Singkat
Asmat Ullaha,*, Abad Khana, Ismail Khanb
Abstrak Tubuh manusia secara terus menerus terpapar dengan berbagai tipe agen
yang menghasilkan produksi spesies reaktif yang disebut radikal bebas
(ROS/RNS) yang karena transfer dari elektron tak berpasangan bebasnya akan
mengakibatkan oksidasi dari mesin-mesin seluler. Dengan bertujuan untuk
menghilangkan efek dari spesies tersebut, tubuh memiliki sistem antioksidan
endogen atau memperoleh antioksidan eksogen dari diet yang akan menetralkan
spesies tersebut dan menjaga keseimbangan tubuh. Adanya keetidakseimbangan
antara RS dan antioksidan akan menghasilkan kondisi yang diketahui sebagai
“stress oksidatif” yang akan mengembangkan munculnya kondisi patologis salah
satu diantaranya adalah diabetes. Sebagian besar penelitian mengungkapkan
kesimpulan stress oksidatif pada pathogenesis diabetes oleh karena perubahan
sistem enzimatik, peroksidasi lipid, terganggunya metabolisme Glutathione, dan
menurunkan kadar vitamin C. Lipid, protein, kerusakan DNA, Glutathione,
dismutasi catalane dan superoksida adalah berbagai biomarker dari stress oksidatif
pada diabetes mellitus. Stress oksidatif mencetuskan komplikasi diabetes meliputi
stroke, neuropati, retinopati, dan nefropati. Tujuan dasar dari tinjauan ini adalah
untuk meringkas dasar stress oksidatif pada diabetes mellitus.
1. Diabetes mellitus
Diabetes mellitus dapat diklasifikasikan dalam berbagai bentuk namun salah satu
bentuk klasifikasi adalah sebagai berikut (American Diabetes Association, 2004):
1. Diabetes tipe I (Dependen insulin) adalah akibat kerusakan sel beta yang
dimediasi oleh imun, mengakibatkan defisiensi insulin.
2. Diabetes idiopatik merupakan diabetes tipe I dengan etiologi yang tidak
diketahui dan diduga kuat akibat diturunkan.
3. Diabetes tipe II (Non-dependen insulin) adalah akibat kekurangan sekresi
insulin dan resistensi insulin.
4. Diabetes mellitus gestasional adalah berbagai bentuk intoleransi terhadap
glukosa dengan onset atau pertama kali dikenali pada kehamilan.
Tetapi diabetes paling banyak diklasifikasi secara dasar menjadi DUA tipe mayor:
Diabetes Tipe I (IDDM) dan Diabetes Tipe II (NIDDM).
3. Patofisiologi diabetes
4. Komplikasi diabetes
Radikal bebas adalah suatu zat kimia reaktif yang merupakan spesies dengan
hidup yang singkat dengan satu atau lebih elektron tak berpasangan. Mereka dapat
dipertimbangkan sebagai sinyal buruk yang tidak dapat dihindarkan yang terlibat
dalam proses diferensiasi dan migrasi normal. Radikal bebas tersebut
menginduksi kerusakan sel dengan melepaskan elektron tak berpasangan yang
mengakibatkan oksidasi dari komponen dan molekul sel (Bansal dan Bilaspuri,
2011). Secara umum sangat tidak stabil dan sangat reaktif.
Seperti yang didiskusikan sebelumnya, radikal bebas dianggap sebagai hal buruk
yang diperlukan, mereka memainkan peran dalam asal usul dan evolusi
kehidupan. Mereka dianggap penting untuk mengaktivasi berbagai jalur sinyal di
dalam sel, seperti Mitogen activated protein kinase (MAPK) dan jalur extra-
cellular-signal-regulated kinase (ERK) yang merubah ekspresi gen, dan juga
koordinasi dengan dismutasi superoksida yang menginisiasi kematian sel (Cho
dan Wolkenhauer, 2003). Misalnya, RNS yang diproduksi oleh neuron bertindak
sebagai neurotransmitter dan yang digenerasi oleh makrofag bertindak sebagai
mediator imunitas. Ia juga bertanggung jawab terhadap adhesi leukosit, trombosis,
angiogenesis dan tonus vaskular. Dengan cara yang serupa ROS terlibat dalam
transkripsi gen, transduksi tunggal dan regulasi aktivitas lainnya di sel (Fang et
al., 2002).
Baik substansi eksogen dan endogen menghasilkan radikal bebas di sel dan
sekitarnya. Mereka dapat diproduksi dari reaksi non-enzimatik oleh gabungan
organik dengan oksigen dan juga yang diinisiasi oleh radiasi ionisasi (Pham-Huy
et al., 2008). Proses ini juga dapat terjadi di mitokondria oleh fosforilasi oksidasi.
Sumber lainnya meliputi radiasi, ROS, RNS, produksi netrofil dan makrofag, zat
kimia, merokok, beedi, rokok dan limbah industri (Sen et al., 2010). Sekarang
dengan tujuan untuk mencari efek merusak dari radikal bebas tersebut, tubuh
memiliki mekanisme yang berbeda untuk menghasilkan antioksidan, secara
endogen atau eksogen, yang akan menetralkan peningkatan jumlah radikal bebas
dan menjaga sel tetap terlindungi dari efek toksiknya dan berkontribusi dalam
pencegahan lebih lanjut terhadap penyakit (Pham-Huy et al., 2008) (lihat Gambar
2).
6. Stress oksidatif dan antioksidan
Telah diketahui bahwa oksigen adalah faktor mayor yang membuat hidup
terbatas. Merupakan komponen penting dari kehidupan aerobik. Namun pada
beberapa keadaan, oksigen ini dapat menjadi pembunuh sel ketika ia
menghasilkan spesies reaktif yang menyebabkan nekrosis dan kemudian kematian
sel. RNS dan RCS juga menyebabkan oksidasi dengan menghasilkan mekanisme
tertentu yang mengganggu proses fisiologis normal didalam sel (Weseler dan
Bast, 2010). “Stress oksidatif” dapat digambarkan sebagai gangguan apapun
dalam keseimbangan antioksidan dan pro-oksidan akibat berbagai faktor seperti
penuaan, efek dan toksisitas obat, inflamasi dan/atau adiksi (Sies, 1985).
Umumnya, pembentukan yang berlebihan atau/dan kurangnya pembuangan
molekul reaktif seperti spesies nitrogen reaktif (RNS) dan spesies oksigen reaktif
(ROS) (Johansen et al., 2005). Oksigen merupakan spesies yang sangat reaktif
yang memiliki kemampuan untuk menjadi bagian dari molekul yang berpotensi
membahayakan dan merusak (Radikal bebas). Stress oksidatif menyebabkan sel
yang sehat dari tubuh kehilangan fungsi dan strukturnya dengan cara
menyerangnya. Hingga saat ini, patogenesis dari lebih 50 penyakit telah
dihubungkan oleh karena radikal bebas (lihat Tabel 2). Ketika kadar antioksidan
menjadi terbatas dan kerusakan ini dapat bersifat melemahkan dan kumulatif
(Mark Percival, 1996). Kerusakan DNA, protein dan makromolekul lainnya akibat
oksidasi telah dihubungkan dengan patogenesis dari berbagai variasi penyakit,
terutama kanker dan penyakit jantung (Halliwell, 1994).
Saat ini, bukti telah mendukung adanya peran dari stress oksidatif dalam
patogenesis diabetes tipe 1 dan tipe 2. Pembentukan radikal bebas pada diabetes
oleh glikasi non-enzimatik protein, oksidasi glukosa dan peningkatan peroksidasi
lipid mengakibatkan kerusakan enzim, mesin seluler dan juga meningkatkan
resistensi insulin akibat stress oksidatif (Maritim et al., 2003). Berdasarkan
penelitian terakhir, lipid juga merupakan komponen apolipoprotein dari LDL yang
membentuk angregat oksidatif yang tak larut secara oksidatif akibat rantai silang
yang diinduksi oleh hidroksil radikal antara monomer apo-B yang bertanggung
jawab untuk kerusakan oksidatif pada komplikasi diabetes (Pham-Huy, 2008).
Pada diabetes mellitus, sumber utama dari stress oksidatif adalah mitokondria.
Selama metabolisme oksidatif di mitokondria, komponen dari oksigen yang
diperlukan direduksi dengan air, dan sisa oksigen diubah menjadi oksigen radikal
bebas (O•) yang merupakan ROS penting yang dikonversikan menjadi RS lain
seperti ONOO-, OH dan H2O2 (Moussa, 2008). Sinyal insulin dimodulasi oleh
ROS/RNS dengan dua cara. Di sisi lainnya, sebagai respon terhadap insulin,
ROS/RNS diproduksi untuk mengeluarkan seluruh fungsi fisiologis dan pada sisi
lainnya, ROS dan RNS memiliki regulasi negatif pada sinyal insulin,
menginterpretasikan untuk terjadinya resistensi insulin yang merupakan faktor
risiko untuk diabetes tipe 2 (Erejuwa, 2012).
Beberapa bukti dari penelitian telah menghubungkan antara diabetes dan stress
oksidatif dengan mengukur berbagai biomarker meliputi biomarker kerusakan
DNA dan produk peroksidasi lipid. Telah dipercayai bahwa pada onset dan proses
komplikasi diabetes yang lanjut, radikal bebas memiliki peran mayor karena
kemampuan mereka untuk merusak lipid, protein dan DNA (Ayepola, 2014).
Berbagai kondisi patologis diinduksi oleh stress oksidatif seperti Rhematoid
arthritis, Diabetes mellitus dan kanker (El Faramawy dan Rizk, 2011). Radikan
bebas dan stress oksidatif menginduksi komplikasi dari DM meliputi penyakit
arteri koroner, Neuropati, nefropati, retinopati (Phillips et al., 2004) dan stroke
(Asfandiyarova et al., 2007). Penelitian in vivo mendukung peran hiperglikemia
dalam pembentukan stress oksidatif yang mengakibatkan disfungsi endothelial
pembuluh darah pada pasien diabetes (Ceriello, 2006). Peningkatan kadar
glukosa dan insulin bersamaan dengan dyslipidemia pada pasien diabetes dengan
mikroangiopati akan menyebabkan stress oksidatif menimbulkan aterosklerosis
(Giugliano et al., 1995).
7.3.1 Protein
ROS bereaksi dengan beberapa asam amino secara in vitro, menghasilkan apapun
dari protein yang mengalami denaturasi dan non-fungsional yang secara lebih
lanjut bertanggung jawab akan terjadinya stress oksidatif (Nishigaki et al., 1981).
Hiperglikemia diabetik, oleh karena proses produksi radikal bebas, menyebabkan
glikasi protein dan degenerasi oksidatif. Derajat dari glikasi protein tersebut
diperkirakan dengan menggunakan beberapa biomarker seperti hemoglobin
terglikasi dan kadar fruktosamin. Perubahan fungsi dan struktur enzim protein
antioksidan dapat disebabkan oleh karena glikasi nonenzimatik seperti
detoksifikasi radikal bebas yang mengakibatkan peningkatan stress oksidatif pada
diabetes (Maritim et al., 2003). Berdasarkan penelitian in vitro dari katalisis
myeloperoksidase konversi dari L-tyrosine menjadi 3,3-dityrosine yang
menyediakan persilangan antara rantai polipeptida dari protein yang sama atau
berbeda membuatnya menjadi biomarker yang tepat untuk oksidasi protein (Yla-
Herttuala, 1999).
7.3.2 Lipid
Diabetes mellitus menghasilkan gangguan pada profil lipid dimana membuat sel
menjadi lebih rentan terhadap peroksidasi lipid (Patricia, 2009). Penelitian
eksperimental menunjukkan bahwa asam lemak polyunsaturated di membran sel
sangat mudah diserang oleh radikal bebas akibat adanya ikatan multipel
(Butterfiel et al., 1998). Lipid hiperperoksida (LHP) melalui reaksi radikal
lanjutan akan menghasilkan asam lemak yang sangat reaktif dan toksik lipid
radikal yang membentuk LHP baru (Matough et al., 2012). Biomarker penting
dari stress oksidatif adalah peroksidase lipid yang merupakan area yang paling
banyak diteliti ketika membahas ROS (Hatice et al., 2004). Malondialdehyde
(MDA) dibentuk sebagai hasil dari lipid peroksidasi yang dapat digunakan untuk
mengukur peroksidase lipid setelah mereaksikannya dengan asam thiobarbiturat
(Esterbauer et al., 1991).
7.3.3 Vitamin
Vitamin merupakan bagian yang sangat penting dari sistem biologis karena ia
memainkan peran yang sangat penting dalam berbagai proses biokimia. Diantara
vitamin tersebut, Vitamin A, C dan E bertindak sebagai antioksidan dengan cara
mendetoksifikasi radikal bebas tersebut. Berbagai perubahan dari kadarnya
merupakan biomarker yang signifikan dari adanya stress oksidatif. Vitamin
tersebut juga meningkatkan toksisitas dengan menghasilkan pro-oksidan pada
keadaan tertentu. Kadar vitamin E dalam tubuh telah dilaporkan dapat meningkat
atau menurun pada diabetes. Namun, ditemukan laporan yang berbeda-beda
mengenai efek merusak dari vitamin E pada diabetes yang dapat menginduksi
perubahan vaskular (Maritim et al., 2003).
7.3.4 Glutathione
Stress oksidatif telah ditampilkan dalam beberapa penelitian sebagai bagian dari
proses diabetes yang memainkan peran penting selama diabetes, meliputi
gangguan kerja insulin dan peningkatan kejadian komplikasi. Antioksidan tampak
bersifat prospektif dalam pengobatan diabetes baik tipe 1 maupun tipe 2.
Peningkatan kadar radikal bebas oksigen dan nitrogen (ROS/RNS) telah
dihubungkan dengan peroksidasi lipid, glikasi non-enzimatik protein dan oksidasi
glukosa yang berkontribusi terhadap terjadinya diabetes mellitus dan
komplikasinya. Sebagian besar penelitian telah menunjukkan hubungan antara
stress oksidatif dan diabetes maupun komplikasinya yang berhubungan dengan
jantung, hepar, ginjal dan mata. Dengan demikian, stress oksidatif tampak lebih
mengkhawatirkan pada penyakit metabolik terutama diabetes tipe 2.