Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

“ HIPERKOLESTEROL” (Kolesterol Tinggi)

DI PUSKESMAS TERMINAL

DI SUSUN OLEH :

NAMA : RAHMI MAULIDA

NIM : 1814401110019

KELOMPOK : 3

DOSEN PEMBIMBING :

1. SRI SUNDARI, Ns., M.Kep

2. HARIS FADLI, S.Kep.,Ns

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019/2020


HIPERKOLESTEROL

1. DEFENISI

Kolesterol adalah sterol terbanyak di dalam tubuh, bentuknya dapat sebagai


kolesterol bebas ataupun terikat pada asam lemak sebagai
kolesterilester.Umumnya kolesterol dalam darah dan limfe terlihat sebagai
kolesterilester Sedangkan yang dalam sel-sel darah otot, hepar, dan jaringan lain
dalam bentuk bebas (Irawan dan Poestika, 1997 dalam Yudhasari, 2008).
Struktur kimia dasar kolesterol berupa steroid. Terdapat dalam jaringan dan
lipoprotein plasma dalam bentuk kolesterol bebas atau gabungan dari asam
lemak rantai panjang sebagai ester kolesteril. Senyawa kolesterol ini disintesis
dalam banyak jaringan dari asetil-Ko A dan akhirnya dikeluarkan dari tubuh
melalui empedu sebagai garam kolesterol atau empedu. Kolesterol adalah produk
khas hasil metabolisme hewan sehingga terdapat dalam semua bahan makanan
yang berasal dari hewan, misalnya kuning telur, otak, daging dan hati
(Sulistyowati, 2006).
Menurut Rahayu (2005), kolesterol merupakan unsur penting dalam tubuh
yang diperlukan untuk mengatur proses kimiawi di dalam tubuh, tetapi kolesterol
dalam jumlah tinggi bisa menyebabkan terjadinya aterosklerosis (penyempitan
dan pengerasan pembuluh darah). Jika aterosklerosis ini terjadi di pembuluh
darah jantung, maka akan menyebabkan penyakit jantung koroner.
Penggumpalan darah yang bercampur dengan lemak yang menempel di
pembuluh darah akan menyebabkan serangan jantung. Rahayu (2005) juga
menyatakan, terdapat korelasi yang jelas antara penyakit aterosklerosis arteria
koroner dengan kadar kolesterol total dalam darah, yang terutama mencerminkan
kandungan kolesterol pada LDL (Kolesterol LDL).
Hiperkolesterolemia merupakan hasil dari meningkatnya produksi dan atau
meningkatnya penggunaan LDL (Low Density Lipoprotein). Hiperkolesterolemia
dapat merupakan hiperkolesterol familial atau dapat disebabkan karena konsumsi
kolesterol tinggi. Menurut Prawitasari dkk. (2011), hiperkolesterolemia familial
(HF) merupakan kelainan genetik tersering penyebab terjadinya penyakit jantung
koroner/aterosklerosis. Hiperkolesterol terutama fraksi LDL, adalah faktor
terpenting terbentuknya aterosklerosis (Murwani dkk., 2006).
Proses aterosklerosis yang terjadi di pembuluh darah jantung dapat
menyebabkan terjadinya jantung koroner, apabila terjadi di pembuluh darah otak
dapat menyebabkan terjadinya stroke. HDL (High Density Lipoprotein) disebut
juga kolesterol baik karena mempunyai efek antiaterogenik yaitu mengangkut
kolesterol bebas dari pembuluh darah dan jaringan lain menuju hati, selanjutnya
mengeluarkannya lewat empedu. Kadar LDL yang tinggi cenderung disertai
dengan kadar trigliserida yang tinggi pula, sedangkan apabila kadar HDL tinggi
maka kadar trigliserida cenderung rendah (Yudhasari, 2008).

2. ETIOLOGI
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya hiperkolesterolemia. Bisa
disebabkan oleh faktor genetik seperti pada hiperkolesterolemia familial dan
hiperkoleterolemia poligenik, juga bisa disebabkan faktor sekunder akibat dari
penyakit lain seperti diabetes mellitus, sindroma nefrotik serta faktor kebiasaan
diet lemak jenuh (saturated fat), kegemukan dan kurang olahraga.
Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan seseorang beresiko tinggi
menderita hiperkolesterolemia. beberapa faktor dapat dikurangi atau dihilangkan
dengan pengubahan gaya hidup, beberapa faktor sulit untuk diubah. tapi
setidaknya pengurangan faktor resiko harus dilakukan semaksimal mungkin.
faktor resiko utama penyebab tingginya kolesterol darah antara lain obesitas atau
kegemukan, makanan tinggi asam lemak dan lemak jenuh, biasanya makanan yg
digoreng, makanan rendah serat, kurang beraktifitas fisik, stress, merokok,
tinggal di area dengan tingkat polusi tinggi (industri, kota yg padat kendaraan
bermotor), diabetes, underactive thyroid, dan polycystic ovary syndrome.
1. Hiperkolesterolemia Poligenik
Tipe ini merupakan hiperkolesterolemia yang paling sering ditemukan,
merupakan interaksi antara kelainan genetik yang multipel, nutrisi dan faktor-
faktor lingkungan lainnya serta memiliki lebih dari satu dasar metabolik.
Penyakit ini biasanya tidak disertai dengan xantoma.
2. Hiperkolesterolemia Familial
Penyakit yang diturunkan ini terjadi akibatkan oleh adanya defek gen pada
reseptor LDL permukaan membran sel tubuh. Ketidakadaan reseptor ini
menyebabkan hati tidak bisa mengabsorpsi LDL. Karena mengganggap LDL
tidak ada, hati kemudian memproduksi VLDL yang banyak ke dalam plasma.
Pada pasien dengan Hiperkolesterolemia familial ditemukan kadar kolesterol
total mencapai 600 sampai 1000 mg/dl atau 4 sampai 6 kali dari orang normal.
Banyak pasien ini meninggal sebelum berumur 20 tahun akibat infark
miokard.
3. Kebiasaan Diet lemak Jenuh, Kurang olahraga dan Kegemukan
Pada tubuh manusia, reseptor LDL menangkap LDL yang tidak teroksidasi
dan disimpan di dalam sel tubuh. Jika sudah berlebih, LDL tidak masuk ke
dalam sel kemudian dimetabolime di hepar untuk menjadi asam empedu dan
diekskresikan keluar. Pada proses patologi, oksidan LDL ditangkap oleh
makrofag dan kemudian menjadi sel busa dan menumpuk di dalam tubuh,
tidak diekskresi dan apabila menumpuk didalam pembuluh darah
menimbulkan plak aterome dan lama-kelamaan menjadi aterosklerosis.
Penelitian pada binatang yang ditingkatkan kadar serumnya
menunjukkan LDL memicu atrogenesis. Ada bentuk kelainan gen pada
manusia yang menyebabkan peningkatan LDL secara berat yang
menimbulkan penyakit kardiovaskuler pada usia muda. LDL menimbulkan
penumpukan kolesterol pada dinding arteri. LDL juga menyebabkan
rangsangan inflamasi dani inflamasi pada lesi aterogenik. Peningkatan LDL
berhubungan dengan semua tingkatan aterogenik yaitu disfungsi endotel,
pembentukan dan pertumbuhan plak, ketidakstabilan plak dan
thrombosis.Peningkatan LDL plasma menyebabkan retensi partikel LDL pada
dinding arteri meningkat, oksidasi LDL dan pengeluaran zat-zat mediator
inflamasi . Terapi terhadap peningkatan LDL menunjukkan fungsi endotel
koroner menjadi normal.
Akibat Penyakit Lain
Berikut ini dislipidemia yang disebabkan oleh penyakit lain:
Tabel 3
Penyebab Hiperkolesterolemia yang disebabkan oleh penyakit
No. Penyakit penyebab Kelainan lipid
1. Diabetes mellitus (DM) TG dan HDL
2. Gagal ginjal kronis TG
3. Sindrom nefrotik Kolesterol total
4. Hipotiroidisme Kolesterol total
5. Penyalahgunaan alcohol TG
6. Kholestasis Kolesterol total
7. Kehamilan TG
8. Obat-obatan (kontrasepsi oral, diuretic, TG dan atau Kolesterol total ,
beta bloker, kortikosteroid) HDL
Keterangan:
 TG = Trigliserida
 HDL = High Density Lipoprotein
 Meningkat
 Menurun
Peningkatan prevalensi Diabetes seiring dengan peningkatan faktor
risiko yaitu obesitas (kegemukan), kurang aktivitas fisik, kurang konsumsi
serat, tinggi lemak, merokok, hiperkolesterol, hiperglikemia dan lain-lain.
Prevalensi faktor risiko DM dari 2001-2004 yaitu : obesitas dari 12,7%
menjadi 18,3%. Hiperglikemia dari 7,9% menjadi 11,3% dan hiperkolesterol
dari 6,5% menjadi 12,9%. Diabetes berpotensi menyebabkan
hiperkolesterolemia dengan meningkatkan kadar kolesterol LDL.
Sindrom nefrotik adalah sindroma klinis yang ditandai dengan adanya
proteinuria, hipoalbunemia, edema, dan hiperkolesterolemia. Patogenesis
terjadinya hiperkolesterolemia adalah kebocoran pada membrane basalis
glomerulus menyebabkan proteinuria sehingga terjadi hipoalbiminemia.
Hipoalbuminemia dikompensasi oleh hepar dengan memprodusksi kolesterol
sehingga terjadi hiperkolesterolemia. Terjadi hipoalbuminemia yang
selanjutnya merangsang hepar untuk memprodusksi kolesterol sehingga
terjadi hiperkolesterolemi.

3. FAKTOR RESIKO

Faktor Resiko yang Dapat dimodifikasi


 Tekanan darah tinggi
 Merokok
 Diabetes Mellitus
 Penyakit jantung lain
 Obesitas
 Intake alkohol yang tinggi
 Penggunaan obat-obatan ilegal
 Usia

4. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala pada masa awalnya adalah kolesterol tinggi muncul
tanpa gejala apa pun. Karena ini screening awal melalui pemeriksaan lab
secara rutin lebih baik jika dilakukan. untuk tingkat lanjut,
hiperkolesterolemia bisa menimbulkan gejala penumpukan lemak pada tendon
dan kulit (xanthoma), pembesaran hati dan limpa, sakit pada perut akibat
pankreatitis jika trigliserida tertumpuk pada pankreas (umumnya saat level
trigliserida di atas 800 mg/dL), sakit pada dada dan mungkin serangan jantung
akibat penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah yang
mengalirkan darah untuk jantung.
Tabel 1
Klasifikasi dislipidemia menurut WHO

Fredrickson Klasifikasi dislipidemia Peningkatan


lipoprotein
I Kilomikron
Iia Hiperkolesterolemia LDL
Iib Dislipidemia kombinasi LDL + VLDL
III Dislipidemia remnant VLDL remnant +
kilomikron
IV Dislipidemia endogen VLDL
V Dislipidemia campuran VLDL + kilomikron

Keterangan:
 LDL = Low Density Lipoprotein
 VLDL = Very Low Density Lipoprotein(Trigliserida)
Hiperkolesterolemia adalah peningkatan kadar kolesterol melebihi
batas normal (>240 mg/dl). Semakin lanjutnya usia risiko menderita
hiperkolesterolemia semakin besar. Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kejadian hiperkolesterolemia, diantaranya jenis kelamin, pola
makan, obesitas, kebiasaan olah raga dan kebiasaan merokok terhadap
hiperkolesterolemia pada lansia.

Tabel 2
Klasifikasi kadar lipid plasma (mg/dl)
No. Kadar Lipid Plasma
1. Kolesterol total < 200 Yang diinginkan 200 – 239 Batas
tinggi ≥ 240 Tinggi
2. LDL < 100 Optimal 100 – 129 Mendekati
optimal 130 – 159 Batas tinggi
160 – 189 Tinggi ≥ 190 Sangat
tinggi
3. HDL < 40 Rendah ≥ 60 Tinggi 4
Trigliserida < 150 Normal 150 –
199 Batas tinggi 200-499 Tinggi
≥ 500 Sangat tinggi.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG CVA


a) Terapi
Hiperkolesterolemia dapat dicegah dengan pengendalian berat badan,
meningkatkan aktivitas fisik (disarankan untuk secara teratur
berolahraga ringan selama 30 menit setiap harinya), dan pengaturan
diet. Diutamakan untuk banyak mengonsumsi makanan kaya serat.
1. Terapi non farmakologi
2. Terapi nutrisi medis
Diet tinggi lemak merupakan salah satu penyebab
hiperkolesterolemia. Makan makanan yang banyak mengandung
trans fat dan saturated fat seperti margarine/mentega, es krim, minyak
kelapa dan lemak hewan dapat meningkatkan kadar LDL dan
menurunkan koleterol HDL. Maka harus dikurangi sebanyak 7%
perhari. Saturated fat dapat digantikan dengan unsaturated fat yang
relatif kurang meningkatkan kadar LDL. Unsaturated dibagi dua
antara lain Multi Unsaturated Fatty Acid (MUFA) contohnya minyak
zaitun, alpokat dan Poli Unsaturated Fatty Acid (PUFA) contoh ikan.
Dengan perubahan pola makan, mampu menurunkan kadar kolesterol
dalam darah sebesar 10-15% . Makan ikan yang banyak mengandung
omega 3 dapat menurunkan kadar LDL. Begitu juga dengan
mengkonsumsi protein kedelai. Diet tinggi serat yang larut dalam air
seperti oat dan buah/sayuran 20-30 gram sehari dapat menurunkan 5-
15% kadar kolesterol total dan LDL.

Tabel 4
Komposisi makanan untuk hiperkolesterolemia menurut Perkeni 2004

No. Makanan Asupan yang dianjurkan

1 Total lemak 20-25% dari kalori total

2 Lemak jenuh < 7 % dari kalori total

3 Lemak PUFA Sampai 10% dari kalori total

4 Lemak MUFA Sampai 10 % dari kalori total

5 Karbohidrat 60% dari kalori total (terutama


karbohidrat kompleks)

6 Serat 30 gr perhari

7 Protein Sekitar 15% dari kalori total

8 Kolesterol < 200 mg/hari

Tabel 5
Untuk di Rumah Sakit Dr.Soetomo menggunakan Diet B (Tjokroprawiro)
dengan komposisi:

No. Makanan Asupan yang dianjurkan

1 Karbohidrat 68%

2 lemak kolesterol < 300 mg/hari

3 lemak jenuh dan 5%


trans

4 PUFA 5%

5 MUFA 10%

6 protein 12%

7 serat 25-35 gr/hari.

b) Aktivitas fisik
Olahraga yang dilakukan secara teratur dapat menurunkan berat
badan. Olahraga disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan
penderita. Penurunan 10 % berat badan berarti menurunkan 30%
lingkar perut yang mana terdapat lemak sentral di sana. AHA
merekomendasikan olahraga selama 30 menit dengan aktivitas sedang
3-4 kali dalam seminggu
c) Menghindari rokok
Merokok berhubungan dengan proses metabolis yang berefek pada
lipoprotein termasuk didalamnya meningkatkan asam lemak bebas,
glukosa dan VLDL serta menurunkan HDL. Berhenti merokok
berhubungan dengan peningkatan rata-rata HDL 6-8 mg/dl.

d) Terapi farmakologis
Berikut ini obat- obatan yang mampu menurunkan kadar kolesterol
darah, terdapat beberapa golongan obat, antara lain statin, resin,
niasin, ezetimibe dan asam lemak omega-3.

Tabel 6
Obat-obatan hipolipidemik

No Obat Kolesterol Koleterol Trigliserida


LDL HDL

1 Statin 20-55% 5-15% 10-20%


2 Resin 15-30% 3-5% -

3 Fibrat 10-15% 10-20% 35-50%

4 Niasin 10-25% 10-35% 25-50%

5 Ezetimibe 15-25% 3-5% 5-10%

6 Asam lemak 5-10% 1-3% 20-30%


Omega-3

Tabel 7
Efek Obat hipolipidemik terhadap kadar lipid serum

No. Dislipidemia Obat pilihan

1 hiperkolesterolemia Statin/resin/kombinasi

2 Dislipidemia campuran Statin/resin/kombinasi

3 Hipertrigliseridemia fibrat

4 Isolated low HDL fibrat

6. PENCEGAHAN
 Menghentikan merokok
 Mengurangi konsumsi kolesterol
 Mempertahankan kadar gula normal
 Latihan fisik (senam) secara teratu
 Periksa tekanan darah
 Lakukan latihan olahraga.
 Konsumsi makanan yang bergizi
  Kurangi makanan berlemak.
 Jauhi alkohol.
DAFTAR PUSTAKA

1. Arza. 2009. Kenalan Dengan Hiperkolesterolemia. 21 Januari 2009.


Diakses dari www.wordpress.com 20 Oktober 2009, 19:46:49.
2. Halim, Herman. 2006. Mutasi reseptor LDL penyebab
hiperkolesterolemia Familier. Bagian biologi kedokteran fakultas
kedokteran unika atrna jaya. Majalah Kedokteran Damianus. Vo1.5.
No. 3. September 2006.
3. Hiperkolesterolemia (Bagian1). Diakses dari Error! Hyperlink
reference not valid..
4. Hiperkolesterolemia (Bagian 2). Diakses dari Error! Hyperlink
reference not valid..
5. Hubungan merokok dengan risiko terjadinya hiperkolesterolemia pada
pasien kardiovaskuler. 2004. RS Panti Wilasa Citarum Semarang.
Diakses dari http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?
action=4&idx=2730.

Anda mungkin juga menyukai