Sumber:
Ankur rohilla, Nidhi Dagar, Seema Rohilla, Amarjeet Dahiya, Ashok Kushnoor
(2012).Hyperlipidemia- a Deadly Pathological Condition. Inter J Curr Pharma Res; 4:15-
18
Menurut WHO tahun 2012, 46% penyebab kematian di dunia adalah penyakit
kardiovaskuler dan menempati peringkat pertama. Di Indonesia, kematian yang disebabkan
penyakit kardiovaskuler menempati urutan ke-7 (Riskesdas, 2013). Hipertensi menyebabkan
setidaknya 45% kematian karena penyakit jantung dan 51% kematian karena penyakit
stroke. Kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit jantung
koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada
tahun 2030 (Kemenkes, 2014).
Dalam suatu meta analisis di Cina dengan ukuran sampel 387.825 orang
menunjukkan bahwa prevalensi, kesadaran, pengobatan dan tingkat pengendalian
hiperlipidemia masing-masing adalah 41,9, 24,4, 8,8 dan 4,3%. Prevalensi
hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, hiperlipidemia, rendahnya kadar HDL dan
tingginya kadar LDL masing-masing adalah 10,1, 17,7, 5,1, 11,0 dan 8,8%. Kasus penyakit
stroke meningkat sangat pesat di Indonesia, prevalensinya mencapai 12,1% dan penyakit
jantung koroner usia ≥ 15 tahun, prevalensinya sebesar 1,5% (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2013).
Sumber:
Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta: Kemenkes RI; 2013.
- Etiologi : sarput
Pembuangan lemak dari darah pada setiap orang memiliki kecepatan yang berbeda.
Seseorang bisa makan sejumlah besar lemak hewani dan tidak pernah memiliki kadar
kolesterol total lebih dari 200 mg/dl, sedangkan yang lainnya menjalani diet rendah
lemak yang ketat dan tidak pernah memiliki kadar kolesterol total dibawah 260 mg/dl.
Perbedaan ini tampaknya bersifat genetik dan secara luas berhubungan dengan perbedaan
kecepatan masuk dan keluarnya lipoprotein dari aliran darah (UPT- Balai Informasi
Teknologi Lipi, 2009)
Sumber :
Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, L.M. (2005).
Pharmacotherapy A Pathophysiological Approach Sixth Edition. USA: McGraw-Hill
Medical.
- Patofisiologi : rahmi
Patofisiologi Hiperlipidemia
Patofisiologi hiperlipidemia yaitu peningkatan kolesterol total dan LDL dan penurunan
kolesterol HDL (Sukandar et al, 2008). Untuk mendiagnosa adanya hiperlipidemia salah satunya
dengan pemeriksaan laboratorium yang ditandai adanya penurunan HDL, kadar HDL dikatakan
rendah jika kurang dari 40 mg/dL (Dipiro et al., 2008). Namun berdasarkan Dipiro edisi ke-7
patofisiologi dari hiperlipidemia dijelaskan sebagai berikut :
Kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid diangkut dalam aliran darah sebagai kompleks lipid
dan protein yang dikenal sebagai lipoprotein. Tinggi kolesterol total dan LDL dan
penurunan kolesterol HDL dikaitkan dengan perkembangan penyakit jantung koroner
(PJK).
Hipotesis respons terhadap cedera menyatakan bahwa faktor risiko seperti teroksidasi
LDL, cedera mekanis pada endotelium, homosistein yang berlebihan, serangan
imunologis, atau perubahan yang diinduksi infeksi pada endotel dan fungsi intima
menyebabkan disfungsi endotel dan serangkaian interaksi yang berujung pada
aterosklerosis. Hasil klinis akhirnya mungkin termasuk angina, infark miokard, aritmia,
stroke, penyakit arteri perifer, aneurisma aorta perut, dan kematian mendadak.
Lesi aterosklerotik diperkirakan timbul dari transportasi dan retensi LDL plasma melalui
lapisan sel endotel ke dalam matriks ekstraseluler dari ruang subendotel. Begitu berada di
dinding arteri, LDL secara kimiawi dimodifikasi melalui oksidasi dan glikasi
nonenzimatik. Sedikit teroksidasi LDL kemudian merekrut monosit ke dalam dinding
arteri. Monosit ini kemudian berubah menjadi makrofag yang mempercepat oksidasi
LDL
LDL teroksidasi memprovokasi respon inflamasi yang dimediasi oleh sejumlah
chemoattractants dan sitokin (misalnya, merangsang koloni monosit) faktor, molekul
adhesi antar sel, faktor pertumbuhan yang diturunkan dari trombosit, mengubah faktor
pertumbuhan, interleukin-1, interleukin-6).
Cedera berulang dan perbaikan dalam plak aterosklerotik akhirnya menyebabkan ke topi
berserat melindungi inti yang mendasari lipid, kolagen, kalsium, dan sel inflamasi seperti
limfosit T. Pemeliharaan berserat plak sangat penting untuk mencegah pecahnya plak dan
penyakit koroner berikutnya trombosis.
Gangguan lipoprotein primer atau genetik diklasifikasikan ke dalam enam kategori untuk:
deskripsi fenotipik dislipidemia. Jenis dan yang sesuai peningkatan lipoprotein meliputi: I
(kilomikron), IIa (LDL), Iib (LDL + lipoprotein densitas sangat rendah, atau VLDL), III
(kepadatan menengah lipoprotein), IV (VLDL), dan V (VLDL + kilomikron). Bentuk
sekunder hiperlipidemia juga ada, dan beberapa kelas obat dapat meningkatkan kadar
lipid (misalnya, progestin, diuretik thiazide, glukokortikoid, -blocker, isotretinoin,
inhibitor protease, siklosporin, mirtazapin, sirolimus).
Cacat utama pada hiperkolesterolemia familial adalah ketidakmampuan untuk mengikat
LDL ke reseptor LDL (LDL-R) atau, jarang, cacat internalisasi kompleks LDL-R ke
dalam sel setelah pengikatan normal. Hal ini menyebabkan kurangnya Degradasi LDL
oleh sel dan biosintesis kolesterol yang tidak diatur, dengan kolesterol total dan kolesterol
LDL (LDL-C) berbanding terbalik dengan defisit LDL-R
Secara umum, hiperlipidemia terjadi berdasarkan beberapa mekanisme, diantaranya :
(1) Penurunan ekskresi trigliserida kaya lipoprotein dan inhibisi lipoprotein lipase dan
trigliserida lipase.
(2) Faktor-faktor lainnya seperti resistensi insulin, defisiensi carnitine, dan hipertiroidisme
yang dapat menyebabkan kelainan metabolisme lemak.
(3) Pada sindrom nefrotik, penurunan kadar protein albumin dalam sirkulasi menyebabkan
kenaikan sintesis lipoprotein untuk mempertahankan tekanan onkotik plasma
(Majid, 2013).
1. Patofisiologi hiperkolesterolemia
Kolesterol LDL normalnya bersirkulasi di dalam tubuh sekitar dua setengah hari, kemudian
berikatan dengan reseptor LDL di sel-sel hati, untuk kemudian di endositosis. LDL dalam tubuh
hilang, dan sintesis kolesterol oleh liver di supresi oleh mekanisme HMG-CoA reduktase. Pada
kondisi hiperkolesterolemia familial, fungsi reseptor LDL terganggu atau bahkan hilang,
sehingga LDL bersirkulasi di darah lebih lama yaitu empat setengah hari. Hal ini menyebabkan
kenaikan kadar LDL darah, namun lipoprotein lainnya tetap normal. Pada mutasi dari ApoB,
terjadi penurunan ikatan partikel LDL dengan reseptor, sehingga terjadi kenaikan kadar LDL
(Harikumar, dkk., 2013).
2. Patofisiologi hiperlipidemia
Hipertrigliseridemia dapat terjadi karena dua mekanisme. Mekanisme pertama adalah
kelebihan produksi VLDL oleh hati sebagai akibat dari kenaikan asam lemak bebas yang
melewati hati. Mekanisme kedua adalah adanya gangguan pada pemecahan VLDL dan
kilomikron oleh lipoprotein lipase. Ketika aktifitas lipoprotein lipase menurun, trigliserida gagal
dihidrolisa, diubah, atau dihancurkan, dan metabolism kilomikron serta VLDL remnan tertunda
(Harikumar, dkk., 2013).
Tabel. 1 Klasifikasi Nilai Kolesterol Total, LDL, HDL dan Trigliserida (Dipiro, 2005)
Dipiro, J., Talbert, L.R., Yee, G.C., Matzke, G R., Wells, B.G., Possey, L.M., 2008,
Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 7 th Edition, Micc Grow Hill Medical,
Washington Dc
Harikumar, K. Abdul Althaf, Kishore kumar, Ramunaik, Survana. 2013. A review on
Hyperlipidemic. International Journal Of Novel Trends In Pharmaceutical Sciences. Vol. 3.
No. 4
Adnyana, I. K., Andrajati, R., Setiadi, A. P., Sigit, J. I., Sukandar, E. Y. 2008. ISO
Farmakoterapi. PT. ISFI Penerbitan: Jakarta
Hiperlipidemia tidak memberikan tanda-tanda klinis, namun terdapat gejala yang nyata
yang disebut xantoma yaitu penumpukan jaringan lemak di dalam tendo (urat daging) dan di
dalam kulit yang sering dijumpai antara lain di lipatan kelopak mata. Jika kadar kolesterol
tidak terkontrol lama kelamaan akan menumpuk, menjadi aterosklerosis dan penyakit
jantung koroner. Gejala hiperlipidemia diantaranya yaitu merasa sakit, berdebar,
berkeringat, gelisah, bernafas pendek, kehilangan kesadaran atau sulit dalam berbicara atau
bergerak, sakit abnominal, dan kematian secara mendadak. Pasien yang terkena sindrom
metabolisme kemungkinan memiliki tiga atau lebih komplikasi, yaitu obesitas abdominal,
atherogenic dyslipidemia, tekanan darah tinggi, resistensi insulin (dengan atau tanpa
intoleransi glukosa), keadaan prothrombotic, atau keadaan proinflammator. (Dipiro et al,.
2008).
Berikut beberapa manifestasi klinik dari hiperlipidemia adalah :
Sumber :
Dipiro, J.T. 2008. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach 7th ed.. United States of
America: The McGraw-Hill Companies.
- diagnosis : ratih
makalah : fira