Anda di halaman 1dari 88

MODUL

MATA KULIAH TRANSCULTURE


KODE MK: 17DKP5136

SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2020/2021

DISUSUN OLEH:
Hj. Dina Rafidiyah, S.Sos., S.Pd.Ing., S.S., M.Ed.

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

1
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Identifikasi Mata Kuliah


Nama Mata Kuliah : Transculture
Nomor Kode : 17DKP5136
SKS : 2 SKS
Status Mata Kuliah : Wajib

Koordinator Mata Kuliah


Nama : Ahmad Juliadi, Ns.,M. Kep
NIDN : 1103078701
Pangkat/Golongan : IIIb
Jabatan : Dosen DIII Keperawatan
Program Studi : Program Studi DIII Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin
Banjarmasin, Juni 2020

Menyetujui
Kaprodi DIII Keperawatan, Penanggung Jawab MK,

Noor Amaliah, Ns., M.Kep Ahmad Juliadi, Ns.,M.Kep


NIDN. 1103108503 NIDN. 1103078701

2
VISI, MISI DAN TUJUAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

a. Visi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin


Menjadi universitas terkemuka, unggul, profesional, berkarakter Islam yang berkemajuan
di Kalimantan tahun 2025.

b. Misi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin


2.1 Menyelenggarakan pendidikan akademik dan profesi dan vokasi untuk pengembangan
ilmu, profesionalisme dan pembentukan peserta didik berkarakter islam yang
berkemajuan;
2.2 Menyelenggarakan penelitian dasar dan terapan, produk yang inovatif, berkualitas
untuk menunjang kemandirian bangsa;
2.3 Mengabdikan keahlian dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk
kepentingan masyarakat, kerja sama yang produktif dan berkelanjutan dengan
kelembagaan pendidikan, pemerintahan dan dunia usaha di tingkat daerah, nasional
dan internasional;
2.4 Mengembangkan organisasi dalam meningkatkan kualitas tata kelola yang baik (good
university governance), menuju tata kelola yang unggul (excellent university
governance), secara efektif dan efisien dalam suasana akademik yang Islami dan
bermatabat.

c. Tujuan penyelenggaraan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin


3.1 Terwujudnya hasil lulusan yang berdaya saing global, professional, mempunyai
spirit unggul dan berkarekter islam yang berkemanjuan;
3.2 Terwujudnya pengembangan dan pemanfaatan iptek dan seni yang relevan dengan
tujuan pembangunan nasional dan daerah melalui penyelenggaraan program studi,
penelitian, pembinaan kelembagaan, serta pengembangan sumberdaya akademik
yang berdaya guna dan berhasil guna;
3.3 Terselenggaranya pengabdian kepada masyarakat sebagai wujud implementasi ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni berlandaskan nilai-nilai islam;
3.4 Terwujudnya masyarakat kampus yang handal dan professional yang didukung oleh
budaya ilmiah yang mengacu kepada prinsip-prinsip dasar yang dianut oleh UM
Banjarmasin;
2
3.5 Terselenggaranya tata kelola pendidikan tinggi yang efektif dan efisien dalam
suasana kampus islami yang bermartabat yang diintegrasikan dengan Al-Islam dan
Kemuhammadi-yahan;
3.6 Terlaksananya peningkatan sumber pendapatan melalui kerjasama dan
pengembangan unit usaha untuk mencapai visi dan misi yang ditetapkan;
3.7 Terlaksananya peningkatan mutu pelayanan melalui penyediaan fasilitas, prasarana,
sarana dan teknologi sesuai dengan standar yang ditetapkan nasional dan
internasional serta mewujudkan suasana akademik yang kondusif dan bermanfaat
bagi masyarakat;
3.8 Terlaksananya perluasan dan peningkatan jaringan kerja sama yang saling
menguntungkan dengan berbagai lembaga, pemerintahan/swasta didalam dan luar
negeri;
3.9 Terwujudnya pendidikan yang menghasilkan lulusan yang professional dan
berkepribadian Islam, menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
3.10 Terlaksananya peningkatan dukungan untuk mahasiswa dalam rangka pemerataan
dan perluasan akses pendidikan.

3
VISI, MISI DAN TUJUAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

1. Visi Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan UM Banjarmasin


Menjadi Fakultas yang terkemuka, unggul, berlandaskan nilai-nilai profesional dan
karakter Islam berkemajuan dibidang Ilmu Keperawatan dan Ilmu Kesehatan di
Kalimatan Tahun 2025.

2. Misi Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan UM Banjarmasin


2.1 Menyelenggarakan pendidikan yang bermutu;
2.2 Menyelenggarakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang dapat
meningkatkan kesejahteraan manusia dibidang Keperawatan dan Kesehatan;
2.3 Menyelenggarakan pengelolaan FKIK yang bertanggung jawab;
2.4 Menyelenggarakan pembinaan sivitas akademik dalam kehidupan yang islami
sehingga mampu menjadi teladan yang baik;
2.5 Menjalin kerjasama dengan pihak lain yang saling menguntungkan.

3. Tujuan Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan UM Banjarmasin


3.1 Menghasilkan lulusan profesi, sarjana, dan vokasi yang beriman, bertaqwa,
menguasai IPTEKS dalam bidang keperawatan dan kesehatan, profesional, kreatif,
inovatif, bertanggung-jawab, dan mandiri menuju terwujudnya masyarakat utama.
3.2 Meningkatkan kegiatan dan suasana akademik sebagai landasan penyelenggaraan
pendidikan dan pengembangan IPTEKS dalam bidang Keperawatan dan Kesehatan.
3.3 Menghasilkan, mengamalkan, mengembangkan dan menyebarluaskan IPTEKS
dalam bidang keperawatan dan kesehatan pada skala regional, nasional dan
internasional melalui penelitian dan pengabdian masyarakat.
3.4 Mewujudkan pengelolaan professional yang terencana, terorganisasi, produktif,
efektif, efisien dan terpercaya untuk menjamin keberlanjutan fakultas..
3.5 Mewujudkan sivitas akademika yang mampu menjadi teladan dalam kehidupan
masyarakat..
3.6 Terjalinnya kerjasama dengan pihak lain dalam lingkup regional, nassional dan
internasional untuk pengembangan akademik.

4
VISI DAN MISI
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

1. Visi Program Studi DIII Keperawatan


Menjadi program studi DIII Keperawatan yang terkemuka dan unggul yang berlandaskan
profesionalisme dan nilai-nilai Islam berkemajuan di Kalimantan tahun 2025.

2. Misi Program Studi DIII Keperawatan


2.1 Menyelenggarakan pendidikan DIII keperawatan dengan berlandaskan
profesionalisme dan nilai-nilai Islam berkemajuan sehingga menghasilkan lulusan
yang kompeten;
2.2 Melaksanakan penelitian yang berbasis bukti/masalah dengan pendekatan keilmuan;
2.3 Melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat mengacu pada hasil
penelitian berbasis bukti/masalah;
2.4 Menjalin kerjasama dengan instansi terkait baik pemerintah maupun swasta yang
mendukung pencapaian kompetensi baik skala nasional maupun internasional.

3. Tujuan
3.1 Menghasilkan perawat vokasi yang kompeten dan mempunyai kemampuan dalam
penanganan bantuan hidup dasar, keterampilan dan etika dalam memberikan
pelayanan keperawatan kepada masyarakat yang memiliki daya saing baik nasional
maupun internasional;
3.2 Meningkatkan kapasitas dosen proram studi dalam pelaksanaan penelitian dan
publikasi ilmiah;
3.3 Menghasilkan kegiatan pengabdian yang dapat meningkatkan keterampilan,
kemandirian dengan memaksimalkan potensi yang ada di masyarakat dalam
pelaksanaan perilaku hidup bersih sehat;
3.4 Terlaksananya kerjasama dengan instansi kesehatan, pemerintah, perusahaan dan
instansi terkait lainnya baik nasional maupun Internasional.

5
PROFIL LULUSAN DAN CAPAIAN PEMBELAJARAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

1. Profil Lulusan
Program Studi DIII Keperawatan menghasilkan perawat pelaksana asuhan keperawatan yaitu
perawat yang mampu memberikan asuhan keperawatan pada individu, keluarga, dan
kelompok khusus di tatanan klinik dan komunitas untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia
yang meliputi aspek bio, psiko, sosio, kultural, dan spiritual dalam kondisi sehat, sakit serta
kegawatdaruratan berdasarkan ilmu dan teknologi keperawatan dengan memegang teguh
kode etik perawat dan Undang-Undang yang berlaku. Pendidikan keperawatan jenjang DIII
Keperawatan yang diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah Banjarmasin bertujuan
menghasilkan Ahli Madya Keperawatan sesuai dengan Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI) pada jenjang kualifikasi level 5, yaitu:
1. Mampu menyelesaikan pekerjaan berlingkup luas, memilih metode yang sesuai dari beragam
pilihan yang sudah maupun belum baku dengan menganalisis data, serta mampu menunjukan
kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur
2. Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara umum, serta mampu
memformulasikan penyelesaian masalah prosedural
3. Mampu mengelola kelompok kerja dan menyusun laporan tertulis secara komprehensif
4. Bertanggungjawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil
kerja kelompok.
Kompetensi pendukung lulusan Prodi DIII Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin yaitu terlihat pada capaian pembelajaran lulusan pada aspek pengetahuan dan
keterampilan khusus, yaitu:
1. Menguasai Bahasa Inggris terkait bidang keperawatan
2. Mampu berbahasa Inggris dalam konteks pemberian asuhan keperawatan di rumah sakit dan
layanan kesehatan lainnya.
3. Mampu berkomunikasi Bahasa Arab dasar

Kompetensi penciri lulusan Prodi DIII Keperawatan Universitas Muhammadiyah


Banjarmasin yaitu terlihat pada capaian pembelajaran lulusan pada aspek sikap dan tata nilai,
pengetahuan dan keterampilan khusus, yaitu:
1. Memiliki sikap dan perilaku yang berkarakter Islam berkemajuan dalam pelayanan keperawatan.

6
2. Menguasai konsep pengetahuan tentang Al-Islam dan Kemuhammdiyahan yang berkemajuan
3. Menguasai konsep penanganan kasus gawat darurat dan perawatan intensif tingkat dasar sesuai
standar dan kewenangan
4. Mengaplikasi nilai-nilai Islam di tatanan klinik saat memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien dan keluarga.
5. Mampu melakukan penanganan kasus gawat darurat dan perawatan intensif tingkat dasar sesuai
standar dan kewenangan

2. Capaian Pembelajaran
Aspek Kode
Rumusan LO Program Studi sesuai KKNI
Kompetensi CP
Sikap dan Tata S1 Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu
Nilai menunjukkan sikap religius
S2 Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas
berdasarkan agama,moral, dan etika
S3 Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;
S4 Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air,
memilikinasionalismeserta rasa tanggungjawab pada negara dan
bangsa
S5 Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama,
dan kepercayaan, serta pendapat atau temuan orisinal
orang lain
S6 Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan kemajuan
peradaban berdasarkan Pancasila
S7 Bekerjasama dan memiliki kepekaan social serta kepedulian
terhadap masyarakat dan lingkungan
S8 Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara
S9 Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan
kewirausahaan
S10 Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang
keahliannya secara mandiri.
S11 Mampu bertanggung gugat terhadap praktik profesional meliputi
kemampuan menerima tanggung gugat terhadap keputusan dan
tindakan profesional sesuai dengan lingkup praktik di bawah
tanggungjawabnya, dan hukum/peraturan perundangan
S12 Mampu melaksanakan praktik keperawatan dengan prinsip etis
dan peka budaya sesuai dengan Kode Etik Perawat Indonesia
S13 Memiliki sikap menghormati hak privasi, nilai budaya yang dianut
dan martabat klien, menghormati hak klien untuk memilih dan
menentukan sendiri asuhan keperawatan dan kesehatan yang
diberikan,serta bertanggung jawab atas kerahasiaan dan keamanan
informasi tertulis, verbal dan elektronik yang diperoleh dalam
kapasitas sesuai dengan lingkup tanggungjawabnya.
S14 Memiliki sikap dan perilakau yang berkarakter Islam

7
berkemajuan dalam pelayanan keperawatan
Penguasaan P1 Menguasai konsep anatomi fisiologi tubuh manusia , patologi
Pengatahuan dan Konsep Dasar Keperawatan kelainan struktur dan fungsi
tubuh, gizi, mikrobiologi, parasitologi, dan farmakologi.
P2 Menguasai prinsip fisika, biokimia, dan psikologi.
P3 Menguasai pengetahuan faktual tentang antropologi sosial.
P4 Menguasai konsep keperawatan sebagai landasan dalam
memberikan asuhan keperawatan secara holistic dan
komprehensif.
P5 Menguasai konsep dan prinsip “Patient safety”
P6 Menguasai konsep teoritis Kebutuhan dasar manusia.
P7 Menguasai teknik, prinsip, dan prosedur pelaksanaan asuhan/
praktek keperawatan yang dilakukan secara mandiri atau
berkelompok.
P8 Menguasai konsep teoritis dan prosedur pencegahan penularan
infeksi dan promosi kesehatan, pemberian obat oral dan obat
topikal, parenteral dan supositoria.
P9 Menguasai jenis,manfaat, dan manual penggunaan alat
kesehatan.
P10 Menguasai konsep dan prinsip sterilitas dan desinfeksi alat.
P11 Menguasai konsep dan prinsip pelaksanaan Bantuan Hidup
Dasar pada situasi gawat darurat dan atau bencana,
P12 Menguasai teknik pengumpulan, klasifikasi, dokumentasi, dan
analisis data serta informasi asuhan keperawatan.
P13 Menguasai konsep, prinsip dan teknik komunikasi
terapeutik serta hambatannya yang sering ditemui dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan.
P14 Menguasai konsep, prinsip, dan teknik penyuluhan kesehatan
sebagai bagian dari upaya pendidikan kesehatan dan promosi
kesehatan bagi klien
P15 Menguasai Kode Etik Perawat Indonesia, pengetahuan faktual
tentang hukum dalam bidang keperawatan,prinsip prinsip
otonomi, malpraktek, bioetik yang terkait pelayanan
keperawatan.
P16 Menguasai konsep teoritis penjaminan mutu asuhan
keperawatan, konsep teoritis Praktek Keperawatan Berbasis
Bukti (Evidence Based Practice).
P17 Menguasai Bahasa Inggris terkait bidang Keeprawatan
P18 Menguasai konsep pengetahuan tentang AL Islam dan
Kemuhammadiyahan yang berkemajuan
P19 Menguasai konsep penanganan kasus gawat darurat dan
perawatan intemnsif tingkat dasar sesuai standar dan
kewenangan
Keterampilan KK1 Mampu memberikan asuhan keperawatan kepada individu,
Khusus keluarga, dan kelompok baik sehat, sakit, dan kegawatdaruratan
dengan memperhatikan aspek bio, psiko, sosial kultural, dan
spiritual yang menjamin keselamatan klien (patient safety),
sesuai standar asuhan keperawatan dan berdasarkan perencanaan
keperawatan yang telah tersedia.

8
KK2 Mampu melaksanakan prosedur bantuan hidup dasar (Basic Life
Support/BLS) pada situasi gawat darurat/bencana dengan
memilih dan menerapkan metode yang tepat, sesuai standar dan
kewenangannya.
KK3 Mampu memberikan (administering) dan mencatat obat oral,
topikal, parenteral, dan supositoria sesuai standar pemberian
obat dan kewenangan yang didelegasikan.
KK4 Mampu memilih dan menggunakan peralatan dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan standar asuhan keperawatan.
KK5 Mampu mengumpulkan data, menganalisa dan merumuskan
masalah, merencanakan, mendokumentasikan, dan menyajikan
informasi asuhan keperawatan.
KK6 Mampu melakukan komunikasi terapeutik dengan klien dan
memberikan informasi yang akurat kepada klien dan/atau
keluarga /pendamping/penasehat tentang rencana tindakan
keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya.
KK7 Mampu memberikan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan
pola hidup sehat klien dan menurunkan angka kesakitan.
KK8 Mampu menunjukkan kinerja bermutu dan kuantitas yang
terukur terhadap hasil kerja sendiri, tenaga kerja pendukung
(support workers) yang menjadi tanggung jawab pengawasan di
lingkup bidang kerjanya.
KK9 Mampu melakukan pencegahan penularan infeksi dan promosi
kesehatan.
KK10 Mampu berbahasa Inggris dalam konteks pemberian asuhan
keperawatan di rumah sakit dan tatanan layanan kesehatan
lainnya
KK11 Mampu berkomunikasi Bahasa Arab Dasar
KK12 Mengaplikasi nilai-nilai Islam di tatanan klinik saat memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarga
KK13 Mampu melakukan penanganan kasus gawat darurat dan
perawatan intensif tingkat dasar sesuai standar dan kewenangan
Keterampilan KU1 Menyelesaikan pekerjaan berlingkup luas dengan menganalisis
Umum data serta metode yang sesuai dan dipilih dari beragam metode
yang sudah maupun belum baku dan dengan menganalisis data.
KU2 Menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang
terukur.
KU3 Memecahkan masalah pekerjaan dengan sifat dan konteks yang
sesuai dengan bidang keahlian terapannya, didasarkan pada
pemikiran logis dan inovatif, dilaksanakan dan bertanggung
jawab atas hasilnya secara mandiri.
KU4 Menyusun laporan tentang hasil dan proses kerja dengan akurat
dan sahih, mengomunikasikan secara efektif kepada pihak lain
yang membutuhkannya.
KU5 Bertanggungjawab atas pencapaian hasil kerja kelompok.
KU6 Melakukan supervisi dan evaluasi terhadap penyelesaian
pekerjaan yang ditugaskan kepada pekerja yang berada di bawah
tanggungjawabnya.
KU7 Melakukan proses evaluasi diri terhadap kelompok kerja yang

9
berada dibawah tanggungjawabnya, dan mengelola
pengembangan kompetensi kerja secara mandiri.
KU8 Mendokumentasikan, menyimpan, mengamankan, dan
menemukan kembali data untukmenjamin kesahihan dan
mencegah plagiasi.

KATA PENGANTAR

10
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas izin-Nya Modul Mata
Kuliah Transculture tahun 2020-2021 dapat diselesaikan sesuai pada waktunya. Buku modul
ini merupakan pedoman pembelajaran bagi mahasiswa Semester V dan staf pengajar yang
bertindak sebagai dosen pengampu Program Studi DIII Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.

Buku Modul Mata Kuliah Transculture ini dibuat berdasarkan kompetensi yang harus
dimiliki oleh mahasiswa DIII Keperawatan yaitu tentang konsep transculture, aplikasi asuhan
keperawatan transculture dan evaluasi asuhan transculture.

Atas terselesaikannya buku modul ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada tim
sejawat dan semua pihak yang telah terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam penyusunan modul ini. Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan
dalam modul ini. Kami mengharapkan masukan yang membangun agar modul ini bisa
menjadi lebih baik. Semoga modul ini bermanfaat bagi mahasiswa, staf pengajar serta seluruh
komponen terkait dalam proses pendidikan DIII Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin.

Banjarmasin, 12 Juni 2020

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………….. 1
VISI, MISI DAN TUJUAN ………..…………………………………………………… 2

11
PROFIL LULUSAN DAN CAPAIAN PEMBELAJARAN……………………………... 6
KATA PENGANTAR......................................................................................................... 10
DAFTARISI ........................................................................................................................ i

BAB 1 GAMBARAN MATA KULIAH


1.1 Gambaran Mata Kuliah………...…………………………………………………… 13
1.2 Metode Pembelajaran………..……………………………………………………… 13

BAB 2 TIM PENANGGUNG JAWAB MODUL


2.1 Penanggung Jawab Mata Kuliah……………………………………………………. 17
2.2 Dosen Pengampu…………………………………………………………………… 17

BAB 3 RANCANGAN PEMBELAJARAN


3.1 Rancangan Pembelajaran Semester (RPS)…………………………………………. 18

BAB 4 METODE EVALUASI


4.1 Sistem Penilaian……………………………………………..……………………… 27

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….. 29
LAMPIRAN…………...………………………………………………………………….. 30

12
BAB 1
GAMBARAN MATA KULIAH

1.1 Gambaran Mata Kuliah


Modul transculture memiliki bobot 2 SKS dengan rincian 2 SKS untuk teori pada
semester V dengan 14 kali pertemuan. Keefektifan proses perkuliahan dan praktik
mandiri mata kuliah ini, befokus pada Mata kuliah ini merupakan mata kuliah lokal
(MKL), mempelajari tentang konsep budaya, antropologi kesehatan, agama, tradisi
kepercayaan, ilmu pengetahuan, nutrisi, dan proses keperawatan dalam lingkup
transkultural.

Strategi pembelajaran yang diterapkan pada modul Transkultural ini berorientasi pada
pencapaian kemampuan berpikir sistematis dan komprehensif dalam mengaplikasikan
konsep transkultural dalam memberikan asuhan keperawatan yang profesional dan Islami
dengan menggunakan strategi pembelajaran problem-based learning (PBL) dengan
metode kuliah klasikal, peer teaching, tugas terstruktur dan belajar mandiri..

1.1 Metode Pembelajaran


Berikut penjelasan singkat tentang metode pembelajaran yang digunakan pada mata ajar
Keperawatan Keluarga.
1.1.1 Kuliah Klasikal
Metode kuliah pakar/ceramah pakar/guest speaker berbentuk penjelasan pengajar
kepada mahasiswa dan biasanya diikuti dengan tanya jawab tentang isi pelajaran
yang belum jelas. Hal yang perlu dipersiapkan pengajar daftar topik yang akan
diajarkan dan media visual atau materi pembelajaran. Kuliah pakar merupakan
media komunikasi antara peserta didik dengan para pakar yang mempuntai
kompetensi pada bidangnya untuk menjawab permasalahan yang muncul pada
saat turorial.Selama kuliah pakar seluruh dosen diwajibkan menggunakan
pendekatan student centered learning (SCL). SCL adalah konsep pembelajaran
dengan pendekatan:
1.1.1.1 Menyertakan mahasiswa dalam proses pembelajaran
1.1.1.2 Mendorong mahasiswa untuk memiliki pengetahuan yang lebih banyak,
luas dan mendalam.

13
1.1.1.3 Membantu mahasiswa untuk menyelami kejadian pada kehidupan nyata
1.1.1.4 Mendorong terjadinya pembelajaran secara aktif
1.1.1.5 Mendorong kemampuan mahasiswa untuk berfikir kritis
1.1.1.6 Mengarahkan mahasiswa untuk mengenali dan menggunakan berbagai
macam gaya belajar
1.1.1.7 Memperhatikan kebutuhan dan latar belakang mahasiswa
1.1.1.8 Memberikan kesempatan untuk mengembangkan berbagai strategi
assessment

1.1.2 Peer teaching


Peer teaching mendorong mahasiswa untuk mengatur dan menguraikan apa yang
telah mereka pelajari disamping untuk menjelaskan materi kepada yang lainnya.
Salah satu metode yang mendorong aktivitas yang berpusat pada mahasiswa,
metode belajar yang melibatkan Mahasiswa secara aktif dengan pembagian
kemampuan anggota kelompok yang merata. Jadi disini bagi mahasiswa yang
lebih memahami diharapkan akan mengajari mahasiswa lain yang mengalami
kesulitan dalam memahami materi yang diberikan. Sehingga terdapat
keseragaman pemikiran nantinya.
Langkah-langkah Peer Teaching:
1.2.3.1 Melakukan apersepsi atau memberi salam dan melakukan pre-test
terhadap materi minggu lalu.
1.2.3.2 Menghubungkan materi minggu lalu dengan topik yang akan dibahas
pada waktu itu. Kemudian dosen menerangkan secara umum tentang
topik yang dibahas pada waktu itu.
1.2.3.3 Membuat kelompok antar mahasiswa secara merata, artinya dalam satu
kelompok terdapat mahasiswa yang pintar, sedang, dan kurang pintar.
Maksudnya agar terdapat keseragaman pemikiran nantinya.
1.2.3.4 Menjelaskan secara detil materi yang akan dibahas pada waktu itu
meliputi indikator yang harus dicapai oleh mahasiswa pada waktu itu.
Selanjutnya mahasiswa diberikan lembaran berisi tugas berupa
pertanyaan untuk didiskusikan menurut pengetahuan yang mereka
kuasai.

14
1.2.3.5 Meminta tiap kelompok untuk memberikan pendapat menurut persepsi
mereka sendiri masing-masing, lalu satu pendapat didiskusikan sampai
pernasalahan yang diindikasikan terpecahkan.
1.2.3.6 Setiap kelompok harus merumuskan hasil diskusinya dalam satu
kesimpulan yang telah disepakati bersama. Kemudian hasil diskusinya
diserahakan kepada dosen.
1.2.3.7 Setiap kelompok satu persatu membacakan hasil diskusinya di depan
kelompok yang lainnya. Sementara kelompok yang lain memberikan
tanggapan tentang hasil diskusi kelompok tersebut.
1.2.3.8 Semua masalah yang muncul pada waktu diskusi kelompok tersebut
diberikan solusinya oleh dosen.
1.2.3.9 Dosen mengevaluasi serta menyimpulkan semua masalah dan
pemecahannya kepada seluruh anggota kelas. Sehingga terdapat satu
pemahaman yang seragam bagi setiap mahasiswa.
1.2.3.10 Terakhir dosen memberikan tugas kepada mahasiswa untuk merangkum
semua penjelasan dosen tadi untuk dikumpulkan sebagai post-test bagi
mahasiswa.

1.1.3 Problem-Based Learning (PBL)


PBL merupakan pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah dunia
nyata (real world) untuk memulai pembelajaran. Masalah diberikan kepada
siswa, sebelum siswa mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan
masalah yang harus dipecahkan. Dengan demikian untuk memecahkan masalah
tersebut siswa akan mengetahui bahwa mereka membutuhkan pengetahuan baru
yang harus dipelajari untuk memecahkan masalah yang diberikan.
Langkah-langkah PBL:
1.1.1 Mengorientasi mahasiswa pada masalah, Dosen menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan perlengkapan penting yang dibutuhkan,
memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang
dipilihnya.
1.1.2 Mengorganisasi siswa untuk belajar, Dosen membantu siswa
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut.

15
1.1.4 Penugasan Terstruktur
Kegiatan pembelajaran berupa pendalaman materi untuk mahasiswa, yang telah
dirancang untuk mencapai kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan
ditentukan oleh dosen/koordinator mata kuliah.

1.1.5 Belajar Mandiri


Dalam pembelajaran orang dewasa, mahasiswa dapat belajar secara mandiri dari
berbagai sumber belajar eksternal yaitu: perpustakaan, website, e-Learning, buku,
brosur dan jurnal. Metode belajar mandiri berbentuk pelaksanaan tugas membaca
atau kajian jurnal oleh mahasiswa tanpa bimbingan atau pengajaran khusus.
Dalam metode ini mahasiswa akan terlebih dahulu mendapatkan penjelasan
tentang proses dan hasil yang diharapkan serta diberikan daftar bacaan sesuai
kebutuhan. Dengan belajar mandiri diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
kerja dan memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk memperdalam
pengetahuan secara aktif.

16
BAB 2
TIM PENANGGUNG JAWAB

2.1 Penanggung Jawab Mata Kuliah


Transculture: Ahmad Juliadi,Ns,M.Kep

2.2 Dosen Pengampu


1. Hj. Dina Rafidiyah, S.Sos., S.Pd.Ing., S.S., M.Ed.(1 sks)
2. Ahmad Kailani, MAAppling. (0,5 sks)
3. DR. Syamsul Firdaus, S.Kp., M.Kes. (0,5 sks)

17
BAB 3
RANCANGAN PEMBELAJARAN

3.1 Rencana Pembelajaran Semester (RPS)


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
Nama Mata Kuliah Kode Mata Kuliah Bobot (sks) Semester Tgl Penyusunan
Transculture 17DKP5136 2 SKS (T = 2) Semester V Juni 2020
Otorisasi Nama Koordinator Pengembang RPS Koordinator Bidang Keahlian Ka. PRODI DIII Keperawatan

Hj. Dina Rafidiyah, S.Sos., S.Pd.Ing., S.S., M.Ed. Ahmad Juliadi, Ns., M.Kep. Noor Amaliah, Ns. M.Kep.
Capaian S5 Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan, serta pendapat atau temuan orisinal orang lain
Pembelajaran (CP)
S6 Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan kemajuan peradaban berdasarkan Pancasila

S7 Bekerjasama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan

P3 Menguasai pengetahuan faktual tentang antropologi sosial.

P13 Menguasai konsep, prinsip dan teknik komunikasi terapeutik serta hambatannya yang sering ditemui dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.

KU2 Menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur.

CPMK 1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep keperawatan transkultural

18
CPMK 2 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep budaya, antropologi kesehatan dan paradigma keperawatan transkultural
CPMK 3 Mahasiswa mampu memecahkan permasalahan agama, tradisi kepercayaan, dan nutrisi dalam perspektif budaya kesehatan
CPMK 4 Mahasiswa mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam perspektif budaya
CPMK 5 Mahasiswa mampu menerapkan konsep keperawatan transkultural
CPMK 6 Mahasiswa mampu menerapkan proses keperawatan transkultural

Deskripsi Singkat Mata kuliah ini merupakan mata kuliah lokal (MKL), mempelajari tentang konsep budaya, antropologi kesehatan, agama, tradisi kepercayaan, ilmu pengetahuan,
MK nutrisi, dan proses keperawatan dalam lingkup transkultural. Mata kuliah ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kuliah klasikal, peer teaching, problem-
based learning, tugas terstruktur dan tugas mandiri.

Bahan 1. (BK 257) Pengantar keperawatan transculture


Kajian/Materi 2. (BK 258) Konsep budaya, antropologi kesehatan dan paradigma keperawatan transkultural
Pembelajaran 3. (BK 259) Agama, tradisi kepercayaan, dan nutrisi dalam perspektif budaya kesehatan
4. (BK 260) Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam perspektif budaya
5. (BK 261) Konsep keperawatan transkultural
6. (BK 262) Proses keperawatan transkultural

Daftar Referensi Utama:

1. Asir, A. (n.d.). Agama dan fungsinya dalam kehidupan umat manusia.


2. Giger, J. N., & Davidhizar, R. (2002). The Giger and Davidhizar Transcultural Assessment Model. Journal of Transcultural Nursing, 13(3), 185–188.
https://doi.org/10.1177/10459602013003004
3. Leininger, M. M. (1988). Leininger’s Theory of Nursing: Cultural Care Diversity and Universality. Nursing Science Quarterly, 1(4), 152–160.
https://doi.org/10.1177/089431848800100408
4. Meindarsyah, A. M., & Firdaus, O. M. (2011). Pencegahan repetitive strain injury (RSI) pada pengguna komputer jenis desktop studi kasus di Universitas
Widyatama Bandung. In Proceeding 11th National Conference of Indonesian Ergonomics Society 2011 (pp. 234–246).

Pendukung:

1. Anderson, Foster. (2005). Antropologi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia


2. Marimbi, H. (2009). Sosiologi dan Antropologi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
3. Mashudi, S. (2012). Buku Ajar Sosiologi Keperawatan Konsep & Aplikasi. Jakarta: EGC
4. Pratiwi, A. (2011). Buku Ajar Keperawatan Transkultural. Edisi Pertama, Yogyakarta: Gosyen Publishing.
5. Sudiharto. (2005). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC

Online Reading:

1. Busher Betancourt, D. A. (2015). Madeleine Leininger and the Transcultural Theory of Nursing. The Downtown Review. Iss, 2(1), 1–8. Retrieved from

19
http://engagedscholarship.csuohio.edu/tdr
2. Ekayasa, S. (2014). Manfaat teknologi kesehatan dan sistem informasi dalam keperawatan. Retrieved from
https://www.academia.edu/11436870/teknologi_dalam_keperawatan
3. Enorheno. (2013). Nutrisi dalam perspektif transkultural nursing. Retrieved September 10, 2018, from http://enorheno-ezpada.blogspot.com/2011/11/nutrisi-
dalam-persfektif-transkultural.html
4. Farma, B. (n.d.). Dilema IPTEK dalam transkultural nursing. Retrieved from
https://www.academia.edu/10369161/DILEMA_IPTEK_DALAM_TRANSKULTURAL_NURSING
5. Leininger, M., & McFarland, M. (2002). Transcultural nursing: Concepts, theories, research and practice. Retrieved from
https://vwk55lkba01.storage.googleapis.com/MDA3MDM3NjYwMw==01.pdf
6. Master of Science in Nursing. (2019). 5 benefits of health information technology for nurses | Ohio University. Retrieved August 25, 2019, from
https://onlinemasters.ohio.edu/blog/5-benefits-of-health-information-technology-for-nurse-practitioners/
7. Priandana, Y. I. (2013). Pengertian kebudayaan, unsur-unsur kebudayan, wujud kebudayaan dan perubahan kebudayaan. Retrieved September 10, 2018, from
https://yanuirdianto.wordpress.com/2013/03/10/96/
8. Purba, H. (2015). Komunikasi Transkultural Dalam Keperawatan | Kalangkang Mencrang. Retrieved September 9, 2018, from
http://kalangkangmencrang.blogspot.com/2015/01/komunikasi-transkultural-dalam.html
9. Putra, D. H. (2012). Antropologi Kesehatan, Sebuah Definisi. Retrieved September 10, 2018, from http://kalamenau.blogspot.com/2011/05/antropologi-
kesehatan-sebuah-definisi.html
10. Rina, M. (2016). Kesehatan: Hubungan kepercayaan, agama dan budaya. Retrieved September 10, 2018, from
http://musrinasin.blogspot.com/2016/01/hubungan-kepercayaan-agama-dan-budaya.html
11. Saptono, & Suteng, B. (n.d.). 10+ Fungsi kebudayaan dalam masyarakat, manfaatnya dan tujuannya. Retrieved September 10, 2018, from
https://informasiana.com/fungsi-kebudayaan-dalam-masyarakat/#
12. Taufik, N. (2017). Pengertian kebudayaan menurut Koentjoroningrat. Retrieved September 10, 2018, from https://estetika-
indonesia.blogspot.com/2015/12/pengertian-kebudayaan-menurut-menurut.html
13. Theeaa, T. A. (2016). Prinsip transkultural nursing. Retrieved September 9, 2018, from http://thesyaamylia1.blogspot.com/
14. Wayne, G. (2014). Madeleine M. Leininger - The founder of transcultural nursing. Retrieved August 25, 2019, from https://nurseslabs.com/madeleine-
leininger/

Nama Dosen 1. Hj. Dina Rafidiyah, S.Sos., S. Pd.Ing., S.S., M.Ed.


Pengampu 2. Ahmad Kailani, MAAppling.
3. DR. Syamsul Firdaus, S.Kp., M.Kes.
Mata Kuliah
Tidak ada
Prasyarat (Jika ada)

Assesment UTS: 20%, UAS 20%, Tugas 60%

20
Bentuk dan
Ming Sub-CPMK
Bahan Kajian Metode
gu/ (Kemampuan Estimasi Penilaian
(Materi Pembelajaran Pengalaman Dosen
Perte Akhir Yang Waktu
Pembelajaran) (Metode dan Belajar Mahasiswa
muan direncanakan)
Sumber Belajar
Kriteria&Bentuk Indikator Bobot
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Mahasiswa a. Sejarah Kuliah klasikal, TM = 1 x (2 Menonton video Kriteria: Ketepatan Ketepatan 15% Hj. Dina Rafidiyah, S.Sos.,
mampu Keperawatan tanya jawab x50) BT = 1 tentang konsep pemahaman konsep dalam S.Pd.Ing., S.S., M.Ed
menjelaskan Transkultural x (2x60) BM keperawatan yang diberikan menjelaska
konsep b. Pengertian = (2x60) transkultural dengan menunjukkan n konsep
keperawatan Keperawatan jawaban yang benar keperawata
transkultural Transkultural TM = 2 x (2 Tanya jawab dengan dan penjelasannya n
I, II (S7, KU2) c. Konsep-konsep x50) BT = 1 menggunakan Kahoot transkultur
dalam x (2x60) BM Game secara Bentuk: Studi al
Transkultural = (2x60) berkelompok literatur dan
Nursing menonton video
Belajar Mandiri:
Membaca modul dan
literatur yang lain
III, Mahasiswa a. Definisi Kuliah klasikal, TM = 3 x (2 Menonton video Kriteria: Ketepatan Ketepatan 15% Hj. Dina Rafidiyah, S.Sos.,
IV mampu Budaya Peer teaching x50) BT = 1 tentang konsep pemahaman konsep dalam S.Pd.Ing., S.S., M.Ed
menjelaskan b. Karakteristik x (2x60) BM budaya dalam yang diberikan menjelaska
konsep budaya, budaya = (2x60) paradigma dengan menunjukkan n konsep
antropologi c. Antropologi keperawatan jawaban yang benar konsep
kesehatan dan kesehatan TM = 4 x (2 transkultural dan penjelasannya budaya,
paradigma d. Perilaku x50) BT = 1 antropolog
keperawatan budaya x (2x60) BM Peer teaching tentang Bentuk: Studi i kesehatan
transcultural kesehatan = (2x60) video itu dan literatur dan dan
(S5, S6, S7, P3, e. Paradigma bagaimana pendapat menonton video paradigma
P13, KU2) keperawatan mereka keperawata
budaya n
Belajar Mandiri: transkultur

21
Membaca modul dan al
literatur lainnya
Mahasiswa a. Kepercayaan Kuliah klasikal, TM = 5 x (2 Peer teaching: Kriteria: Ketepatan Ketepatan 20 Hj. Dina Rafidiyah, S.Sos.,
mampu masyarakat Peer teaching, x50) BT = 1 mahasiswa brain pemahaman konsep dalam S.Pd.Ing., S.S., M.Ed
memecahkan dalam Problem-Based x (2x60) BM storming tentang yang diberikan menyelesai
permasalahan pantangan yang Learning = (2x60) permasalahan agama, dengan menunjukkan kan
agama, tradisi berhubungan tradisi kepercayaan jawaban yang benar permasalah
kepercayaan, dengan TM = 6 x (2 dan nutrisi dalam dan penjelasannya an agama,
dan nutrisi Kesehatan x50) BT = 1 prespektif budaya tradisi
dalam perspektif b. Pengkajian x (2x60) BM kesehatan Bentuk: Studi kepercayaa
budaya transkultural = (2x60) literatur dan membuat n dan
Kesehatan yang Tugas 1 esai atau video nutrisi
V, (S5, S6, S7, P3, berhubungan TM = 7 x (2 Problem-Based dalam
VI, P13, KU2) dengan agama x50) BT = 1 Learning dengan prespektif
VII dan x (2x60) BM membuat esai atau budaya
kepercayaan = (2x60) video tentang kesehatan
c. Nutrisi dalam permasalahan agama,
perspektif tradisi kepercayaan
budaya dan nutrisi dalam
prespektif budaya
kesehatan

Belajar Mandiri:
Membaca modul dan
literatur lainnya
UTS (Ujian Tengah Semester)
IX, Mahasiswa a. Pandangan, Kuliah klasikal, TM = 9 x (2 Guest Speaker Kriteria: Ketepatan Ketepatan 20 Ahmad Kailani, MAAppLing.
X, XI mampu perilaku dan Problem-Based x50) BT = 1 tentang permasalahan pemahaman konsep dalam
memecahkan sikap Learning x (2x60) BM ilmu pengetahuan dan yang diberikan meyelesaik
permasalahan masyarakat Guest Speaker = (2x60) teknologi dalam dengan menunjukkan an masalah
ilmu terhadap perspektif budaya jawaban yang benar ilmu
pengetahuan teknologi TM = 10 x (2 dan penjelasannya pengetahua
dan teknologi b. Pengkajian x50) BT = 1 Tugas 2 n dan
dalam perspektif proses x (2x60) BM Problem-Based Bentuk: Studi teknologi
budaya (S5, S6, keperawatan = (2x60) Learning dengan literatur dan membuat dalam
S7, P3, P13, yang membuat esai atau esai atau video perspektif
KU2) berhubungan TM = 11 x (2 video tentang budaya

22
dengan x50) BT = 1 permasalahan ilmu
teknologi x (2x60) BM pengetahuan dan
c. Penolakan = (2x60) teknologi dalam
tindakan perspektif budaya
keperawatan
yang Belajar Mandiri:
berhubungan Membaca modul dan
dengan literatur lainnya
teknologi
XII, Mahasiswa a. Konsep utama Kuliah klasikal, TM = 12 x (2 Penjelasan tentang Kriteria: Ketepatan Ketepatan 15 DR. Syamsul Firdaus, S.Kp.,
XIII mampu dan definisi Peer teaching, x50) BT = 1 keperawatan pemahaman konsep dalam M.Kes.
menerapkan keperawatan x (2x60) BM transkultural yang diberikan menjelaska
konsep transkultural = (2x60) dengan menunjukkan n konsep
keperawatan b. Teori Peer teaching: jawaban yang benar faktor-
transcultural transkultural TM = 13 x (2 mahasiswa brain dan penjelasannya faktor
(S5, S6, S7, P3, c. Faktor-faktor x50) BT = 1 storming tentang dalam
P13, KU2) dalam x (2x60) BM faktor-faktor dalam Bentuk: Studi komunikas
komunikasi = (2x60) komunikasi budaya literatur i budaya
lintas budaya
Belajar Mandiri:
Membaca modul dan
literatur lainnya
XIV, Mahasiswa a. Pengkajian Kuliah klasikal, TM = 14 x (2 Penjelasan tentang Kriteria: Ketepatan Ketepatan 15 DR. Syamsul Firdaus, S.Kp.,
XV mampu keperawatan Peer teaching, x50) BT = 1 proses keperawatan pemahaman konsep dalam M.Kes.
menerapkan transkultural Problem-Based x (2x60) BM transkultural yang diberikan menyelesai
proses b. Diagnosa Learning = (2x60) dengan menunjukkan kan
keperawatan keperawatan Peer teaching: jawaban yang benar masalah
transkultural transkultural TM = 15 x (2 mahasiswa brain dan penjelasannya asuhan
(S5, S6, S7, P3, c. Rencana x50) BT = 1 storming tentang keperawata
P13, KU2) tindakan x (2x60) BM pengkajian Bentuk: Studi n
keperawatan = (2x60) keperawatan literatur dan membuat transkultur
transkultural transkultural asuhan keperawatan al

Tugas 3
Problem-Based
Learning dengan
membuat asuhan
keperawatan

23
transkultural
berdasarkan kasus
yang diberikan

Belajar Mandiri:
Membaca modul dan
literatur lainnya
UAS (Ujian Akhir Semester)

Jumlah Soal Multiple Choice

No Nama Dosen Bahan Kajian Jumlah Soal Bobot mengikuti RPS


1 Hj. Dina Rafidiyah, S.Sos., S.Pd.Ing., S.S., Konsep Keperawatan Transkultural 6 15%
M.Ed Konsep Budaya, Antropologi Kesehatan dan 6 15%
Paradigma Keperawatan Transkultural
Agama, Tradisi Kepercayaan, dan Nutrisi 8 20%
dalam Perspektif Budaya Kesehatan
2 Ahmad Kailani, MAAppling Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam 8 20%
perspektif budaya
3. DR. Syamsul Firdaus, S.Kp., M.Kes., Konsep Keperawatan Transkultural 12 30 %
Proses Keperawatan Transkultural
Jumlah 40 100%

Mata Kuliah Transkultural 2 sks (2T) = 40 soal

Banjarmasin, 20 Juni 2020


Dekan Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Kaprodi DIII Keperawatan Penanggungjawab Mata Kuliah Tranculture

24
Solikin, Ns, M.Kep, Sp.Kep.MB. Noor Amaliah, Ns. M.Kep. Ahmad Juliadi, Ns., M. Kep.
NIK. NIK. NIK.

25
BAB 4
METODE EVALUASI
4.1 Sistem Penilaian
4.1.1 Sistem penilain dilakukan dengan kriteria penafsiran kuantitatif dan kualitatif.
4.1.2 Hasil penilaian akhir dengan skor 0 – 100 digunakan untuk pemberian Nilai
Angka, Nilai Huruf dan Bobot Nilai
4.1.3 Pemberian Nilai Angka, Nilai Huruf dan Bobot Nilai dari hasil penilaian akhir
menggunakan sistem Penilaian Acuan Patokan (PAP) atau menggunakan sistem
Penilaian Acuan Normal (PAN)
4.1.4 Sistem PAN dapat digunakan apabila presentasi kelulusan peserta ujian rendah.
4.1.5 Ketentuan lulus adalah minimal angka 65. Nilai yang lebih kecil dari 65
dinyatakan tidak lulus dan harus diprogramkan kembali atau diremedial.
4.1.6 Penilaian dilihat dari ujian mata kuliah.
4.1.7 Penilaian hasil belajar yang terdiri dari 2 dosen pengampu mata kuliah. Rumus
yang digunakan untuk memperoleh Nilai Akhir (NA) adalah :

NA = (UTSx10%) + (UAS x 15%) + (OSCE x 25%)+ (Tugas x 20%) + (PKK x 30%)


100%

4.1.8 Penilaian hasil belajar mahasiswa berdasarkan sistem PAP dinyatakan sebagai
berikut :
Nilai Bobot
Nilai Angka Predikat Keterangan
Huruf Nilai
80 – 100 A 4,0 Istimewa
75 – 79 A- 3,7 Hampir Istimewa
70 – 74 B+ 3,4 Baik Sekali
65 – 69 B 3,0 Baik
Batas Minimal Kelulusan
60 – 64 B- 2,7 Cukup Baik
Jenjang S2
55 – 59 C+ 2,4 Lebih dari Cukup
Batas Minimal Kelulusan
50 – 54 C 2,0 Cukup
Jenjang DIII & S1
Harus Mengambil Ulang Mata
31 – 49 D 1,0 Kurang
Kuliah
< 30 E 0,0 Gagal

4.1.9 Nilai mata kuliah yang dinyatakan dengan huruf A, A-, B+, B adalah Lulus

26
4.1.10 Nilai mata kuliah yang dinyatakan dengan huruf B-, C+, C, D, dan E adalah Tidak
Lulus, dan mahasiswa bersangkutan harus menempuh kembali mata kuliah yang
tidak lulus tersebut sesuai prosedur yang berlaku.
4.1.11 Perbaikan nilai ditujukan untuk memperbaiki nilai akhir suatu mata kuliah dengan
memprogramkan kembali mata kuliah tersebut pada semester berikutnya secara
regular.
4.1.12 Nilai akhir suatu mata kuliah mata kuliah yang dicantumkan merupakan nilai
terakhir yang dicapai oleh mahasiswa setelah menempuh perbaikan melalui
perkuliahan regular.

27
Daftar Pustaka

Asir, A. (n.d.). Agama dan fungsinya dalam kehidupan umat manusia.


Busher Betancourt, D. A. (2015). Madeleine Leininger and the Transcultural Theory of
Nursing. The Downtown Review. Iss, 2(1), 1–8. Retrieved from
http://engagedscholarship.csuohio.edu/tdr
Ekayasa, S. (2014). Manfaat teknologi kesehatan dan sistem informasi dalam keperawatan.
Retrieved from https://www.academia.edu/11436870/teknologi_dalam_keperawatan
Enorheno. (2013). Nutrisi dalam perspektif transkultural nursing. Retrieved September 10,
2018, from http://enorheno-ezpada.blogspot.com/2011/11/nutrisi-dalam-persfektif-
transkultural.html
Farma, B. (n.d.). Dilema IPTEK dalam transkultural nursing. Retrieved from
https://www.academia.edu/10369161/DILEMA_IPTEK_DALAM_TRANSKULTURA
L_NURSING
Giger, J. N., & Davidhizar, R. (2002). The Giger and Davidhizar Transcultural Assessment
Model. Journal of Transcultural Nursing, 13(3), 185–188.
https://doi.org/10.1177/10459602013003004
Leininger, M. M. (1988). Leininger’s Theory of Nursing: Cultural Care Diversity and
Universality. Nursing Science Quarterly, 1(4), 152–160.
https://doi.org/10.1177/089431848800100408
Leininger, M., & McFarland, M. (2002). Transcultural nursing: Concepts, theories, research
and practice. Retrieved from
https://vwk55lkba01.storage.googleapis.com/MDA3MDM3NjYwMw==01.pdf
Master of Science in Nursing. (2019). 5 benefits of health information technology for nurses |
Ohio University. Retrieved August 25, 2019, from https://onlinemasters.ohio.edu/blog/5-
benefits-of-health-information-technology-for-nurse-practitioners/
Meindarsyah, A. M., & Firdaus, O. M. (2011). Pencegahan repetitive strain injury (RSI) pada
pengguna komputer jenis desktop studi kasus di Universitas Widyatama Bandung. In
Proceeding 11th National Conference of Indonesian Ergonomics Society 2011 (pp. 234–
246).
Priandana, Y. I. (2013). Pengertian kebudayaan, unsur-unsur kebudayan, wujud kebudayaan
dan perubahan kebudayaan. Retrieved September 10, 2018, from
https://yanuirdianto.wordpress.com/2013/03/10/96/
Purba, H. (2015). Komunikasi Transkultural Dalam Keperawatan | Kalangkang Mencrang.
Retrieved September 9, 2018, from
http://kalangkangmencrang.blogspot.com/2015/01/komunikasi-transkultural-dalam.html
Putra, D. H. (2012). Antropologi Kesehatan, Sebuah Definisi. Retrieved September 10, 2018,
from http://kalamenau.blogspot.com/2011/05/antropologi-kesehatan-sebuah-
definisi.html
Rina, M. (2016). Kesehatan: Hubungan kepercayaan, agama dan budaya. Retrieved
September 10, 2018, from http://musrinasin.blogspot.com/2016/01/hubungan-
kepercayaan-agama-dan-budaya.html
Saptono, & Suteng, B. (n.d.). 10+ Fungsi kebudayaan dalam masyarakat, manfaatnya dan
tujuannya. Retrieved September 10, 2018, from https://informasiana.com/fungsi-
kebudayaan-dalam-masyarakat/#
Taufik, N. (2017). Pengertian kebudayaan menurut Koentjoroningrat. Retrieved September
10, 2018, from https://estetika-indonesia.blogspot.com/2015/12/pengertian-kebudayaan-
menurut-menurut.html
Theeaa, T. A. (2016). Prinsip transkultural nursing. Retrieved September 9, 2018, from
http://thesyaamylia1.blogspot.com/

28
Wayne, G. (2014). Madeleine M. Leininger - The founder of transcultural nursing. Retrieved
August 25, 2019, from https://nurseslabs.com/madeleine-leininger/

29
SUPLEMEN

30
BAB I
PENGANTAR KEPERAWATAN TRANSKULTURAL

Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian keperawatan transkultural
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pentingnya keperawatan transkultural dalam
keperawatan
3. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep yang mendasari keperawatan transkultural
4. Mahasiswa mampu mendiskusikan lingkup keperawatan transkultural

Sejarah Keperawatan Transkultural


Madeleine Leininger (13 Juli 1925 - 10 Agustus 2012) adalah seorang pendidik,
penulis, pengembang teori, administrator, peneliti, pembicara publik, dan pengembang
konsep keperawatan transkultural yang dikenal secara internasional yang memiliki dampak
besar pada bagaimana menangani pasien dari berbagai budaya dan latar belakang budaya. Dia
adalah Perawat Transkultural Bersertifikat, penerima beasiswa Royal College of Nursing di
Australia dan Akademi Keperawatan Amerika. Teorinya sekarang sangat berpengaruh pada
disiplin keperawatan yang merupakan bagian penting bagaimana perawat menjalankan
tugasnya saat ini (Wayne, 2014).
Pada tahun 1950, Madeleine Leininger bekerja di rumah bimbingan anak
dan sementara dia menyadari pentingnya berfokus pada "perawatan" sejak dini, dia juga
terkejut untuk mengamati perbedaan mencolok dalam pola perilaku anak berdasarkan latar
belakang budaya yang berbeda. Ide-ide yang dipicu oleh kesimpulannya membuka jalan bagi
Leininger untuk memperluas pengetahuan dan pemahaman perawat tentang beragam budaya
yang kurang dalam perawatan kesehatan saat ini. Usaha kerasnya untuk meningkatkan
perawatan pasien dan kesejahteraan melalui pendidikan keperawatan yang kompeten secara
budaya nantinya akan diciptakan sebagai "Teori Keperawatan Transkultural" (Busher
Betancourt, 2015)
Teori Leininger membantu untuk lebih mendefinisikan hubungan perawat-
pasien karena pada akhirnya perawat adalah orang yang mengimplementasikan perawatan dan
berada di sisi pasien untuk sebagian besar waktunya menerima perawatan. Tujuan Leininger
adalah bagi perawat untuk membenamkan diri dalam pendidikan budaya dan menerapkan

31
gaya perawatan yang sejajar dengan apa yang dianggap cocok oleh pasien sesuai dengan
harapan budayanya. Melakukannya adalah komponen dari rencana perawatan perawat
menggunakan proses keperawatan. Perawat merencanakan intervensi yang sesuai dengan
kebutuhan pasien secara kultural dan mengevaluasi pelaksanaannya, menilai apakah
kebutuhan budaya pasien sepenuhnya ditangani. The Transcultural Theory of Nursing telah
mengubah perawat yang sebelumnya kurang menyadari keragaman pasien dan meningkatkan
persepsi yang berpotensi menjadi perbedaan antara pemulihan dan kemunduran pasien.
Dalam era globalisasi tanpa henti dan perjalanan konstan, kemampuan untuk
mengenali dan merangkul keragaman budaya adalah yang paling penting bagi semua
penyedia layanan kesehatan saat ini, tetapi terutama dalam ruang lingkup perawat. Meskipun
sebagian besar pendidikan mahasiswa keperawatan hanya menyentuh pentingnya mengenali
dan memahami beragam budaya, para perawat secara tak terelakkan datang ke kontak yang
sangat intim dengan orang-orang dari semua lapisan masyarakat. Teori Madeleine Leininger
terbukti bermanfaat sejak dini dalam pendidikan keperawatan. Perawat mampu menjadi
model untuk merangkul kebutuhan kultural pasien dalam perawatan kesehatan, dan sebagai
hasilnya, adalah prioritas tinggi bahwa para profesional keperawatan mengenali dan
memahami Teori Keperawatan Transkultural yang diilustrasikan oleh Madeleine Leininger.

Keperawatan Transkultural
Teori keperawatan transkultural Leininger mewujudkan dasar dari pekerjaan ini: “Jika
manusia ingin bertahan hidup di dunia yang sehat, damai dan bermakna, maka perawat dan
penyedia layanan kesehatan lainnya perlu memahami keyakinan, nilai dan lifeways orang-
orang untuk memberikan perawatan kesehatan yang harmonis dan menguntungkan secara
budaya.” (Busher Betancourt, 2015)
Menurut Leininger & McFarland (2002), dalam seratus tahun terakhir, inovasi dalam
perjalanan dan perawatan kesehatan menghasilkan cara-cara baru untuk mendekati
kesejahteraan pasien sehubungan dengan budaya. Di pusat pengembangan kesehatan utama
dan tujuan seluruh dunia untuk perawatan kelas dunia, Amerika Serikat berada di garis depan
perawatan kesehatan global. Perawat khususnya memiliki kesempatan untuk bertemu
imigran, pengungsi, dan kebanyakan pasien lain dengan latar belakang budaya yang berbeda,
sebuah konsep yang tidak perlu dianggap sangat sering di antara pengasuh.
“Transkultural nursing” sebagai area yang luas dalam keperawatan yang mana
berfokus dalam komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan subkultur dengan
menghargai perilaku caring, nursing care, dan nilai sehat sakit, kepercayaan dan pola tingkah
32
laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistic body of knowledge untuk kultur yang
universal dalam keperawatan (M. Leininger & McFarland, 2002). Komunikasi transkultural
penting dalam keperawatan, untuk itu perawat harus mengerti tentang sistem kepercayaan,
keyakinan hidup sehat dari klien. Perawat memiliki banyak waktu untuk berinteraksi dengan
klien, oleh karena itu harus menyadari pentingnya budaya yang berkaitan dengan komunikasi.
Keterampilan transkultural keperawatan dan pengetahuan akan menjadi kebutuhan penting
untuk menyediakan kompetensi keperawatan untuk perubahan yang cepat dalam masyarakat
yang heterogen (Purba, 2015).

Konsep-konsep Keperawatan Transkultural


Menurut Theeaa (2016), ada beberapa konsep keperawatan transkultural yang
menjadi pertimbangan toleransi, diantaranya:
1. Ras
Ras merupakan klasifikasi orang-orang yang dibagi berdasarkan karakteristik biologis,
tanda keturunan (genetik) dan corak. Orang dengan ras yang sama, umumnya
mempunyai banyak persamaan karakter. Namun, penting untuk diketahui bahwa tidak
semua orang dengan ras yang sama memiliki kebudayaan yang sama pula.
2. Prasangka
Prasangka merupakan sebuah kepercayaan negatif atau kecenderungan yang
menyamaratakan pada satu kelompok dan hal tersebut akan menuntut pada dakwaan.
Hal ini terjadi karena orang yang berprasangka tidak mengetahui penuh budaya orang
yang diprasangkai atau orang tersebut membuat penyamarataan pandangan
berdasarkan pengalamannya dengan seorang individu dari kelompok tersebut terhadap
semua anggota kelompok itu.
3. Stereotipe
Stereotipe mungkin berdasarkan penyamaan yang ditemukan pada penelitian atau
mungkin tidak berhubungan dengan kenyataan. Di sini, perawat harus tahu bahwa
tidak semua orang dari kelompok tertentu memiliki kepercayaan kesehatan yang
sama, praktik dan nilai yang sama pula.
4. Diskriminasi
Diskriminasi merupakan pembedaan perlakuan individu atau kelompok berdasarkan
kategori, seperti ras, etnik, jenis kelamin, dan kelas sosial. Terjadi jika seseorang
bertindak merugikan atau menyangkal hak pokok individu lain atau lebih.

33
5. Culture Shock
Culture shock adalah suatu guncangan atau ketidaknyamanan yang terjadi sebagai
respons atas pergantian/ perpindahan dari satu kebudayaan ke kebudayaan lain. Ini
terjadi jika seseorang pindah dari satu lokasi geografi ke lokasi lain atau berimigrasi
ke negara baru. Hal ini memungkinkan kita mengkaji keyakinan tentang kesehatan
dengan menentukan ikatannya dengan keyakinan tradisionalnya.
6. Budaya
Budaya menggambarkan sifat nonfisik, seperti keyakinan, sikap atau adat-istiadat
suatu masyarakat yang diturunkan dari generasi ke generasi selanjutnya. Budaya
merupakan kumpulan keyakinan, kebiasaan, praktik, kesukaan, norma, adat-istiadat,
ketidaksukaan dan ritual yang dipelajari dari keluarga selama sosialiasasi bertahun. Di
dalam budaya tidak hanya terbatas pada komunikasi lisan, tetapi juga yang lain.
Contoh, kontak mata, menyentuh tubuh, dan memegang tangan.
7. Etnisitas
Etnisitas adalah rasa identitas diri yang berkaitan dengan kelompok kultur sosial
umum dan warisan budaya. Karakteristik dari suatu etnik mencakup bahasa dan
dialek, status perpindahan, suku bangsa, dan kepercayaan serta praktek religius.
Sehingga, etnisitas sangat kompleks, sukar dipahami dan didefinisikan dengan kurang
jelas.
8. Religi
Religi adalah keyakinan dalam suatu kekuatan sifat ketuhanan atau di luar kekuatan
manusia yang harus dipatuhi dan diibadatkan sebagai pencipta dan pengatur alam
semesta. Klien berasal dari budaya yang berbeda. Di dalamnya mencakup latar
belakang etnis, keagamaan, dan budaya. Konsistensi warisan budaya ini membantu
cara pemahaman terhadap klien bagaimana mereka menginterpretasikan kesehatan
atau penyakit dengan cara modern atau tradisional.
9. Kontrol Lingkungan
Mengacu pada kemampuan dari anggota kelompok kultural tertentu untuk
merencanakan aktivitas yang mengontrol sifat dan faktor keturunan langsung (Giger
& Davidhizar, 2002). Di dalamnya mencakup keyakinan tradisional tentang kesehatan
dan penyakit, pengobatan tradisional dan penggunaan penyembuh tradisional.
Sehingga, fenomena ini berperan penting dalam cara klien berespons terhadap
pengalaman yang berhubungan dengan kesehatan.
10. Variasi Biologis
34
Seseorang dari satu kelompok kultural pasti mempunyai variasi biologis berbeda
dengan kelompok kultural lainnya. Beberapa contoh signifikan yang dapat dijadikan
pertimbangan, yaitu: Struktur dan bentuk tubuh, warna kulit, variasi enzimatik dan
genetic, kerentanan terhadap penyakit, variasi nutrisi, dan lain-lain.
11. Organisasi Sosial
Lingkungan sosial tempat seseorang dibesarkan dan bertempat tinggal berperan
penting dalam perkembangan dan identitas kultural mereka. Proses sosialisasi ini
menjadi suatu bagian warisan yang diturunkan dan mengacu pada unit keluarga dan
organisasi kelompok sosial yang dapat diidentifikasi oleh klien.
12. Komunikasi
Perbedaan bahasa antara perawat dengan klien menjadi hal terpenting dalam
memberikan asuhan keperawatan. Perbedaan ini akan berpengaruh pada setiap aspek
dan tahapan asuhan keperawatan. Ketidakberhasilan berkomunikasi secara efektif
akan membuat penundaan dalam diagnosis dan tindakan terhadap klien. Bahkan bisa
lebih dari itu. Perawat tidak seharusnya menganggap klien dapat memahami apa yang
sudah diucapkannya. Istilah-istilah medis harus dijelaskan dengan jelas dan terang
terutama klien yang mempunyai keterbatasan ketrampilan dalam bahasa perawat.
13. Ruang
Ruang personal di sini mencakup perilaku individu dan sikap yang ditujukan pada
ruang di sekitar mereka. Teritorialitas merupakan suatu sikap yang ditujukan pada
area seseorang yang diklaim dan dipertahankan atau reaksi emosional ketika orang-
orang lain memasuki area tersebut. Keduanya ini dipengaruhi oleh budaya. Perawat
harus berusaha menghargai teritorial klien. Ruang personal ini banyak berhubungan
dengan aktivitas keperawatan dan perawat harus sensitif terhadap respons klien
berkenaan dengan ruang personal ini. Misalnya, saat memberikan asuhan keperawatan
yang mengharuskan perawat menyentuh tubuh klien.
14. Orientasi Waktu
Orientasi waktu berbeda antara kelompok satu dengan yang lain. Perawat yang
mempunyai sikap yang berhubungan dengan waktu mungkin menemukan kesulitan
untuk memahami dan merencanakan asuhan keperawatan terhadap klien yang
mempunyai orientasi waktu yang berbeda. Perbadaan orientasi waktu dapat menjadi
hal penting dalam perawatan kesehatan, seperti perencanaan jangka panjang dan
penjelasan tentang jadwal medikasi. Misalnya, penjelasan pentingnya keteraturan
minum obat pada penderita tekanan darah tinggi.
35
Diskusi
Setelah membaca materi di atas untuk memperdalam pemahaman kalian, silahkan diskusikan
dengan kelompok Anda pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Menurut pendapat anda, mengapa keperawatan transkultural penting?
2. Mengapa saat ini mempelajari keperawatan transkultural menjadi lebih penting daripada
masa yang lalu?
3. Apa sajakah lingkup keperawatan keperawatan transcultural?

Rangkuman
1. Keperawatan transkultural dilihat dari sejarahnya disampaikan oleh Madeleine Leininger
sejak tahun 1950an. Hal ini mengubah persepsi perawat yang sebelumnya kurang
menyadari keragaman budaya pasien dan meningkatkan persepsi yang berpotensi menjadi
perbedaan antara pemulihan dan kemunduran pasien.
2. Keperawatan transkultural adalah area yang luas dalam keperawatan yang mana berfokus
dalam komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan subkultur antara pasien dan
perawat.
3. Ada beberapa konsep keperawatan transkultural yang dapat dijadikan ukuran sebagai
batas toleransi perawat melaksanakan tugasnya.

Evaluasi
Kegiatan evaluasi diberikan dalam bentuk pengujian tertulis melalui instrument pilihan
ganda, dimana pertanyaan pilihan ganda berjumlah 5 item, setiap nilai yang benar bernilai
skor 2. Cocokkan jawaban kalian dengan menggunakan kunci jawaban tes formatif yang
terdapat di bagian akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban kalian, untuk setiap
jawaban yang benar.
Tingkat Jumlah jawaban yang benar x 100%
=
Penguasaan Total score (10)

Tingkat keberhasilan pemahaman serta daya serap Anda terhadap modul ini dengan kriteria
pembobotan terurai di bawah ini:

36
Nilai Predikat
80 – 100 % Baik
60 – 79 % Cukup
< 59 % Kurang

Apabila tingkat penguasaan kalian telah mencapai 80% atau lebih, kalian dapat meneruskan
kegiatan belajar selanjutnya. Tetapi, apabila nilai tingkat penguasaan kalian masih di bawah
80%, kalian harus mengulangi kegiatan belajar ini, terutama bagi yang belum kalian kuasai.

Tes Formatif 1
Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d atau e pada jawaban yang tepat!
1. Siapakah yang pertama mencetuskan keperawatan transkultural?
a. Busher
b. Theeaa
c. Leininger
d. McFarland
e. Betancourt
2. Mengapa keperawatan transkultural sangat penting bagi perawat untuk dipahami?
a. Seharusnya budaya pasien semua sama
b. Perawat harus memahami budaya pasiennya
c. Banyak sekali budaya masyarakat yang berbeda
d. Keperawatan transkultural sudah ada sejak 1950
e. Pasien akhir-akhir ini kurang pintar istilah kesehatan
3. Komunikasi perawat dan pasien sangat penting dalam pembuatan asuhan keperawatan
karena:
a. Perawat dan pasien selalu salah faham
b. Pasien selalu mempunyai banyak keluhan
c. Komunikasi harus dalam bahasa yang sama
d. Pasien perlu memahami semua istilah medis
e. Perawat perlu melakukan tindakan yang tepat bagi pasien
4. Kepercayaan negatif atau kecenderungan yang menyamaratakan pada satu kelompok
adalah:
a. Etnisitas
b. Prasangka

37
c. Stereotype
d. Komunikasi
e. Orientasi waktu
5. Cara klien berespons terhadap pengalaman yang berhubungan dengan kesehatan
a. Ruang
b. Diskriminasi
c. Orientasi Waktu
d. Organisasi Sosial
e. Kontrol lingkungan

Daftar Pustaka

Asir, A. (n.d.). Agama dan fungsinya dalam kehidupan umat manusia.


Busher Betancourt, D. A. (2015). Madeleine Leininger and the Transcultural Theory of
Nursing. The Downtown Review. Iss, 2(1), 1–8. Retrieved from
http://engagedscholarship.csuohio.edu/tdr
Ekayasa, S. (2014). Manfaat teknologi kesehatan dan sistem informasi dalam keperawatan.
Retrieved from https://www.academia.edu/11436870/teknologi_dalam_keperawatan
Enorheno. (2013). Nutrisi dalam perspektif transkultural nursing. Retrieved September 10,
2018, from http://enorheno-ezpada.blogspot.com/2011/11/nutrisi-dalam-persfektif-
transkultural.html
Farma, B. (n.d.). Dilema IPTEK dalam transkultural nursing. Retrieved from
https://www.academia.edu/10369161/DILEMA_IPTEK_DALAM_TRANSKULTURA
L_NURSING
Giger, J. N., & Davidhizar, R. (2002). The Giger and Davidhizar Transcultural Assessment
Model. Journal of Transcultural Nursing, 13(3), 185–188.
https://doi.org/10.1177/10459602013003004
Leininger, M. M. (1988). Leininger’s Theory of Nursing: Cultural Care Diversity and
Universality. Nursing Science Quarterly, 1(4), 152–160.
https://doi.org/10.1177/089431848800100408
Leininger, M., & McFarland, M. (2002). Transcultural nursing: Concepts, theories, research
and practice. Retrieved from
https://vwk55lkba01.storage.googleapis.com/MDA3MDM3NjYwMw==01.pdf
Master of Science in Nursing. (2019). 5 benefits of health information technology for nurses |
Ohio University. Retrieved August 25, 2019, from https://onlinemasters.ohio.edu/blog/5-
benefits-of-health-information-technology-for-nurse-practitioners/
Meindarsyah, A. M., & Firdaus, O. M. (2011). Pencegahan repetitive strain injury (RSI) pada
pengguna komputer jenis desktop studi kasus di Universitas Widyatama Bandung. In
Proceeding 11th National Conference of Indonesian Ergonomics Society 2011 (pp. 234–
246).
Priandana, Y. I. (2013). Pengertian kebudayaan, unsur-unsur kebudayan, wujud kebudayaan
dan perubahan kebudayaan. Retrieved September 10, 2018, from
https://yanuirdianto.wordpress.com/2013/03/10/96/
Purba, H. (2015). Komunikasi Transkultural Dalam Keperawatan | Kalangkang Mencrang.
Retrieved September 9, 2018, from

38
http://kalangkangmencrang.blogspot.com/2015/01/komunikasi-transkultural-dalam.html
Putra, D. H. (2012). Antropologi Kesehatan, Sebuah Definisi. Retrieved September 10, 2018,
from http://kalamenau.blogspot.com/2011/05/antropologi-kesehatan-sebuah-
definisi.html
Rina, M. (2016). Kesehatan: Hubungan kepercayaan, agama dan budaya. Retrieved
September 10, 2018, from http://musrinasin.blogspot.com/2016/01/hubungan-
kepercayaan-agama-dan-budaya.html
Saptono, & Suteng, B. (n.d.). 10+ Fungsi kebudayaan dalam masyarakat, manfaatnya dan
tujuannya. Retrieved September 10, 2018, from https://informasiana.com/fungsi-
kebudayaan-dalam-masyarakat/#
Taufik, N. (2017). Pengertian kebudayaan menurut Koentjoroningrat. Retrieved September
10, 2018, from https://estetika-indonesia.blogspot.com/2015/12/pengertian-kebudayaan-
menurut-menurut.html
Theeaa, T. A. (2016). Prinsip transkultural nursing. Retrieved September 9, 2018, from
http://thesyaamylia1.blogspot.com/
Wayne, G. (2014). Madeleine M. Leininger - The founder of transcultural nursing. Retrieved
August 25, 2019, from https://nurseslabs.com/madeleine-leininger/

Tugas Mandiri
1. Ceritakan sejarah keperawatan transkultural dengan cara yang menarik!
2. Jelaskan hambatan yang akan terjadi jika perawat kurang memahami keperawatan
transkultural!
3. Cari video di YouTube yang menarik tentang keperawatan transcultural! Jelaskan kenapa
menurut Anda video itu menarik!

39
BAB II
PARADIGMA KEPERAWATAN TRANSKULTURAL

Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep budaya & karakteristiknya
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian antropologi kesehatan
3. Mahasiswa mampu menjelaskan perilaku budaya kesehatan (Konsep sehat – sakit)
4. Mahasiswa mampu mendiskusikan paradigma keperawatan budaya

Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan
secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada
budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak,
dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif (Priandana, 2013).
Menurut Koentjoroningrat pengertian kebudayaan adalah  "keseluruhan sistem
gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan belajar" (Taufik, 2017). Menurut
Koentjoroningrat, kebudayaan dibagi menjadi 7 unsur yaitu:
1. Bahasa. Bahasa adalah suatu pengucapan yang indah dalam elemen kebudayaan dan
sekaligus menjadi alat perantara yang utama bagi manusia untuk meneruskan atau
mengadaptasi kan kebudayaan. Bentuk bahasa ada dua yaitu bahasa lisan dan bahasa
tulisan.
2. Sistem Pengetahuan. Sistem pengetahuan itu berkisar pada pegetahuan tentang
kondisi alam sekelilingnya dan sifat sifat peralatan yang dipakainya. Sistem
pengetahuan meliputi ruang pengetahuan tentang alam sekitar, flora dan fauna, waktu,
ruang dan bilangan, sifat sifat dan tingkah laku sesama manusia, tubuh manusia.
3. Sistem Kemasyarakatan atau Organisasi Sosial. Organisasi Sosial adalah
sekelompok masyarakat yang anggotanya merasa satu dengan sesamanya. Sistem

40
kemasyarakatan atau organisasi sosial yang meliputi: kekerabatan, asosiasi dan
perkumpulan, sistem kenegaraan, sistem kesatuan hidup, perkumpulan.
4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi. Yang dimaksud dengan teknologi adalah
jumlah keseluruhan teknik yang dimiliki oleh para anggota suatu masyarakat, meliputi
keseluruhan cara bertindak dan berbuat dalam hubungannya dengan pengumpulan
bahan bahan mentah, pemrosesan bahan-bahan itu untuk dibuat menjadi alat kerja,
penyimpanan, pakaian, perumahan, alat trasportasi dan kebutuhan lain yang berupa
benda meterial. Unsur teknologi yang paling menonjol adalah kebudayaan fisik yang
meliputi, alat-alat produksi, senjata, wadah, makanan dan minuman, pakaian dan
perhiasan, tempat berlindung dan perumahan serta alat alat transportasi. 
5. Sistem mata pencaharian hidup. Sistem mata pencaharian hidup merupakan segala
usaha manusia untuk mendapatkan barang dan jasa yang dibutuhkan. Sistem mata
pencaharian hidup atau sistem ekonomi yang meliputi, berburu dan mengumpulkan
makanan, bercocok tanam, peternakan, perikanan, perdagangan. 
6. Sistem Religi. Sistem religi dapat diartikan sebagai sebuah sistem yang terpadu antara
keyakinan dan praktek keagamaan yang berhubungan dengan hal hal suci dan tidak
terjangkau oleh akal. Sistem religi yang meliputi, sistem kepercayaan, sistem nilai dan
pandangan hidup, komunikasi keagamaan, dan upacara keagamaan. 
7. Kesenian.  Secara sederhana kesenian dapat diartikan sebagai segala hasrat manusia
terhadap keindahan. bentuk keindahan yang beraneka ragam itu timbul dari imajinasi
kreatif yang dapat memberikan kepuasan batin bagi manusia. Secara garis besar, kita
dapat memetakan bentuk kesenian dalam tiga garis besar, yaitu seni rupa, seni suara
dan seni tari.

Kebudayaan merupakan hal yang tidak terpisahkan dan masyarakat. Di mana


ada masyarakat, di situ ada kebudayaan. Kebudayaan merupakan penopang kelangsungan
hidup masyarakat. Fungsi Kebudayaan antara lain sebagai berikut: (a)
Mempersatukan masyarakat; (b) Memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat; dan (c)
Mendorong terjadinya perubahan masyarakat. Tantangan masyarakat sekarang adalah
bagaimana membuat agar kebudayaan bisa berfungsi mempersatukan masyarakat di tengah
kondisi keragaman kebudayaan (Saptono & Suteng, n.d.).
Prospek pengembangan pelayanan kesehatan yang berdasarkan pada perkembangan
sosial budaya  khususnya keperawatan sangat cerah pada masa mendatang ditinjau dari
kekayaan budaya di Indonesia. Namun dapat menimbulkan masalah dalam penerapan

41
pelayanan kesehatan ketika budaya tidak sesuai dengan penerapan asuahan keperawatan.
Antara faktor penyokongnya tersedianya sumber kekayaan alam Indonesia dengan
keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia, sejarah pengobatan tradisional yang telah
dikenal lama oleh nenek moyang dan diamalkan secara turun temurun sehingga menjadi
warisan budaya bangsa, isu global “back to nature” sehingga meningkatkan pasar produk
herbal termasuk di Indonesia, krisis moneter menyebabkan pengobatan tradisional menjadi
pilihan utama bagi sebagian besar masyarakat dan kebijakan pemerintah (Rina, 2016).

Antropologi Kesehatan
Antropologi kesehatan mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat yang
berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya, di antaranya objek yang 
menjadi kajian disiplin ilmu ini adalah: (1) penyakit yang berhubungan dengan kepercayaan
(misfortunes); (2) dibeberapa masyarakat misfortunes disebabkan oleh kekuatan supranatural
maupun supernatural atau penyihir; (3) kelompok healers ditemukan dengan bentuk yang
berbeda disetiap kelompok masyarakat; (4) healers mempunyai peranan sebagai penyembuh;
dan (5) adapun perhatian terhadap suatu keberadaan sakit atau penyakit tidak secara
individual, terutama illness dan sickness pada keluarga ataupun masyarakat (Putra, 2012).
Antropologi Kesehatan berdasarkan definisi dari beberapa ahli bisa ditarik kesimpulan
bahwa antropologi kesehatan adalah studi tentang kesehatan manusia berupa pencegahan,
pengobatan dan penyembuhan penyakit baik masa lalu maupun masa kini yang berhubungan
dengan kultural dan biologis dan melibatkan berbagai macam disiplin ilmu (interdisipliner).
Antropologi kesehatan mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat yang
berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya baik sakit yang berhubungan
dengan kepercayaan (misfortunes), kekuatan supranatural/penyihir, penyembuhan penyakit.
Berusaha mencapai sebuah pemahaman tentang manusia secara fisik, manusia dalam
masyarakatnya, dan manusia dengan kebudayaannya. Secara praktis, Antropologi berusaha
membangun suatu pandangan bahwa perbedaan manusia dan kebudayaannya merupakan
suatu hal yang harus dapat diterima, bukan sebagai sumber konflik tetapi sebagai sumber
pemahaman baru, agar secara terus-menerus manusia dapat merefleksikan dirinya. Secara
praktis, kajian ilmu Antropologi dapat digunakan untuk membangun masyarakat dan
kebudayaannya tanpa harus membuat masyarakat dan kebudayaan itu, kehilangan identitas
atau tersingkir dari peradaban.
Dengan demikian jelas bahwa prospek sosial budaya dalam pelayanan kesehatan
khususnya keperawatan adalah untuk menerapkan pendekatan antropologi yang berorintasi
42
pada keaneka ragaman budaya baik antar budaya maupaun lintas budaya terhadap asuhan
keperawatan yang tidak membedakan perbedaan budaya dan melaksanakan sesuai dengan
hati nurari dan sesuai dengan standar penerapan tanpa membedakan suku, ras, budaya, dan
lain-lain (Rina, 2016).
Jadi tugas utama ahli antropologi kesehatan adalah bagaimana individu di masyarakat
mempunyai persepsi dan beraksi terhadap sakit dan bagaimana tipe pelayanan kesehatan yang
akan dipilih, untuk mengetahui mengenai budaya dan keadaaan sosial di komunitas tempat
tinggal. Di dalam Antropologi Kesehatan mencakup berbagai disiplin ilmu yang saling
berhubungan dan keterkaitan.

Perilaku Budaya Kesehatan (Konsep Sehat – Sakit)


Penelitian-penelitian dan teori-teori yang dikembangkan oleh para antropolog—perilaku
sehat (health behavior), perilaku sakit (illness behavior) perbedaan antara illness dan disease,
model penjelasan penyakit explanatory model, peran dan karir seorang yang sakit (sick role),
interaksi dokter-perawat, dokter-pasien, perawat-pasien, penyakit dilihat dari sudut pasien,
membuka mata para dokter bahwa kebenaran ilmu kedokteran modern tidak lagi dapat
dianggap kebenaran absolut dalam proses penyembuhan.
Antropologi Kesehatan menjelaskan secara komprehensif dan interpretasi berbagai
macam masalah tentang hubungan timbal-balik biobudaya, antara tingkah laku manusia
dimasa lalu dan masa kini dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan
perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut. Partisipasi profesional
antropolog dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui
pemahaman yang lebih besar tentang hubungan antara gejala bio-sosial-budaya dengan
kesehatan, serta melalui perubahan tingkah laku sehat kearah yang diyakini akan
meningkatkan kesehatan yang lebih baik.
Tugas utama ahli dari Antropologi Kesehatan adalah bagaimana individu di masyarakat
mempunyai persepsi dan beraksi terhadap sakit dan bagaimana tipe pelayanan kesehatan yang
akan dipilih, untuk mengetahui mengenai budaya dan keadaaan sosial di komunitas tempat
tinggal. Antropologi Kesehatan dianggap sebagai ‘antropologi dari obat” (segi teori) dan
‘antropologi dalam pengobatan’ (segi praktis atau terapan) (Putra, 2012).
Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat, yang
dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Perkembangan
teori keperawatan terbagi menjadi 4 level perkembangan yaitu metha theory, grand theory,

43
middle range theory dan practice theory. Salah satu teori yang diungkapkan pada middle
range theory adalah Transcultural Nursing Theory. 
Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks
keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman
tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger
beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai
dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat,
akan mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan
munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi.
Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada
beberapa daerah atau negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya
dengan berteriak atau menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri
hanya dengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka
ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya
untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena
dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini
akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan (Rina, 2016).

Diskusi
Setelah membaca materi di atas untuk memperdalam pemahaman kalian, silahkan diskusikan
dengan kelompok Anda pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Sebutkan paradigma kesehatan dalam perspektif transcultural!
2. Menurut pendapat anda, mengapa perawat harus mempelajari Antropologi Kesehatan?
3. Apakah ada perubahan pandangan terhadap sikap sakit dan sehat di masyarakat modern?
Jelaskan jawaban Anda!

Rangkuman
1. Kebudayaan sangat penting untuk keberlangsungan suatu masyarakat. Ada tujuh unsur
budaya yang sangat erat dengan kesehatan.
2. Antropologi kesehatan berfungsi untuk mempelajari bagaimana masyarakat
menyelesaikan permasalahan sakit dihubungkan dengan budaya dari dulu sampai
sekarang.
44
3. Perilaku sehat-sakit masyarakat selalu menjadi pertimbangan para ahli untuk mencari
jalan keluar terhadap permasalahan kesehatan.

Evaluasi
Kegiatan evaluasi diberikan dalam bentuk pengujian tertulis melalui instrument pilihan
ganda, dimana pertanyaan pilihan ganda berjumlah 5 item, setiap nilai yang benar bernilai
skor 2. Cocokkan jawaban kalian dengan menggunakan kunci jawaban tes formatif yang
terdapat di bagian akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban kalian, untuk setiap
jawaban yang benar.
Tingkat Jumlah jawaban yang benar x 100%
=
Penguasaan Total score (10)

Tingkat keberhasilan pemahaman serta daya serap Anda terhadap modul ini dengan kriteria
pembobotan terurai di bawah ini:

Nilai Predikat
80 – 100 % Baik
60 – 79 % Cukup
< 59 % Kurang

Apabila tingkat penguasaan kalian telah mencapai 80% atau lebih, kalian dapat meneruskan
kegiatan belajar selanjutnya. Tetapi, apabila nilai tingkat penguasaan kalian masih di bawah
80%, kalian harus mengulangi kegiatan belajar ini, terutama bagi yang belum kalian kuasai.

Tes Formatif 2
1. Seseorang bisa menguasai bahasa karena dipakai sebagai sarana komunikasi, artinya:
a. Bahasa bisa dipelajari
b. Bahasa sangat penting
c. Bahasa lisan atau tulisan
d. Bahasa salah satu unsur budaya
e. Bahasa tidak bisa dipisahkan dari budaya
2. Sistem ekonomi termasuk unsur budaya:
a. Sistem religi
b. Sistem pengetahuan
c. Sistem mata pencaharian hidup
d. Sistem peralatan hidup dan teknologi

45
e. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial
3. Kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan
kepercayaan adalah:
a. Misfortunes
b. Socio-kultural
c. Culture Shock
d. Health Behavior
e. Illness Behavior
4. Sebagai perawat mempelajari Antropologi Kesehatan sangat penting, karena:
a. Obat ginerik dijual dimana-mana
b. Dalam masyarakat banyak terdapat budaya
c. Ilmu kedokteran modern dipertanyakan kebenarannya
d. Konsep sehat atau sakit selalu berhubungan dengan budaya
e. Setiap individu di masyarakat selalu ingin mendapatkan pelayanan kesehatan yang
baik
5. Tugas utama ahli antropologi kesehatan:
a. Mencari obat alami
b. Memahami budaya setempat
c. Menyelesaikan permasalahan kesehatan
d. Mempengaruhi masyarakat untuk bisa sehat
e. Menilai kemampuan mereka di bidang kesehatan
Daftar Pustaka
Asir, A. (n.d.). Agama dan fungsinya dalam kehidupan umat manusia.
Busher Betancourt, D. A. (2015). Madeleine Leininger and the Transcultural Theory of
Nursing. The Downtown Review. Iss, 2(1), 1–8. Retrieved from
http://engagedscholarship.csuohio.edu/tdr
Ekayasa, S. (2014). Manfaat teknologi kesehatan dan sistem informasi dalam keperawatan.
Retrieved from https://www.academia.edu/11436870/teknologi_dalam_keperawatan
Enorheno. (2013). Nutrisi dalam perspektif transkultural nursing. Retrieved September 10,
2018, from http://enorheno-ezpada.blogspot.com/2011/11/nutrisi-dalam-persfektif-
transkultural.html
Farma, B. (n.d.). Dilema IPTEK dalam transkultural nursing. Retrieved from
https://www.academia.edu/10369161/DILEMA_IPTEK_DALAM_TRANSKULTURA
L_NURSING
Giger, J. N., & Davidhizar, R. (2002). The Giger and Davidhizar Transcultural Assessment
Model. Journal of Transcultural Nursing, 13(3), 185–188.
https://doi.org/10.1177/10459602013003004
Leininger, M. M. (1988). Leininger’s Theory of Nursing: Cultural Care Diversity and
Universality. Nursing Science Quarterly, 1(4), 152–160.

46
https://doi.org/10.1177/089431848800100408
Leininger, M., & McFarland, M. (2002). Transcultural nursing: Concepts, theories, research
and practice. Retrieved from
https://vwk55lkba01.storage.googleapis.com/MDA3MDM3NjYwMw==01.pdf
Master of Science in Nursing. (2019). 5 benefits of health information technology for nurses |
Ohio University. Retrieved August 25, 2019, from https://onlinemasters.ohio.edu/blog/5-
benefits-of-health-information-technology-for-nurse-practitioners/
Meindarsyah, A. M., & Firdaus, O. M. (2011). Pencegahan repetitive strain injury (RSI) pada
pengguna komputer jenis desktop studi kasus di Universitas Widyatama Bandung. In
Proceeding 11th National Conference of Indonesian Ergonomics Society 2011 (pp. 234–
246).
Priandana, Y. I. (2013). Pengertian kebudayaan, unsur-unsur kebudayan, wujud kebudayaan
dan perubahan kebudayaan. Retrieved September 10, 2018, from
https://yanuirdianto.wordpress.com/2013/03/10/96/
Purba, H. (2015). Komunikasi Transkultural Dalam Keperawatan | Kalangkang Mencrang.
Retrieved September 9, 2018, from
http://kalangkangmencrang.blogspot.com/2015/01/komunikasi-transkultural-dalam.html
Putra, D. H. (2012). Antropologi Kesehatan, Sebuah Definisi. Retrieved September 10, 2018,
from http://kalamenau.blogspot.com/2011/05/antropologi-kesehatan-sebuah-
definisi.html
Rina, M. (2016). Kesehatan: Hubungan kepercayaan, agama dan budaya. Retrieved
September 10, 2018, from http://musrinasin.blogspot.com/2016/01/hubungan-
kepercayaan-agama-dan-budaya.html
Saptono, & Suteng, B. (n.d.). 10+ Fungsi kebudayaan dalam masyarakat, manfaatnya dan
tujuannya. Retrieved September 10, 2018, from https://informasiana.com/fungsi-
kebudayaan-dalam-masyarakat/#
Taufik, N. (2017). Pengertian kebudayaan menurut Koentjoroningrat. Retrieved September
10, 2018, from https://estetika-indonesia.blogspot.com/2015/12/pengertian-kebudayaan-
menurut-menurut.html
Theeaa, T. A. (2016). Prinsip transkultural nursing. Retrieved September 9, 2018, from
http://thesyaamylia1.blogspot.com/
Wayne, G. (2014). Madeleine M. Leininger - The founder of transcultural nursing. Retrieved
August 25, 2019, from https://nurseslabs.com/madeleine-leininger/

Tugas Mandiri
1. Ceritakan contoh kultur positif dan negatif yang mempengaruhi kesehatan di daerah
Anda!
2. Jelaskan manfaat mempelajari antropologi kesehatan!
3. Cari video in YouTube yang menarik tentang perilaku sehat-sakit masyarakat dari
perspektif antropologi kesehatan! Jelaskan kenapa menurut Anda video itu menarik!

47
BAB III
PERSPEKTIF BUDAYA KESEHATAN

Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep agama, tradisi kepercayaan dan nutrisi dalam
perspektif transkultural nursing
2. Mahasiswa mampu memberikan contoh penolakan atas anjuran agama dan kepercayaan
yang berhubungan dengan kesehatan
3. Mahasiswa mampu mendiskusikan peran perawat dalam mengatasi masalah yang
berhubungan dengan agama, kepercayaan dan nutrisi yang terkait kesehatan
4. Mahasiswa mampu memecahkan masalah yang berhubungan dengan kasus nutrisi pasien
yang berkaitan dengan budaya

Agama, tradisi kepercayaan dan nutrisi dalam perspektif transkultural nursing


Agama membuat seseorang merasakan kelembutan dan ketenangan yang dapat kita
ambil dari ajaran agama tersebut. Sehingga dalam mengemukakan definisi dari agama, maka
di perlukan suatu pemikiran yang cermat, sebab perkaran ini bukan perkara yang mudah dan
gampang untuk dilakukan. Orang barat lebih melihat agama sebagai suatu fenomena yang
tampak pada para pemeluk agama itu sendiri, karena sejak dulu mereka telah
mengembangkan suatu metode yang hanya melihat sesuatu itu secara realistis saja atau yang
nampak saja dalam kacamata kehidupan social manusia (Asir, n.d.).
Berkaitan dengan kepercayaan dan aktivitas manusia yang biasanya dikenal seperti:
kebaktian, pemisahan antara yang sakral dengan yang profan, kepercayaan terhadap jiwa,
kepercayaan terhadap dewa-dewa atau Tuhan, penerimaan atas wahyu yang supranatural dan
pencarian keselamatan. Dari beberapa definisi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa agama, religion (religi), din, maupun agama masing-masing mempunyai riwayat dan
sejarahnya sendiri. Namun dalam arti terminologis dan teknis, ketiga istilah tersebut
mempunyai makna yang sama, religion (bahasa Inggris), religie (bahasa
Belanda), din (bahasa Arab), dan agama (bahasa Indonesia).
Mengenai arti kepercayaan , disamping berdimensi berpikir, maka manusia
berdimensi percaya. Percaya adalah sifat dan sikap membenarkan sesuatu, atau menganggap
sesuatu sebagai kebenaran. Menurut Prof. Pudjawijatna ada kemungkinan seseorang

48
mempunyai keyakinan akan kebenaran bukan karena penyelidikan sendiri, melainkan atas
pemberitahuan pihak lain. Bila seorang ahli astronomi mengatakan bahwa pada tanggal
tertentu akan terjadi gempa bumi, kita yakin bahwa pemberitahuan itu benar, dan setelah
diberitahu tentang hal itu, maka kita tahu akan adanya kebenaran. Pengetahuan yang
demikian disebut kebenaran (Rina, 2016).
Seorang pengobat tradisional yang juga menerima pandangan kedokteran modern,
mempunyai pengetahuan yang menarik mengenai masalah sakit-sehat. Baginya, arti sakit
adalah sebagai berikut: sakit badaniah berarti ada tanda-tanda penyakit di badannya seperti
panas tinggi, penglihatan lemah, tidak kuat bekerja, sulit makan, tidur terganggu, dan badan
lemah atau sakit, maunya tiduran atau istirahat saja. Persepsi masyarakat mengenai terjadinya
penyakit berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain, karena tergantung dari
kebudayaan yang ada dan berkembang dalam masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit
yang berlainan dengan ilmu kesehatan sampai saat ini masih ada di masyarakat; dapat turun
dari satu generasi ke generasi berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas.
Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit malaria, yang saat ini masih
ada di beberapa daerah pedesaan di Papua (Irian Jaya). Makanan pokok penduduk Papua
adalah sagu yang tumbuh di daerah rawa-rawa. Selain rawa-rawa, tidak jauh dari mereka
tinggal terdapat hutan lebat. Penduduk desa tersebut beranggapan bahwa hutan itu milik
penguasa gaib yang dapat menghukum setiap orang yang melanggar ketentuannya.
Pelanggaran dapat berupa menebang, membabat hutan untuk tanah pertanian, dan lain-lain
akan diganjar hukuman berupa penyakit dengan gejala demam tinggi, menggigil, dan muntah.
Penyakit tersebut dapat sembuh dengan cara minta ampun kepada penguasa hutan, kemudian
memetik daun dari pohon tertentu, dibuat ramuan untuk di minum dan dioleskan ke seluruh
tubuh penderita. Dalam beberapa hari penderita akan sembuh.
Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan ditentukan dari penuturan
sederhana dan mudah secara turun temurun. Misalnya penyakit akibat kutukan Allah,
makhluk gaib, roh-roh jahat, udara busuk, tanaman berbisa, binatang, dan sebagainya. Pada
sebagian penduduk Pulau Jawa, dulu penderita demam sangat tinggi diobati dengan cara
menyiram air di malam hari. Air yang telah diberi ramuan dan jampi-jampi oleh dukun dan
pemuka masyarakat yang disegani digunakan sebagai obat malaria (Rina, 2016).
Budaya dan nutrisi memiliki hubungan yang sangat erat. Nutrisi berfungsi untuk
mempertahankan, meningkatkan dan mengembalikan kesehatan yang optimal. Pemilihan
bahan, pengelolahan, penyajian dan pengomsumsiannya berkaitan dengan budaya individu,
keluarga, dan komunitas tempat. Misalkan budaya makan nasi saat panen padi dan
49
meninggalkan makan sayur-sayuran (wortel) di daerah Cianjur pada era 70-an, ternyata
menyebabkan angka rabun senja meningkat saat musim padi dan menurun saat musim tanam
padi, dll.
Budaya mempengaruhi individu dan keluarga dalam menentukan makanan yang
dikonsumsi. Orang muslim tidak akan memakan daging anjing, babi, atau hewan yang
dianggap halal, misalnya ayam, jika tidak disembelih dengan menyebut nama Allah SWT, dll.
Makanan juga dikaitkan dengan jenis kelamin, makanan maskulin atau feminim. Gado-gado,
rujak, ketoprak, sate ayam, soto ayam, atau teh adalah makanan yang feminim yang identik
dengan perempuan. Sate kambing, sop kambing, atau kopi adalah makanan maskulin yang
berindentik dengan lelaki.
Makanan juga dikaitkan dengan usia, susu dan madu adalah makanan untuk anak-
anak. Makanan untuk orang dewasa adalah kacang goreng, kopi atau teh tubruk. Makanan
juga berkaitan dengan kondisi kesehatan seseorang, makanan orang sakit biasanya dengan
sedikit garam dan tanpa cabe sehingga terasa hambar. Makanan dapat juga memperat
hubungan kekerabatan. Pada orang Jawa atau orang Sunda saat lebaran, mereka akan
mengantar makanan kepada orang yang lebih dituakan walaupun yuang lebih muda lebih
miskin. Makanan hantaran di sini berfungsi sebagai bentuk pengakuan bahwa yang menerima
dituakan dihormati sekaligus ucapan syukur orang yang lebih muda kepada orang yang lebih
tua. Makanan dapat membangun dan mempertahankan hubungan antar manusia, misalnya
makanan yang dibawa sendiri-sendiri kemudian diletakkan ke suatu tempat selanjutnya di
santap bersama-sama (Enorheno, 2013).
 
Peran perawat dalam mengatasi masalah yang berhubungan dengan agama,
kepercayaan dan nurisi yang terkait kesehatan
Keperawatan saat ini tengah mengalami masa transisi panjang yang tampaknya belum
akan segera berakhir. Keperawatan yang awalnya merupakan vokasi dan sangat didasari
oleh mother instinct – naluri keibuan, mengalami perubahan atau pergeseran yang sangat
mendasar atas konsep dan proses, menuju keperawatan sebagai profesi. Perubahan ini terjadi
karena tuntutan dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan secara
umum, perkembangan IPTEK dan perkembangan profesi keperawatan sendiri. Keperawatan
sebagai profesi harus didasari konsep keilmuan yang jelas, yang menuntun untuk berpikir
kritis-logis-analitis, bertindak secara rasional–etis, serta kematangan untuk bersikap tanggap
terhadap kebutuhan dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan.

50
Keperawatan sebagai direct human care harus dapat menjawab mengapa seseorang
membutuhkan keperawatan, domain keperawatan dan keterbatasan lingkup pengetahuan serta
lingkup garapan praktek keperawatan, basis konsep dari teori dan struktur substantif setiap
konsep menyiapkan substansi dari ilmu keperawatan sehingga dapat menjadi acuan untuk
melihat wujud konkrit permasalahan pada situasi kehidupan manusia dimana perawat atau
keperawatan diperlukan keberadaannya. Secara mendasar, keperawatan sebagai profesi dapat
terwujud bila para profesionalnya dalam lingkup karyanya senantiasa berpikir analitis, kritis
dan logis terhadap fenomena yang dihadapinya, bertindak secara rasional-etis, serta bersikap
tanggap atau peka terhadap kebutuhan klien sebagai pengguna jasanya. Sehingga perlu
dikaitkan atau dipahami dengan filsafat untuk mencari kebenaran tentang ilmu keperawatan
guna memajukan ilmu keperawatan. Pengaplikasian Agama dalam pelayanan keperawatan
sangatlah penting dimana dalam memberian pelayanan keperawatan yang dapat memberikan
hasil yang maksimal (Rina, 2016).
Kekurangan nutrisi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas)
menyebabkan pada proses-proses yakni:
1.      Pertumbuhan
Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein digunakan sebagai zat pembakar,
sehingga otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah rontok. Anak-anak yang berasal
dari tingkat sosial ekonomi menengah keatas rata-rata lebih tinggi daripada yang
berasal dari keadaan sosial ekonomi rendah.
2.     Produksi tenaga
Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seorang kekurangan tenaga untuk
bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas. Orang menjadi malas, merasa lemah, dan
produktivitas kerja menurun.
3.      Pertahanan tubuh
Daya tahan terhadap tekanan atau stress menurun. System imunitas dan anti bodi
berkurang, sehingga orang mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk, dan diare. Pada
anak-anak hal ini dapat membawa kematian.
4.     Stuktur fungsi otak
Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan metal, dengan
demikian kemampuan berpikir. Otak mencapai bentuk maksimal pada usia dua tahun.
Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen.
5.     Perilaku

51
Bagi anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gizi menunjukan perilaku tidak
tenang. Mereka mudah tersinggung, cengeng, dan apatis. Dari keterangan diatas tampak,
bahwa gizi yang baik merupakan modal bagi pengembangan sumberdaya manusia.
6.      Akibat gizi lebih pada proses tubuh
Gizi lebih menyebabkan kegemukan atau obesitas. Kelebihan energi yang dikonsumsi
disimpan di dalam jaringan dalam bentuk lemak. Kegemukan merupakan salah satu faktor
risiko dalam terjadinya berbagai penyakit degenerative, seperti hipertensi atau tekanan
darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes, jantung-koroner, hati dan kantung empedu.

Sebagai perawat, harus faham kebutuhan gizi tiap orang berbeda-beda dan hal tersebut
berhubungan dengan jenis kelamin, usia, berat badan, tinggi badan dan juga aktifitas
seseorang. Oleh karena itu setiap individu sangat berbeda dalam menerima konsumsi
makanan. Di samping itu keanekaragaman makanan juga harus diperhatikan karena pada
dasarnya setiap jenis makanan tertentu tidak mengandung semua kebutuhan yang
dibutuhkan oleh tubuh sehingga perlu beberapa makanan lain untuk mendapatkan
komposisi makanan sesuai yang dianjurkan. Oleh karena makanan yang beraneka ragam
yang mengandung protein, lemak, karbohidrat serta beberapa mineral lain yang
dibutuhkan tubuh dari beragam jenis makanan yang dikonsumsi setiap hari (Enorheno,
2013).

Diskusi
Setelah membaca materi di atas untuk memperdalam pemahaman kalian, silahkan diskusikan
dengan kelompok Anda pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Sebutkan contoh penolakan anjuran agama dan kepercayaan yang berhubungan dengan
kesehatan!
2. Sebutkan contoh penolakan nutrisi yang berhubungan dengan kesehatan!
3. Bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut?

Rangkuman
1. Agama dan kepercayaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan
masayarakat.
2. Nutrisi juga mempunyai pengaruh yang lumayan mempengaruhi kesehatan masyarakat
berkaitan dengan budaya.

52
3. Perawat harus bisa memahami permasalahan yang terjadi di bidang agama, kepercayaan
dan nutrisi sehingga bisa mengambil keputusan yang terbaik untuk mengatasi masalah itu
dalam memberikan asuhan keperawatan.

Evaluasi
Kegiatan evaluasi diberikan dalam bentuk pengujian tertulis melalui instrument pilihan
ganda, dimana pertanyaan pilihan ganda berjumlah 5 item, setiap nilai yang benar bernilai
skor 2. Cocokkan jawaban kalian dengan menggunakan kunci jawaban tes formatif yang
terdapat di bagian akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban kalian, untuk setiap
jawaban yang benar.
Tingkat Jumlah jawaban yang benar x 100%
=
Penguasaan Total score (10)

Tingkat keberhasilan pemahaman serta daya serap Anda terhadap modul ini dengan kriteria
pembobotan terurai di bawah ini:

Nilai Predikat
80 – 100 % Baik
60 – 79 % Cukup
< 59 % Kurang

Apabila tingkat penguasaan kalian telah mencapai 80% atau lebih, kalian dapat meneruskan
kegiatan belajar selanjutnya. Tetapi, apabila nilai tingkat penguasaan kalian masih di bawah
80%, kalian harus mengulangi kegiatan belajar ini, terutama bagi yang belum kalian kuasai.

53
Tes Formatif 3
1. Agama yang tidak menerima transfusi darah adalah:
a. Islam
b. Hindu
c. Yahudi
d. Kristen Katolik
e. Kristen Protestan
2. Nutrisi atau makanan sangat penting sekali bagi kelangsungan hidup manusia. Oleh
karena itu,
a. Minuman hangat untuk mengatasi flu
b. Makanan bernutrisi selalu lebih mahal
c. Pria dan wanita menyukai jenis makanan tertentu
d. Makanan harus di simpan di lemari pendingin (kolkas)
e. Masing-masing manusia mempunyai kebutuhan nutrisi yang berbeda-beda
3. Kewajiban perawat di bidang nutrisi adalah:
a. Mengurangi asupan gizi pasien
b. Menambahkan asupan gizi pasien
c. Melarang pasien makan makanan yang pedas
d. Meminta pasien untuk banyak makan suplement
e. Memberikan informasi tentang nilai gizi makanan kepada pasien
4. Untuk masalah agama dan kepercayaan di bidang pelayanan keperawatan, maka perawat
harus
a. Mentertawakan pasien
b. Menghargai kepercayaan pasien
c. Menawarkan hal lain kepada pasien
d. Memaksakan kepercayaan dan keyakinannya
e. Membandingkan kepercayaan perawat dengan kepercayaan pasien.
5. Setiap agama mempunyai pantangan makanan:
a. Orang Islam tidak dapat makan babi
b. Orang Hindu tidak dapat makan ayam
c. Orang Kristen tidak dapat makan telor
d. Orang Yahudi tidak dapat makan ikan laut
e. Orang Katolik tidak dapat makan daging sapi

54
Daftar Pustaka
Asir, A. (n.d.). Agama dan fungsinya dalam kehidupan umat manusia.
Busher Betancourt, D. A. (2015). Madeleine Leininger and the Transcultural Theory of
Nursing. The Downtown Review. Iss, 2(1), 1–8. Retrieved from
http://engagedscholarship.csuohio.edu/tdr
Ekayasa, S. (2014). Manfaat teknologi kesehatan dan sistem informasi dalam keperawatan.
Retrieved from https://www.academia.edu/11436870/teknologi_dalam_keperawatan
Enorheno. (2013). Nutrisi dalam perspektif transkultural nursing. Retrieved September 10,
2018, from http://enorheno-ezpada.blogspot.com/2011/11/nutrisi-dalam-persfektif-
transkultural.html
Farma, B. (n.d.). Dilema IPTEK dalam transkultural nursing. Retrieved from
https://www.academia.edu/10369161/DILEMA_IPTEK_DALAM_TRANSKULTURA
L_NURSING
Giger, J. N., & Davidhizar, R. (2002). The Giger and Davidhizar Transcultural Assessment
Model. Journal of Transcultural Nursing, 13(3), 185–188.
https://doi.org/10.1177/10459602013003004
Leininger, M. M. (1988). Leininger’s Theory of Nursing: Cultural Care Diversity and
Universality. Nursing Science Quarterly, 1(4), 152–160.
https://doi.org/10.1177/089431848800100408
Leininger, M., & McFarland, M. (2002). Transcultural nursing: Concepts, theories, research
and practice. Retrieved from
https://vwk55lkba01.storage.googleapis.com/MDA3MDM3NjYwMw==01.pdf
Master of Science in Nursing. (2019). 5 benefits of health information technology for nurses |
Ohio University. Retrieved August 25, 2019, from https://onlinemasters.ohio.edu/blog/5-
benefits-of-health-information-technology-for-nurse-practitioners/
Meindarsyah, A. M., & Firdaus, O. M. (2011). Pencegahan repetitive strain injury (RSI) pada
pengguna komputer jenis desktop studi kasus di Universitas Widyatama Bandung. In
Proceeding 11th National Conference of Indonesian Ergonomics Society 2011 (pp. 234–
246).
Priandana, Y. I. (2013). Pengertian kebudayaan, unsur-unsur kebudayan, wujud kebudayaan
dan perubahan kebudayaan. Retrieved September 10, 2018, from
https://yanuirdianto.wordpress.com/2013/03/10/96/
Purba, H. (2015). Komunikasi Transkultural Dalam Keperawatan | Kalangkang Mencrang.
Retrieved September 9, 2018, from
http://kalangkangmencrang.blogspot.com/2015/01/komunikasi-transkultural-dalam.html
Putra, D. H. (2012). Antropologi Kesehatan, Sebuah Definisi. Retrieved September 10, 2018,
from http://kalamenau.blogspot.com/2011/05/antropologi-kesehatan-sebuah-
definisi.html
Rina, M. (2016). Kesehatan: Hubungan kepercayaan, agama dan budaya. Retrieved
September 10, 2018, from http://musrinasin.blogspot.com/2016/01/hubungan-
kepercayaan-agama-dan-budaya.html
Saptono, & Suteng, B. (n.d.). 10+ Fungsi kebudayaan dalam masyarakat, manfaatnya dan
tujuannya. Retrieved September 10, 2018, from https://informasiana.com/fungsi-
kebudayaan-dalam-masyarakat/#
Taufik, N. (2017). Pengertian kebudayaan menurut Koentjoroningrat. Retrieved September
10, 2018, from https://estetika-indonesia.blogspot.com/2015/12/pengertian-kebudayaan-
menurut-menurut.html
Theeaa, T. A. (2016). Prinsip transkultural nursing. Retrieved September 9, 2018, from

55
http://thesyaamylia1.blogspot.com/
Wayne, G. (2014). Madeleine M. Leininger - The founder of transcultural nursing. Retrieved
August 25, 2019, from https://nurseslabs.com/madeleine-leininger/

Tugas Mandiri
1. Berikan beberapa contoh pantangan makanan untuk agama yang berbeda!
2. Kumpulkan berita di media masa atau internet tentang larangan agama dan kepercayaan
berhubungan dengan kesehatan!
3. Cari video in YouTube yang menarik tentang agama, kepercayaan atau nutrisi dari
perspektif kesehatan! Jelaskan kenapa menurut Anda video itu menarik!

56
BAB IV
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu menjelaskan dilemma ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
prespektif transkultural nursing
2. Mahasiswa mampu mendeskripsikan contoh-contoh perilaku masyarakat yang
berhubungan dengan penolakan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam keperawatan
transkultural
3. Mahasiswa mampu memecahkan masalah yang berhubungan dengan dilemma ilmu
pengetahuan dan teknologi
4. Mahasiswa mampu mendiskusikan peran perawat dalam mengatasi dilemma ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berhubungan dengan budaya

Dilemma Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Prespektif Transcultural Nursing


Sampai pada permulaan abad XX, istilah teknologi telah dipakai secara umum dan
merangkum suatu rangkaian sarana, proses, dan ide disamping alat‐alat dan mesin‐mesin.
Perluasan arti ini berjalan terus sehingga sampai pertengahan abad ini muncul perumusan
teknologi sebagai sarana atau aktivitas yang dengannya manusia berusaha mengubah atau
menangani lingkungannya. Ini merupakan suatu pengertian yang sangat luas karena setiap
sarana perlengkapan maupun kultural tergolong suatu teknologi.
Teknologi tidak dapat hanya dipahami sebagai benda‐benda konkret saja, seperti
mesin, alat, perkakas dan lain sebagainya. Seperti terlihat dari awal katanya, teknologi adalah
sebuah ilmu, yaitu ilmu untuk membuat suatu alat, perkakas, mesin atau bentuk‐bentuk
konkret lainnya (sebagai penerapan kaidah dan prinsip‐ prinsip ilmu pengetahuan) untuk
memudahkan aktivitas atau pekerjaan manusia. Dengan demikian, teknologi itu, mempunyai
empat komponen utama:
a. Pengetahuan, yaitu seperangkat gagasan bagaimana mengerjakan sesuatu,
b. Tujuan, untuk apa “sesuatu” tersebut digunakan,
c. Aktivitasnya harus terpola dan terorganisasi, dan
d. Lingkungan pendukung agar aktivitas itu dapat berjalan efektif.

57
Beberapa definisi yang sifatnya formal menyebutkan bahwa, teknologi adalah hasil
dari pengetahuan ilmiah yang teroganisir dan diaplikasikan secara sistematis ke dalam hal ‐
hal yang bersifat praktis. Secara eksplisit, teknologi dianalogikan sebagai ’hardware’, dimana
manusia sebagai pengguna dan teknologi sebagai alat yang digunakan. Namun, selanjutnya
perkembangan di bidang teknologi menyebutkan bahwa teknologi lebih dari hanya sekedar
’hardware’. Teknologi merupakan ’liveware’ karena organisme – organisme hidup
setidaknya bergantung pada teknologi.
Teknologi dianggap sebagai penerapan ilmu pengetahuan dalam pengertian bahwa
penerapan itu menuju pada perbuatan atau perwujudan sesuatu. Kecenderungan ini pun
mempunyai suatu akibat dimana jika teknologi dianggap sebagai penerapan ilmu
pengetahuan, dalam perwujudan tersebut maka dengan sendirinya setiap jenis teknologi/
bagian ilmu pengetahuan dapat ada tanpa berpasangan dengan ilmu pengetahuan dan
pengetahuan tentang teknologi perlu disertai oleh pengetahuan akan ilmu pengetahuan yang
menjadi pasangannya (Farma, n.d.).
Beberapa hal yang perlu dikaji tentang teknologi adalah:
1. Menurut pasien apakah teknologi kesehatan itu?
2. Bagaimanakah persepsi pasien terhadap teknologi kesehatan?
3. Adakah pantangan pasien terhadap teknologi kesehatan, menyangkut waktu, alat
dan tempat?
4. Pernahkan pasien mengenal teknologi kesehatan?
5. Tahukan pasien manfaat teknologi kesehatan?
6. Bagaimanakah kebiasaan pasien mengunakan berbagai teknologi selain teknologi
kesehatan?

Teknologi dalam Keperawatan

Sistem teknologi informasi bukan hanya dunia cyber yang dimaksudkan untuk
perusahaan teknologi. Lingkungan perawatan kesehatan menggunakan sistem komputer yang
semakin kuat untuk mengelola staf, melacak perawatan pasien, mengakses profil medis, dan
banyak lagi. Sama seperti profesional medis dari semua jenis yang beradaptasi dengan
perawatan kesehatan yang melibatkan lebih banyak teknologi informasi kesehatan, praktisi
perawat perlu menjadi mahir dalam bekerja dengan komputer dan sistem informasi karena
penggunaan dan integrasi mereka meningkat dalam setiap aspek perawatan kesehatan

58
Menurut Master of Science in Nursing (2019) ada lima manfaat teknologi informasi
kesehatan:

a. Peningkatan Keselamatan Pasien: Sistem informasi kesehatan tidak hanya dapat


menyimpan dan menampilkan tetapi mensintesis informasi pasien. Hal ini
memungkinkan, misalnya, pemeriksaan keamanan program yang dapat
mengingatkan petugas medis tentang efek buruk yang mungkin dialami pasien
pada obat tertentu sebelum diresepkan. Mampu menyimpan semua informasi
pasien, termasuk hasil lab, pencitraan medis, dan banyak lagi di satu tempat juga
dapat membantu menghindari kesalahan mahal yang muncul ketika tidak semua
informasi yang relevan tersedia selama pengambilan keputusan.
b. Koordinasi Perawatan Efisien: Sistem teknologi informasi memungkinkan
beberapa profesional medis secara bersamaan terlibat dalam perawatan pasien
untuk merekam, menyebarluaskan, dan berbagi pembaruan, catatan, dan temuan.
Pembagian informasi lintas disiplin ini telah secara drastis meningkatkan kepuasan
pasien serta membantu mengoordinasikan perawatan dan manajemen.
c. Peningkatan Analisis Kinerja: Memanfaatkan teknologi dapat memungkinkan
sejumlah jalan di mana kinerja staf, perawatan pasien dan stabilitas, dan efisiensi
institusi dapat dilacak. Teknologi informasi kesehatan dapat menghitung
keputusan kepegawaian berdasarkan keahlian individu. Itu juga bisa
memungkinkan keputusan perawatan dibuat secara proaktif berdasarkan data
kinerja masa lalu. Pasien dapat mengirimkan umpan balik anonim mengenai
tingkat perawatan mereka, memberikan administrator dengan umpan balik yang
lebih baik tentang kualifikasi staf dan kecocokan.
d. Peningkatan Aksesibilitas Informasi Pasien: Sistem teknologi informasi kesehatan
dapat memungkinkan akses tanpa batas dan instan ke catatan pasien untuk setiap
profesional medis yang bekerja dengan pasien tertentu, yang memungkinkan
teknisi laboratorium, spesialis, dokter, dan praktisi perawat untuk mengakses
informasi terkait dan memberikan informasi pengobatan yang lebih baik,
memungkinkan pasien untuk lebih terlibat dalam rencana perawatan mereka dan
tetap mendapat informasi lebih baik tentang kondisi dan perawatan mereka.
e. Pengurangan Biaya Operasional: Sistem teknologi informasi memungkinkan
lembaga kesehatan mengalokasikan sumber daya secara lebih strategis dan
menghemat sejumlah besar uang, energi, waktu, dan persediaan. Salah satu

59
contohnya adalah menggunakan data komprehensif mengenai kebutuhan spesifik
pasien yang dirawat dengan baik. Selain pengaturan kepegawaian, sistem
teknologi dapat memungkinkan manajemen persediaan yang lebih baik.
Inventaris, isi kulkas, check-out peralatan, dan lebih banyak lagi dapat dilacak,
dilihat, dan diperbarui secara real time dengan sistem informasi.

Dampak Positif dan Negatif Teknologi

Perkembangan teknologi mempunyai banyak sekali pengaruh dari segi positifnya,


akan tetapi segi negatif dari kemajuan teknologi di bidang kesehatan itu juga ada karena
sebab hukum alam. Seiring pesatnya perkembangan teknologi para pendahulu telah berusaha
untuk menyempurnakan apa yang telah dan akan diciptakan demi kesejahteraan manusia.
Beberapa yang telah diciptakan kini dapat kita rasakan sedemikian rupa. Hal inilah yang
dianggap sebagai hal yang dinilai berdampak positif terhadap kehidupan manusia terutama di
bidang kesehatan (Ekayasa, 2014).
Berikut ini merupakan beberapa contoh kemajuan teknologi di bidang kesehatan yang
berpengaruh positif bagi manusia:
a. Ditemukannya mikroskop, sinar-X, antibiotik, obat-obat bius, transplantasi vaksinasi
bidang kedokteran dan pengobatan dalam rangka peningkatan kesehatan masyarakat
telah maju dengan pesat. Penemuan dalam bidang-bidang tersebut telah membebaskan
manusia dari bahaya akan kematian, akibat penyebaran wabah penyakit yang
mengerikan seperti cacar, pes, malaria, TBC, tumor, kanker, dan lain-lain
b. Ditemukannya alat-alat pengganti organ tubuh manusia yang telah rusak. Misalnya
mata (baik mata buatan maupun donor mata), ginjal dan jantung
c. Diketemukannya keahlian dalam bidang operasi plastik, sehingga hidung yang pesek
dapat menjadi mancung, dan lain-lain
d. Diketemukannya peralatan untuk mengolah sampah dan limbah sehingga sampah dan
limbah tidak lagi mengganggu kelangsungan hidup manusia
Sehingga dengan bukti-bukti tersebut maka perkembangan teknologi dapat dianggap
memiliki banyak dampak positif yang meluas dan berlaku secara umum di masyarakat.
Dengan adanya perkembangan teknologi seperti ini, berbagai upaya pencegahan dan
pemberantasan terhadap kemungkinan penyakit yang dapat menyerang manusia seketika.
Menurut penelitian penyakit menular dapat disebabkan oleh bakteri, cacing dan jamur.
Dengan menggunakan mikroskop elektron dapat diketahui proses perkembangbiakan suatu
bakteri.
60
Kemampuan teknologi dalam mengatasi berbagai permasalahan kesehatan tidak
menutup kemungkinan juga akan menimbulkan dampak yang negatif sebagai akibat hukum
alam, yaitu timbulnya penyakit-penyakit baru, baik langsung maupun tidak langsung.
Beberapa dampak negatif dari kemajuan teknologi di bidang kesehatan, yaitu:
a. Efek radiasi yang berpotensi menghasilkan penyakit baru
b. Efek ketergantungan
c. Terganggunya syaraf
d. Repetitive Strain Injury (RSI) adalah sejenis cedera pada persendian akibat
ketegangan pada otot atau saraf karena suatu aktivitas fisik tertentu yang dilakukan
terus menerus dan dalam waktu yang lama (Meindarsyah & Firdaus, 2011).
Diskusi

Setelah membaca materi di atas untuk memperdalam pemahaman kalian, silahkan diskusikan
dengan kelompok Anda pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Sebutkan dampak positif dari teknologi dalam bidang kesehatan!
2. Sebutkan dampak negatif dari teknologi dalam bidang kesehatan!
3. Bagaimana cara mengantisipasi dampak negatif teknologi?

Rangkuman
1. Kemajuan teknologi yang demikian pesan membawa pengaruh yang sangat besar dalam
kehidupan umat manusia.
2. Bagaimanapun, dampak penggunaan teknologi dalam keperawatan itu ada yang positif
dan ada yang negatif.
3. Perawat harus bisa menangani permasalahan dilemma teknologi dalam penerapan asuhan
keperawatan.

Evaluasi
Kegiatan evaluasi diberikan dalam bentuk pengujian tertulis melalui instrument pilihan
ganda, dimana pertanyaan pilihan ganda berjumlah 5 item, setiap nilai yang benar bernilai
skor 2. Cocokkan jawaban kalian dengan menggunakan kunci jawaban tes formatif yang
terdapat di bagian akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban kalian, untuk setiap
jawaban yang benar.
Tingkat Jumlah jawaban yang benar x 100%
=
Penguasaan Total score (10)

61
Tingkat keberhasilan pemahaman serta daya serap Anda terhadap modul ini dengan kriteria
pembobotan terurai di bawah ini:

Nilai Predikat
80 – 100 % Baik
60 – 79 % Cukup
< 59 % Kurang

Apabila tingkat penguasaan kalian telah mencapai 80% atau lebih, kalian dapat meneruskan
kegiatan belajar selanjutnya. Tetapi, apabila nilai tingkat penguasaan kalian masih di bawah
80%, kalian harus mengulangi kegiatan belajar ini, terutama bagi yang belum kalian kuasai.

62
Tes Formatif 4
1. Yang dimaksud dengan dilemma adalah:
a. Pilihan yang ada jalan keluarnya
b. Teknologi yang tidak bisa diterapkan
c. Kesulitan kegiatan dalam keperawatan
d. Suatu keadaan yang sulit sekali untuk menentukan pilihan
e. Perawat tidak bisa menggunakan teknologi terkini di bidang IT
2. Teknologi yang kesehatan yang diketahui masyarakat adalah:
a. ide
b. proses
c. pengetahuan
d. alat kesehatan modern
e. lingkungan pendukung
3. Kolaborasi beberapa tenaga kesehatan untuk mengobati pasien termasuk pada manfaat
teknologi informasi …
a. Peningkatan Analisis Kinerja
b. Koordinasi Perawatan Efisien
c. Pengurangan Biaya Operasional
d. Peningkatan Keselamatan Pasien
e. Peningkatan Aksesibilitas Informasi Pasien
4. Dampak positif teknologi kesehatan adalah:
a. Perawat dapat mengurangi jam kerjanya
b. Perawat dapat mempunyai banyak waktu luang
c. Perawat dapat memproses asuhan keperawatan dengan benar
d. Perawat dapat mengerjakan pekerjaannya dengan lebih efektif
e. Perawat dapat memaksakan penggunaan teknologi kepada pasien
5. Dampak negatif teknologi kesehatan adalah:
a. Perawat kemungkinan terkena radiasi
b. Perawat tidak memiliki pengetahuan tentang teknologi
c. Perawat tidak perlu dipaparkan dengan teknologi terbaru
d. Perawat harus belajar lagi penggunaan teknologi kesehatan
e. Perawat perlu waktu untuk beradaptasi dengan teknologi baru

63
Daftar Pustaka
Asir, A. (n.d.). Agama dan fungsinya dalam kehidupan umat manusia.
Busher Betancourt, D. A. (2015). Madeleine Leininger and the Transcultural Theory of
Nursing. The Downtown Review. Iss, 2(1), 1–8. Retrieved from
http://engagedscholarship.csuohio.edu/tdr
Ekayasa, S. (2014). Manfaat teknologi kesehatan dan sistem informasi dalam keperawatan.
Retrieved from https://www.academia.edu/11436870/teknologi_dalam_keperawatan
Enorheno. (2013). Nutrisi dalam perspektif transkultural nursing. Retrieved September 10,
2018, from http://enorheno-ezpada.blogspot.com/2011/11/nutrisi-dalam-persfektif-
transkultural.html
Farma, B. (n.d.). Dilema IPTEK dalam transkultural nursing. Retrieved from
https://www.academia.edu/10369161/DILEMA_IPTEK_DALAM_TRANSKULTURA
L_NURSING
Giger, J. N., & Davidhizar, R. (2002). The Giger and Davidhizar Transcultural Assessment
Model. Journal of Transcultural Nursing, 13(3), 185–188.
https://doi.org/10.1177/10459602013003004
Leininger, M. M. (1988). Leininger’s Theory of Nursing: Cultural Care Diversity and
Universality. Nursing Science Quarterly, 1(4), 152–160.
https://doi.org/10.1177/089431848800100408
Leininger, M., & McFarland, M. (2002). Transcultural nursing: Concepts, theories, research
and practice. Retrieved from
https://vwk55lkba01.storage.googleapis.com/MDA3MDM3NjYwMw==01.pdf
Master of Science in Nursing. (2019). 5 benefits of health information technology for nurses |
Ohio University. Retrieved August 25, 2019, from https://onlinemasters.ohio.edu/blog/5-
benefits-of-health-information-technology-for-nurse-practitioners/
Meindarsyah, A. M., & Firdaus, O. M. (2011). Pencegahan repetitive strain injury (RSI) pada
pengguna komputer jenis desktop studi kasus di Universitas Widyatama Bandung. In
Proceeding 11th National Conference of Indonesian Ergonomics Society 2011 (pp. 234–
246).
Priandana, Y. I. (2013). Pengertian kebudayaan, unsur-unsur kebudayan, wujud kebudayaan
dan perubahan kebudayaan. Retrieved September 10, 2018, from
https://yanuirdianto.wordpress.com/2013/03/10/96/
Purba, H. (2015). Komunikasi Transkultural Dalam Keperawatan | Kalangkang Mencrang.
Retrieved September 9, 2018, from
http://kalangkangmencrang.blogspot.com/2015/01/komunikasi-transkultural-dalam.html
Putra, D. H. (2012). Antropologi Kesehatan, Sebuah Definisi. Retrieved September 10, 2018,
from http://kalamenau.blogspot.com/2011/05/antropologi-kesehatan-sebuah-
definisi.html
Rina, M. (2016). Kesehatan: Hubungan kepercayaan, agama dan budaya. Retrieved
September 10, 2018, from http://musrinasin.blogspot.com/2016/01/hubungan-
kepercayaan-agama-dan-budaya.html
Saptono, & Suteng, B. (n.d.). 10+ Fungsi kebudayaan dalam masyarakat, manfaatnya dan
tujuannya. Retrieved September 10, 2018, from https://informasiana.com/fungsi-
kebudayaan-dalam-masyarakat/#
Taufik, N. (2017). Pengertian kebudayaan menurut Koentjoroningrat. Retrieved September
10, 2018, from https://estetika-indonesia.blogspot.com/2015/12/pengertian-kebudayaan-
menurut-menurut.html
Theeaa, T. A. (2016). Prinsip transkultural nursing. Retrieved September 9, 2018, from
http://thesyaamylia1.blogspot.com/
64
Wayne, G. (2014). Madeleine M. Leininger - The founder of transcultural nursing. Retrieved
August 25, 2019, from https://nurseslabs.com/madeleine-leininger/

Tugas Mandiri
1. Kumpulkan berita di media masa atau internet tentang dampak positif IPTEK dalam
bidang kesehatan!
2. Kumpulkan berita di media masa atau internet tentang dampak negatif IPTEK dalam
bidang kesehatan!
3. Cari video di YouTube yang menarik tentang dampak positif dan negatif IPTEK dalam
perspektif kesehatan! Jelaskan kenapa menurut Anda video itu menarik!

65
BAB V
KONSEP KEPERAWATAN TRANSKULTURAL

Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi teori Leiningers
2. Mahasiswa mampu mendeskripsikan komponen dalam sunrise model
3. Mahasiswa mampu menjelaskan peran teori Leiningers atau sunrise model dalam proses
keperawatan
4. Mahasiswa mampu mendiskusikan faktor-faktor komunikasi lintas budaya dalam
melaksanakan teori Leiningers atau sunrice model
5. Mahasiswa mampu mendeskripsikan peran perawat dalam diagosa keperawatan
transkultural

Teori Leiningers
Menurut Leinenger, sangat penting memperhatikan keragaman budaya dan nilai-nilai
dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat,
akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada
suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya.
Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat yang humanis yang difokuskan
pada perilaku individu/kelompok serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan
perilaku sehat atau sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya.
Sedangkan menurut M. M. Leininger (1988), keperawatan transkultural adalah suatu
pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisa dan studi perbandingan tentang perbedaan
budaya.

Tujuan  dari transkultural nursing adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti


dan menggunakan norma pemahaman keperawatan transcultural  dalam meningkatkan
kebudayaan spesifik dalam asuhan keperawatan. Asumsinya adalah berdasarkan teori caring,
caring adalah esensi dari, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan
keperawatan. Perilaku caring diberikan  kepada manusia sejak lahir hingga meninggal dunia.
Human caring merupakan fenomena universal dimana,ekspresi, struktur polanya bervariasi
diantara  kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

66
Sunrise Model Theory
Teory keperawatan transkultural matahari terbit, sehingga di sebut juga
sebagai sunrise model matahari terbit ini melambangkan esensi keperawatan dalam
transkultural yang menjelaskan bahwa sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada
klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas, lembaga), perawat terlebih dahulu harus
mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (worldview) tentang dimensi dan
budaya serta struktur sosial yang, bersyarat dalam lingkungan yang sempit.
Dimensi budaya dan struktur sosial tersebut menurut Leininger di pengaruhi oleh
tujuh faktor, yaitu teknologi, agama dan falsafah hidup, faktor sosial dan kekerabatan. Peran
perawatan pada transcultural nursing teory ini adalah menjebatani antara sistem perawatan
yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan prosfesional melalui asuhan
keperawatan. Eksistensi peran perawat tersebut digambarkan oleh Leininger, oleh karena itu
perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan keperawatan yang akan
diberikan kepada masyarakat. Jika di sesuaikan dengan proses keperawatan, hal tersebut
merupakan tahap perencanaan tindakan keperawatan.
Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien harus tetap memperhatikan tiga
perinsip asuhan keperawatan, yaitu:
1. Culture care preservation / maintenance, yaitu prinsip membantu, memfasilitasi,
atau memperhatikan fenomena budaya guna membantu individu menentukan
tingkan kesehatan dan gaya hidup yang di inginkan.
2. Culture care accommodation / negotiation yaitu prisip membantu, memfasilitasi,
atau memperhatikan fenomena budaya, yang merefleksikan cara-cara untuk
beradaptasi, atau bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan
gaya hidup individu atau klien.
3. Culture care repatterning / restructuring yaitu: prinsip merekonstruksiatau
mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup
klien kearah lebih baik.

Konsep dalam Transkultural


a. Culture / Budaya         
Budaya mengacu pada nilai-nilai, kepercayaan, norma, dan praktik kehidupan yang
dipelajari, dibagikan, dan ditransmisikan dari kelompok tertentu yang memandu cara
berpikir, mengambil keputusan, dan tindakan dengan cara yang benar.
Peduli (kata benda) merujuk
67
b. Care (Kata Benda) / Perduli
Perduli mengacu pada fenomena yang berkaitan dengan membantu, mendukung, atau
perilaku terhadap orang lain (atau kelompok) dengan bukti atau antisipasi kebutuhan
untuk memperbaiki kondisi manusia tersebut.
c. Caring (Kata Kerja) / Perduli
Perduli mengacu pada tindakan yang diarahkan membantu, mendukung, atau
mengaktifkan individu lain (atau kelompok) dengan kebutuhan yang jelas atau
diantisipasi untuk memperbaiki kondisi manusia tersebut.
d. Cultural Care / Perawatan berdasarkan Budaya
Perawatan berdasarkan budaya mengacu pada nilai-nilai yang diketahui secara
kognitif, kepercayaan, dan pola ekspresi yang membantu, mendukung, atau
memungkinkan individu atau kelompok lain untuk mempertahankan kesejahteraan,
meningkatkan kondisi manusia atau jalan hidup, atau menghadapi kematian dan cacat.
e. Cultural Care Diversity / Perbedaan Perawatan berdasarkan Budaya
Perbedaan perawatan berdasarkan budaya maksudnya perbedaan makna, pola, nilai,
atau simbol perawatan yang diturunkan secara budaya ~ oleh manusia untuk
kesejahteraan mereka atau untuk meningkatkan kondisi manusia, cara hidupnya dan
untuk menghadapi kematian.
f. Cultural Care Universality / Universalitas Perawatan berdasarkan Budaya
Universalitas perawatan berdasarkan budaya maksudnya adalah adanya keseragaman
pola, nilai, atau simbol perawatan yang secara kultural diturunkan oleh manusia untuk
kesejahteraan mereka, atau untuk meningkatkan kondisi manusia, cara hidup atau
untuk menghadapi kematian.
g. World View / Pandangan tentang Dunia
Pandangan tentang dunia mengacu pada bagaimana cara orang cenderung memandang
dunia atau semesta serta lingkungan disekitar mereka.
h. Social Structure /Struktur Sosial
Struktur sosial mengacu pada sifat dinamis dari faktor struktural atau organisasi yang
saling terkait dari budaya tertentu (atau masyarakat) dan bagaimana faktor-faktor ini
berfungsi untuk memberi makna dan tatanan struktural, termasuk faktor agama,
kekerabatan, politik, ekonomi, pendidikan, teknologi, dan budaya.
i. Environmental Context / Konteks Lingkungan

68
Konteks lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu peristiwa, situasi, atau
pengalaman khusus yang memberi makna pada ekspresi manusia, termasuk interaksi
sosial dan dimensi fisik, ekologis, emosional, dan budaya.
j. Folk Health / Kesehatan Masyarakat Terpencil (well being)
Sistem kesehatan masyarakat (well being) mengacu pada perawatan atau
penyembuhan kesehatan tradisional atau praktik local yang memiliki makna dan
kegunaan khusus untuk menyembuhkan atau membantu orang, yang umumnya
ditawarkan dalam konteks lingkungan rumah atau komunitas yang akrab dengan
praktisi setempat mereka.
k. Health / Kesehatan
Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan, dihargai, dan
dipraktikkan secara budaya dan yang mencerminkan kemampuan individu (atau
kelompok) untuk melakukan kegiatan peran sehari-hari mereka dengan cara yang
memuaskan secara budaya.
l. Professional Health System / Sistem Kesehatan Profesional
Sistem kesehatan profesional mengacu pada layanan perawatan atau penyembuhan
profesional yang ditawarkan oleh tenaga kesehatan yang beragam yang telah
disiapkan melalui program studi formal di lembaga pendidikan khusus.
m. Cultural Care Perservation or Maintenance
Pelestarian atau pemeliharaan perawatan berdasarkan budaya mengacu pada tindakan
dan keputusan profesional yang membantu, mendukung, atau membantu klien dari
budaya tertentu untuk menjaga atau mempertahankan kondisi kesehatan atau pulih
dari penyakit dan menghadapi kematian.
n. Cultural Care Accomodation or Negotiation
Akomodasi atau negosiasi perawatan secara budaya mengacu pada tindakan dan
keputusan profesional yang membantu, mendukung, atau membantu klien dari budaya
tertentu untuk beradaptasi atau bernegosiasi untuk status kesehatan yang bermanfaat
atau memuaskan atau menghadapi kematian.
o. Cultural Care Repatterning or Restructuring
Pemutakhiran atau restrukturisasi perawatan berdasarkan budaya mengacu pada
mereka yang membantu, mendukung, atau atau keputusan profesional yang membantu
klien mengubah hidup mereka untuk pola baru atau berbeda yang bermakna secara
budaya dan memuaskan atau yang mendukung pola hidup yang bermanfaat dan sehat.

69
M. M. Leininger (1988) mengartikan paradigma keperawatan transkultural sebagai
cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan
yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan, yaitu:
 manusia,
 sehat,
 lingkungan dan
 keperawatan.

Diskusi
Setelah membaca materi di atas untuk memperdalam pemahaman kalian, silahkan diskusikan
dengan kelompok Anda pertanyaan-pertanyaan berikut:

70
a. Beri contoh cultural care preservation / maintenance!
b. Beri contoh cultural care accommodation / negotiation!
c. Beri contoh cultural care repatterning / restructuring!

Rangkuman
1. Model keperawatan konseptual yang dikembangkan oleh Madeleine M. Leininger untuk
menggambarkan komponen-komponen keanekaragaman perawatan budaya dan teori
keperawatan universal, yang dinamai dari bentuk penampilan grafisnya. Setiap budaya
memiliki pandangan dunia dan struktur budaya dan sosial, yang dipelajari melalui konteks
bahasa dan lingkungan.
2. Konteks ini termasuk faktor teknologi, faktor agama dan filosofi, kekerabatan dan faktor
sosial, nilai-nilai budaya dan keyakinan, faktor politik dan hukum, faktor pendidikan, dan
faktor ekonomi. Semua konteks bahasa dan lingkungan ini mempengaruhi pola dan
ekspresi perawatan dan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan institusi; semua yang
terakhir berpartisipasi dalam sistem kesehatan yang beragam, yang mencakup sistem
rakyat dan profesional.

Evaluasi
Kegiatan evaluasi diberikan dalam bentuk pengujian tertulis melalui instrument pilihan
ganda, dimana pertanyaan pilihan ganda berjumlah 5 item, setiap nilai yang benar bernilai
skor 2. Cocokkan jawaban kalian dengan menggunakan kunci jawaban tes formatif yang
terdapat di bagian akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban kalian, untuk setiap
jawaban yang benar.
Tingkat Jumlah jawaban yang benar x 100%
=
Penguasaan Total score (10)

Tingkat keberhasilan pemahaman serta daya serap Anda terhadap modul ini dengan kriteria
pembobotan terurai di bawah ini:

Nilai Predikat
80 – 100 % Baik
60 – 79 % Cukup
< 59 % Kurang

71
Apabila tingkat penguasaan kalian telah mencapai 80% atau lebih, kalian dapat meneruskan
kegiatan belajar selanjutnya. Tetapi, apabila nilai tingkat penguasaan kalian masih di bawah
80%, kalian harus mengulangi kegiatan belajar ini, terutama bagi yang belum kalian kuasai.
Tes Formatif 5
1. Keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada
analisa dan studi perbandingan tentang ...
a. Budaya
b. Penyakit
c. Masyarakat
d. Lingkungan
e. Keperawatan
2. Tindakan yang diarahkan membantu, mendukung, atau mengaktifkan individu lain (atau
kelompok) dengan kebutuhan yang jelas atau diantisipasi untuk memperbaiki kondisi
manusia tersebut disebut:
a. Care
b. Caring
c. World view
d. Culture care
e. Culture imposition
3. Perawatan atau penyembuhan kesehatan tradisional atau praktik local yang memiliki
makna dan kegunaan khusus untuk menyembuhkan atau membantu orang, yang
umumnya ditawarkan dalam konteks lingkungan rumah atau komunitas yang akrab
dengan praktisi setempat mereka adalah:
a. Health
b. Social Structure
c. Environmental Context
d. Folk Health (Well Being)
e. Professional Health System
4. Bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup pasien adalah:
a. Culture care preservation
b. Culture care maintenance
c. Culture care restructuring
d. Cultural care repatterrning
e. Culture care accommodation
72
5. Layanan perawatan yang ditawarkan oleh tenaga kesehatan yang beragam yang telah
disiapkan melalui program studi formal di lembaga pendidikan khusus:
a. Health
b. Social Structure
c. Environmental Context
d. Folk Health (Well Being)
e. Professional Health System

Daftar Pustaka
Asir, A. (n.d.). Agama dan fungsinya dalam kehidupan umat manusia.
Busher Betancourt, D. A. (2015). Madeleine Leininger and the Transcultural Theory of
Nursing. The Downtown Review. Iss, 2(1), 1–8. Retrieved from
http://engagedscholarship.csuohio.edu/tdr
Ekayasa, S. (2014). Manfaat teknologi kesehatan dan sistem informasi dalam keperawatan.
Retrieved from https://www.academia.edu/11436870/teknologi_dalam_keperawatan
Enorheno. (2013). Nutrisi dalam perspektif transkultural nursing. Retrieved September 10,
2018, from http://enorheno-ezpada.blogspot.com/2011/11/nutrisi-dalam-persfektif-
transkultural.html
Farma, B. (n.d.). Dilema IPTEK dalam transkultural nursing. Retrieved from
https://www.academia.edu/10369161/DILEMA_IPTEK_DALAM_TRANSKULTURA
L_NURSING
Giger, J. N., & Davidhizar, R. (2002). The Giger and Davidhizar Transcultural Assessment
Model. Journal of Transcultural Nursing, 13(3), 185–188.
https://doi.org/10.1177/10459602013003004
Leininger, M. M. (1988). Leininger’s Theory of Nursing: Cultural Care Diversity and
Universality. Nursing Science Quarterly, 1(4), 152–160.
https://doi.org/10.1177/089431848800100408
Leininger, M., & McFarland, M. (2002). Transcultural nursing: Concepts, theories, research
and practice. Retrieved from
https://vwk55lkba01.storage.googleapis.com/MDA3MDM3NjYwMw==01.pdf
Master of Science in Nursing. (2019). 5 benefits of health information technology for nurses |
Ohio University. Retrieved August 25, 2019, from https://onlinemasters.ohio.edu/blog/5-
benefits-of-health-information-technology-for-nurse-practitioners/
Meindarsyah, A. M., & Firdaus, O. M. (2011). Pencegahan repetitive strain injury (RSI) pada
pengguna komputer jenis desktop studi kasus di Universitas Widyatama Bandung. In
Proceeding 11th National Conference of Indonesian Ergonomics Society 2011 (pp. 234–
246).
Priandana, Y. I. (2013). Pengertian kebudayaan, unsur-unsur kebudayan, wujud kebudayaan
dan perubahan kebudayaan. Retrieved September 10, 2018, from
https://yanuirdianto.wordpress.com/2013/03/10/96/
Purba, H. (2015). Komunikasi Transkultural Dalam Keperawatan | Kalangkang Mencrang.
Retrieved September 9, 2018, from
http://kalangkangmencrang.blogspot.com/2015/01/komunikasi-transkultural-dalam.html
Putra, D. H. (2012). Antropologi Kesehatan, Sebuah Definisi. Retrieved September 10, 2018,
from http://kalamenau.blogspot.com/2011/05/antropologi-kesehatan-sebuah-
definisi.html

73
Rina, M. (2016). Kesehatan: Hubungan kepercayaan, agama dan budaya. Retrieved
September 10, 2018, from http://musrinasin.blogspot.com/2016/01/hubungan-
kepercayaan-agama-dan-budaya.html
Saptono, & Suteng, B. (n.d.). 10+ Fungsi kebudayaan dalam masyarakat, manfaatnya dan
tujuannya. Retrieved September 10, 2018, from https://informasiana.com/fungsi-
kebudayaan-dalam-masyarakat/#
Taufik, N. (2017). Pengertian kebudayaan menurut Koentjoroningrat. Retrieved September
10, 2018, from https://estetika-indonesia.blogspot.com/2015/12/pengertian-kebudayaan-
menurut-menurut.html
Theeaa, T. A. (2016). Prinsip transkultural nursing. Retrieved September 9, 2018, from
http://thesyaamylia1.blogspot.com/
Wayne, G. (2014). Madeleine M. Leininger - The founder of transcultural nursing. Retrieved
August 25, 2019, from https://nurseslabs.com/madeleine-leininger/

Tugas Mandiri
1. Kumpulkan berita di media masa atau internet berhubungan dengan faktor-faktor
komunikasi lintas budaya dalam melaksanakan teori Leiningers atau sunrice model!
2. Cari video di YouTube yang menarik tentang Sunrise Model Theory! Jelaskan kenapa
menurut Anda video itu menarik!

74
BAB VI
PROSES KEPERAWATAN TRANSKULTURAL

Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian keperawatan transkultural
2. Mahasiswa mampu merumuskan masalah keperawatan transkultural
3. Mahasiswa mampu mendeskripsikan peran perawat dalam diagosa keperawatan
transkultural
4. Mahasiswa mampu menjelaskan rencana tindakan keperawatan transkultural
5. Mahasiswa mampu melakukan role play pengkajian dan rencana tindakan keperawatan
transkultural

75
Proses Keperawatan Transkultural.
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise
Model) (M. M. Leininger, 1988)

Pengkajian
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise Model” yaitu:
a. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
b. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
c. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
d. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
e. Faktor ekonomi (economical factors)
f. Faktor pendidikan (educational factors)
g. Faktor tekhnologi

Diagnosa keperawatan
Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan
transkultural yaitu:
 Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,
 Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
 Ketidak patuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.

Perencanaan keperawatan
Cultural care preservation/maintenance
1. Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses melahirkan dan
perawatan bayi
2. Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinteraksi dengan klien
3. Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat

Cultural care accomodation/negotiation


1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien

76
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan   biomedis, pandangan klien dan standar etik.

Cultural care repartening/reconstruction


1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan
dan melaksanakannya.
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat
dipahami oleh klien dan keluarga.
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.

Evaluasi
           Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien
tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien
yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin
sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui
asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

Diskusi
Setelah membaca materi di atas untuk memperdalam pemahaman kalian, silahkan diskusikan
dengan kelompok Anda kasus berikut:
Setiap group mendapatkan kasus yang berbeda untuk dibuatkan asuhan keperawatan.

Rangkuman
Untuk memberikan perawatan budaya-kongruen, perawat menggunakan pengetahuan yang
diperoleh melalui analisis komponen model untuk membuat keputusan perawatan
berdasarkan:
a. Pelestarian perawatan budaya / pemeliharaan (keputusan membantu atau memfasilitasi
yang meliputi metode mempertahankan atau mempertahankan kehidupan atau nilai-nilai
bermanfaat untuk klien),
b. Akomodasi perawatan budaya / negosiasi (keputusan bantuan kognitif yang
mempertimbangkan keyakinan budaya, nilai-nilai, dan praktik klien), atau
77
c. perawatan budaya repatterning / restrukturisasi (keputusan bantu atau fasilitatif yang
menggabungkan beberapa aspek yang berbeda dari klien budaya dengan cara yang
bermanfaat atau berarti bagi klien).

Evaluasi
Kegiatan evaluasi diberikan dalam bentuk pengujian tertulis melalui instrument pilihan
ganda, dimana pertanyaan pilihan ganda berjumlah 5 item, setiap nilai yang benar bernilai
skor 2. Cocokkan jawaban kalian dengan menggunakan kunci jawaban tes formatif yang
terdapat di bagian akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban kalian, untuk setiap
jawaban yang benar.
Tingkat Jumlah jawaban yang benar x 100%
=
Penguasaan Total score (10)

Tingkat keberhasilan pemahaman serta daya serap Anda terhadap modul ini dengan kriteria
pembobotan terurai di bawah ini:

Nilai Predikat
80 – 100 % Baik
60 – 79 % Cukup
< 59 % Kurang

Apabila tingkat penguasaan kalian telah mencapai 80% atau lebih, kalian dapat meneruskan
kegiatan belajar selanjutnya. Tetapi, apabila nilai tingkat penguasaan kalian masih di bawah
80%, kalian harus mengulangi kegiatan belajar ini, terutama bagi yang belum kalian kuasai.

78
Tes Formatif 6
1. Seorang wanita berumur 20 tahun dari suku Banjar, paska nifas datang ke Puskesmas
dengan wajah pucat, TD = 90/70 Mm Hg, Hb = 9 mengeluh sering lemas dan ASI keluar
sedikit sehingga anak menjadi rewel. Saran dari mertuanya, ibu nifas tidak boleh makan
ayam karena menurut kepercayaan akan membuat jahitan perineum sulit sembuh dan
darah nifas tidak berhenti, ibu hanya boleh makan ikan sepat kering yang dipanggang.
Apakah tindakan yang harus dilakukan oleh perawat terkait kasus tersebut?
a. Merawat budaya
b. Menegosiasi budaya
c. Melestarikan budaya
d. Merestrukturisasi budaya
e. Mempertahankan budaya
2. Seorang pria membawa anaknya usia 4 bulan, menangis terus menerus dan tidak bisa
tidur dan belum BAB 3 hari, BAK 1 kali/hari, palpasi perut anak tegang teraba massa,
auskultasi pergerakan peristaltik hipoaktif
Apakah hal yang perlu dipertajam saat pengkajian oleh perawat?
a. Pola makan ibu
b. Pola makan anak
c. Pola makan ibu dan anak
d. Jenis susu yang diberikan
e. Riwayat BAB sebelumnya
3. Seorang pria membawa anaknya usia 4 bulan, menangis terus menerus dan tidak bisa
tidur dan belum BAB 3 hari, BAK 1 kali/hari, palpasi perut anak tegang teraba massa,
auskultasi pergerakan peristaltik hipoaktif, 5 hari yang lalu anak diberi pisang oleh
neneknya dengan keyakinan lebih cepat kenyang.
Apakah rasional intervensi dalam pendidikan kesehatan terkait pemberian pisang?
a. Gigi anak belum tumbuh
b. Anak 0-6 bulan hanya boleh diberi ASI
c. Usus anak belum siap dan penyerapan jadi lambat
d. Pisang tidak tepat diberikan, bisa diganti dengan buah lain
e. Berikan susu dulu kemudian pisang yang dikunyah orang tua

79
4. Saat kunjungan ke Puskesmas seorang wanita 23 tahun, status kehamilan G2P1A0 usia
kehamilan 5 bulan dan kunjungan ke-2, beliau mengatakan saya suka minum air kacang
hijau agar rambut bayi dalam kandungan saya menjadi lebat.
Apakah tindakan perawat berkaitan dengan keyakinan klien tersebut?
a. Merestrukturisasi budaya karena bisa diare
b. Menegosiasi budaya karena bayi menjadi kedinginan
c. Memperbolehkannya karena mendukung rambut jadi lebat
d. Mempertahankan budaya karena banyak vitamin terutama B
e. Mengubah budaya pasien karena kacang hijau bagusnya dimasak
5. Saat kunjungan ke Sekolah SMP banyak remaja yang anemia dan dijumpai pengolahan
sayuran hijau sampai benar-benar layu dan dengan waktu lama. Jika sayur belum habis
maka untuk makan yang berikutnya dipanaskan kembali.
Apakah tindakan perawat menghadapi kasus tersebut?
a. Perawat menjelaskan bahwa sayur perlu dicuci dulu sebelum dimasak
b. Perawat menjelaskan bahwa sayur boleh dimasak lama dengan api yang kecil agar
sayuran tampilannya bagus
c. Perawat menjelaskan bahwa sayur perlu dimasak tidak terlalu lama cukup sedikit layu
agar kandungan gizi tidak hilang
d. Perawat menjelaskan bahwa sayuran yang dimasak terlalu lama hanya akan
menghilangkan kandungan gizi yang ada pada sayuran itu sendiri.
e. Perawat menjelaskan bahwa budaya ini perlu dimodifikasi dengan cara pengolahan
tidak perlu terlalu lama, cukup sampai sedikit layu serta sayuran dicuci bersih sebelum
diolah.

80
Daftar Pustaka
Asir, A. (n.d.). Agama dan fungsinya dalam kehidupan umat manusia.
Busher Betancourt, D. A. (2015). Madeleine Leininger and the Transcultural Theory of
Nursing. The Downtown Review. Iss, 2(1), 1–8. Retrieved from
http://engagedscholarship.csuohio.edu/tdr
Ekayasa, S. (2014). Manfaat teknologi kesehatan dan sistem informasi dalam keperawatan.
Retrieved from https://www.academia.edu/11436870/teknologi_dalam_keperawatan
Enorheno. (2013). Nutrisi dalam perspektif transkultural nursing. Retrieved September 10,
2018, from http://enorheno-ezpada.blogspot.com/2011/11/nutrisi-dalam-persfektif-
transkultural.html
Farma, B. (n.d.). Dilema IPTEK dalam transkultural nursing. Retrieved from
https://www.academia.edu/10369161/DILEMA_IPTEK_DALAM_TRANSKULTURA
L_NURSING
Giger, J. N., & Davidhizar, R. (2002). The Giger and Davidhizar Transcultural Assessment
Model. Journal of Transcultural Nursing, 13(3), 185–188.
https://doi.org/10.1177/10459602013003004
Leininger, M. M. (1988). Leininger’s Theory of Nursing: Cultural Care Diversity and
Universality. Nursing Science Quarterly, 1(4), 152–160.
https://doi.org/10.1177/089431848800100408
Leininger, M., & McFarland, M. (2002). Transcultural nursing: Concepts, theories, research
and practice. Retrieved from
https://vwk55lkba01.storage.googleapis.com/MDA3MDM3NjYwMw==01.pdf
Master of Science in Nursing. (2019). 5 benefits of health information technology for nurses |
Ohio University. Retrieved August 25, 2019, from https://onlinemasters.ohio.edu/blog/5-
benefits-of-health-information-technology-for-nurse-practitioners/
Meindarsyah, A. M., & Firdaus, O. M. (2011). Pencegahan repetitive strain injury (RSI) pada
pengguna komputer jenis desktop studi kasus di Universitas Widyatama Bandung. In
Proceeding 11th National Conference of Indonesian Ergonomics Society 2011 (pp. 234–
246).
Priandana, Y. I. (2013). Pengertian kebudayaan, unsur-unsur kebudayan, wujud kebudayaan
dan perubahan kebudayaan. Retrieved September 10, 2018, from
https://yanuirdianto.wordpress.com/2013/03/10/96/
Purba, H. (2015). Komunikasi Transkultural Dalam Keperawatan | Kalangkang Mencrang.
Retrieved September 9, 2018, from
http://kalangkangmencrang.blogspot.com/2015/01/komunikasi-transkultural-dalam.html
Putra, D. H. (2012). Antropologi Kesehatan, Sebuah Definisi. Retrieved September 10, 2018,
from http://kalamenau.blogspot.com/2011/05/antropologi-kesehatan-sebuah-
definisi.html
Rina, M. (2016). Kesehatan: Hubungan kepercayaan, agama dan budaya. Retrieved
September 10, 2018, from http://musrinasin.blogspot.com/2016/01/hubungan-
kepercayaan-agama-dan-budaya.html
Saptono, & Suteng, B. (n.d.). 10+ Fungsi kebudayaan dalam masyarakat, manfaatnya dan
tujuannya. Retrieved September 10, 2018, from https://informasiana.com/fungsi-
kebudayaan-dalam-masyarakat/#
Taufik, N. (2017). Pengertian kebudayaan menurut Koentjoroningrat. Retrieved September
10, 2018, from https://estetika-indonesia.blogspot.com/2015/12/pengertian-kebudayaan-
menurut-menurut.html
Theeaa, T. A. (2016). Prinsip transkultural nursing. Retrieved September 9, 2018, from
http://thesyaamylia1.blogspot.com/
81
Wayne, G. (2014). Madeleine M. Leininger - The founder of transcultural nursing. Retrieved
August 25, 2019, from https://nurseslabs.com/madeleine-leininger/

Tugas Mandiri

1. Membuat asuhan keperawatan transkultural.


2. Membuat video per group tentang role play pengkajian dan rencana tindakan keperawatan
transkultural.

82
LAMPIRAN

83
Kunci Jawaban

Tes Formatif 1
1. C
2. B
3. E
4. B
5. E

Tes Formatif 2
1. A
2. C
3. C
4. D
5. B

Tes Formatif 3
1. C
2. E
3. E
4. B
5. A

Tes Formatif 4
1. D
2. D
3. E
4. C
5. A

Tes Formatif 5
1. A
2. B

84
3. D
4. E
5. E

Tes Formatif 6
1. D
2. C
3. C
4. D
5. E

85
PANDUAN UNTUK PESERTA PEMBELAJARAN DALAM MENERAPKAN
PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

Belajar berdasarkan masalah mengharuskan mahasiswa menganalisa setiap kasus, melalui


“Seven Jump” yang diberikan
1) Claravity Unfamiliar Terminologies (mengidentifikasi istilah, kata atau fenomena
unfamiliar)
Kelompok mengidentikasi istilah, kata atau fenomen yang penting atau belum dipahami
kemudian mendefinisikan daftar istilah tersebut. Kelompok juga harus
mengidentifikasikan istilah/ fenomena mana yang akan menjadi masalah. Dalam
mendefinisikan sangat dianjurkan untuk menggunakan kamus relevan
2) Define the Problems (membuat daftar masalah)
Kelompok membuat daftar pertanyaan yang terkait dengan trigger. Dalam menentukan
pertanyaan, gunakan kemampuan berfikir kritis guna mengeksplorasi pertanyaan-
pertanyaan yang akan memperkaya keluasan pemahaman anda terkait topik,.
3) Brainstrom Possible hypotesa or expalanation ( mendefinikan masalah)
Kelompok mendefinisikan daftar pertanyaan yang terkait dengan maslah yang telah
ditetapkan. Mendaftarkan semua penjelasan pada langkah ke- 2 secara sistematik.
Kelompok harus menjelaskan dan mendiskusikan masalah yang timbul pada langkah ke-
2. Dalam langkah ini peserta didik menjawab dan mendiskusikan masalah menggunakan
prior knowledge yang dimiliki.
4) Arrange explanation into a tentative solution
Kelompok merangkai dan menghubungkan berbagai variabel yang dibahas dalam
langkah 3. Guna lebih meningkatkan kualitas pembahasan dianjurkan untuk
menggunakan skema.
5) Define Learning Objectives ( menetapkan sasaran belajar)
Kelompok menentukan sasaran belajar berdasarkan langkah ke-4
 Apa saja yang harus dipelajari
 Mencari berbagai literature sebagai sumber pembelajaran
6) Gathering information and private study ( belajar mandiri)
Semua anggota kelompok harus terlibat dalam pengembangan masalah yang dapat
dilakukan secara mandiri/ individu atau kelompok sesuai topik yang harus dikembangkan
oleh setiap anggota kelompok. Kedalaman materi pembahasan permaslahan akan
ditentukan oleh anggota kelompok itu sendiri dalam kelompok.

86
7) Share the result of information gathering and prive study
Setelah anggota kelompok belajar mandiri, fasilitator atau ketua kelompok menentukan
mahasiswa yang akan melakukan presentasi di depan kelas pada masing-masing
kelompok

87

Anda mungkin juga menyukai