Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FARMAKOLOGI SISTEM ORGAN

INHIBITOR ABSORPSI KOLESTROL

Disusun oleh:
Kelompok 5
1.Sirly Hertian Susilo Dini (A 191 128)
2.Sri Riza Purwatin (A 191 129)
3.Syaima Mutia Suherman (A 191 130)
4.Taufik Hidayat (A 191 131)
5.Tita Yulia Apriliani (A 191 132)
6.Windy Aprilia (A 191 133)
7.Yoan Yholanda (A 191 134)
8.Yuliana Purba (A 191 135)
9.Zealand Jastin Johari (A 191 136)

PROGAM STUDI SARJANA FARMASI


SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
BANDUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.LATAR BELAKANG
Saat ini penyakit hiperlipidemia termasuk penyebab kematian pada penduduk Indonesia. Yang
dapat mengakibatkan terjadinya hiperlipidemia yaitu keadaan di mana kadar lemak darah naik.
Kondisi hiperlipidemia bila berkelanjutan memicu terbentuknya aterosklerosis (hilangnya
elastisitas disertai penyempitan dan pengerasan pembuluh darah arteri). Pada sebagian besar
penderita hiperlipidemia dapat dikontrol dengan diet dan olahraga. Namun, bisa juga dengan
bantuan obat penurun kadar lipid darah atau antihiperlipidemia. Obat antihiperlipidemia
sedikitnya dikelompokkan dalam tujuh golongan senyawa. Ada klofibrat, asam nikotinat,
probukol, gemfibrosil, penghambat absorpsi lemak, golongan statin/mevinolin, dan hormon
dekstrotirosin. Namun, penggunaan obat- obatan sintetik relatif mahal dan tak sedikit
menimbulkan efek samping yang merugikan.
Hiperlipidemia atau kadang-kadang disebut dislipidemia terjadi akibat jumlah lipid utama
(lemak) dalam darah (kolesterol atau trigliserida) berlebih, karena gangguan metabolisme atau
kelainan transportasi lipid yang dapat juga merupakan kelainan genetik (keturunan) dari penyakit
lain (seperti diabetes, gangguan tiroid, penyakit hati, atau ginjal).Hiperlipidemia disebabkan
adanya lemak nabati / kolesterol yang terlalu tinggi. Jika kalori dalam makanan yang dikonsumsi
melebihi dari batas yang diperlukan oleh tubuh, kalori yang berlebihan akan tersimpan di dalam
otak dalam bentuk trigliserida dan menjadi lemak, lalu hal tersebut menyebabkan kandungan
lemak dalam darah meningkat. Dalam makalah ini akan dibahas tentang obat-obat yang
digunakan untuk pengobatan antihiperlipidemia serta mekanisme kerja dari obat tersebut
khususnya obat golongan fibrat.
1.RUMUSAN MASALAH
Apakah yang dimaksud dislipidemia?
Bagaimana mekanisme terjadinya dislipidemia?
Bagaimana mekanisme obat golongan fibrat?
Apa dan efek samping apa obat yang termasuk golongan fibrat?
3.TUJUAN
Mengetahui arti dislipidemia
Mengetahui mekanisme terjadinya dislipidemia
Mengetahui mekanisme obat golongan fibrat
Mengetahui obat golongan fibrat berserta efeknya
BAB II
ISI

1.PENGERTIAN
Dislipidemia merupakan suatu kelainan metabolisme lipid yang terjadi dan ditandai dengan
adanya peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang
paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kenaikan kadar trigliserida
serta penurunan kadar HDL. Dislipidemia juga sering dikatakan sebagai hiperlipidemia yang bisa
disebabkan oleh pola hidup di mana konsumsi makanan lemak jenuh yang berlebihan dan
kurangnya aktivitas fisik, sehingga terjadi peningkatan lipid serum sebagai salah satu faktor
risiko terjadinya aterosklerosis (Wahjuni, 2011).
Klasifikasi dislipidemia berdasarkan patogenesis penyakit menurut Murray (2002) adalah
sebagai berikut:

 Dislipidemia Primer

Yaitu kelainan penyakit genetik dan bawaan yang dapat menyebabkan kelainan kadar lipid
dalam darah (Murray, 2002).

 Dislipidemia Sekunder

Yaitu dislipidemia yang disebabkan oleh penyakit atau suatu keadaan tertentu seperti
hiperkolesterolemia disebabkan oleh hipotiroidisme, sindrom nefrotik, penyakit hatiobstruktif,
kehamilan, anoreksia nervosa dan porfiria akut intermitten (Murray, 2002).
Menurut Anwar (2004), dislipidemia dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanyamemiliki
peran yang penting dan sangat berkaitan satu dengan yang lain,sehingga tidak mungkin dibahas
sendiri-sendiri. Ketiganya dikenal sebagaitriad lipid, yaitu:

 Kolesterol total

Banyak penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara kadar kolesterol total darah dengan
resiko penyakit jantung koroner (PJK) sangat kuat, konsisten, dan tidak bergantung pada faktor
resiko lain.Penelitian genetik, eksperimental, epidemiologis, dan klinismenunjukkan dengan jelas
bahwa peningkatan kadar kolesterol total mempunyai peran penting pada patogenesis penyakit
jantung koroner (PJK) (Anwar, 2004).
 Kolesterol HDL dan kolesterol LDL

Bukti epidemiologis dan klinis menunjang hubungan negatif antara kadar kolesterol HDL
dengan penyakit jantung koroner. Intervensi obat atau diet dapat menaikan kadar kolesterol HDL
dandapat mengurangi penyakit jantung koroner (Anwar, 2004).
1. Trigliserida
Kadar trigliserida diantara 250-500 mg/dl dianggap berhubungandengan penyakit jantung
koroner apabila disertai adanya penurunankadar kolesterol HDL (Anwar, 2004).
Menurut Katzung (2002), sintesis dan metabolisme lipoprotein yang utama antara lain:
2. Kilomikron
Kilomikron adalah lipoprotein yang paling besar, dibentuk di usus dan membawa trigliserida
yang berasal dari makanan. Beberapa ester kolestril juga terdapat pada kilomikron. Kilomikron
melewati duktus toraksikus ke aliran darah. Trigliserida dikeluarkan dari kilomikron pada
jaringan ekstrahepatis melalui suatu jalur yang berhubungan dengan VLDL yang mencakup
hidrolisi oleh sistem lipase lipoprotein (LPL), suatu penurunan progresif pada diameter partikel
terjadi ketika trigliserida di dalam inti tersebut dikosongkan. Lipid permukaan , yakni apo-A-1,
apo-A-II, dan apo-C, ditransfer ke dalam hepatosit (Katzung, 2002).
3. Lipoportein berdensitas sangat rendah (VLDL)
Hati mensekresikan VLDL yang berfungsi sebagai sarana untuk mengekspor trigliserida ke
jaringan perifer. VLDL mengandung Apo-B-100 dan Apo-C. trigliserida VLDL dihidrolisis oleh
lipase lipoprotein menghasilkan asam lemak bebas untuk disimpan didalam jaringan seperti di
otot jantung dan otot rangka. Hasil dari deplesi trigliserida menghasilkan sisa yang disebut
lipoprotein berdensitas menengah (IDL). Partikel LDL mengalami endositosis secara langsung
oleh hati, sisa HDL dikonversi menjadi LDL dengan menghilangkan trigliserida yang
diperantaraioleh lipase hati. Proses tersebut menjelaskan fenomena klinis pergeseran beta (beta
shift). Peningkatan VLDL dalam plasma dapat disebabkan karena peningkatan sekresi precursor
VLDL dan juga penurunan katabolisme LDL (Katzung, 2002).
4. Lipoprotein berdensitas rendah (LDL)
Katabolisme LDL terutama terjadi didalam hepatosit dan dalam sebagian besar sel bernukleus
melibatkan endositosis yang diperantarai oleh reseptor berafinitas tinggi. Ester kolesteril dari inti
LDL kemudian dihidrolisis, yang menghasilkan kolesterol bebas untuk sintesis membrane sel.
Ses-sel juga mendapatkan kolesterol dari sintesis de-novo melalui suatu jalur yang melibatkan
pembentukan asam mevalonat yang dikatalisis oleh HMG koA reduktase. Hati memainkan peran
utama dalam pengolahan kolesterol tubuh. Tidak seperti sel lainnya, hepatosit mampu
mengeliminasi kolesterol dari tubuh melalui sekresi kolesterol dalam empedu dan
mengkonversikan kolesterol menjadi asam empedu yang juga disekresikan dalam empedu
(Katzung, 2002).
5. Lipoprotein Berdensitas Tinggi (HDL)
Apolipoprotein disekresi oleh hati dan usus. Sebagian besar lipid dari permukaan satu lapis
kilomikron dan VLDL selama liposis. HDL juga mendapatkan kolesterol dari jaringan perifer
dari suatu jalur yang melindungi homeostasis kolesterol sel. HDL juga dapat membawa ester
kolestril langsung ke hati melalui suatu reseptor pengait / docking (reseptor scavenger, SR-BI)
yang tidak melakukan endositosis terhadap lipoprotein (Katzung, 2002).
Semua PPAR diaktifkan oleh asam lemak (fatty acid = FA), sedangkan berbagai eicosanoid
merupakan aktifator PPAR yang lebih spesifik. Aktifator yang lebih selektif untuk PPAR alpha
adalah leukotrien B4 (LTB4), 8(S) hydroxyeicosatetranoic acid, 8(S) hydroxyeicosapentanoic
acid, sedangkan untuk PPAR gamma adalah, prostaglandin J2, 9hydroxyoctadecadienoic acid,
13-hyfroxyoctadecadienoic. Lebih lanjut diketahui bahwa asam fibrat terutama berikatan dan
mengaktifkan PPAR alpha, sedangkan thiazolidinedione terutama untuk PPAR gamma. PPAR
gamma 2 diekspresikan terutama di adiposit, dan sedangkan PPAR gamma 1 selain
diekspresikan di adiposit, juga di jaringan non adiposit otot skeletal, jantung, hati, tubulus
proksimal ginjal, usus besar, sel stroma susmsum tulang, netrofil, makrofag, dan sel karsinoma
payudara (Staels, et al, 1998).

PPAR-α
PPAR-α diidentifikasi sebagai kunci pengaturan gen-gen yang terlibat dalam oksidasi asam
lemak yang terjadi di mitokondria, peroksisom, mikrosom di hati. Transkripsi dan level protein
enzim kritis dalam jalur oksidasi-β dan oksidasi-ω adalah target langsung PPAR-α termasuk acyl
CoA oxidase, carnitine palmitoyl transferase I, mitochondrial hydroxymethylglutaryl-CoA
synthase, dan enzim cytochrome P450 4A (CYP4A). Dengan meningkatkan ekspresi gen-gen,
ligan PPAR-α mengaktifkan secara signifikan oksidasi asam lemak hati, sedangkan inaktivasi
genetik gen PPAR-α menghasilkan akumulasi besar lipid di hati, hipoketonemia parah,
hipoglikemia, hipotermia, dan plasma tinggi bebas asam lemak. Data ini jelas menunjukkan
bahwa PPAR-α merupakan faktor kunci dalam mengatur adaptasi metabolik meningkat asam
lemak (Guan, 2004)
PPAR-α juga memainkan peran penting dalam metabolisme lipid. Ini dikenal gen target yang
terlibat dalam hampir semua aspek metabolisme lipid, termasuk penyerapan, pengikatan, dan
oksidasi asam lemak; perakitan lipoprotein; dan transportasi lipid. Aktivasi PPAR-α juga
meningkatkan pengambilan asam lemak, menurunkan level trigliserida, dan meningkatkan
lipolisis trigliserida-VLDL. Secara bersama-sama, PPAR-α mungkin sebuah sensor lipid dan
dapat memberi efek metabolik menguntungkan pada metabolisme lemak (Guan,2004).
 MEKANISME HIPERLIPIDEMIA DAN RESEPTOR FIBRAT

Dalam mekanisme orang normal metabolisme asam lemak yoitu terjadi di nukleus, dengan tahap
awal yaitu ligan menempel pada PPAR (Peroxisome proliferation activated receptor). Ekspresi
gen dimulai ketika PPAR yang di aktifkifkan oleh ligan mengadakan heterodimerisasi dengan
retinoid x receptor (RXR). Herodimerisasi tersebut akan sangat meningkatkan kemampuan
PPAR berikatandengan urutan DNA yang spesifik di gen sasaran (DNA binding domain) yang
dikenal PPRE’s (Proliferator reactive elements). Akibat dari heterodimerisasi PPAR dengan
RXR yang di aktifkan ligan membuat represor yang pada awalnya menempel jadi lepas, dan
mengubah bentuk konformasi. Pengubahan bentuk konformasi tersebut mengaktifkan ko-
aktivator agar menempel dengan reseptor tersebut, sehingga terjadi transkripsi gen yang
mengatur metabolisme asam lemak dan homeostasis lipid (Zullies, 2014).
Dislipidemia terjadi jika reseptor PPAR-α terjadi mutasi atau kerusakan yang membuat asam
lemak tidak dapat berikatan dengan reseptor tersebut dan dapat terjadi juga karena terlalu
banyaknya asam lemak sehingga reseptor tidak mampu mengikat seluruh asam lemak tersebut,
akhirnya terjadi penumpukan asam lemak (Guan,2004). Menurut Katzung (2002), mekanisme
hiperlipidemia dapat terjadi karena adanya mutaasi pada PPAR-alpha yang tidak dapat mengatur
metabolisme asamlemak homeostasis lipid, sehingga LDL meningkat melebihi batas normal dan
HDL menurun. Hal ini menyebabkan kolesterol. (sumber: Staels, et al, 1998)
Obat golongan fibrat memiliki mekanisme yaitu meningkatkan hidrolisis trigliserida oleh
lipoprotein lipase menjadi asam lemak, sehingga kadar trigliserida di dalam serum akan
menurun, serta menurunkan LDL dan meningkatkan HDL (Nugroho, 2012). Menurut National
Cholesterol Education Program (2002), mekanisme golongan obat asam fibrat seperti clofibrate,
fenofibrate, gemfibrozil,ciprofibrate dan bezafibrate adalah fibrat sebagai agonis untuk faktor
transkripsi nuclear peroxisome proliferator-activated receptor alpha (PPAR-alpha), melalui
mekanisme ini, fibrat mengurangi apolipoprotein C-III dan meningkatkan apolipoprotein A-I,
transport protein asam lemak, dan lipoprotein lipase. Dampaknya pada lipoprotein lipase dan
apolopoprotein C-III (inhibitor dari lipoprotein lipase) meningkatkan katabolisme dari TGRLP,
sedangkan dengan meningkatkan oksidasi asam lemak akan mengurangi pembentukan VLDL
trigliserida. Dengan kata lain dampak ini adalah mengurangi serum trigliserida, yang merupakan
kerja utama dari fibrat. Penurunan serum trigliserida dikombinasikan dengan meningkatnya
sintesis apolipoprotein A-I dan A-II cenderung meningkatkan kadar HDL.
Menurut Staels,. et al (1998), 5 mekanisme utama yang mendasari modulasi fenotipe lipoprotein
oleh fibrat:
1. Induksi lipoprotein lipolisis. Peningkatan TRL lipolisis bisa menjadi cerminan dari
perubahan intrinsik lipoprotein lipase (LPL) aktivitas atau meningkat aksesibilitas TRLs
untuk lipolisis oleh LPL karena pengurangan konten TRL APOC-III.
2. Induksi asam lemak hati (FA) dan pengurangan serapanproduksi trigliserida hati. Pada
hewan pengerat, fibrat meningkatkan serapan FA dan konversi ke asil-CoA oleh hati
karena induksi FA protein transporter (FAT) dan asil-CoA sintetase (ACS) aktivitas.
Induksi jalur b-oksidasi dengan penurunan bersamaan dalam sintesis FA oleh hasil fibrat
dalam ketersediaan yang lebih rendah dari fatty acid untuk sintesis trigliserida, suatu
proses yang diperkuat oleh penghambatan hormon-sensitif lipase dalam jaringan adiposa
oleh fibrat.
3. Peningkatan penghapusan partikel LDL. Pengobatan fibratehasil dalam pembentukan
LDL dengan afinitas yang lebih tinggi untuk reseptor LDL, yang demikian dikatabolisme
lebih cepat.
4. Pengurangan lipid netral (kolesterol ester dan trigliserida)pertukaran antara VLDL dan
HDL mungkin hasil dari kadar plasma menurun dari TRL.
5. Peningkatan produksi dan stimulasi terbalik HDLtransportasi kolesterol. Fibrat
meningkatkan produksiapoA-I dan apoA-II di hati, yang dapat berkontribusi
padapeningkatan konsentrasi HDL plasma dan lebih efisien transportasi kolesterol
terbalikan.
Efek dari turunan asam fibrat pada lipid plasma dan lipoprotein bervariasi tergantung pada profil
mulai lipoprotein, faktor genetik dan lingkungan yang mendasari hiperlipidemia, dan obat yang
digunakan. Fibrat adalah obat pilihan untuk pengobatan individu dengan hipertrigliseridemia
berat (TG> 1000 mg / dL) atau sindrom chylomicronemia, kondisi yang berhubungan dengan
peningkatan risiko pankreatitis. Fibrat efektif dalam memproduksi pengurangan yang sering
lebih besar dari 50% dalam serum TG. Orang-orang ini biasanya memiliki kadar kolesterol LDL
yang rendah, tetapi pengobatan dengan fibrat dapat meningkatkan substan tially kadar kolesterol
LDL mereka (10% sampai 30%) dengan meningkatkan lypolysis dari sangat rendah density
lipoprotein (VLDL). Pada individu dengan hipertrigliseridemia lebih moderat (TG <400 mg /
dL), fibrat menghasilkan 30% sampai 50 pengurangan% dalam serum TG, 15% sampai 25%
peningkatan kolesterol HDL, dan penurunan, tidak ada perubahan, atau peningkatan kolesterol
LDL tingkat. Agen generasi kedua, seperti fenofibrate, mungkin lebih efektif dalam menurunkan
kolesterol LDL, memberikan 17% sampai 35% pengurangan kolesterol LDL pada individu
dengan hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia sederhana. Dengan mengurangi kecil,
partikel LDL padat mendukung, partikel LDL lebih ringan lebih besar, fenofibrate
mempromosikan perubahan komposisi dalam LDL yang meningkatkan afinitas untuk clearance
oleh reseptor LDL. Pada subyek dengan jenis IIa dan IIb hiperlipidemia, studi perbandingan 200
mg fenofibrate micronized dengan simvastatin (20 mg) dan 300 mg fenofibrate micronized
dengan lovastatin (20 mg) menunjukkan penurunan serupa dalam kolesterol total dan kolesterol
LDL dengan fenofibrate atau statin. Namun, penurunan TG yang unggul dengan fenofibrate.
Fibrat sangat efektif dalam mengurangi kadar VLDL aterogenik dan chylomicron sisa-sisa dan
merupakan obat pilihan dalam pengobatan Tipe-III hyperlipoproteinemia. Fibrat juga digunakan
dalam pengobatan pasien dengan kolesterol HDL rendah (Linton dan Sergio, 2000).
Fibrat juga dapat mempengaruhi faktor risiko non-tradisional. Sebagai contoh, sebuah
lipoprotein (Lp [a]) menurun 7% menjadi 23% pada pasien dengan tipe-II dislipidemia diobati
dengan fenofibrate. Selain itu, fenofibrate mengurangi fibrinogen pada individu dengan
dislipidemia, sedangkan gemfibrozil telah menghasilkan hasil yang kurang konsisten (Linton dan
Sergio, 2000).

 OBAT GOLONGAN FIBRAT

(sumber gambar: Stael, et al, 1998) 

Nama Nama
Sediaan Produsen
Generik Dagang

Kapsul/Tablet 300, 450,600, 900


Lopid Park Davis
mg
Gemfibrozil Lipidan Dankos
Kapsul/Tablet 300,600 mg
Lapibroz Lapi
Kapsul/Tablet 300,600 mg

Evothyl Kapsul 100, 300 mg Guardian


Fenofibrat Hipolip Kapsul 100, 300 mg Mecosin
Hyperchol Kapsul 100, 300 mg Ikapharmindo

Pharos
Klofibrat Arterol Kapsul 250, 500 mg
Chemie

Boebringer
Bezafibrat Bezalip Tablet 200 mg
M.

 
(ISFI, 2008) 
EFEK SAMPING OBAT GOLONGAN FIBRAT
Efek samping yang terkait penggunaan obat golongan fibrat yang sering dilaporkan
adalah digestive, gastric atau intestinal disorders  (seperti abdominal pain, mual, muntah, diare,
dan perut kembung) yang terjadi pada 10% pasien. Gangguan umumnya berkurang setelah
beberapa waktu. Efek samping lainnya adalah skin
reactions (seperti rash, pruritus, urticarialdan photosensitivity, dan beberapa pasien dapat
mengalami cutaneous photosensitivity dengan manifestasi
eritema, vesiculation atau nodulation  pada bagian kulit yang terpapar matahari) (Badan POM RI,
2011).
Efek samping yang paling umum adalah gastrointestinal, yang terjadi pada sekitar 5% pasien.
Fenofibrate menyebabkan lebih sedikit efek samping gastrointestinal dari gemfibrozil. Fibrat
dapat menyebabkan myositis, terutama pada individu dengan gagal ginjal. Semua fibrat
penyebab peningkatan konsentrasi kolesterol bilier dan dapat menyebabkan batu empedu.
Peningkatan kecil dalam transaminase hati dan penurunan alkali fosfatase telah dilaporkan [1].
Efek samping lain termasuk ruam, urtikaria, rambut rontok, kelelahan, sakit kepala, dan anemia
(Linton dan Sergio, 2000).
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN

 Dislipidemia merupakan suatu kelainan metabolisme lipid yang terjadi dan ditandai
dengan adanya peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan
fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL,
kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar HDL.

 Obat fibrat sebagai agonis untuk faktor transkripsi nuclear peroxisome proliferator-
activated receptor alpha (PPAR-alpha).

 Efek samping yang terkait penggunaan obat golongan fibrat yang sering dilaporkan
adalah digestive, gastric atau intestinal disorders,  dan skin reactions.

 
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Bahri T., 2004, Dislipidemia sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner, USU,
Medan.
Badan POM RI, 2011, Buletin Berita MESO, Buletin Berita MESO Vol. 29, No. 1: 1-6.
Guan, Youfei. 2004. Peroxisome Proliferator-Activated Receptor Family and Its Relationship to
Renal Complications of the Metabolic Syndrome. Journal of the American Society of
Nephrology.
ISFI, 2008, Informasi Spesialite Obat Indonesia, Volume 43, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia,
Jakarta.
Linton, M. F., dan Sergio F., 2000, Re-emergence of Fibrates in the Management of
Dyslipidemia and Cardiovascular Risk, Current Science Inc., Vol. 2:29–35
Murray, Robert K, 2002, Biokimia Harper, Edisi 25, EGC, Jakarta.
NCEP, 2002, Third report of the national cholesterol Education Programe (NCEP) expert panel
on detection, evaluation and treatment of high blood cholesterol in adults (Adults treatment panel
III), NIH Publication, II-1 s.d II-2, V-2, VI-1.
Nugroho, Agung Endro, 2012, Farmakologi: Obat-Obat Penting dalam Pembelajaran Ilmu
Farmasi dan Dunia Kesehatan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Staels B., Jean Dallongeville, Johan Auwerx, Kristina Schoonjans, Eran Leitersdorf,  Jean-
Charles Fruchart,1998, Mechanism of Action of Fibrate on Lipid Adn Lipoprotein
Metabolism, Journal  Of American Heart Association, Vol. 98:2088-2093.
Wahjuni, S., 2011, Pemberian Minyak Ikan Lemuru (Sardinella longiceps) sebagai anti
dislipidemia melalui penigkatan HDL pada Tikus Wistar, Jurnal Kimia, Vol. 5 (2): 156-162.
Zullies, Ikawati, 2014,  Farmakologi Molekuler (Target Aksi Obat dan Mekanisme
Molekulernya), UGM Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai