BAB I
PENDAHULUAN
1.5 Hipotesis
Hipotesis yang dapat diajukan dalam makalah “analisis pengenceran isotop” ini adalah teknik
pengenceran isotop ini banyak digunakan untuk keperluan di berbagai bidang, seperti bidang
hidrologi, kesehatan dan nutrisi, geologi, nuklir, dan material, biokimia, serta kimia analitik
lingkungan. Hal ini dikarenakan metoda dan prosesnya sangat mudah. Dilihat dari keuntungan
dan kegunaannya, maka analisis pengenceran isotop ini banyak diaplikasikan dalam bidang-
bidang tersebut.
2.1 Radiokimia
., dan , Radiokimia adalah cabang dari ilmu kimia yang mempelajari tentang gejala
keradioaktifan yang ditimbulkan oleh atom yang memancarkan partikel atau sinar berenergi
tinggi dari intinya baik secara spontan maupun buatan. Fenomena keradioaktifan ini pertama kali
diamati oleh Henry Becquerel pada tahun 1896. Tipe emisi radioaktif ini ada tiga, yaitu emisi
, yang digunakan adalah inti helium. Penggunaan ini dipilih karena sistem ikat yang ketat dan
energi kinetik yang dihasilkan dalam emisi ini maksimum.Dalam proses emisi
86Rn136 + Contohnya : 88Ra138
ini memiliki waktu paruh 1600 tahun dan energi kinetik 4.8 MeV.Karakteristik dari peluruhan
peluruhan dapat terjadi melalui tiga jalan, yaitu:Pada proses peluruhan
-) p + e- ( peluruhan n
+) n + e+ ( peluruhan p
n ( penangkapan elektron)p + e-
positif atau peluruhan pos negatif atau peluruhan negatron yang melibatkan emisi elektron
biasa. Elektron dipancarkan dari inti, terutama oleh inti yang kaya neutron. Emisinya disertai
dengan pemancaran antineutrino. Proses kedua, peluruhan Proses pertama disebut peluruhan
itron yang diemisikan elektron bermuatan positif. e+ dipancarkan dari inti atom, terutama inti
yang kaya proton. Emisinya disertai dengan pemancaran neutrino. Dalam proses ketiga atom
elektron mengalami gangguan dekat inti sehingga tertelan dan menghasilkan konversi proton
menjadi neutron. Modus pengurangan nomor atom Z namun besarnya nomor massa A
dipertahankan. Modus ini berkompetisi dengan pemancaran positron. Modus ini disukai jika
energi peluruhan < 2mc2.
analog seperti radiasi transisi X-ray. Waktu paruh biasanya relatif singkat. Partikel ini tidak
bermuatan, dan merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik yang energinya lebih tinggi
daripada daerah sinar-X. besarnya energi 0,1 – 10 MeV, rata-rataEmisi radioaktif > 5 MeV.
Radiasi terjadi bersama-sama dengan emisi alfa dan beta ketika atom kembali dari keadaan
transisi ke keadaan dasar.
Partikel yang terlibat dalam reaksi radiokimia ini terdiri dari proton, neutron, elektron, positron.
Ciri dari reaksi radiokimia berbeda dengan reaksi kimia biasa yaitu unsur dikonversikan menjadi
unsur lain; proton, elektron, neutron dan partikel dasar lain dapat saja terlibat, reaksi diiringi
dengan penyerapan atau pelepasan energi yang sangat besar, laju reaksi biasanya tidak
dipengaruhi oleh suhu, katalis dan tekanan.
2.2 Isotop
Isotop adalah bentuk dari unsur yang nukleusnya memiliki nomor atom yang sama - jumlah
proton di nukleus, tetapi dengan massa atom yang berbeda karena mereka memiliki jumlah
neutron yang berbeda. Kata isotop, berarti di tempat yang sama, berasal dari fakta bahwa seluruh
isotop dari sebuah unsur terletak di tempat yang sama dalam tabel periodik. Secara bersama,
isotop-isotop dari unsur-unsur membentuk suatu set nuklida. Sebuah nuklida adalah satu jenis
tertentu nukleus atom, atau lebih umum sebuah gabungan proton dan neutron. Lebih tepat lagi
untuk mengatakan bahwa sebuah unsur seperti fluorine terdiri dari satu nuklida stabil dan bukan
dia memiliki satu isotop stabil. Dalam nomenklatur ilmiah, isotop (nuklida) dispesifikasikan
berdasarkan nama unsur tertentu dan jumlah nukleon (proton dan neutron) dalam nukleus atom
(misal, helium-3, karbon-12, karbon-14, besi-57, uranium-238). Dalam bentuk simbolik, jumlah
nukleon ditandakan sebagai sebuah prefik naik-ke-atas terhadap simbol kimia (misal, 3He, 12C,
14C, 57Fe, 238U).
Berdasarkan aktivitasnya, isotop terbagi dua yaitu isotop stabil dan isotop radioaktif. Dalam
penyimpanannya, isotop stabil biasanya diberi identitas kotak berwarna abu sebagai penanda
bahwa isotop itu stabil. Label itu harus memuat informasi lambang atom, nomor massa, persen
kelimpahan, dan massa isotpnya. Isotop radioaktif, selain alami ditemukan di alam, ternyata juga
bisa didapatkam melalui buatan.
2.3 Perunut
Pengunaan radioisotop sebagai perunut didasarkan pada ikatan bahwa isotop radioaktif
mempunyai sifat kimia yang sama dengan isotop stabil. Jadi suatu isotop radioaktif
melangsungkan reaksi kimia, yang sama seperti isotop stabilnya. Sebagai perunut, radoisotop
ditambahkan ke dalam suatu sistem untuk mempelajari sistem itu, baik sistem fisika, kimia
maupun sistem biologi. Oleh karena radioisotop mempunyai sifat kimia yang sama seperti isotop
stabilnya, maka radioisotop dapat digunakan untuk menandai suatu senyawa sehingga
perpindahan perubahan senyawa itu dapat dipantau.
Teknik perunut ini dapat diaplikasikan apabila dalam kondisi dimana ada suatu aliran populasi
masa. Selain itu agar teknik perunut ini dapat secara sempurna diaplikasikan maka perlu
dipenuhi beberapa persyaratan lain, misalnya bahwa bahan perunut yang digunakan harus
mempunyai sifat-sifat dan berkelakuan sama dengan bahan dari populasi masa yang diselidiki
namun mempunyai identitas khusus dimana bahan perunut tersebut harus dapat dideteksi dengan
suatu alat deteksi.
Perunutan merupakan suatu proses pemanfaatan senyawa yang telah ditandai dengan isotop atau
radioisotop untuk menjadi bagian dari sistem biologi/mekanik sehingga diketahui mekanisme
yang terjadi atau diperoleh suatu hasil pengukuran. Teknik perunut dapat menggunakan isotop
atau radioisotop.
Dasar aplikasi dari teknik perunut dengan isotop stabil adalah sifat kimia spesifik dari unsur yang
digunakan dengan berat molekul yang berbeda. Contoh isotop stabil adalah N-15, Cr-52, C-13,
dan lainnya. Alat yang digunakan untuk mengukur isotop stabil seperti mass atomic
spektrofotometer , X-ray flourescene (XRF), dan Neutron Atomic Absorbtion (NAA).
Sedangkan dasar aplikasi dari teknik perunut dengan radioisotop adalah paparan aktivitas dari
masing-masing unsur yang digunakan. Contoh radioisotop adalah C-14, Ca-45, P-32, H-3, dan
lainnya. Alat yang dapat digunakan untuk mengukur aktivitas paparannya adalah Liquid
Scintilation Counter (LSC), Gamma Counter , HPGe, dan lainnya. Dalam aplikasinya,
radioisotop dapat dijadikan perunut yang memberi manfaat pada bidang kedokteran, industri,
hidrologi, dan bidang lainnya.
Analisis campuran senyawa berdasarkan jenis cuplikan, yaitu dengan suatu komponen yang telah
diketahui aktivitas jenisnya; penentuan kuantitatif senyawa dalam campuran yang rumit dapat
dilaksanakan dengan menambahkan senyawa bertanda dengan keaktifan jenis dan jumlah yang
diketahui dengan teliti; untuk maksud ini harus digunakan senyawa bertanda dengan sifat yang
identik dengan senyawa yang akan ditentukan; bila senyawa yang akan ditentukan dapat
dipisahkan dalam keadaan murni, tetapi tidak perlu diperoleh hasil pemisahan yang kuantitatif,
maka kadar senyawa yang dimaksud dapat ditentukan dengan membandingkan keaktifan jenis
sebelum dan sesudah pemisahan.
Kebalikan dari cara ini sering dinamakan kebalikan pengenceran isotop, merupakan penambahan
isotop mantap ke dalam isomer radioaktif yang akan ditentukan kadarnya.
Gambar 2. Teknik perunut radioisotop dapat digunakan untuk menentukan letak kebocoran atau
rembesan suatu bendungan atau dam.
3.5.1.3 Penentuan Umur Air Tanah
Teknik hidrologi yang menggunakan radioisotop mampu secara akurat melacak dan mengukur
ketersediaan air dari suatu sumber air di bawah tanah. Teknik tersebut memungkinkan untuk
melakukan analisis, pengelolaan dan pelestarian sumber air yang ada dan pencarian sumber air
baru. Teknik ini dapat memberikan informasi mengenai asal, usia dan distribusi, hubungan
antara air tanah, air permukaan dan sistem pengisiannya. Radioisotope yang digunakan untuk
menentukan umur air tanah ialah isotop tritium dan C-14.
3.5.1.4 Pengukuran Kadar Air Tanah
Banyak alat-alat konvensional yang dirancang khusus untuk mengukur kadar air, namun jarang
ada alat yang dapat melakukan pengukuran dengan teliti dan cepat, dapat dilakukan di tempat,
tidak merusak dan alatnya dapat dibawa-bawa (portable). Salah satu metode yang dapat
memenuhi berbagai kriteria tersebut adalah dengan menggunakan neutron. Penggunaan neutron
telah banyak dimanfaatkan oleh para ahli di bidang teknik sipil, agronomi dan hidrologi untuk
pengukuran kadar air dalam tanah serta kepadatan tanah, aspal dan beton. Data-data hasil
pengukuran tersebut kemudian akan digunakan untuk merancang pondasi bangunan, jalan raya,
pembuatan tanggul dan lain sebagainya. Sedang dalam bidang industri dan laboratorium, neutron
dapat digunakan untuk pengukuran berbagai hasil akhir dan penelitian.
Gambar 3. Teknik pengukuran kadar air tanah dengan teknik hamburan neutron (sumber:
BATAN)
Karena sederhana, alat pengukur kadar air dengan neutron ini diminati oleh berbagai pihak. Di
dalam alat ini terdapat suatu sumber neutron cepat. Proses kerja alat ini adalah dengan
memanfaatkan hasil tumbukan antara neutron cepat dengan atom hidrogen yang terdapat di
dalam molekul air. Peristiwa tumbukan ini akan menghasilkan neutron-neutron termik. Jumlah
neutron termik yang terbentuk akan ditangkap oleh pemantau neutron. Dimana hasil cacahan
neutron yang terbaca akan sebanding dengan jumlah air yang terkandung di dalam bahan.
3.5.1.5 Penentuan Gerakan Sedimen
Proses pendangkalan pelabuhan merupakan proses alamiah yang tidak dapat dicegah. Jika
pelabuhan dangkal, kapal-kapal besar tidak akan dapat merapat ke dermaga, sehingga proses
bongkar muat barang dapat terganggu. Sedangkan proses pengerukan endapan memerlukan
biaya yang sangat besar. Oleh sebab itu, pendangkalan pada suatu pelabuhan dan alur pelayaran
merupakan masalah yang sangat serius karena menyangkut kelangsungan pelayanan
perhubungan laut. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk memperkecil kecepatan
pendangkalan pelabuhan maupun alur pelayaran oleh sedimen adalah dengan mengetahui
perilaku sedimen, yaitu menentukan dari mana asal dan kemana arah gerakan sedimen tersebut.
Data mengenai arah pergerakan sedimen dapat digunakan untuk perencanaan penentuan posisi
dan arah alur pelayaran serta menentukan tempat untuk pembuangan endapan hasil pengerukan
agar tidak kembali ke tempat semula. Semua usaha ini akan dapat mengurangi laju pendangkalan
sehingga frekwensi pengerukan bisa dikurangi dan biaya untuk pengerukan bisa dihemat.
Teknik pelaksanaan penentuan arah gerakan sedimen dilakukan dengan menandai sedimen yang
diambil di pelabuhan dengan radioisotop seperti 51Cr, 198Au dan 46Sc atau membuat endapan
tiruan yang bersifat radioaktif seperti pelapisan lumpur dengan zat radioaktif atau pasir tiruan
yang diaktifkan (pasir ini dibuat dari gelas yang mengandung radioisotop 192Ir dan 46Sc).
Sedimen radioaktif tersebut selanjutnya dilepaskan ke dasar laut di daerah yang diselidiki.
Endapan radioaktif ini nantinya akan mengikuti gerak endapan asli. Metode ini dapat digunakan
untuk mempelajari arah, kecepatan dan penyebaran lumpur ataupun pasir yang berperan dalam
proses pendangkalan pelabuhan. Pengamatan tersebut dapat dilakukan menggunakan pemantau
radiasi dari permukaan laut atau di atas kapal. Selain itu, studi ini juga dapat dipakai untuk
mengetahui efisiensi transpot sedimen dan erosi.
Gambar 4. Mempelajari arah gerak sedimen dengan perunut radioisotop (sumber: IAEA)
Jawab:
S2=0.5 Ci/5 gram=0.1 Ci/gram
Wx=Ws (S1/S2 – 1)=1 gram (1/0.1 -1)=9 gram
Jadi berat fosfat dalam sampel adalah 9 gram. Dengan hubungan stoikiometri dapat diperoleh
berat fosfor sebesar 2.94 gram. Maka kadar fosfor dalam sampel adalah 2.94/25 x 100% =
11.76%
Soal 2:
Ke dalam 50mL larutan yang mengandung ion 62Zn2+ yang belum diketahui konsentrasinya
ditambahkan 10 mL larutan 62Zn2+ 0,100 µ Ci. Kemudian diencerkan sampai volume 100 ml.
Setelah pengendapan garam seng diperoleh 0,4000 gram seng dengan keaktifan 0,0825 µ Ci.
Hitunglah konsetrasi ion 62Zn2+ dalam larutan semula.
Jawab:
% Zn yang diperoleh = 0,0825/0,100 X 100 = 82,5 %
Jumlah seng = (0,4000 g seng yang diperoleh)/(0,825 (gram yang diperoleh)/(gram total)) =
0,485 g
Dengan mengabaikan berat 62Zn2+ yang ditambahkan maka konsentrasi 62Zn2+ dalam larutan
semula adalah:
0,485/(65,37 X 0,05) = 0,1484 M
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Pengenceran isotop adalah pengenceran bahan target yang dilakukan dengan menambahkan
isotopnya. Isotop adalah bentuk dari unsur yang nukleusnya memiliki nomor atom yang sama -
jumlah proton di nukleus, tetapi dengan massa atom yang berbeda karena mereka memiliki
jumlah neutron yang berbeda. Analisis pengenceran isotop untuk menentukan kadar suatu zat
dilakukan dengan cara menambahkan zat radioaktif yang telah diketahui aktivitas jenisnya dan
sudah diencerkan ke dalam zat yang akan ditentukan kadarnya. Kemudian zat tersebut
dipisahkan, lalu keradioaktifannya ditentukan. Dalam pengenceran analisis isotop ini senyawa
yang digunakan memiliki sifat yang identik dengan senyawa yang akan dianalisis.
Metoda yang dapat dapat digunakan untuk analisis pengenceran isotop ini diantaranya adalah
metode Titrimetri, Spektrofotometri UV-VIS, Fluorimetri, HPLC, polarografi, Spektrografi
Emisi, XRF, AAS, Spektrometri Alfa, dan Spektrometri Massa. Metode-metode ini digunakan
untuk mengetahui kereaktifan suatu senyawa analisis yang telah mengalami pengenceran isotop.
Secara umum kegunaan analisis pengenceran isotop adalah untuk mengurangi cacat radiasi
akibat penyerapan radioisotop ke dalam tubuh dan anlisis yang memanfaatkan perubahan
radioisotop dalam berbagai bidang. Alkisa analisis pengenceran isotop ini diantaranya di bidang
hidrologi untuk menentukan kecepatan aliran dan kebocoran, di bidang kesehatan untuk
mempelajari malnutrisi, bidang geologi untuk menentukan umur bebatuan, di bidang biokimia
dan kimia analisis. Keuntungan dari penggunaan analisis pengenceran isotop ini yaitu
penggunaannya yang luas (dari analisa unsur sampai molekul besar), sangat selektif, dapat
menganalisis zat yang tidak stabil atau zat yang sebagian dapat terurai selama proses pemisahan
berlangsung, pemisahan yang dilakukan tidak perlu kuantitatif dan menghasilkan kepekaan yang
tinggi sehingga meningkatkan presisi dan akurasi.
4.2 Saran
Analisis pengenceran isotop merupakan suatu metode analisis yang memanfaatkan isotop suatu
unsur. Metode analisis ini sangat baik digunakan karena memiliki banyak keuntungan
diantaranya dapat meningkatkan presisi dan akurasi karena menghasilkan kepekaan yang tinggi
dibandingkan dengan metode lain.
Untuk analisis uranium dan thorium untuk konsentrasi rendah menggunakan metode
Spektrofotometri UV-VIS lebih baik daripada metode Titrimetri. Sedang untuk analisis uranium
dan thorium dengan konsentrasi sangat rendah sampai ppb (10-9 bagian) dapat digunakan
dengan metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN), Spektrometri Alfa, dan Spektrometri Massa.
Metode Spektrometri Alfa dan ICP-MS (Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry) untuk
analisis kandungan isotop uranium dan thorium sangat baik bila dilihat dari aspek ketelitian
maupun ketepatan analisis.
DAFTAR PUSTAKA
Gunandjar. 1992. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengolahan Limbah VI. Jakarta:
Puspiptek-RISTEK. ISSN 1140-6086.
http://informasi-iptek.blogspot.com/2007/12/nuklir-indonesia.html (diakses pada 25 Oktober
2010 pukul 10:27)
http://m4n5y4hsyahril31.blogspot.com/2010/05/radioisotop-dalam-bidang-kimia.html (27
Oktober 2010, 20.09)
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Isot
opic_dilution ($ Desember 2010, 22.54)
http://www.infonuklir.com/readmore/read/iptek_nuklir/teknik_nuklir_dibidang_sdal/16ethe-
1/Radioisotop%20untuk%20hidrologi (diakses 4 Desember 2010. 23.05)
Tang Y.S., Sailing J.H., 1990, Radioactive Waste Management, Hemisphire Publishing
Corp.,Washington, D.C.
Diposting oleh Minerva di 23.04