- Harus ada sumber yg akan diakivasi (unsur2) contoh Telurium dll. Target
yang akan diaktivasi ada yg monoisotopik dan multiisotopik.
Monoisotopik = 1 isotop saja (nomor massa yg berbeda) contoh
Yodium127, multiisotopik = di dlmnya mengandung isotop lain, lebih dari
1 isotop. Masalahnya bila isotop2 yang ada bila ditembak dengan neutron
maka yg 97 menjadi 98, dan yg 98 menjadi 99. Kelebihan monoisotopik
bagus karena hanya 1, kekurangannya mahal dan langka. Keberadaan
isotop lain bila diradiasi menjadi pengotor. Kelebihan multiisotopik lebih
murah namun banyak pengotor, sehingga dibutuhkan penanganan khusus.
Dari multiisotopik bisa dibuat menjadi monoisotopik yang disebut dengan
“pengayaan Isotopik” (enrichment) untuk menghilangkan isotop2 lain dan
fokus terhadap 1 isotop, membutuhkan proses yang mahal dan hanya
beberapa negara saja yang bisa melakukannya, menggunakan sentrifugasi
gas.
- Dalam menyiapkan sasaran bisa dalam bentuk logam, oksida, atau
senyawa kimia. Setelah itu dilakukan penimbangan tergantung
perhitungan berat massa. Lalu diwadahi (wadah untuk pelindung dan
wadah untuk iradiasi target), baik untuk pelindung dan iradiasi prinsipnya
kerapatan massa, rapat jenis harus tinggi untuk pelindung, wadah iradiasi
(wadah yg akan disinari neutron) syaratnya harus rapat jenisnya rendah.
Setelah itu diradiasi di dalam reaktor kemudian dipertimbangkan berapa
lama kita akan meradiasi (waktu optimal / ideal = 3 x waktu paruh, bisa
lebih atau kurang namun ada resiko) sehingga menjadi bahan radioaktif,
setelah itu dikeluarkan dari reaktor dan dibawa untuk diproses lebih lanjut,
masuk ke lab radioisotop.
- Untuk mendapatkan produk harus dilakukan proses lebih lanjut, contoh
Telurium menjadi Yodium, dimana proses tersebut untuk memisahkan
produk dari induk maupun pengotor, bisa dengan destilasi / presitipasi /
ektraksi / sublimasi. Produk yg didapatkan belum tentu bisa langsung
dipakai karena harus memenuhi syarat2 kemurnian untuk farmasi.
Radioisotop primer belum tentu spesifik, sehingga harus direaksikan
dengan senyawa kimia lain, senyawa kimia ini sebagai zat penghantar ke
organ-organ yang diinginkan. Contoh hipuran yg spesifik terhadap ginjal,
teknisium yg akan dimasukkan ke tulang maka harus direaksikan dengan
Fosfor. Penghantar (senyawa kimia) ditandai dengan radioisotop primer
menghasilkan senyawa bertanda, senyawa bertanda yang memenuhi syarat
farmasi menjadi sediaan radiofarmasi.
- Quality control dilakukan untuk menentukan kemurnian sediaan
radiofarmasi. Setelah lolos dipackaging.
- Transportasi harus memenuhi persyaratan. Dibawa ke pengguna.
- Aplikasi : pertanian, rumah sakit, dll.
- Pengelolaan limbah terhadap zat2 dan benda2 yang kemungkinan terkena
zat2 radioaktif.
Syarat :
Dasar penandaan :
(lihat di ppt)
yg bulatan itu iodium, kalau iodium yg tadinya stabil itu digantikan salah
satunya / semuanya dengan iodium yg sama tetapi nomor massanya berbeda maka
disebut senyawa bertanda asli.
- Sintesis kimia
- Biosintesis , biasanya digunakan mikroba. Contoh cyanocobalamin tidak
bisa direaksikan seperti biasa, digunakan mikroba sebagai katalis. Seleum
metionin juga memakai mikroba.
- Pertukaran isotopic , ada subtitusi adisi dll
- Sintesis khusus, PET, modul synthesizer.
Sintesis kimia :
- Penanganan khusus
- Tidak bisa dari molekul besar, harus dari molekul kecil contoh barium
karbonat sehingga dikembangkan dan didapatkan alkaloid. Banyak
terbentuk senyawa2 antara yang harus diperhatikan.
Biosintesis :
- Mikroba, enzim
- Kelebihan : bentuk persis
- Kesulitan : sulit untuk mendapatkan senyawa murni.
- Sediaan oral : NaI131 bisa dicampurkan aqua atau teh, dalam bentuk
kapsul gelatin, masalahnya pada dosis tidak bisa diberikan dalam dosis
besar karena oksidatif yang bisa merapuhkan kapsul. Ada trik formulasi,
kalau cair bisa ditambahkan penjerap (buffer) atau penyerap lain agar
kapsul tidak leleh / basah.
- Parenteral : 90% sediaan radiofarmasi berbentuk injeksi. Kit radiofarmasi
adalah suatu formula yang tidak mengandung bahan radioaktif contoh
amoksisilin sirup kering, itu disebut kit. Kadaluwarsanya kurang lebih 1,5
tahun, harus didampingi dengan radioaktif bila mau dipakai contoh Tc dari
generator dielusi dengan kolom, lalu suntikkan ke pasien.
- Inhalasi : dihirup. Dalam bentuk partikel kecil, dengan alat khusus. Tc-
DTPA bisa masuk ke paru2.
- Patch : ditempelkan.
P
Pertemuan 10
Kit = formula suatu sediaan yg siap pakai bila sudah ditambahkan zat radioaktif,
harus stabil karena akan disimpan dalam jangka waktu yg panjang (peran
pengawet penting). Bila ditambahkan zat radioaktif maka radiasi bersifat
oksidatif.
Waktu paruh ideal = bila penyuntikan salah maka bisa diulangi lagi
penyuntikannya karena Tc sudah meluruh dan telah dieksresikan.
Gamma murni untuk diagnosis tentu punya kelebihan dari sisi energi (LET),
LETnya kecil sehingga tidak merusak organ dan menyebar kemana-mana dengan
energinya yg ideal. Kalau alfa-beta jarak jangkaunya pendek sehingga terfokus
pada satu organ dan tidak menyebar, dalam artian lebih merusak organ.
Sifat Tc sebagai logam yang kekurangan elektron dan bisa menerima elektron dari
donor proton. Bila Tc bereaksi dengan senyawa penghantar maka akan terbentuk
senyawa bertanda berbentuk kompleks khelat. NaTcO4 yang dihasilkan dari
ekstraktor dengan valensi 7 akan sulit bereaksi namun paling stabil, sehingga
harus diturunkan valensinya agar bisa bereaksi dengan senyawa penghantar
dengan mekanisme reduksi. Kit terdapat reduktor di dalamnya contoh SnCl2
(reduktor sangat kuat, paling banyak 1 mg/kit). Reduktor ini jangan sampai
teroksidasi agar tetap berfungsi sebagai reduktor, sehingga ditambahkan juga
antioksidan untuk menghambat oksidasi terhadap Sn.
Kinetika pertektenat :
- Tc bila diberikan secara oral maka akan segera diabsorbsi oleh tubuh
(contoh melihat iritasi di lambung dengan Tc+telur dengan kamera
gamma).
- Tc bila diberikan intravena, maka langsung diikat dengan protein
plasmatic secara reversible
- Untuk ibu2 yg menyusui TcO4 bisa disekresikan ke air susu, disarankan
48 jam setelah prosedur imaging baru boleh kembali menyusui
Mekanisme mengapa suatu sediaan tertimbun dalam suatu organ2 tertentu (secara
biologi)
- (baca ppt)
- Fagositosis : untuk kasus2 tertentu, zat 2 bisa ditangkap seperti layaknya
amoeba
- Pengasingan : contoh darah merah yang ditandai dengan Tc terbentuk Tc-
RBC bila disuntikkan ke tubuh maka bisa mempelajari jumlah darah
dalam tubuh dengan teknik pengenceran tetapi bila RBC kita hancurkan
dengan pemanasan (heat damage) maka apabila ditambahkan Tc dan
disuntikkan ke tubuh maka tubuh menganggapnya sebagai zat asing
sehingga dialirkan ke limpa, maka di kamera gamma akan terlihatnya
limpa.
- Difusi pertukaran : di dalam organ2 ada zat2 tertentu, contoh di tulang ada
fosfor, kalsium, lalu belikan tc fosfonat ke dalam tubuh akan bertukar
dengan fosfat yang ada di tulang, sehingga Tc terikat pada tulang dan bisa
melihat tulang dengan kamera gamma.
- Mekanisme antigen-antibodi : anggaplah Tc antigen, di dalam tubuh kita
antibody, maka bisa bereaksi (khas dengan antibody tertentu)
- Ikatan reseptor : di setiap tubuh kita ada reseptor2 tertentu yang bisa
menangkap zat2 yang sesuai dengan reseptor tubuh kita
FAKTOR FISIKOKIMIA JUGA BERPENGARUH
- Otak : mol kecil, netral, lipofilik
- Jantung : mirip2 kation (kalium contohnya), lipofilik
- Hati : mol agak besar, koloid
(baca ppt)
Statik dan dinamik
Dinamik : mulai masuknya DTPA ke ginjal diikuti per periode waktu,
gambar yg ungu itu anatomi ginjal, sedangkan kurva itu proses kinetika di
ginjal. Arrival of tracer (masuknya sediaan), renal accumulation of tracer
(puncak), excretion of tracer into urine (penurunan), kurva dapat
menolong memberikan gambaran fungsional organ. Bila kurva tidak
menurun (yang normalnya menurun) artinya waktu paruhnya panjang, bila
lurus terus mungkin ada kelainan ginjal, sehingga ditindaklanjuti dengan
pemeriksaan lain.
Metode penandaan :
- Direct labelling (penandaan langsung) bila zat yang mau ditandai mudah
bereaksi setelah Tc dikondisikan dalam valensi tertentu dengan suatu
reduktor. Sediaan sudah dalam bentuk Kit. Kit tinggal ditambahkan
dengan Tc dari ekstraktor dengan volume dan aktivitas tertentu, dikocok,
kemudian disuntikkan ke pasien.
- Exchange labelling (pertukaran) artinya kita membutuhkan ligan
perantara, biasanya untuk senyawa2 yang sulit bereaksi, ligan intermediet.
Prinsipnya Tc direaksikan dengan ligan (molekul kimia yang akan
direaksikan) maka terbentuklah TcDTPA contoh, lalu direaksikan dengan
ligan yang sulit direaksikan sehingga bertukar TcDTPA dilepaskan
sehingga ligan yang sulit akan berikatan dengan Tc tersebut. Tc Ligan
yang sulit juga bisa bereaksi dengan gugus2 fungsi.
Uji kemurnian radiokimia : sediaan harus murni tidak boleh ada pengotor
radiokimia. Isotop sama tetapi bentuk kimianya lain.
Pertemuan 11
Aktivitas iodium harus di dalam 4 sel. Hot sel/selul (box) -> karena di dalam
ruangan tsb kita mengerjakan zat2 radioaktif, jadi hot itu bukan dalam arti
sebenarnya karena maksudnya mengandung zat radiasi. Energinya cukup tinggi
sehingga unsur2 tsb harus dikerjakan ekstra hati-hati. Tangan-tangan tsb disebut
“manipulator”, dibutuhkan operator yang terampil.
- Siklotron (Iodium 123) dengan t ½ 13 jam dan energi gammanya 159 keV,
mirip2 dengan teknesium, banyak digunakan di luar negeri. Harga lebih
mahal.
- Iodium 125 mempunyai t ½ 60 hari dengan energi 35 keV, agak sulit
digunakan untuk diagnosis in vivo / terapi in vivo karena terlalu kecil dan
waktu paruhnya Panjang. Lebih banyak digunakan untuk diagnosis in vitro
(RIA/IRMA), untuk prostat kanker, brachytherapy.
- Iodium 131 paling banyak dipakai untuk terapi tiroid (kanker, gondok)
karena isotop ini mempunyai beta yang energinya kurang lebih 600-an
tetapi punya gamma 364 keV. Beta ideal untuk terapi karena mempunyai
linear energi transfer yang tinggi (jarak jangkau pendek) sehingga terfokus
pada organ yang dituju. Gamma dengan LET rendah digunakan sebagai
alat diagnostiknya dengan demikian iodium 131 double fungsi baik
diagnosis maupun terapeutik. Disebut juga teranostik radioisotope (terapi
dan diagnostic). Namun untuk diagnostic kurang disenangi karena dia
memiliki beta. Waktu paruh 8 hari.
- Substitusi
Yang tadinya tidak ada yodium menjadi ada yodium, terjadi labelled
tyrosine
- Exchange
Bertukar karena tadinya ada yodium 127 yang tidak aktif, yod 127 ditukar
dengan yod 131
- Adisi
Ikatan rangkap dalam asam lemak yang mudah dimasuki halogen,
sehingga yodium masuk ke ikatan rangkap
Hati-hati dalam menggunakan NaI131 karena mempunyai energi beta yang cukup
tinggi terutama untuk ibu hamil, sehingga ibu hamil tidak boleh menggunakan
sediaan ini karena embrio sensitif, untuk bayi boleh-boleh saja tetapi sebaiknya
dihindari. Konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan preparat iodium.
THERANOSTICS = 1 unsur yang punya double pemacar (beta dan gamma) bisa
untuk terapi dan diagnostik. Untuk terapi dibatasi pada internal radiation therapy
(tidak untuk external).
Merger antara therapy dan diagnostic, 1 sediaan dengan double function. Kalau
mau terapi dicoba diagnostiknya dulu, baru bisa ditingkatkan dosisnya untuk
terapi, atau bisa keduanya secara langsung.
Radiasi bisa natural (alamiah) atau buatan, yang di alam tidak dipakai karena
ratusan ribu tahun dan pemancar2 yang tidak spesifik, sulit karakteristiknya.
Untuk tujuan kedokteran akan lebih baik membuat radiasi agar memenuhi
prasyarat farmasetik. Radiasi yang dibuat dengan reactor dan akselerator yang
digunakan dalam bidang kedokteran (radiasi pengion).
Radiasi yang mengionkan contohnya electron, alfa, beta, xray, dan gamma = biasa
dipakai untuk bidang kedokteran. Gelombang radio, microwave, dll = tidak bisa
digunakan dalam bidang kedokteran karena kecil kemungkinan bisa mengionkan.
Tipe pemberian :
Beberapa sediaan yg digunakan untuk terapi, harus ada penghantar. Di gambar ppt
untuk tulang (Sm, Re memakai EDTMP / HEDP , senyawa fosfat karena di tulang
ada senyawa fosfat).
Aplikasi radionuklida, senyawa pembawa selektif terakumulasi pada target yang
kita sasar. Idealnya harus cepat metabolismenya. Agen / sediaan harus betul-betul
selektif jangan sampai mengenai organ yang sehat (restricted) = focus di target.
Masalahnya pada aplikasi hingga hari ini belum ada yang ideal. Dari sisi nuklida /
isotopnya, alfa dan beta LET tinggi jarak jangkau pendek sayangnya ordenya itu
milimeter padahal untuk sel2 tumor tertentu kecil (mikron) sehingga apabila
diberikan beta / alfa ini akan mengenai organ sehat di sekitarnya. Kalau demikian
mengapa tidak mencari alfa saja? Sampai hari ini belum banyak carrier alfa yang
ideal dan kebanyakan alfa itu logam seperti bismuth yang toxic terhadap tubuh.
Literatur menyatakan tidak ada masalah yang agak beda dengan yang external.
Kita harus tetap antisipasi (ALARA) untuk terapi karena radiasi bisa
menimbulkan efek:
- Efek stokastik = efek yg ditimbulkan dalam jangka waktu yang tidak bisa
diprediksi setelah puluhan tahun kemudian, efek tidak diketahui oleh
radiasi atau mungkin dari lingkungan, atau sebaran2 penyakit lain.
- Efek non stokastik = gejala yang muncul segera timbul setelah diberi zat
radioaktif, contoh mata merah, mual2, muntah, efek determinan
Dalam memilih agen untuk terapi yang berperan penting adalah biodistribusi,
sediaan akan terakumulasi dimana. Ketika diberikan mengikuti pola ADME. Kita
harus mempelajari dengan betul terakumulasi dimana. Isotop-senyawa yang
ditandai harus match dan waktu paruhnya.
Iodine 131 mempunyai t ½ 8 hari, punya beta dan gamma, yang paling banyak
digunakan untuk terapinya. Saat ditemukan awal untuk memperbaiki fungsi
kelenjar tiroid (hipertiroid, tumor tiroid) kemudian berkembang ke sediaan2
berikutnya.
Contoh gambar ppt yg sebelah kiri kelenjar tiroid ada pembesaran sebelum
diberikan. Yang sebelah kanan diablasi. Lihat ppt
Dibuktikan oleh Acchan Mia diatas 1 Curie lama pengobatannya, masih sehat.
Menunjukan bahwa tidak ada signifikansi terhadap efek bahaya dari radioaktif.
Pandangan-pandangan bahwa :
Mekanisme apoptosis tetapi ternyata bisa juga mengatasi inflamasi terutama untuk
artritis. Peran radioaktif cukup menjanjikan.
BRACHYTHERAPY
Harus memenuhi syarat farmakope, harus melihat cara-cara farmasetik lain seperti
pH, organoleptis, fisika, biologi (sterilitas, pirogenitas). Uji kualitas harus dimulai
dari awal (inventory control) / sejak bahan baku -> harus semurni mungkin agar
tidak muncul pengotor baru.
Uji Organoleptik = dilihat tidak boleh terlalu dekat harus memakai pelindung
kalau-kalau ada pengotor, ukuran koloid, suspense tidak boleh terjadi cracking
creaming. Kalau solid perubahan warnanya harus sesuai dengan karakter.
PENGOTOR RADIOKIMIA
- Poor labeling : saat menandakan kalau ada pengotor maka tidak sempurna
pembentukannya (kurang dari rendemen yang seharusnya)
- Poor quality imaging : gambar yang diharapkan bagus menjadi kabur
karena masuk ke organ lain
- Patient radiation exposure : penyebaran kemana-mana sehingga paparan
radiasi menyebar
- Kesalahan diagnosis : bukan organ yg rusak tetapi sediaannya yang rusak
- Efek toksik : logam berat yang digunakan, nilai2 toksisitas tertentu bila
nyebar ke tempat yg tidak kita harapkan
Radiokimia (bentuk kimia lain) pada saat penandaan, contoh DTPA, DMSA,
ECD, dll harus ada reduktor (SnCl2) yang bisa menurunkan valensi Tc untuk
memudahkan reaksi kemudian dicek pH baru ditambahkan sediaan Tc dari
generator, kemudian dikocok dan jadi. Setelah terbentuk kemudian diuji, yg
umum dengan kromatografi misalnya dengan kromatografi kertas atau TLC, kalau
HPLC harus hati-hati. Teknisnya kalau kromatografi kita siapkan kertas
kromatografi/TLC kemudian kertasnya itu kita buat tanda (fragmen) kemudian
dibagi2 dan beri tanda mulai dari bawah (misal per 1 cm), mengapa harus ada -1
dan -2? Pada saat ditotolkan dan dicelupkan, mungkin dia akan meleber ke bawah
artinya penyerapan (ke bawah) jadi dikhawatirkan kalau ditotolkan ke titik 0 maka
ada penyebaran ke bawah, jadi bisa keliatan yang penyebaran ke bawahnya itu.
Kalau untuk sediaan2 baru kita harus tau Rf ada dimana, maka harus
disimulasikan terlebih dahulu. Totolkan ke titik 0 sedikit saja (tidak mungkin
menggunakan penampak noda) karena kadarnya sangat kecil sekali. Kemudian
dikeringkan dan masukan ke bejana kromatografi, celupkan dari mines 2, lalu naik
sampai ujung (jangan lewat dari 10). Potong2 fragmen kemudian diukur di alat
deteksi tentu yang bisa mengukur zat radioaktif, ukur tiap masing2 fragmen. Cara
mengukurnya disebut single channel analyzer (penganalisa saluran tunggal).
Angka yg muncul adalah besaran aktivitas, dicatat. CpM (count per minute).
Jumlahkan hasil cacahan tersebut (angka total) dianggap 100%. LIHAT PPT
PERHITUNGAN PENGOTOR RADIOKIMIA UNTUK LEBIH JELASNYA
Biological Test
IN VITRO
- NAA
Prinsip aktivasi sama dengan membuat isotop. Misal ada bahan di cemaran
lingkungan, kasus toksikologi, masalah gizi pada dasarnya yang bisa
ditentukan dengan NAA adalah kandungan mineral (logam).
“AKTIVASI”, unsur2 yg trdapat dalam sampel diradiasi dengan neutron
=> direaktor, setelah teradiasi sehingga bahan2 tersebut menjadi aktif dan
diukur dengan alat multi channel analyzer. Setiap unsur radioaktif punya
sidik jari yang dinyatakan dengan “energi”, bisa dianalisis baik kualitatif
maupun kuantitatif.
Sampel => neutron => aktif (eksitasi, meluruh, melepaskan gamma) =>
energi => diukur dengan multi channel analyzer
Sampel : makanan, dll, diwadahi dengan polyoxyethylen, bisa
menggunakan aluminium juga tetapi radiasi hanya sebentar
Kurva-kurva yang menunjukkan energi spesifik untuk setiap unsur. Unsur
titanium, dll bisa kelihatan => energi terbuka semua , kalau single channel
hanya bentuk 1 energi saja. Kemudian lihat preference (literatur) maka
bisa menentukan energi apa itu (kualitatif)
Untuk kuantitatif menghitung luas puncak (sama dengan menghitung
AUC). Indonesia termasuk yang terhebat di bidang ini di seluruh Asia
(untuk pengukuran NAA).
Sensitifitas bisa sampai 1 picogram.
Bisa untuk logam, komponen anorganik, hewan, tumbuhan, minyak, air
dll.
- RIA – IRMA => reaksi imunologi
Radioassay = kalau menggunakan radioaktif sebagai unsur penanda,
pengikatnya adalah antibody. RIA pengikatnya antibody, kalau IRMA
pengikatnya kebalikannya. Antigen a antibodinya harus a, harus punya
site, kedudukan (spesifik). Contoh antigen TBC untuk antibody TBC.
Radioreseptor-assay, pengikatnya protein, CPBA dll. RIA-IRMA
digunakan untuk menganalisis hormon dalam tubuh (pico, nano) kalau
memakai konvensional agak sulit.
Jangkauan analisisnya sensitive, RIA bisa 10 nmo/L-100pmol/L.
Aplikasi RIA-IRMA : paling banyak di imunologi. Isotop yang digunakan
berbeda dengan pengerjaan in vivo. Menggunakan WAKTU PARUH
YANG PANJANG karena reaksi kimia yang di luar tubuh, contoh
Yodium, Cobalt, dll. Prinsip : antigen-antibodi.
Hormon di tubuh manusia sangat banyak bisa memakai imunologi yang
lain, tetapi khusus T3 T4, TSH paling baik dalam teknik RIA-IRMA.
Seperti biotest, prodia dll kalau ingin mengetahui fungsi tiroid = T3, T4,
TSH maka menggunakan teknik analisis RIA IRMA.
RIA = teknik analisis untuk kandungan zat senyawa / metode diagnosis IN
VITRO menggunakan prinsip imunologi dengan memanfaatkan
radioisotope sebagai perunut.
1. Metode spesifik, reaksi imunologi (sifat spesifik antara antigen dan
antibodi)
2. Sensitif karena menggunakan radioisotop (dalam jumlah yang sangat2
kecil bisa dideteksi), ordenya hanya nanogram dll jarang2 miligram.
Prinsip RIA
1. Spesifik
2. Reaksi kompetisi, antigen bertanda yang diketahui dengan antigen
yang tidak bertanda, contoh kita ingin menentukan hormon tiroid (T4),
t4 akan bereaksi dengan antibodi tetapi untuk menghitung dan
memudahkan kadar t4 maka kita butuh bantuan senyawa bertanda t4
(jadi t4 lain) untuk bisa bereaksi bersaing memperebutkan antibodi.
HARUS ADA ANTIGEN RADIOAKTIF. Yang kita akan tentukan itu
antigen tidak bertanda.
Yg bolong2 itu antigen yang ada dalam sampel darah yang akan
ditentukan kadarnya, Ab itu antibodi, antigen tidak bertanda bereaksi
dengan antibody, antigen lain (yang bola kuning itu) ditandai dengan sifat
yang sama kemudian ditambahkan antibody dan bereaksi => sifat antigen
yang ditandai dan tidak itu sama-sama bereaksi (REAKSI
PROPORSIONAL) antigen yang ditangkap harus sama antar antigen
bertanda dan tidak bertanda. Antigen bertanda itu biasanya jumlahnya
sudah diketahui misal 5 mCi.
RIA – IRMA dijual dalam bentuk kit, tergantung apa yang akan dideteksi.
Di dalama kit itu ada standar (pembanding), antigen bertanda, antibody,
serum bebas hormon (agar netral tidak terganggu), pereaksi pemisah (di
contoh reaksi yang atas itu ada yang terikat dan ada yang terikat, maka
harus dipisahkan), QC pool sera / serum kontrol. Serum kontrol tiap
negara bisa berbeda.
Antigen yang ditandai dengan isotop berbeda dengan in vivo. Kalau untuk
in vivo tidak boleh toksik. Kalau in vitro waktu paruhnya rata-rata Panjang
berbeda dengan in vivo. H3 mudah bereaksi tetapi mudah lepas / tidak
stabil, kalau karbon kuat ikatannya namun sulit membuatnya harus dimulai
dari barium karbonat. Yodium131 hanya 8 hari sehingga lebih baik tidak
digunakan karena akan terburu-buru, untuk 1x running harus menunggu
beberapa pasien. Cari isotop yang waktu paruh panjang dan pemancar
gamma. Yang paling banyak digunakan dan mudah adalah yodium125.
Iod125 :
ANTIBODI
Prosedur pemisahan :
1. Elektroforesis
2. Kromatografi kolom
3. Adsorpsi = charcoal
4. Pengendapan
5. Imuno-presipitasi
6. Solid phase-antibodi
Metode spektrofotometri :
1. membuat kurva kalibrasi, sumbu x (konsentrasi) sumbu y (aktivitas
yang terikat disbanding total/bebas).
2. Cuplikan (darah pasien) sebaiknya plasmanya.
3. Inkubasi pada 37 derajat
4. Dilakukan pemisahan dan diukur radioaktifnya yang diendapkan dan
supernatannya.
Radiasi bisa menimbulkan bahaya stokastik dan non. Di tubuh kita banyak
mengandung air, oksidasi terhadap air di dalam tubuh kita.
Solid = dibakar dan yang tidak bisa dibakar dipisahkan maka yang tidak
bisa dibakar harus dikompaksi (perkecil volume)