Anda di halaman 1dari 11

- Definisi :rizka

Hiperlipidemia adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peningkatan


sebagian atau semua profil lipid dan/ atau lipoprotein dalam darah. Disebut juga
hiperkolesterolemia/ hiperlipoproteinemia (Amit et al., 2011). Meskipun peningkatan
kolesterol lipoprotein densitas rendah (LDL) dianggap sebagai indikator terbaik risiko
aterosklerosis, (Amit et al., 2011) dislipidemia (jumlah abnormal lipid dalam darah) juga
dapat menggambarkan peningkatan kolesterol total (TC) atau trigliserida ( TG), atau kadar
kolesterol lipoprotein densitas tinggi (HDL) yang rendah.
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan
atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah
kenaikan kadar kolesterol total, Low Density Lipoprotein (LDL), dan trigliserida serta
penurunan kadar High Density Lipoprotein (HDL) (Sunita, 2004). Dislipidemia dalam
proses terjadinya aterosklerosis semuanya memiliki peran yang penting dan sangat
berkaitan satu dengan yang lain, sehingga tidak mungkin dibahas sendiri-sendiri.
Ketiganya dikenal sebagai triad lipid, yaitu:
a. Kolesterol total
Banyak penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara kadar kolesterol total darah
dengan resiko penyakit jantung koroner (PJK) sangat kuat, konsisten, dan tidak
bergantung pada faktor resiko lain. Penelitian genetik, eksperimental, epidemiologis,
dan klinis menunjukkan dengan jelas bahwa peningkatan kadar kolesterol total
mempunyai peran penting pada patogenesis penyakit jantung koroner (PJK).
b. Kolesterol HDL dan kolesterol LDL
Bukti epidemiologis dan klinis menunjang hubungan negatif antara kadar kolesterol
HDL dengan penyakit jantung koroner. Intervensi obat atau diet dapat menaikan kadar
kolesterol HDL dan dapat mengurangi penyakit jantung koroner.
c. Trigliserida
Kadar trigliserida diantara 250-500 mg/dl dianggap berhubungan dengan penyakit
jantung koroner apabila disertai adanya penurunan kadar kolesterol HDL.
Tubuh manusia adalah mesin yang kompleks untuk memelihara homeostasis
berbagai organ dan sistem organ. Setiap perubahan yang tidak diinginkan akan
mengganggu keseimbangan yang mengakibatkan keadaan sakit (Virchow dan Thrombose,
1856). Lipid adalah lemak dalam aliran darah, biasanya dibagi menjadi kolesterol dan
trigliserida. Kolesterol bersirkulasi dalam aliran darah dan terlibat dalam struktur dan
fungsi sel. Trigliserida (TG) paling baik dipandang sebagai energi yang baik digunakan
segera atau disimpan dalam sel lemak. TG diproduksi di hati dari makanan atau dengan
diserap dari usus (Ankur et al., 2012). Virchow pada abad ke-19 yang mengidentifikasi
kristal kolesterol pada lesi aterosklerotik dan menyatakan bahwa cedera sel endotel
memulai aterogenesis (Virchow dan Thrombose, 1856).

Sumber:

Amit G, Vandana S, Sidharth M (2011). Hyperlipidemia: An Updated Review. Inter J of


Biopharma & Toxicol Res; 1:81-89.

Ankur rohilla, Nidhi Dagar, Seema Rohilla, Amarjeet Dahiya, Ashok Kushnoor
(2012).Hyperlipidemia- a Deadly Pathological Condition. Inter J Curr Pharma Res; 4:15-
18

Virchow RP, Thrombose IG (1856). In Gesammelte Abhandlungen zur Wissenschaftlichen


Medicin. Frankfurt-am-Main, Meidinger Sohn & Company, S 458-564
- Epidemiologi :rizka

Hiperlipidemia menyumbang angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi


karena hiperlipidemia merupakan salah satu penyebab tersering terjadinya penyakit sistem
sirkulasi yaitu Penyakit Jantung Koroner (PJK). Pada tahun 2008 WHO mencatat lebih dari
17 juta orang meninggal akibat PJK di seluruh dunia. PJK menyumbang 48% angka
kematian dari NCDs (NonCommunicable Diseases) yang angka kematiannya diperkirakan
akan terus meningkat hingga tahun 2030 (WHO, 2011).

Menurut WHO tahun 2012, 46% penyebab kematian di dunia adalah penyakit
kardiovaskuler dan menempati peringkat pertama. Di Indonesia, kematian yang disebabkan
penyakit kardiovaskuler menempati urutan ke-7 (Riskesdas, 2013). Hipertensi menyebabkan
setidaknya 45% kematian karena penyakit jantung dan 51% kematian karena penyakit
stroke. Kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit jantung
koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada
tahun 2030 (Kemenkes, 2014).

Dalam suatu meta analisis di Cina dengan ukuran sampel 387.825 orang
menunjukkan bahwa prevalensi, kesadaran, pengobatan dan tingkat pengendalian
hiperlipidemia masing-masing adalah 41,9, 24,4, 8,8 dan 4,3%. Prevalensi
hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, hiperlipidemia, rendahnya kadar HDL dan
tingginya kadar LDL masing-masing adalah 10,1, 17,7, 5,1, 11,0 dan 8,8%. Kasus penyakit
stroke meningkat sangat pesat di Indonesia, prevalensinya mencapai 12,1% dan penyakit
jantung koroner usia ≥ 15 tahun, prevalensinya sebesar 1,5% (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2013).

Sumber:

Kemenkes RI. Lingkungan Sehat, Jantung Sehat. 2014.

Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta: Kemenkes RI; 2013.

- Etiologi : sarput

Hiperlipidemia adalah kenaikan kadar kolesterol, kolesterol ester, fosfolipid,


trigliserida atau kombinasi dari keadaan abnormal tersebut dari keadaan normalnya.Kadar
lipoprotein, terutama kolesterol LDL, meningkat sejalan dengan bertambahnya usia.
Dalam keadaan normal, pria memiliki kadar yang lebih tinggi, tetapi setelah menopause
kadarnya pada wanita mulai meningkat. Hiperlipidemia ini dapat terjadi secara primer
(gangguan metabolisme lipid) dan sekunder (komplikasi penyakit seperti diabetes
melitus, hipertiroidisme, obesitas, obstruksi hati dan pengaruh obat-obatan). Lipid tidak 
terdapat dalam bentuk bebas di dalam darah, tetapi terikat dengan protein membentuk
lipoprotein. Pada keadaan hiperlipidemia terjadi kenaikan kadar  lipoprotein LDL dan
penurunan kadar HDL di dalam darah. Kenaikan kadar  lipoprotein dalam darah atau
hiperlipidemia berperan penting pada arteriosklerosis yang dapat menyebabkan penyakit
jantung koroner dan stroke. (Dipiro,2005)

Hiperlipidemia biasanya disebabkan oleh:

 Riwayat keluarga dengan hiperlipidemia


 Obesitas Diet kaya lemak
 Kurang melakukan olahraga
 Penggunaan alkohol
 Merokok sigaret
 Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik
 Kelenjar tiroid yang kurang aktif.
 Sebagian besar kasus peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol total bersifat
sementara dan tidak berat, dan terutama merupakan akibat dari makan lemak.

Pembuangan lemak dari darah pada setiap orang memiliki kecepatan yang berbeda.
Seseorang bisa makan sejumlah besar lemak hewani dan tidak pernah memiliki kadar
kolesterol total lebih dari 200 mg/dl, sedangkan yang lainnya menjalani diet rendah
lemak yang ketat dan tidak pernah memiliki kadar kolesterol total dibawah 260 mg/dl.
Perbedaan ini tampaknya bersifat genetik dan secara luas berhubungan dengan perbedaan
kecepatan masuk dan keluarnya lipoprotein dari aliran darah (UPT- Balai Informasi
Teknologi Lipi, 2009)

Sumber :
Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, L.M. (2005).
Pharmacotherapy A Pathophysiological Approach Sixth Edition. USA: McGraw-Hill
Medical.

UPT-Balai Informasi Teknologi LIPI. 2009. Pangan & Kesehatan.


http://www.bit.lipi.go.id/pangankesehatan/documents/artikel_kolesterol/ko
lesterol_tinggi.pdf [Diakses 10 September 2014].

- Patofisiologi : rahmi

Patofisiologi Hiperlipidemia

Patofisiologi hiperlipidemia yaitu peningkatan kolesterol total dan LDL dan penurunan
kolesterol HDL (Sukandar et al, 2008). Untuk mendiagnosa adanya hiperlipidemia salah satunya
dengan pemeriksaan laboratorium yang ditandai adanya penurunan HDL, kadar HDL dikatakan
rendah jika kurang dari 40 mg/dL (Dipiro et al., 2008). Namun berdasarkan Dipiro edisi ke-7
patofisiologi dari hiperlipidemia dijelaskan sebagai berikut :
 Kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid diangkut dalam aliran darah sebagai kompleks lipid
dan protein yang dikenal sebagai lipoprotein. Tinggi kolesterol total dan LDL dan
penurunan kolesterol HDL dikaitkan dengan perkembangan penyakit jantung koroner
(PJK).
 Hipotesis respons terhadap cedera menyatakan bahwa faktor risiko seperti teroksidasi
LDL, cedera mekanis pada endotelium, homosistein yang berlebihan, serangan
imunologis, atau perubahan yang diinduksi infeksi pada endotel dan fungsi intima
menyebabkan disfungsi endotel dan serangkaian interaksi yang berujung pada
aterosklerosis. Hasil klinis akhirnya mungkin termasuk angina, infark miokard, aritmia,
stroke, penyakit arteri perifer, aneurisma aorta perut, dan kematian mendadak.
 Lesi aterosklerotik diperkirakan timbul dari transportasi dan retensi LDL plasma melalui
lapisan sel endotel ke dalam matriks ekstraseluler dari ruang subendotel. Begitu berada di
dinding arteri, LDL secara kimiawi dimodifikasi melalui oksidasi dan glikasi
nonenzimatik. Sedikit teroksidasi LDL kemudian merekrut monosit ke dalam dinding
arteri. Monosit ini kemudian berubah menjadi makrofag yang mempercepat oksidasi
LDL
 LDL teroksidasi memprovokasi respon inflamasi yang dimediasi oleh sejumlah
chemoattractants dan sitokin (misalnya, merangsang koloni monosit) faktor, molekul
adhesi antar sel, faktor pertumbuhan yang diturunkan dari trombosit, mengubah faktor
pertumbuhan, interleukin-1, interleukin-6).
 Cedera berulang dan perbaikan dalam plak aterosklerotik akhirnya menyebabkan ke topi
berserat melindungi inti yang mendasari lipid, kolagen, kalsium, dan sel inflamasi seperti
limfosit T. Pemeliharaan berserat plak sangat penting untuk mencegah pecahnya plak dan
penyakit koroner berikutnya trombosis.
 Gangguan lipoprotein primer atau genetik diklasifikasikan ke dalam enam kategori untuk:
deskripsi fenotipik dislipidemia. Jenis dan yang sesuai peningkatan lipoprotein meliputi: I
(kilomikron), IIa (LDL), Iib (LDL + lipoprotein densitas sangat rendah, atau VLDL), III
(kepadatan menengah lipoprotein), IV (VLDL), dan V (VLDL + kilomikron). Bentuk
sekunder hiperlipidemia juga ada, dan beberapa kelas obat dapat meningkatkan kadar
lipid (misalnya, progestin, diuretik thiazide, glukokortikoid, -blocker, isotretinoin,
inhibitor protease, siklosporin, mirtazapin, sirolimus).
 Cacat utama pada hiperkolesterolemia familial adalah ketidakmampuan untuk mengikat
LDL ke reseptor LDL (LDL-R) atau, jarang, cacat internalisasi kompleks LDL-R ke
dalam sel setelah pengikatan normal. Hal ini menyebabkan kurangnya Degradasi LDL
oleh sel dan biosintesis kolesterol yang tidak diatur, dengan kolesterol total dan kolesterol
LDL (LDL-C) berbanding terbalik dengan defisit LDL-R
Secara umum, hiperlipidemia terjadi berdasarkan beberapa mekanisme, diantaranya :
(1) Penurunan ekskresi trigliserida kaya lipoprotein dan inhibisi lipoprotein lipase dan
trigliserida lipase.
(2) Faktor-faktor lainnya seperti resistensi insulin, defisiensi carnitine, dan hipertiroidisme
yang dapat menyebabkan kelainan metabolisme lemak.
(3) Pada sindrom nefrotik, penurunan kadar protein albumin dalam sirkulasi menyebabkan
kenaikan sintesis lipoprotein untuk mempertahankan tekanan onkotik plasma
(Majid, 2013).
1. Patofisiologi hiperkolesterolemia
Kolesterol LDL normalnya bersirkulasi di dalam tubuh sekitar dua setengah hari, kemudian
berikatan dengan reseptor LDL di sel-sel hati, untuk kemudian di endositosis. LDL dalam tubuh
hilang, dan sintesis kolesterol oleh liver di supresi oleh mekanisme HMG-CoA reduktase. Pada
kondisi hiperkolesterolemia familial, fungsi reseptor LDL terganggu atau bahkan hilang,
sehingga LDL bersirkulasi di darah lebih lama yaitu empat setengah hari. Hal ini menyebabkan
kenaikan kadar LDL darah, namun lipoprotein lainnya tetap normal. Pada mutasi dari ApoB,
terjadi penurunan ikatan partikel LDL dengan reseptor, sehingga terjadi kenaikan kadar LDL
(Harikumar, dkk., 2013).
2. Patofisiologi hiperlipidemia
Hipertrigliseridemia dapat terjadi karena dua mekanisme. Mekanisme pertama adalah
kelebihan produksi VLDL oleh hati sebagai akibat dari kenaikan asam lemak bebas yang
melewati hati. Mekanisme kedua adalah adanya gangguan pada pemecahan VLDL dan
kilomikron oleh lipoprotein lipase. Ketika aktifitas lipoprotein lipase menurun, trigliserida gagal
dihidrolisa, diubah, atau dihancurkan, dan metabolism kilomikron serta VLDL remnan tertunda
(Harikumar, dkk., 2013).

Tabel. 1 Klasifikasi Nilai Kolesterol Total, LDL, HDL dan Trigliserida (Dipiro, 2005)

Dipiro, J., Talbert, L.R., Yee, G.C., Matzke, G R., Wells, B.G., Possey, L.M., 2008,
Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 7 th Edition, Micc Grow Hill Medical,
Washington Dc
Harikumar, K. Abdul Althaf, Kishore kumar, Ramunaik, Survana. 2013. A review on
Hyperlipidemic. International Journal Of Novel Trends In Pharmaceutical Sciences. Vol. 3.
No. 4

Adnyana, I. K., Andrajati, R., Setiadi, A. P., Sigit, J. I., Sukandar, E. Y. 2008. ISO
Farmakoterapi. PT. ISFI Penerbitan: Jakarta

- Manifestasi klinis : sarput

Hiperlipidemia tidak memberikan tanda-tanda klinis, namun terdapat gejala yang nyata
yang disebut xantoma yaitu penumpukan jaringan lemak di dalam tendo (urat daging) dan di
dalam kulit yang sering dijumpai antara lain di lipatan kelopak mata. Jika kadar kolesterol
tidak terkontrol lama kelamaan akan menumpuk, menjadi aterosklerosis dan penyakit
jantung koroner. Gejala hiperlipidemia diantaranya yaitu merasa sakit, berdebar,
berkeringat, gelisah, bernafas pendek, kehilangan kesadaran atau sulit dalam berbicara atau
bergerak, sakit abnominal, dan kematian secara mendadak. Pasien yang terkena sindrom
metabolisme kemungkinan memiliki tiga atau lebih komplikasi, yaitu obesitas abdominal,
atherogenic dyslipidemia, tekanan darah tinggi, resistensi insulin (dengan atau tanpa
intoleransi glukosa), keadaan prothrombotic, atau keadaan proinflammator. (Dipiro et al,.
2008).
Berikut beberapa manifestasi klinik dari hiperlipidemia adalah :

1. Hiperkolesterolemia familial ditandai dengan peningkatan selektif LDL plasma dan


pengendapan kolesterol yang diturunkan dari LDL dalam tendon (xanthomas) dan arteri
(ateroma) (Barbara et al., 2005)
2. Defisiensi lipoprotein lipase familial dijelaskan dengan akumulasi massif kilomikron
dan berhubungan dengan meningkatnya trigliserida plasma atau pola lipoprotein tipe I.
Gejala yang muncul termasuk serangan berulang pankreatitis dan nyeri abdominal,
munculnya xantomatosis kutaneus, dan hepatosplenomegali yang diawali sejak kecil.
Gejala buruk proposional dengan asupan lemak dalam makanan mengakibatkan
peningkatan kilomikron. Pembentukan aterosklerosis tidak dipercepat dengan penyakit
ini.
3. Gejala klinis pasien dengan hiperlipoproteinemia familia tipe III berkembang setelah
umur 20 tahun yaitu xantoma striata palmaris (perubahan warna menjadi kuning pada
palmar dan berkerutnya digital); tuberosa xantoma (bulbus kutaneus xantoma); dan
aterosklerosis parah yang melibatkan arteri coroner, carotid internal, dan aorta
abdominal.
4. Hiperlipoproteinemia tipe IV dijelaskan dengan nyeri abdominal, pankreatitis,
munculnya xantoma dan polyneuropathy perifer. Pasien-pasien ini biasanya ozat
besitas, hiperurisemnia, dan diabetes; peminum alcohol, eksogenus estrogen, dan gagal
ginjal dapat memperburuk factor yang telah ada. Resiko aterosklerosis meningkat
dengan penyakit tipe ini.
Manifestasi klinik dari hiperlipoproteinemia muncul karena adanya endapan lipid pada
sistem vaskular dan mata. Secara umum kebanyakan pasien tidak akan menunjukan gejala
tertentu untuk jangka waktu yang panjang sebelum muncul bukti klinis. Pasien dengan
sindrom metabolik dapat memiliki tiga atau lebih presentasi klinik berikut : obesitas
abdominal, dislipidemia aterogenik, peningkatan tekanan darah, resistensi insulin dengan
atau tanpa intoleransi glukosa, keadaan protrombotik, atau keadaan proinflamatori.
a. Gejala : tanpa sampai dengan nyeri dada yang parah, palpitasi, berkeringat, anxietas,
nafas pendek, kehilangan kesadaran atau kesulitan dalam berbicara atau bergerak, nyeri
abdomen, kematian yang tiba-tiba.
b. Tanda : tanpa sampai dengan nyeri abdomen yang parah, pankreatitis, xanthomas eruptif,
polineuropati perifer, tekanan darah tinggi, indeks massa tubuh > 30 kg/m2 atau ukuran
pinggang > 40 inci (101,6 cm) pada pria atau 35 inci (88,9 cm) pada wanita.
c. Tes laboratorium : Peningkatan kolesterol total, LDL, trigliserida, apolipoprotein B, C-
reactive protein serta penurunan level HDL. Klasifikasi kadar lipid dan kolesterol dapat
dilihat pada tabel 2 dan tabel 3.
d. Tes diagnostik lainnya : Lipoprotein(a), homosistein, serum amiloid A, small dense LDL
(pola B), subklasifikasi HDL, isoform apolipoprotein E, apolipoprotein A1, fibrinogen,
folate, titer Chlamydia pneumoniae, lipoprotein terkait fosfolipase A2, omega-3 indeks.
Tes diagnostik lain termasuk tes skrining manifestasi penyakit vaskular (ankle-brachial
index, exercise testing, magnetic resonance imaging) dan diabetes (glukosa puasa, tes
toleransi glukosa oral) (Talbert, 2008).

Sumber :

Barbara G Wells, Joseph T DiPiro, Terry L Schwinghammer, Cindy Hamilton (2005).


Pharmacotherapy Handbook, 6thed. McGraw-Hill publications. p. 92-96.

Dipiro, J.T. 2008. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach 7th ed.. United States of
America: The McGraw-Hill Companies.
- diagnosis : ratih

- Penatalaksanaan Penyakit baik terapi non farmakologi : fira

- terapi farmakologi :roni

- alternatif farmakologi : rahmi

makalah : fira

Anda mungkin juga menyukai