Anda di halaman 1dari 14

Analisis pengenceran Isotop

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah


1.1.1 Latar Belakang
Kimia inti atau yang dikenal dengan sebutan kimia nuklir merupakan salah satu bidang kajian
dalam ilmu kimia yang bahasan utamanya menyangkut sifat-sifat suatu nukleotida, struktur,
energetika, isotop, dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan inti suatu atom. Pemanfaatan ilmu
ini telah merambah ke berbagai bidang kehidupan seperti kesehatan, industri dan riset kebumian,
energi, pangan dan pertanian, ilmu fisika dan kimia, kelautan dan hidrologi, dan lain-lain.
Seiring dengan perkembangan pemanfaatan ilmu nuklir tersebut, para ahli peneliti banyak
melakukan penemuan isotop-isotop yang berguna aplikasinya dalam banyak bidang kehidupan.
Oleh sebab itu diperlukan metode atau teknik yang handal guna menentukan kadar suatu isotop
dalam sampel. Teknik ini dinamakan teknik analisis pengenceran isotop.
Analisis pengenceran isotop merupakan teknik untuk menentukan kadar suatu zat dalam sampel
dengan cara pengenceran dan penambahan zat radioaktif atau isotopnya. Analisis ini berdasarkan
pada suatu komponen yang telah diketahui aktivitas jenisnya. Penentuan kuantitatif senyawa
dalam campuran yang rumit dapat dilaksanakan dengan menambahkan senyawa bertanda dengan
keaktifan jenis dan jumlah yang diketahui dengan teliti. Untuk maksud ini harus digunakan
senyawa bertanda dengan sifat yang identik dengan senyawa yang akan ditentukan. Bila senyawa
yang akan ditentukan dapat dipisahkan dalam keadaan murni, tetapi tidak perlu diperoleh hasil
pemisahan yang kuantitatif, maka kadar senyawa yang dimaksud dapat ditentukan dengan
membandingkan keaktifan jenis sebelum dan sesudah pemisahan.
Oleh karena itu, perlu adanya ulasan khusus mengenai analisis pengenceran isotop. Hal ini perlu
dilakukan agar kadar suatu zat dalam sampel dapat diketahui dengan mudah serta aplikasinya
tidak membahayakan bagi peneliti, pengguna, maupun penggelut di bidang kimia nuklir.

1.1.2 Rumusan Masalah


Sehubungan dengan itu, maka rumusan masalah yang diajukan adalah bagaimana metoda dan
proses penentuan kadar suatu zat dengan menggunakan analisis pengenceran isotop sehingga
keuntungannya dan kegunaannya dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang kehidupan?.

1.2 Ruang Lingkup Kajian


Untuk menjawab rumusan masalah di atas, akan dikaji hal-hal berikut:
1. Radiokimia.
2. Isotop.
3. Analisis dalam radiokimia.
4. Pengenceran isotop.
5. Analisis pengenceran isotop yang meliputi definisi, metoda, proses, kegunaan, aplikasi,
keuntungan, dan cara penentuan kadar suatu sampel.

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan yang hendak dicapai melalui penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui analisis
pengenceran isotop yang menyangkut definisi, metoda, proses, kegunaan, aplikasi, keuntungan,
dan cara penentuan kadar dengan menggunakan analisis pengenceran isotop.
1.4 Anggapan Dasar
Menurut Prof. Mr. Ag. Pringgodigdo, anggota IKAPI Yogyakarta, dan Hadyana Pudjaatmaka,
analisis pengenceran isotop merupakan teknik untuk menentukan kadar suatu zat dalam sampel
dengan cara pengenceran dan penambahan zat radioaktif atau isotopnya.

1.5 Hipotesis
Hipotesis yang dapat diajukan dalam makalah “analisis pengenceran isotop” ini adalah teknik
pengenceran isotop ini banyak digunakan untuk keperluan di berbagai bidang, seperti bidang
hidrologi, kesehatan dan nutrisi, geologi, nuklir, dan material, biokimia, serta kimia analitik
lingkungan. Hal ini dikarenakan metoda dan prosesnya sangat mudah. Dilihat dari keuntungan
dan kegunaannya, maka analisis pengenceran isotop ini banyak diaplikasikan dalam bidang-
bidang tersebut.

1.6 Metoda dan Teknik Pengumpulan Data


1.6.1 Metoda
Metode yang digunakan adalah deskriptif analitis karena penelitian ini bertujuan
mendeskripsikan data yang diperoleh dari berbagai rujukan kemudian dianalisis secara
berkesinambungan. Jadi, penelitian ini menerapkan metode pendekatan empiris dan rasional.

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah :
1. Studi kepustakaan.
2. Metode penentuan informan.

1.7 Sistematika Penulisan


Makalah ini dibagi menjadi empat bab. Bab I merupakan bab pendahuluan yang berisi latar
belakang dan rumusan masalah, ruang lingkup kajian, tujuan penulisan, anggapan dasar,
hipotesis, metode dan teknik pengumpulan data, serta berisi tentang sistematika penulisan. Pada
bab II, diungkapkan tentang tinjauan pustaka yang berisi radiokimia, isotop, analisis dalam
radiokimia, dan pengenceran isotop. Bab III merupakan bab analisis pengenceran isotop yang
membahas definisi, metoda, proses, kegunaan, aplikasi, keuntungan, dan cara penentuan kadar
dengan menggunakan analisis pengenceran isotop. Makalah akan diakhiri pada bab IV dengan
penarikan sebuah kesimpulan atas permasalahan yang diangkat dan saran dari permasalahan
tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Radiokimia
., dan , Radiokimia adalah cabang dari ilmu kimia yang mempelajari tentang gejala
keradioaktifan yang ditimbulkan oleh atom yang memancarkan partikel atau sinar berenergi
tinggi dari intinya baik secara spontan maupun buatan. Fenomena keradioaktifan ini pertama kali
diamati oleh Henry Becquerel pada tahun 1896. Tipe emisi radioaktif ini ada tiga, yaitu emisi
, yang digunakan adalah inti helium. Penggunaan ini dipilih karena sistem ikat yang ketat dan
energi kinetik yang dihasilkan dalam emisi ini maksimum.Dalam proses emisi
 86Rn136 + Contohnya : 88Ra138
ini memiliki waktu paruh 1600 tahun dan energi kinetik 4.8 MeV.Karakteristik dari peluruhan
peluruhan dapat terjadi melalui tiga jalan, yaitu:Pada proses peluruhan
-) p + e- ( peluruhan n
+) n + e+ ( peluruhan p
n ( penangkapan elektron)p + e-
positif atau peluruhan pos negatif atau peluruhan negatron yang melibatkan emisi elektron
biasa. Elektron dipancarkan dari inti, terutama oleh inti yang kaya neutron. Emisinya disertai
dengan pemancaran antineutrino. Proses kedua, peluruhan Proses pertama disebut peluruhan
itron yang diemisikan elektron bermuatan positif. e+ dipancarkan dari inti atom, terutama inti
yang kaya proton. Emisinya disertai dengan pemancaran neutrino. Dalam proses ketiga atom
elektron mengalami gangguan dekat inti sehingga tertelan dan menghasilkan konversi proton
menjadi neutron. Modus pengurangan nomor atom Z namun besarnya nomor massa A
dipertahankan. Modus ini berkompetisi dengan pemancaran positron. Modus ini disukai jika
energi peluruhan < 2mc2.
analog seperti radiasi transisi X-ray. Waktu paruh biasanya relatif singkat. Partikel ini tidak
bermuatan, dan merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik yang energinya lebih tinggi
daripada daerah sinar-X. besarnya energi 0,1 – 10 MeV, rata-rataEmisi radioaktif > 5 MeV.
Radiasi terjadi bersama-sama dengan emisi alfa dan beta ketika atom kembali dari keadaan
transisi ke keadaan dasar.
Partikel yang terlibat dalam reaksi radiokimia ini terdiri dari proton, neutron, elektron, positron.
Ciri dari reaksi radiokimia berbeda dengan reaksi kimia biasa yaitu unsur dikonversikan menjadi
unsur lain; proton, elektron, neutron dan partikel dasar lain dapat saja terlibat, reaksi diiringi
dengan penyerapan atau pelepasan energi yang sangat besar, laju reaksi biasanya tidak
dipengaruhi oleh suhu, katalis dan tekanan.

2.2 Isotop
Isotop adalah bentuk dari unsur yang nukleusnya memiliki nomor atom yang sama - jumlah
proton di nukleus, tetapi dengan massa atom yang berbeda karena mereka memiliki jumlah
neutron yang berbeda. Kata isotop, berarti di tempat yang sama, berasal dari fakta bahwa seluruh
isotop dari sebuah unsur terletak di tempat yang sama dalam tabel periodik. Secara bersama,
isotop-isotop dari unsur-unsur membentuk suatu set nuklida. Sebuah nuklida adalah satu jenis
tertentu nukleus atom, atau lebih umum sebuah gabungan proton dan neutron. Lebih tepat lagi
untuk mengatakan bahwa sebuah unsur seperti fluorine terdiri dari satu nuklida stabil dan bukan
dia memiliki satu isotop stabil. Dalam nomenklatur ilmiah, isotop (nuklida) dispesifikasikan
berdasarkan nama unsur tertentu dan jumlah nukleon (proton dan neutron) dalam nukleus atom
(misal, helium-3, karbon-12, karbon-14, besi-57, uranium-238). Dalam bentuk simbolik, jumlah
nukleon ditandakan sebagai sebuah prefik naik-ke-atas terhadap simbol kimia (misal, 3He, 12C,
14C, 57Fe, 238U).
Berdasarkan aktivitasnya, isotop terbagi dua yaitu isotop stabil dan isotop radioaktif. Dalam
penyimpanannya, isotop stabil biasanya diberi identitas kotak berwarna abu sebagai penanda
bahwa isotop itu stabil. Label itu harus memuat informasi lambang atom, nomor massa, persen
kelimpahan, dan massa isotpnya. Isotop radioaktif, selain alami ditemukan di alam, ternyata juga
bisa didapatkam melalui buatan.

2.3 Perunut
Pengunaan radioisotop sebagai perunut didasarkan pada ikatan bahwa isotop radioaktif
mempunyai sifat kimia yang sama dengan isotop stabil. Jadi suatu isotop radioaktif
melangsungkan reaksi kimia, yang sama seperti isotop stabilnya. Sebagai perunut, radoisotop
ditambahkan ke dalam suatu sistem untuk mempelajari sistem itu, baik sistem fisika, kimia
maupun sistem biologi. Oleh karena radioisotop mempunyai sifat kimia yang sama seperti isotop
stabilnya, maka radioisotop dapat digunakan untuk menandai suatu senyawa sehingga
perpindahan perubahan senyawa itu dapat dipantau.
Teknik perunut ini dapat diaplikasikan apabila dalam kondisi dimana ada suatu aliran populasi
masa. Selain itu agar teknik perunut ini dapat secara sempurna diaplikasikan maka perlu
dipenuhi beberapa persyaratan lain, misalnya bahwa bahan perunut yang digunakan harus
mempunyai sifat-sifat dan berkelakuan sama dengan bahan dari populasi masa yang diselidiki
namun mempunyai identitas khusus dimana bahan perunut tersebut harus dapat dideteksi dengan
suatu alat deteksi.
Perunutan merupakan suatu proses pemanfaatan senyawa yang telah ditandai dengan isotop atau
radioisotop untuk menjadi bagian dari sistem biologi/mekanik sehingga diketahui mekanisme
yang terjadi atau diperoleh suatu hasil pengukuran. Teknik perunut dapat menggunakan isotop
atau radioisotop.
Dasar aplikasi dari teknik perunut dengan isotop stabil adalah sifat kimia spesifik dari unsur yang
digunakan dengan berat molekul yang berbeda. Contoh isotop stabil adalah N-15, Cr-52, C-13,
dan lainnya. Alat yang digunakan untuk mengukur isotop stabil seperti mass atomic
spektrofotometer , X-ray flourescene (XRF), dan Neutron Atomic Absorbtion (NAA).
Sedangkan dasar aplikasi dari teknik perunut dengan radioisotop adalah paparan aktivitas dari
masing-masing unsur yang digunakan. Contoh radioisotop adalah C-14, Ca-45, P-32, H-3, dan
lainnya. Alat yang dapat digunakan untuk mengukur aktivitas paparannya adalah Liquid
Scintilation Counter (LSC), Gamma Counter , HPGe, dan lainnya. Dalam aplikasinya,
radioisotop dapat dijadikan perunut yang memberi manfaat pada bidang kedokteran, industri,
hidrologi, dan bidang lainnya.

2.4 Analisis Dalam Radiokimia


Analisis pengenceran isotop digunakan untuk menentukan kadar suatu zat dengan cara
menambahkan zat radioaktif yang telah diketahui aktivitas jenisnya dan sudah diencerkan ke
dalam zat yang akan ditentukan kadarnya. Senyawa yang digunakan memiliki sifat yang identik
dengan senyawa yang akan dianalisis. Pada analisis pengenceran isotop, kedalam suatu larutan
yang akan dianalisis ditambahkan suatu larutan yang mengandung suatu spesi radioaktif yang
diketahui jumlahnya dan zat yang tidak diketahui. Kemudian zat tersebut di pisahkan, lalu
keradioaktifannya ditentukan. Dalam tataran analisis, analisis pengenceran Isotop adalah teknik
untuk meningkatkan presisi dan akurasi dari analisis kimia.

2.5 Pengenceran Isotop


Pengenceran isotop adalah pengenceran bahan target yang dilakukan dengan menambahkan
isotopnya. Pengenceran isotop digunakan untuk mengurangi cacat radiasi dan analisis yang
memanfaatkan perubahan rasio isotop. Untuk mengurangi cacat radiasi akibat penyerapan
radioisotop ke dalam tubuh, konsentrasinya diencerkan dengan menyerap isotop stabil dan
dikeluarkan dari tubuh. Misal, bila iodium radioaktif diserap ke dalam tubuh maka setelah 24
jam sekitar 20% jumlahnya akan masuk ke dalam tiroid dan sisanya setelah terdistribusi ke
seluruh tubuh segera dikeluarkan melalui urin. Bila sebelumnya telah menggunakan iodium
stabil maka konsentrasi iodium di dalam tiroid menjadi lebih tinggi dan waktu paro biologisnya
menjadi lebih pendek.
BAB III
ANALISIS PENGENCERAN ISOTOP

3.1 Analisis Pengenceran Isotop


Analisis pengenceran isotop untuk menentukan kadar suatu zat dilakukan dengan cara
menambahkan zat radioaktif yang telah diketahui aktivitas jenisnya dan sudah diencerkan ke
dalam zat yang akan ditentukan kadarnya. Senyawa yang digunakan memiliki sifat yang identik
dengan senyawa yang akan dianalisis.
Pada analisis pengenceran isotop, kedalam suatu larutan yang akan dianalisis ditambahkan suatu
larutan yang mengandung suatu spesi radioaktif yang diketahui jumlahnya dan zat yang tidak
diketahui. Kemudian zat tersebut di pisahkan, lalu keradioaktifannya ditentukan.
Dalam tataran analisis, analisis pengenceran Isotop adalah teknik untuk meningkatkan presisi
dan akurasi dari analisis kimia. Pertama, jumlah yang diketahui dari suatu isotop ditambahkan ke
sampel. Misalnya, untuk menentukan jumlah timbal dalam sampel, diketahui jumlah Pb-204,
salah satu isotop timbal, dapat ditambahkan. Kelimpahan isotop alami dari timah adalah 204
(1,8%), 206 (22,1%), 207 (24,2%), dan 208 (52,1%). Komposisi isotop sampel akan sedikit
berubah. Kemudian, dengan mengukur isotop masing-masing, jumlah timbal dalam sampel asli
dapat dihitung. Dalam khas kromatografi gas analisis, pengenceran isotop dapat mengurangi
kesalahan injeksi dari 5% menjadi 1%. Hal ini juga dapat digunakan dalam spektrometri massa
(biasanya disebut sebagai pengenceran isotop spektrometri massa atau IDMS), di mana rasio
isotop dapat ditentukan dengan presisi biasanya lebih baik dari 0,25%. Sebuah bentuk yang
sedikit berbeda dari pengenceran isotop dapat digunakan untuk menentukan komposisi radioaktif
sampel. Misalnya dengan menambah jumlah isotop radioaktif dalam sampel dan kemudian
perubahan radioaktivitasnya diukur sehingga jumlah isotop dalam sampel asli dapat dihitung.

3.2 Metoda Analisis Pengenceran Isotop


Analisis Uranium dan Thorium dalam Limbah radioaktif dari proses daur bahan bakar nuklir
dapat dilakukan dengan pengkajian metode analisis uranium dan thorium dalam limbah
radioaktif dari proses daur bahan bakar nuklir. Metode analisis uranium dan thorium dalam
pengkajian ini terdiri dari metode Titrimetri, Spektrofotometri UV-VIS, Fluorimetri, HPLC,
polarografi, Spektrografi Emisi, XRF, AAS, Spektrometri Alfa, dan Spektrometri Massa. Dari
pengkajian ini dapat disimpulkan bahwa untuk analisis uranium dan thorium untuk konsentrasi
rendah menggunakan metode Spektrofotometri UV-VIS lebih baik daripada metode Titrimetri.
Sedang untuk analisis uranium dan thorium dengan konsentrasi sangat rendah sampai ppb (10-9
bagian) dapat digunakan dengan metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN), Spektrometri Alfa,
dan Spektrometri Massa. Metode Spektrometri Alfa dan ICP-MS (Inductively Coupled Plasma
Mass Spectrometry) untuk analisis kandungan isotop uranium dan thorium sangat baik bila
dilihat dari aspek ketelitian maupun ketepatan analisis. Perbandingan metode ICP-MS dan
Spektrometri Alfa menunjukkan bahwa kedua metode tersebut mempunyai kemampuan untuk
menentukan isotop uraranium dan thorium dalam cuplikan limbah dengan hasil yang sangat
bagus, tetapi metode ICP-MS memerlukan waktu analisis lebih cepat dan biayanya lebih murah.
Metode AAN juga dapat digunakan untuk analisis isotop uranium and thorium, tetapi metode ini
memerlukan fasilitas reaktor dan waktu analisis sangat lama. Pada metode titrimetri dan
gravimetri ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar analisis dapat dilakukan yaitu :
Metoda Titrimetri :
• Reaksi harus berlangsung sempurna, cepat, dan reversibel
• Menggunakan indikator yang tepat
• Larutan baku harus stabil
Metoda Gravimetri :
• Proses pengendapan harus berlangsung sempurna
• Endapan yang terbentuk tidak larut
3.2.1 Metoda Spektrometri Massa
Analisis isotop dengan metode Spektrometri Massa secara kualitatif didasarkan pada pengukuran
massa yang karakteristik untuk setiap isotop. Sedang secara kuantitatif ditentukan berdasarkan
pada besarnya intensitas untuk setiap massa yang berbanding lurus dengan konsentrasi isotop
suatu unsur. Metoda ini adalah metoda analisis multi unsur dalam suatu bahan dalam tingkat
kelumit (tingkat konsentrasi ppb atau kurang). Pada metoda ini, jenis instrumen yang digunakan
umumnya adalah Spektrometer Massa Termal Ionisasi, dimana proses atomisasi dan ionisasi
atom-atom dengan pemanasan pada suhu tinggi (1500-2000 oC). Prosedur yang umum dilakukan
adalah (1). Pelarutan dan pengenceran sampel, (2). Pemisahan kimia (pemisahan U dari unsur-
unsur lain dengan penukar ion atau ekstraksi pelarut). Adanya unsur alkali konsentrasi tinggi
juga perlu dipisahkan terutama kalium yang dapat membentuk K6 yang akan mengganggu
pengukuran 234U dan 236U, (3). Penambahan standar spike bila digunakan teknik pengenceran
isotop, (4). Penetesan sampel pada filamen dan pengeringan, selanjutnya sampel siap dianalisis.
Spektrometri massa telah dikembangkan dengan teknik atomisasi atau ionisasi yang dilakukan
dengan Inductively Coupled Plasma (ICP) sehingga metode ini disebut Inductively Coupled
Plasma-Mass Spectrometry (ICP-MS). Umumnya metode ICP-MS digunakan untuk penentuan
isotop suatu unsur dalam sampel larutan. Walaupun demikian, ICP-MS dapat juga digunakan
untuk menganalisis sampel padatan. Untuk penentuan U dan Th (juga Pu) dalam limbah
radioaktif dipilih sampel dalam bentuk larutan. Metode ICP-MS tidak menggunakan filamen
sehingga lebih murah dari pada metode Spektrometri Massa Termal Ionisasi.

3.2.2 Metoda Spektrometri Alfa


Metode ini pada umumnya menggunakan teknik penyiapan cuplikan yaitu dengan
“elektrodeposisi” pada stainless steel yang siap diukur (dicacah) dengan Spektrometer Alfa.
Beberapa penelitian pada umumnya berbeda dalam preparasi cuplikan terutama pada cara
pemisahan sebelum dilakukan elektrodeposisi. Pemisahan U atau Th dari unsur-unsur lain dapat
dilakukan dengan : pengendapan, ekstraksi pelarut, ekstraksi kromatografi, pertukaran ion, dan
adsorpsi. Spektometri Alfa telah berhasil digunakan untuk analisis Th dalam bijih bastnaessite.
Mula-mula sampel dilakukan pelarutan, kemudian diekstraksi dengan Tri-octhyl-phosphin oxide
(TOPO), dilanjutkan pertukaran ion menggunakan resin Dowex 1-X8 untuk memisahkan Ce.
Unsur pengganggu dalam analisis ini adalah Ba, Sr, dan Si. Metode ini juga telah berhasil untuk
analisis Th dalam batubara dan abu batubara. Sampel dilarutkan dengan HCl dan HF, kemudian
diekstraksi dengan eter dan dilanjutkan dengan kromatografi penukar anion. Unsur pengganggu
dalam analisis ini adalah U dan Pb. Terhadap ketiga sampel tersebut, metode ini mampu
menganalisis Th konsentrasi rendah (0,01- 1%) dengan RSD = 1,3-12% dan kesalahan relatif
5,28- 5,95%. Analisis isotop U dan Th juga Pu telah banyak dilakukan dengan ICP-MS maupun
dengan Spektrometri Alfa, baik untuk sampel dari hasil proses fabrikasi bahan bakar dan limbah
radioaktif yang ditimbulkan, maupun sampel lingkungan dengan hasil yang memuaskan. Analisis
isotop U dan Th dengan metode AAN relatif sama dengan kedua metode tersebut. Kemampuan
metode ICP-MS dan Spektrometri Alfa untuk analisis U dan Th (juga Pu) dapat dilihat pada
table di bawah ini. Perbandingan metode ICP-MS dan Spektrometri Alfa (Tabel di bawah)
menunjukan bahwa kedua metode tersebut mempunyai kemampuan untuk menentuan kandungan
isotop U dan Th juga Pu dalam sampel limbah dengan ketelitian, ketepatan dan batas deteksi
yang relatif sama baik.
Untuk tingkat konsentrasi yang sama, waktu preparasi sampel juga relatif sama (15 jam dan 15,5
jam), tetapi waktu analisis untuk metode ICP-MS dapat dilakukan lebih cepat (hanya 5
menit/sampel) dibanding denganSpektrometri Alfa (48-72 jam /sampel atau 2-3 hari/sampel).
Selain itu biaya analisis ICP-MS lebih murah. Oleh karena itu dalam hal ini metode ICP-MS
lebih banyak dipilih.
Tabel I. Perbandingan metode analisis ACR-MS dan Spektrofotometri Alfa

3.3 Proses Analisis Pengenceran Isotop


Proses analisis pengenceran isotop secara umum adalah :

Analisis campuran senyawa berdasarkan jenis cuplikan, yaitu dengan suatu komponen yang telah
diketahui aktivitas jenisnya; penentuan kuantitatif senyawa dalam campuran yang rumit dapat
dilaksanakan dengan menambahkan senyawa bertanda dengan keaktifan jenis dan jumlah yang
diketahui dengan teliti; untuk maksud ini harus digunakan senyawa bertanda dengan sifat yang
identik dengan senyawa yang akan ditentukan; bila senyawa yang akan ditentukan dapat
dipisahkan dalam keadaan murni, tetapi tidak perlu diperoleh hasil pemisahan yang kuantitatif,
maka kadar senyawa yang dimaksud dapat ditentukan dengan membandingkan keaktifan jenis
sebelum dan sesudah pemisahan.
Kebalikan dari cara ini sering dinamakan kebalikan pengenceran isotop, merupakan penambahan
isotop mantap ke dalam isomer radioaktif yang akan ditentukan kadarnya.

3.4 Kegunaan Analisis Pengenceran Isotop


Secara umum kegunaan analisis pengenceran isotop adalah untuk mengurangi cacat radiasi
akibat penyerapan radioisotop ke dalam tubuh dan anlisis yang memanfaatkan perubahan
radioisotop dalam berbagai bidang aplikasi seperti bidang hidrologi, kesehatan, geologi,
biokimia dan kimia analisis yang akan dijelaskan lebih lanjut.

3.5 Aplikasi Analisis Pengenceran isotop


Aplikasi analisi pengenceran isotop awalnya dilakukan oleh ahli biokimia untuk menganalisis
campuran kompleks dari senyawa organik. Hal ini dilakukan untuk memastikan stabilitas
senyawa berlabel dan ketahanan untuk pertukaran isotopik reaksi. Nitrogen-15-label glisin
misalnya, dapat digunakan untuk menentukan glisin dalam campuran asam amino yang diperoleh
dari protein. Deuterium-glisin label tidak dapat digunakan jika isotop deuterium yang melekat
pada atau amino glisin memiliki gugus karboaksil, karena di lokasi deuterium diketahui
mengalami reaksi pertukaran dengan hidrogen pada pelarut atau dalam asam amino lainnya..
Deuterium sangat berguna dalam analisis isotop unsur di mana total hidrogen atau konsentrasi
hidrogen tukar yang diinginkan juga.
Aplikasi teknik pengenceran isotop juga telah ditemukan di geologi, ilmu nuklir, dan ilmu
material. Aplikasi ini umumnya berfokus pada sensitivitas yang sangat tinggi yang dapat dicapai
dengan teknik ini . Isotop argon, uranium, timah, thorium, strontium, dan rubidium telah
digunakan dalam penentuan umur geologi mineral dan meteorit. Untuk meminimalkan kesalahan
dalam pengukuran sensitivitas, analisis pengenceran isotop uranium telah dilakukan ke dalam 4
bagian 10 12 dan pada torium untuk 8 bagian dalam 10 9. . Pada studi di geologi dan ilmu nuklir
pengenceran isotop dilakukan untuk menentuan jumlah jejak radiogenik produk. Jika hidup dan
pembusukan skema setengah dari orang tua nuklida diketahui, maka cairan penentuan isotopik
dan putri isotop orang tua memberikan dasar untuk perhitungan usia sampel. Jika usia atau
sejarah sampel diketahui, maka penentuan konsentrasi jejak isotop memberikan informasi
tentang jalur reaksi nuklir. Aplikasi pengenceran isotop dalam berbagai bidang diantaranya:

3.5.1 Bidang Hidrologi


Dalam bidang hidrologi, banyak dijumpai masalah menyangkut dinamika air dimana teknik
perunut dengan radioisotop sangat sering berperan dalam memberikan informasi tentang masalah
yang menyangkut dinamikanya dan mengungkapkan anomali yang terjadi. Masalah utama dalam
bidang hidrologi yang sering dijumpai adalah sebagai berikut :
3.5.1.1 Pengukuran Debit Air Sungai
Metode dasar dalam pengukuran debit air sungai adalah pengenceran radiotracer. Radiotracer
dalam jumlah tertentu yang tidak membahayakan lingkungan dilepas dibagian hulu sungai dan
kemudian diukur konsentrasinya di bagian hilir. Besarnya perubahan kadar perunut karena
pengenceran oleh aliran (debit) air sungai dapat diketahui dengan cara mencacah langsung
intensitas radiasi dalam air sungai tersebut. Penggunaan radiotracer untuk mengukur debit air
sungai terbukti lebih sederhana dibandingkan metode pengukuan menggunakan current meter,
selain itu pengukuran juga dapat dilakukan lebih cepat dan dapat dilakukan pada saat banjir
sekalipun. Pengukuran debit air sungai antara 300-600 m3 per detik hanya membutuhkan waktu
kurang lebih satu jam, hal ini membuktikan bahwa penggunaan radiotracer jauh lebih efektif,
efisien dan ekonomis. Semakin turbulen arus air sungai, semakin cepat dan baik hasil
pengukurannya.

Gambar 1. Aplikasi radioisotope dalam pengukuran debit air sungai

3.5.1.2 Kebocoran dan Rembesan


Masalah yang sering timbul pada suatu reservoir air, misalnya bendungan, waduk dan lain-lain
adalah adanya kekhawatiran kebocoran yang melebihi toleransi yang keluar dari suatu reservoir.
Untuk mengetahui apakah bocoran itu berasal dari air waduk ataukah sumber lain (misalnya dari
air tanah), teknik perunut radioisotop dapat membantu memberikan jawaban yang pasti dan lebih
lanjut dapat memberikan informasi dimana lokasi daerah bocorannya.
Radioisotop yang digunakan sebagai perunut harus memiliki persyaratan tertentu, antara lain :
tidak berbahaya bagi manusia atau makhluk hidup disekelilingnya, aktivitasnya rendah, waktu
paruhnya pendek, larut dalam air, tidak diserap oleh tanah dan oleh tumbuhan.
Radioisotop dilepaskan pada tempat tertentu di reservoir yang diperkirakan sebagai tempat
terjadinya rembesan/bocoran pada dam/bendungan. Apabila terjadi kebocoran pada bendungan
tersebut maka radioisotope akan masuk mengikuti arah bocoran. Dengan mengikuti air yang
keluar dari mata air, sumur-sumur pengamat yang terdapat di daerah downstream, maka akan
dapat diketahui adanya bocoran/rembesan dan arah dari rembesan dam tersebut.

Gambar 2. Teknik perunut radioisotop dapat digunakan untuk menentukan letak kebocoran atau
rembesan suatu bendungan atau dam.
3.5.1.3 Penentuan Umur Air Tanah
Teknik hidrologi yang menggunakan radioisotop mampu secara akurat melacak dan mengukur
ketersediaan air dari suatu sumber air di bawah tanah. Teknik tersebut memungkinkan untuk
melakukan analisis, pengelolaan dan pelestarian sumber air yang ada dan pencarian sumber air
baru. Teknik ini dapat memberikan informasi mengenai asal, usia dan distribusi, hubungan
antara air tanah, air permukaan dan sistem pengisiannya. Radioisotope yang digunakan untuk
menentukan umur air tanah ialah isotop tritium dan C-14.
3.5.1.4 Pengukuran Kadar Air Tanah
Banyak alat-alat konvensional yang dirancang khusus untuk mengukur kadar air, namun jarang
ada alat yang dapat melakukan pengukuran dengan teliti dan cepat, dapat dilakukan di tempat,
tidak merusak dan alatnya dapat dibawa-bawa (portable). Salah satu metode yang dapat
memenuhi berbagai kriteria tersebut adalah dengan menggunakan neutron. Penggunaan neutron
telah banyak dimanfaatkan oleh para ahli di bidang teknik sipil, agronomi dan hidrologi untuk
pengukuran kadar air dalam tanah serta kepadatan tanah, aspal dan beton. Data-data hasil
pengukuran tersebut kemudian akan digunakan untuk merancang pondasi bangunan, jalan raya,
pembuatan tanggul dan lain sebagainya. Sedang dalam bidang industri dan laboratorium, neutron
dapat digunakan untuk pengukuran berbagai hasil akhir dan penelitian.

Gambar 3. Teknik pengukuran kadar air tanah dengan teknik hamburan neutron (sumber:
BATAN)
Karena sederhana, alat pengukur kadar air dengan neutron ini diminati oleh berbagai pihak. Di
dalam alat ini terdapat suatu sumber neutron cepat. Proses kerja alat ini adalah dengan
memanfaatkan hasil tumbukan antara neutron cepat dengan atom hidrogen yang terdapat di
dalam molekul air. Peristiwa tumbukan ini akan menghasilkan neutron-neutron termik. Jumlah
neutron termik yang terbentuk akan ditangkap oleh pemantau neutron. Dimana hasil cacahan
neutron yang terbaca akan sebanding dengan jumlah air yang terkandung di dalam bahan.
3.5.1.5 Penentuan Gerakan Sedimen
Proses pendangkalan pelabuhan merupakan proses alamiah yang tidak dapat dicegah. Jika
pelabuhan dangkal, kapal-kapal besar tidak akan dapat merapat ke dermaga, sehingga proses
bongkar muat barang dapat terganggu. Sedangkan proses pengerukan endapan memerlukan
biaya yang sangat besar. Oleh sebab itu, pendangkalan pada suatu pelabuhan dan alur pelayaran
merupakan masalah yang sangat serius karena menyangkut kelangsungan pelayanan
perhubungan laut. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk memperkecil kecepatan
pendangkalan pelabuhan maupun alur pelayaran oleh sedimen adalah dengan mengetahui
perilaku sedimen, yaitu menentukan dari mana asal dan kemana arah gerakan sedimen tersebut.
Data mengenai arah pergerakan sedimen dapat digunakan untuk perencanaan penentuan posisi
dan arah alur pelayaran serta menentukan tempat untuk pembuangan endapan hasil pengerukan
agar tidak kembali ke tempat semula. Semua usaha ini akan dapat mengurangi laju pendangkalan
sehingga frekwensi pengerukan bisa dikurangi dan biaya untuk pengerukan bisa dihemat.
Teknik pelaksanaan penentuan arah gerakan sedimen dilakukan dengan menandai sedimen yang
diambil di pelabuhan dengan radioisotop seperti 51Cr, 198Au dan 46Sc atau membuat endapan
tiruan yang bersifat radioaktif seperti pelapisan lumpur dengan zat radioaktif atau pasir tiruan
yang diaktifkan (pasir ini dibuat dari gelas yang mengandung radioisotop 192Ir dan 46Sc).
Sedimen radioaktif tersebut selanjutnya dilepaskan ke dasar laut di daerah yang diselidiki.
Endapan radioaktif ini nantinya akan mengikuti gerak endapan asli. Metode ini dapat digunakan
untuk mempelajari arah, kecepatan dan penyebaran lumpur ataupun pasir yang berperan dalam
proses pendangkalan pelabuhan. Pengamatan tersebut dapat dilakukan menggunakan pemantau
radiasi dari permukaan laut atau di atas kapal. Selain itu, studi ini juga dapat dipakai untuk
mengetahui efisiensi transpot sedimen dan erosi.

Gambar 4. Mempelajari arah gerak sedimen dengan perunut radioisotop (sumber: IAEA)

3.5.2 Bidang Kesehatan dan Nutrisi


Aplikasi pengenceran radioisotope pada bidang kesehatan dan nutrisi adalah mempelajari
maltrunisi mikronutrien seperti besi, seng, dan vitamin A.
Prinsip metoda pengenceran isotop untuk mengetahui status vitamin A adalah mengkonversi
karoten bertanda menjadi vitamin A yang dapat dirunut dengan karoten Karbon-13. Teknik ini
dapat digunakan untuk mengukur efektivitas vitamin A, penyediaan karoten, dan petunjuk
fortifikasi dalam mempelajari nutrisi.

3.5.3 Bidang Biokimia


Aplikasi pengenceran radioisotope di bidang biokimia diantaranya adalah :
Mempelajari pengaruh unsur hara selain unsur N, P, dan K terhadap perkembangan tumbuhan.
Mempelajari proses penyerapan air dan sirkulasi dalam batang tumbuhan.
Penentuan glisin dalam campuran asam amino yang diperoleh dari protein.
Mempelajari mekanisme reaksi fotosintesis berupa C-14 atau O-18 yang dapat mengetahui asal
atom oksigen (dalam CO2 dan H2O yang membentuk glukosa atau oksigen yang terbentuk pada
proses ini.
Memacu mutasi gen tumbuhan dalam upaya mendapatkan bibit unggul.
Isotop radioaktif seperti 3H, 14C, 32P, 35S, 86Rb, 125I dapat digunakan untuk mengetahui
aspek metabolik dalam sel, bakteri, yeast, tanaman, binatang, dan manusia dalam mengurai sifat
dasar pada materi genetik.

3.5.4 Bidang Geologi, Nuklir dan Material


• Analisis Uranium dan Thorium dalam Limbah radioaktif dari proses daur bahan bakar nuklir.
• Penentuan umur geologi mineral dan meteorit dengan isotop argon, uranium, timah, thorium,
stronsium, dan rubidium.
• Jalur reaksi nuklir dari penentuan konsentrasi isotop.
• Pada pertambangan minyak bumi, radioisotope membantu mencari jejak air di dalam lapisan
batuan.

3.5.5 Bidang Kimia Analitik dan Lingkungan


Analisis logam
• Penentuan logam beracun dalam sampel lingkungan menggunakan timah, kadmium, dan
thalium
Analisis non logam
• Penentuan limbah klorida dan bromida pada salju

3.6 Keuntungan Analisis Pengenceran Isotop


Berikut adalah keuntungan yang dimiliki dalam analisis pengenceran isotop :
Penggunaan luas (dari analisa unsur sampai molekul besar)
Sangat selektif
Dapat menganalisis zat yang tidak stabil atau zat yang sebagian dapat terurai selama proses
pemisahan berlangsung
Pemisahan tidak perlu kuantitatif
Menghasilkan kepekaan yang tinggi
Meningkatkan presisi dan akurasi

3.7 Penentuan Kadar dengan Analisis Pengenceran Isotop


Soal 1:
Contoh dari aplikasi analisis pengenceran isotop adalah penentuan kadar fosfor dalam sampel.
Sebagai perunut digunakan radioisotop 32PO43-. 25 gram sampel yang belum diketahui
konsentrasinya dan mengandung ion 32PO43- dilarutkan dengan air hingga volume 100 ml.
Kemudian larutan ini ditambahkan 1 gram radioisotop 32PO43- dengan keaktifan jenis 1
Ci/gram. Setelah terjadi proses pengendapan dengan penambahan reagen pengendap, diambil
sedikit atau sebagian endapan murni dan ditimbang seberat 5 gram. Pengukuran aktivitas pada
endapan ini memberikan nilai sebesar 0.5 Ci. Hitunglah kadar fosfor dalam sampel.

Jawab:
S2=0.5 Ci/5 gram=0.1 Ci/gram
Wx=Ws (S1/S2 – 1)=1 gram (1/0.1 -1)=9 gram
Jadi berat fosfat dalam sampel adalah 9 gram. Dengan hubungan stoikiometri dapat diperoleh
berat fosfor sebesar 2.94 gram. Maka kadar fosfor dalam sampel adalah 2.94/25 x 100% =
11.76%

Soal 2:
Ke dalam 50mL larutan yang mengandung ion 62Zn2+ yang belum diketahui konsentrasinya
ditambahkan 10 mL larutan 62Zn2+ 0,100 µ Ci. Kemudian diencerkan sampai volume 100 ml.
Setelah pengendapan garam seng diperoleh 0,4000 gram seng dengan keaktifan 0,0825 µ Ci.
Hitunglah konsetrasi ion 62Zn2+ dalam larutan semula.

Jawab:
% Zn yang diperoleh = 0,0825/0,100 X 100 = 82,5 %
Jumlah seng = (0,4000 g seng yang diperoleh)/(0,825 (gram yang diperoleh)/(gram total)) =
0,485 g

Dengan mengabaikan berat 62Zn2+ yang ditambahkan maka konsentrasi 62Zn2+ dalam larutan
semula adalah:
0,485/(65,37 X 0,05) = 0,1484 M

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan
Pengenceran isotop adalah pengenceran bahan target yang dilakukan dengan menambahkan
isotopnya. Isotop adalah bentuk dari unsur yang nukleusnya memiliki nomor atom yang sama -
jumlah proton di nukleus, tetapi dengan massa atom yang berbeda karena mereka memiliki
jumlah neutron yang berbeda. Analisis pengenceran isotop untuk menentukan kadar suatu zat
dilakukan dengan cara menambahkan zat radioaktif yang telah diketahui aktivitas jenisnya dan
sudah diencerkan ke dalam zat yang akan ditentukan kadarnya. Kemudian zat tersebut
dipisahkan, lalu keradioaktifannya ditentukan. Dalam pengenceran analisis isotop ini senyawa
yang digunakan memiliki sifat yang identik dengan senyawa yang akan dianalisis.
Metoda yang dapat dapat digunakan untuk analisis pengenceran isotop ini diantaranya adalah
metode Titrimetri, Spektrofotometri UV-VIS, Fluorimetri, HPLC, polarografi, Spektrografi
Emisi, XRF, AAS, Spektrometri Alfa, dan Spektrometri Massa. Metode-metode ini digunakan
untuk mengetahui kereaktifan suatu senyawa analisis yang telah mengalami pengenceran isotop.
Secara umum kegunaan analisis pengenceran isotop adalah untuk mengurangi cacat radiasi
akibat penyerapan radioisotop ke dalam tubuh dan anlisis yang memanfaatkan perubahan
radioisotop dalam berbagai bidang. Alkisa analisis pengenceran isotop ini diantaranya di bidang
hidrologi untuk menentukan kecepatan aliran dan kebocoran, di bidang kesehatan untuk
mempelajari malnutrisi, bidang geologi untuk menentukan umur bebatuan, di bidang biokimia
dan kimia analisis. Keuntungan dari penggunaan analisis pengenceran isotop ini yaitu
penggunaannya yang luas (dari analisa unsur sampai molekul besar), sangat selektif, dapat
menganalisis zat yang tidak stabil atau zat yang sebagian dapat terurai selama proses pemisahan
berlangsung, pemisahan yang dilakukan tidak perlu kuantitatif dan menghasilkan kepekaan yang
tinggi sehingga meningkatkan presisi dan akurasi.

4.2 Saran
Analisis pengenceran isotop merupakan suatu metode analisis yang memanfaatkan isotop suatu
unsur. Metode analisis ini sangat baik digunakan karena memiliki banyak keuntungan
diantaranya dapat meningkatkan presisi dan akurasi karena menghasilkan kepekaan yang tinggi
dibandingkan dengan metode lain.
Untuk analisis uranium dan thorium untuk konsentrasi rendah menggunakan metode
Spektrofotometri UV-VIS lebih baik daripada metode Titrimetri. Sedang untuk analisis uranium
dan thorium dengan konsentrasi sangat rendah sampai ppb (10-9 bagian) dapat digunakan
dengan metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN), Spektrometri Alfa, dan Spektrometri Massa.
Metode Spektrometri Alfa dan ICP-MS (Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry) untuk
analisis kandungan isotop uranium dan thorium sangat baik bila dilihat dari aspek ketelitian
maupun ketepatan analisis.

DAFTAR PUSTAKA

Gunandjar. 1992. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengolahan Limbah VI. Jakarta:
Puspiptek-RISTEK. ISSN 1140-6086.
http://informasi-iptek.blogspot.com/2007/12/nuklir-indonesia.html (diakses pada 25 Oktober
2010 pukul 10:27)
http://m4n5y4hsyahril31.blogspot.com/2010/05/radioisotop-dalam-bidang-kimia.html (27
Oktober 2010, 20.09)
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Isot
opic_dilution ($ Desember 2010, 22.54)
http://www.infonuklir.com/readmore/read/iptek_nuklir/teknik_nuklir_dibidang_sdal/16ethe-
1/Radioisotop%20untuk%20hidrologi (diakses 4 Desember 2010. 23.05)
Tang Y.S., Sailing J.H., 1990, Radioactive Waste Management, Hemisphire Publishing
Corp.,Washington, D.C.
Diposting oleh Minerva di 23.04

Anda mungkin juga menyukai