Anda di halaman 1dari 16

1

1. Dislipidemia a. Definisi Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Dislipidemia mengacu pada kondisi di mana terjadi abnormalitas profil lipid dalam plasma. Beberapa kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, serta penurunan kolesterol HDL. Berbagai perubahan profil lipid tersebut saling terkait satu dengan lain (Pramono,2009). Dislipidemia dapat menyebabkan berbagai penyakit berbahaya, antara lain atherosklerosis, penyakit jantung koroner, dan stroke. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit kardiovaskuler adalah gangguan kadar lemak dalam darah (dislipidemia) (Kamso, 2002). b. Kriteria Dislipidemia Ada 7 kriteria dislipidemia menurut Suhartono (2008) : 1) Hiperkolesterolemia poligenik Kelainan ini sering berakibat pada kenaikan kadar kolesterol diatas 240 mg%. Hal ini terjadi karena adanya interaksi antara kelainan gen yang multipel, nutrisi, faktor lingkungan lainya, dan memilki lebih dari satu dasar metabolic. 2) Hiperlipidemis familial campuran Merupakan kelainan genetik metabolisme lipoprotein yang

terbanyak dan merupakan risiko penyakit jantung koroner (PJK) yang cukup besar. 3) Hiperlipidemia familial (HF) Merupakan kelainan yang bersifat autosomal dominant dan terdapat bentuk homozigot maupun heterozigot. Sebenarnya hal ini sudah ada sejak lahir tetapi manifestasi kliniknya baru terjadi pada dekade ketiga dan keempat. Hiperkolesterolemia familial heterozigot pada

umumnya terdapat infark jantung pada usia 40-50 tahun sedangkan penderita hiperkolesterolemia familial homozigot pada usia lebih muda. 4) Sindroma kilomikronemia Merupakan kelainan yang disebabkan karena hipertrigliseridemia berat dan jarang di temukan. Pada keadaan ini, terjadi kelainan autosomal resesif dimana ditemukan defisiensi protein lipase, sehingga kilomikron tidak dimetabolisme secara sempurna. Sehingga kadar trigliseridanya menjadi tinggi, namun kadar HDL sangat rendah. Orang dewasa dengan kelainan ini akan sering mengalami serangan nyeri perut berulang yang tidak jelas penyebabnya. 5) Hipertrigliserida familial Merupakan kelainan autosomal dominan yang dapat disebabkan karena produksi trigliserida dari hati berlebihan atau adanya gangguan pada proses lipolisis dari lipoprotein yang kaya akan trigliserida. 6) Hiperlipidemia remnant. Merupakan kelainan yang sering terdapat pada penderita

hiperlipidemia tipe III yang disebut juga disbetalipoproteinemia. Peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida adalah penandanya. 7) Kadar kolesterol-HDL tinggi. Merupakan kelainan yang dapat mengakibatkan

hiperkolesterolemia ringan.

Sering disebut sebagai sindrom

panjang umur, dan penyembuhannya tidak memerlukan terapi. Pada keadaan ini kadar lipoprotein yang lain normal. c. Tata laksana dislipidemia Menurut Anwar (2004),Tata laksana utama dari pengelolaan dislipidemia adalah upaya nonfarmakologis yang meliputi modifikasi diet, latihan jasmani, serta pengelolaan berat badan. Tujuan utama

terapi diet disini adalah menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler dengan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol serta mengembalikan keseimbangan kalori, sekaligus memperbaiki nutrisi. (Anwar, 2004).

2. Malondialdehid (MDA) a. MDA sebagai indikator peroksidasi lipid Menurut Suryohudono (2000), Radikal bebas adalah atom atau molekul yang memiliki sebuah elektron yang tidak berpasangan di orbit luarnya (unpaired electron). Zat ini sangat reaktif, dan struktur yang demikian membuat radikal bebas cenderung mengambil satu elektron dari molekul lain di dekatnya untuk melengkapi dan selanjutnya mencetuskan reaksi berantai yang dapat mengakibatkan cedera sel. Oksidan adalah senyawa penerima elektron (electron acceptor), yaitu senyawa yang dapat menarik elektron. Banyak yang salah faham mengenai pengertian antara radikal bebas dan oksidan, karena keduanya memiliki sifat yang sama yaitu memiliki kecenderungan untuk menarik elektron (penerima elektron). Aktivitas dari keduanya akan menghasilkan efek yang sama walaupun berbeda dalam prosesnya. Oleh karena itu, radikal bebas digolongkan dalam oksidan, namun tidak setiap oksidan adalah radikal bebas. Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan, karena sifat radikal bebas memiliki reaktivitas yang tinggi dan memiliki kecenderungan membentuk radikal yang baru sehingga terjadi reaksi rantai, dan akan berhenti apabila dapat diredam oleh antioksidan

(Hendromartono,2000). Selama proses metabolisme sel tubuh akan dihasilkan beberapa oksidan kuat. Metabolit oksigen utama yang dihasilkan melalui reduksi satu elektron adalah Spesies Oksigen Reaktif (SOR). Terdiri dari radikal superoksida (O2-), radikal bebas hidroksil (OH-), hidrogen peroksida (H2O2), dan radikal peroksil (RCOO-) (Suryohudoyono,2000).

Radikal hidroksil (OH-) adalah SOR yang memiliki sifat oksidan paling reaktif, dan dapat bereaksi dengan protein, asam nukleat, lipid serta molekul lain sehingga dapat merubah struktur serta menimbulkan kerusakan pada jaringan.(Suryohudoyono,2000 ; Hendromartono, 2000). Menurut Dhaunsi et al., (1992) dalam Wresdiyati (2005), Enzim yang berperan untuk memperantarai metabolisme retikulum endoplasmik atau RE dalam menghasilkan radikal superoksida (O2-) adalah Sitokrom P-450 oksidase. Radikal superoksida (O2-) yang terbentuk dapat bereaksi dengan hydrogen peroksida (H2O2) membentuk radikal hidroksil (OH-) yang merupakan oksidan reaktif. Reaksi pembentukkan radikal hidroksil dari superoksida dengan hidrogen peroksida ini sering disebut reaksi HarberWeiss. Dapat dikatakan bahwa dengan meningkatnya sitokrom P-450, maka radikal bebas yang dihasilkan semakin meningkat pula. Untuk mencegah pembentukkan radikal bebas ini, dapat digunakan enzim antioksidan superoxide dismutase. Spesies Oksigen Reaktif (SOR) akan terus menerus dibentuk di dalam sel dalam jumlah yang besar melalui jalur metabolik tubuh dan merupakan proses biologis normal akibat adanya berbagai rangsangan, misalnya radiasi, tekanan parsial oksigen tinggi, paparan zat-zat kimia tertentu, infeksi maupun inflamasi (Suryohudoyono,2000). Untuk meredam dampak negatif dari SOR, harus ada senyawa yang dapat memberikan elektron (electron donor) yaitu antioksidan. Antioksidan sudah disediakan dari alam, yang merupakan senyawa pemberi elektron (electron donor) termasuk enzim-enzim dan proteinprotein pengikat logam (Suryohudoyono,2000 ; Hendromartono, 2000). Adapun tahapan yang digunakan oleh antioksidan dalam meredam oksidan adalah : 1. Mencegah berlebihan terhimpunnya senyawa-senyawa oksidan secara

2. Mencegah reaksi rantai berlanjut Namun apabila SOR yang dihasilkan lebih besar dibanding yang dapat diredam oleh mekanisme pertahanan sel, maka akan terjadi stres oksidatif .(Suryohudoyono,2000 ; Droge W, 2003). Reaksi oksidatif adalah suatu keadaan dimana dapat menyebabkan terjadinya beberapa kerusakan atau kelainan baik proses biokimia maupun fisiologi di dalam sel akibat dari proses peroksidasi lipid (Mahfouz et al., 2000) Peroksidasi lipid diperantai oleh SOR mempunyai tiga komponen utama reaksi, yaitu reaksi inisiasi, propagasi, dan terminasi (Schafer et al., 2000). Bagan dari reaksi peroksidasi lipid adalah sebagai berikut : LH + oksidan -> L- + oksidan H L- + O2 LOO- + LH L- + LL- + LOO -> LOO-> L- + LOOH (inisiasi) (propagasi) (propagasi)

-> produk non radikal (terminasi) -> produk non radikal (terminasi)

Gambar 3. Reaksi Peroksidasi Lipid Pada tahap inisiasi lipid akan bertemu dengan oksidan dan menghasilkan radikal lipid (Diedrich et al., 2001). Sedangkan pada tahap propagasi, radikal lipid akan bereaksi dengan oksigen (O2) menghasilkan radikal lipid peroksil, yang dapat mengabstraksi atom hidrogen pada lipid yang lain. Apabila terjadi abstraksi, terbentuklah lipid hidroperoksida dan radikal lipid yang baru. Radikal bebas yang terbentuk semakin meningkat dalam rangkaian peroksida lipid, selain itu terjadi reaksi dekomposisi endoperoksid asam lemak yang menghasilkan malondialdehid (MDA) (Miyazaki et al., 2005). MDA adalah suatu senyawa yang sangat reaktif yang merupakan produk akhir atau produk sekunder hasil sisa dari peroksidasi lipid, dan

biasanya digunakan sebagai biomarker biologis untuk menilai stres oksidatif dalam tubuh. Pada tahap terminasi, terjadi ikatan antara radikal bebas (oksidan) dan antioksidan menjadi radikal yang tidak reaktif, Bila tidak ada antioksidan yang dapat menghentikan reaksi berantai ini, maka semua asam lemak tak jenuh ganda pada LDL akan berubah menjadi hidroperoksida lipid (Mertens dan Holvoet, 2001). Antioksidan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu antioksidan enzimatik dan antioksidan non enzimatik. antioksidan enzimatik (antioksidan pencegah) yaitu superoxide dismutase, catalase dan glutathione

peroxidase. Sedangkan antioksidan non enzimatik (antioksidan pemutus rantai) antara lain vitamin C, vitamin E dan beta karoten (Chievion, 2003). Selain itu, beberapa flavonoid yang ada pada tumbuh-tumbuhan juga terbukti sebagai antioksidan. (Craig, 2002).

b.

Pengukuran radikal bebas Radikal bebas memiliki waktu paruh yang sangat pendek sehingga

sulit untuk diukur dalam laboratorium. Untuk itu digunakan analisa secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan analisa Malondialdehyde (MDA) yang merupakan produk dari peroksidasi lipid (Reilly PM,1991). Konsentrasi MDA dalam material biologi telah digunakan secara luas sebagai indikator dari kerusakan oksidatif pada lemak tak jenuh sekaligus merupakan indikator keberadaan radikal bebas. Untuk pengukuran dari kadar MDA serum dapat dilakukan melalui beberapa cara, salah satunya adalah pengukuran reaksi TBA (tiobarbiturac acid). TBA akan bereaksi dengan MDA, yaitu 1 molekul MDA akan berikatan dengan 2 molekul TBA sehingga membentuk senyawa kompleks berwarna merah. Pengukuran reaksi TBA ada 2 metode, yaitu : 1) Pengukuran reaksi TBA dengan metode kolorimetri

Dilakukan menggunakan spektrofotometer, dan merupakan metode yang paling sering dilakukan. Metode yang digunakan adalah metode Yagi. Metode ini mudah dilakukan akan tetapi bersifat tidak spesifik oleh karena mengukur produk aldehid lainnya. 2) Pengukuran reaksi TBA dengan metode fluorosens Keunggulan metode ini dibanding metode kolorimetri adalah tidak terganggunya reaksi oleh beberapa substansi produk reaksi TBA yang larut air. Pemeriksaan dilakukan dengan metode spektrofluorometri. (Reilly PM,1991 ; Konig,2002)

3. Pace (Morinda citrifolia) Morinda citrifolia memiliki banyak nama daerah, diantaranya adalah Eodu, mengkudu, bengkudu, untuk daerah Sumatera. Sedangkan di daerah Jawa disebut kudu, cengkudu, kemudu, pace. Di daerah Nusa Tenggara mengkudu biasa disebut wangkudu, manakudu, bakulu. Sedangkan di Sulawesi disebut noni dan di Kalimantan di kenal dengan nama mangkudu, wangkudu, dan labanan (Djauhariya, 2003). Tanaman mengkudu memiliki perawakan semak atau pohon,tinggi 3-8 m. Batang pokok jelas, bengkok, kulit batang kekuningan. Daun seperti penumpu tipe berhadapan, bulat telur, bertepi rata, hijau kekuningan, gundul, panjang mencapai 1,5 cm. Buah bongkol (kepala) bersifat apokarp, berbenjol-benjol tidak teratur, jika masak berdaging dan berair, kuning kotor atau putih kuning, panjang 5-10 cm, intinya keras seperti tulang, coklat merah, berbentuk kerucut, tangkai buah 3-5 cm (Gunawan, D., Purnomo & Sudarsono, P. N., 2002). Pace merupakan tanaman obat yang cukup potensial untuk

dikembangkan karena mengandung beberapa zat yang berguna antara lain: flavonoid, alkaloid, antrakuinon, skopoletin, glikosida, asam glukoronat,

sebagai zat antibakteri; morindin, morindanigrin, soranjideol sebagai zat penenang dan memiliki efek analgesik; damnakantal sebagai zat antikanker; khlororubin, asam kapron, asam kapryolat, asam askorbat sebagai zat imunostimulan; vitamin C sebagai antioksidan (A. K. Palu et al., 2008; Djauhariya, 2003), dan zat antidiabetes (Adnyana et al., 2004). Senyawa antibakteri yang terkandung pada buah mengkudu dapat digunakan sebagai obat batuk alami (Yulianto et al., 2008). Hasil penelitian Wang dan Su (2001) membuktikan bahwa jus mengkudu sangat potensial untuk menghambat radikal bebas. Aktivitas antioksidan jus mengkudu dibandingkan dengan tiga jenis antioksidan yang sudah dikenal yaitu vitamin C, bubuk biji anggur dan piknogenol, yang diukur dengan menggunakan aktivitas penghambatan superoxide anion radicals (SAR), adalah 2,80x lebih kuat dari vitamin C, 1,40x lebih besar dari piknogenol, dan 1,10x lebih besar dari biji anggur. Sedangkan menurut penelitian Sally (2003), buah mengkudu mengandung proxeronine, pectin, scolopetin, dan asam askorbat yang memiliki potensi untuk menurunkan hiperkolesterolemia. Untuk kandungan mengkudu yang sudah difermentasi secara alami, Menurut penelitian Hardoko , et al (2003) fermentasi selama 4 minggu pada sari buah mengkudu hasilnya adalah Vitamin C, pH, total asam, alcohol, dan viskositas sari buah mengkudu tidak dipengaruhi oleh system fermentasinya tetapi dipengaruhi oleh lama atau waktunya. Semakin lama fermentasi nilai pH, viskositas, dan kadar alkohol semakin meningkat, tetapi kadar Vitamin C, nilai total asam dan total padatan terlarut semakin menurun. Dari banyaknya manfaat yang bisa didapat dari mengkudu, akhirnya pada tahun 1993 dalam rangka pengembangan obat herbal pemerintah melalui Badan POM telah memasukkan pace kedalam 9 tanaman obat unggulan (Djauhariya, 2006). a. Klasifikasi pace atau Morinda citrifolia L. :

Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Spermatophyta (Menghasilkan biji) : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) : Asteridae : Rubiales : Rubiaceae (suku kopi-kopian) : Morinda : Morinda citrifolia L

(Sastrapadja et al,.1978 dalam Munahar,2004). b. Flavanoid Merupakan suatu zat yang dapat menghambat oksidasi LDL dan larut dalam air. Suatu penelitian membuktikan bahwa Pemberian vitamin C dan bioflavonoid dapat melindungi pembuluh darah. Dan salah satu bagian bioflavonoid adalah polifenol. Polifenol merupakan suatu zat yang dapat menurunkan produksi lipid tubuh yang dapat memicu endothelin-l. polifenol bekerja dengan cara menghambat kerja enzim tirosin kinase yang berperan dalam regulasi sel tubuh, dan akhirnya hambatan ini akan menekan produksi endothelin (Anonim,2004 ; Subahar,2004). c. Proxeronine Merupakan sejenis enzim yang diperlukan dalam biosintesis xeronine. Xeronine bekerja pada tahap molekuler, berjalan menuju tempat yang spesifik dalam sel-sel tubuh, misalnya mitokondria, mikrosom, badan golgi, retikulum endoplasma ( RE ), sistem transport dektron, DNA, RNA dan sebagainya. Xeronine juga berfungsi memperlebar pori-pori membran sel sehingga membantu sel dalam menyuplai molekul-molekul antara lain protein. Sel menggunakan protein untuk menjaga keseimbanganya dan meningkatkan efesiensi kerja sel tersebut (Wijayakusuma, 2002). d. Senyawa fenol

10

Senyawa fenol merupakan senyawa yang bersifat polar dan dapat larut dalam air serta memiliki fungsi antara lain sebagai penangkap radikal bebas dan peredam terbentuknya oksigen singlet (Kumalaningsih, 2007). Senyawa fenol memiliki aktifitas antioksidan yang dapat mencegah oksidasi lipid dengan trapping peroksi radikal. Senyawa fenol merupakan scavenger radikal bebas yang sangat bagus, semakin tinggi kandungan senyawa fenol semakin tinggi juga kapasitas scavenging superoksida radikal (Wettasinge dan Shahidi, 2000). e. Vitamin C (as.askorbat) Vitamin C merupakan antioksidan enzimatik di plasma dan berpengaruh dalam proses redoks (Yeny,2006). Peranan antioksidan non enzimatis seperti vitamin C adalah memutuskan rantai proses peroksidasi lipida dengan menyumbangkan satu atom hidrogen dari gugus OH pada cincinnya ke radikal bebas, sehingga terbentuk radikal vitamin E yang stabil dan tidak merusak serta meregenerasi vitamin E yang tereduksi (Frei et al., 2000). Vitamin C juga merupakan antioksidan sekunder, dengan

mempertahankan glutathione tereduksi sebagai antioksidan yang penting. Kemampuan tersebut memungkinkan terjadinya hubungan yang sinergis dengan antioksidan lain, sehingga dapat mempertahankan dan meningkatkan kemampuan jaringan-antioksidan (Worhingham-Robert dan William, 1996 dalam Fachrurrozi,2011). Vitamin C merupakan vitamin larut air yang memiliki kemampuan menekan radikal bebas yang yang akan menyerang lipid. Sebagai scavenger radikal bebas, vitamin C secara langsung dapat bereaksi dengan superoksida maupun anion hidroksil, serta berbagai hidroperoksida lipid. f. Scopoletin Merupakan senyawa yang bekerja membersihkan endapan penyebab Arteroclerosis, sehingga pembuluh darah menjadi lentur kerja jantung memompa darah tidak begitu berat.

11

Scopoletin juga dapat menurunkan tekanan darah bagi penderita hipertensi, namun juga akan menaikkan tekanan darah bagi penderita hipotensi (Sjabana D. & Bahalwan, R., R., 2002). Selain itu senyawa scopoletin (hidroksi-metoksi-kumarin) sangat efektif sebagai zat anti radang dan anti alergi. Berbagai literatur kedokteran melaporkan keberhasilan pengobatan pada arthritis, bursitis, car-pal tunnel syndrome dan alergi menggunakan scopoletin yang salah satunya terdapat pada buah mengkudu. Menurut Dr. Harrison (DC. General Hospital, USA) scopoletin dapat meningkatkan kegiatan kelenjar peneal yang terdapat di dalam otak, yang merupakan tempat dimana serotonin diproduksi dan kemudian digunakan untuk menghasilkan hormon melatonin. Kekurangan serotonin dalam tubuh dapat mengakibatkan penyakit migrain, pusing, depresi, bahkan juga penyakit Alzheimer (Waha, M. G., 2007).

4. Bakteri Asam Laktat Manfaat bakteri asam laktat bagi kesehatan manusia dapat bersifat pencegahan maupun pengobatan penyakit seperti infeksi usus, diare, kanker, kolestrol tinggi, dan untuk memperbaiki penggunaan laktosa. (Widyastuti, 1997) Bakteri-bakteri asam laktat digunakan karena memiliki peranan untuk mengurangi resiko terjadinya dislipidemia. Bakteri asam laktat diketahui dapat menguraikan asam empedu menjadi asam bebas yang dapat lebih cepat disekresikan. Dengan disekresikannya garam-garam empedu yang bebas dalam tubuh, maka sintesis asam-asam empedu baru akan menurunkan konsentrasi kolestrol dalam tubuh. Selain itu bakteri penghasil asam laktat juga memproduksi antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Menurut Oberman (1985), Lactobacillus merupakan bakteri asam laktat yang berperan dalam menghasilkan produk makanan. Lactobacillus plantarum dan Bifidobacterium longum diketahui dapat tumbuh dalam media

12

jus pace dan mampu meningkatkan kandungan antioksidan di dalam jus pace. Produk fermentasi jus pace oleh Lactobacillus mampu plantarum dan

Bifidobacterium

longum

diketahui

meminimalkan

kerusakan

antioksidan(Cowan, 1981).

13

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, I Ketut. , Elin Yulinah, Andreanus A. Soemardji, Endang Kumolosasi,Maria Immaculata Iwo, Joseph Iskendiarso Sigit, Suwendar. 2004. Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.). Acta Pharmaceutica Indonesia 29(2):43-48. A. K. Palu, Kim A. H.,West B. J., Deng S., Jensen J., White L. 2008. The Effects of Morinda citrifolia L. ( noni ) On The Immune System : Its Molecular Mechanism of Action. Journal Ethnopharmacol 115 (3): 502-506. Anonim.2004.Vitamin C.diakses dari www.lpi.oregonstate tanggal 20 Januari 2012 Anwar, T.B. 2004., Dislipidemia Sebagai factor resiko penyakit jantung Koroner. dikutip dari http://www.library .usu.ac.id/pdf. Diakses tanggal 20 Januari 2012 Chievion, S., Moran, D.S., Heled, Y., 2003. Plasma Antioxidant Status and Cell Injury After Severe Physical Exercise, Proc Nati Acad Sci USA. 100: 5119-5123. Craig, W.J. 2002. Vegetarian Phytochemicals: Guardians of Our Health A Continuing Education. article at http:www.andrew.edu?NUFS/phyto.html. diakses tanggal 20 Januari 2011 Cowan, S.T. 1981. Manual for Identification of Medical Bacteria. USA:Cambridges University Press Diedrich, F., Renner, A., Rath, W., Khun, W., Wieland, E,, 2001. Lipid Hydroperoxides And Free Radical Scavenging Enzime Activities In Preeclampsia And Hellp (Hemolysis, Elevated Liver Enzime, And Low Platelet Count) Syndrome: No Evidence For Circulating Primary Products Of Lipid Peroxidation. Am J Obstet Gynecol, 185:166-172 Djauhariya, Endjo. 2003. Mengkudu (Morinda citrifolia L) Tanaman Obat Tradisional. Perkembangan Teknologi 15(1): 18-23. Djauhariya, E., 2006. Pengembangan Tanaman Obat Menuju Kemandirian Masyarakat Dalam Pengobatan Keluarga. Jakarta:Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Droge W. Free Radicals in the Physiology Control of Cell Function. Physiol Rev 2003; 82: 47-95.

14

Fachrurrozi.2011.Efek pemberian seduhan kelopak bunga rosella ungu terhadap kadar MDA tikus galur SD.skripsi.Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Hendromartono S. Peran Radikal Bebas terhadap Komplikasi Vaskuler. Majalah Penyakit Dalam.Udayana 2000;1:89-92 Konig D, Berg A. Exercise and Oxidative Stress: is there a need for additionalantioxidant. Osterreichisches J Fur Sportmedizin 2002;3: 6-15 Hardoko, et al.,2003. Mempelajari Karakteristik Sari Buah Mengkudu yang Dihasilkan Melalui Fermentasi.Jurnal.Teknol dan Industri Pangan, Vol.XIV, no 2 th 2003 Kumalaningsih, S. 2007. Antioksidan, sumber http://www.azrl.com. Diakses 2 juni 2011. & Manfaatnya.

Mahfouz. M.M., F.A, Kummerow., 2000. Cholesterol rich diets have different effect on lipid peroxidation, cholesterol oxides and antioxidant enzymes in rats and rabbits. J.Nutr. Biochem. 11:293-302 Mertens, A., dan Holvoet, P. 2001. Oxidized lod density lipoprotein and high density lipoprotein : antagonist in atherothrombosis. Circulation. 15:2073-2083. Miyazaki, T., Shimada, K., Satob, O., Konatib, K., Kumea, A. 2005. Circulating Malondialdehyde-Modified Low Density Lipoprotein And Atherogenic Lipoprotein Profiles Measured by Nuclear Magnetic Resonance Spectroscopy In Patients With Coronary Artery Disease. Atherosclerosis. 179:139-145 Munahar, Naily.2004.Pembuatan Produk Baru Sari Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L).Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Oberman, H., 1985. Fermented Milk. In : R.J.B (editor). Microbiology of Fermented Food Vol I. Elsevier Applied Science Publishers. London and New York Pramono.L.A.2009.Dislipidemia. Edisi No 07 Vol XXXV 2009.Medikajurnal kedokteran Indonesia Reilly PM, Schiller HJ, Bulkley GB. Pharmacologic approach to tissue injurymediated by free radical and other reactive oxygen metabolites. Am J Surg 1991;161:488-502

15

Sally, E. 2003. Pengaruh Infusa Mengkudu Terhadap Kdar Kolesterol Total, Trigliserida, LDL, dan HDL Serum darah Mencit (Mus musculus) Setelah pemberian Pakan Tinggi Lemak. Skripsi FKH. Unair. Surabaya. Schafer, F.G., Yue, Q.S., Buettner, G.R., 2000. Iron and Free Radical Oxidation in Cell Membranes. Cell Mol Biol.46(3):657-662 Sjabana, D. dan Bahalwan, R.R., 2002, Seri referensi herbal: Mengkudu, Penerbit Salemba Medika, Jakarta. Subahar,T.S.S.2004.Pare.Jakarta : Agromedia Pustaka Sudarsono, P.N., D. Gunawan, S. Wahyuono, I.A. Donatus, dan Purnomo. 2002. Tumbuhan Obat II. Yogyakarta: PSOT UGM, Deltomed, Java Plant. Suhartono, T., 2008. Pengelolaan Dislipidemia. Pertemuan PIT IX Endokrin Joglosemar, Yogyakarta. Suryohudoyo P. Oksidan, Antioksidan dan Radikal bebas. Dalam: Ilmu Kedokteran Molekuler. Kapita Selekta. Jakarta: Sagung Seto. 2000.h. 31-46. Wang, M.Y. and C. Su. 2001. Cancer preventive effect of Morinda citrifolia (noni). Ann.NY Acad. Sci. (no. 952): 161168. Wijayakusuma. 2002. Penyembuhan dengan Mengkudu Morinda citrifolia. Edisi III. Penerbit Milenia Popular. Jakarta. Wettanghe, M., dan Shahidi, S., 2000. Scavenging of Reactive-Oxigen Species and DPPH Free radical by Extract of Borage and Evening Primerose meals. Food Chemistry. 70:17-26. Yeny.2006.Pengaruh Pemberian Likopen Terhadap Status Antioksidan Pada Tikus Galur Sprague Dawley Hiperkolesterolemik.skripsi.Universitas Diponegoro,Semarang Yulianto, Rudi., Nuning Merduwati, Kurrotun N. Azizah. 2008. Pemanfaatan Sari Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Sebagai Alternatif Anti Bakteri Penyebab Penyakit Batuk . Laporan Penelitian. Universitas Negeri Malang.

16

Bau yang tidak menyenangkan. Selain kandungan asam organik seperti asam askorbat yang berfungsi sebagai antioksidan, mengkudu mengandung asam kaproat, asam kaprilat dan asam kaprat yang merupakan golongan asam lemak. Asam kaproat dan kaprat dalam buah mengkudu menyebabkan bau busuk dan tajam menyengat, terutama pada buah matang. Untuk menetralisir bau tidak sedap tersebut dapat ditambahkan aroma (essence), asam sitrat, dan madu (Pohan dan Antara 2001) Antara, N.T., H.G. Pohan, dan Subagja. 2001. Pengaruh tingkat kematangan dan proses terhadap karakteristik sari buah mengkudu. Warta IHP/J. of Agro-Based Industry 18(12): 2531.

Pohan, H.G. dan N.T. Antara. 2001. Pengaruh penambahan madu dan asam sitrat terhadap karakteristik minuman fungsional dari sari buah mengkudu. Forum Komunikasi IHP (4): 1120.

Anda mungkin juga menyukai