Ragab, E., Abdel Bary, M., Elshazly, M., Fathy Abdel Latif, A., &
Beshay MD, M. (2018). The Impact of Chest Physiotherapy Technique (CPT) on
Respiration, Pain and Quality of Life Post Thoracic Wall Fixation Surgery among Flail
Chest Patients (FC). American Journal of Nursing Research, 6(6), 471–483.
https://doi.org/10.12691/ajnr-6-6-15
Sereearuno, T., Rittayamai, N., Lawansil, S., & Thirapatarapong, W. (2020). Effectiveness of
a chest physiotherapy care map in hospitalized patients. Heart and Lung, 49(5), 616–
621. https://doi.org/10.1016/j.hrtlng.2020.03.014
Suzuki, T., Shirai, T., Hirai, K., Tanaka, Y., Watanabe, H., Endo, Y., Shimoda, Y., Saigusa,
M., Akamatsu, T., Yamamoto, A., Morita, S., & Asada, K. (2019). Improved cough- and
sputum-related quality of life after initiation of treatment in pulmonary tuberculosis.
Respiratory Investigation, 57(3), 252–259. https://doi.org/10.1016/j.resinv.2019.01.002

Anda mungkin juga menyukai