Anda di halaman 1dari 4

PATOFISIOLOGI DIABETES MELITUS

 Diabetes Melitus tipe 1 (akibat sel B pankreas yang rusak). a. Autoimun b. Idiopatik
b. Diabetes Melitus tipe 2. c. Tipe lain a. Defek genetik dari fungsi sel B pankreas b.
Defek genetik pada kinerja insulin c. Penyakit endokrin pankreas d. Endokrinopati e.
Induksi oleh obat atau bahan kimia. f. Infeksi g. Penyakit imunologi yang jarang h.
Sindroma genetic lain d. Diabetes Gestasional
 Patofisiologi diabetes tipe 2  Perjalanan penyakit Diabetes Melitus tipe 2 tidak
hanya diakibatkan oleh gagalnya sel-sel hepar dan otot untuk merespon insulin atau
yang diketahui sebagai resistensi insulin, namun juga adanya kegagalan sel b pankreas
untuk menghasilkan insulin. Resistensi Insulin sendiri memperburuk keadaan sel b
pankreas dengan meningkatkan kebutuhan insulin sehingga membuat sel b pankreas
berkerja lebih keras untuk menghasilkan insulin lebih banyak lagi. Dalam
perkembangan pengetahuan ternyata diabetes melitus tipe 2 tidak hanya dipengaruhi
oleh sel hepar, sel otot, dan sel b pankreas, namun dipengaruhi oleh 8 hal yang
dikenal sebagai Omnious Octet (Beshyah, 2011; Defronzo, 2009; Rudianto, 2011)
terdiri atas:
o 1. Sel b pankreas Penurunan fungsi sel b pankreas untuk menghasilkan
pankreas dipengaruhi oleh genetik dan didapatkan dari lingkungan sehingga
diabetes melitus dikenal sebagai polygenic disorder. Secara genetik, dapat
mempengaruhi sel b pankreas untuk beregenerasi, metabolisme gula, glucose
sensing, kanal ion, tranduksi energi, opotosis sel, dan protein penting lainya.
Lingkungan sendiri mempengaruhi kerusakan sel b pankreas melalui
glucotoxicity, malnutrisi, lipotoxicity, obesistas dan tidak adekuatnya sekresi
incretin.
o 2. Sel Hepar Resistensi insulin menyebabkan terjadinya HGP (hepatic glucose
production) melalui mekanisme gluconeogenesis.
o 3.Sel Otot Adanya multiple intramyocellular defect, gagalnya transport dan
fosforilasi glukosa, menurunnya sintetis glikogen dan penurunan proses
oksidasi glukosa menyebabkan resistensi insulin. Namun pemegang peran
terbesar dalam resistensi insulin adalah adanya gangguan pada tranduksi
sinyal insulin yang menyebabkan kegagalan proses metabolik sel.
o 4. Sel Lipid Sel lipid bersifat resisten terhadap insulin (Insulin’s Antilipolytic
Effect), sehingga menyebabkan peningkatan FFA (Free Fatty Acid) dalam
darah. Dalam kondisi kronis, FFA dapat menyebabkan terjadinya
glukoneogenesis, menginduksi resintensi pada sel hepar serta otot dan
terganggunya sekresi insulin. Gangguan akibat FFA ini lah yang disebut
dengan lipotoxicity.
o 5. Jaringan Gastrointestonal Pada proses pencernaan, usus akan menghasilkan
2 hormon yaitu GLP 1 (Glucagon Like Polypeptide-1) dan GIP (Gastric
Inhibitory Polypeptide) yang dikenal dengan sebegai Incertins Effect. Pada
penderita diabetes melitus, sekresi GLP-1 pada oleh sel L di distal usus halus
menurun dan sekresi GIP oleh sel K pada proksimal usus halus meningkat.
Pada penderita diabtes melitus tipe 2, terjadinya resistensi efek stimulasi GIP
dalam sekresi insulin dan dengan menurunnya GLP1 yang merupakan
inhibitor kuat dari hormone glukagon maka akan terjadi peningkatan kadar
hormon gluagon dalam plasma dan gagalnya penekanan HGP.
o 6. Sel A pankreas Penderita diabetes memiliki peningkatan pada konsentrasi
glukagon plasma basal sehingga hal ini menyebabkan peningkatan terjadinya
HGP.
o 7. Ginjal Ginjal memiliki fungsi reabsorbsi terhadap glukosa sehingga tidak
ditemukannya glukosa dalam urine. Reabsorbsi glukosa dilakukan oleh
transporter SGLT (sodium-glucose linked transporter) yang terbagi atas 90%
oleh transpoter SGLT2 dan 10% oleh SGLT1. Pada pasien diabetes ditemukan
peningkatan kadar mRNA serta protein SGLT2 dan juga peningkatan reuptake
AMG ( a -methyl-D-glucopyranoside) sebanyak 4x lipat. AMG merupakan
analog glukosa nonmetabolisme.
o 8. Otak Insulin bekerja sabagai penekan nafsu makan yang kuat. Sel saraf otak
pada penderita diabetes mengalami resitensi insulin, menyebabkan
peningkatan HGP dan penurunan pengambilan glukosa oleh otot.
 Patofisiologi diabetes komplikasi mikro dan makro angiopati
o Komplikasi diabetes diawali dengan komplikasi akut metabolik yang terdiri
atas ketoasidosis diabetik dan hiperglikemi hiperosmolar. Kedua komplikasi
akut ini merupakan proses dekompensasi (Gosmanov, 2000), terjadi akibat
kurangnya insulin sehingga menyebabkan meningkatnya jumlah protein, lipid,
dan karbohidrat berlebihan dalam darah. Kurangnya insulin menyebabkan
tidak terkontrolnya proses liposis dan ketogenesis pada hepar serta pemecahan
protein dalam jumlah banyak berpengaruh dalam ketosis dan
hiperglikemia.(Beshyah, 2011; Gosmanov, 2000).
o Perjalanan penyakit diabetes kronis dapat menimbulkan masalah masalah pada
bagian vaskular yang disebut makroangiopati dan mikroangipati.
Makroangiopati terjadi pada makrosirkulasi yang bertugas memberikan suplai
pada organ (Chawla, Chawla, & Jaggi, 2016). Gangguan ini disebakan oleh
terbentuknya aterosklerosis. Akumulasi dari AGEs (Advanced Glycation End
-Products) dan ROS (Reactive Oxygen Species Formation) meningkatkan
oksidatif stress yang secara langsung mengpengaruhi fungsi endothelial
pembuluh darah. Peningkatan AGEs dapat pula menginduksi RAS (Renin-
Angiotensin System) sehingga menyebabkan disfungsi endotelial dengan
karakteristik adanya vasokonstriksi, trombosis dan inflamasi (Beshyah, 2011).
o
o Mikroangiopati terjadi pada mikrosirkulasi dengan mempengaruhi pembuluh
darah kecil (arteriol). Terjadinya hiperglikemi pada tingkat intraselular dapat
menyebabkan aktivasi dari nuclear factor-κB dan protein kinase C yang
merupakan mediator regulasi dari berbagai pro-inflamator dan pro-
aterosklerotik. Selain itu tingginya glukosa mempromosikan terbentuknya
AGEs dan ROS (Orasanu & Plutzky, 2010). Persistennya proses oksidatif
stress jelas menyebabkan kerusakan jaringan yang progresif (Beshyah, 2011)
termasuk pada glomerulus (nefropati), retina (retinopati), kulit, otot dengan
meningkatkan ketebalannya membran basalnya dan kerusakan pada sel saraf
perifer (neuropati) (Chawla et al., 2016).
o Seiring 2 perjalanan kronis komplikasi terserbut, masing-masing komplikasi
dapat jatuh pada kondisi yang lebih parah. Komplikasi Makroangiopati dapat
menyebabkan penyakit cardiovaskular dan penyakit arteri perifer. Sedangkan
pada komplikasi mikroangiopati dapat terjadi retinopati, nefropati dan
neuropati diabetikum. Selain itu komplikasi lain juga dapat muncul seperti
disfungsi seksual pada pria dan wanita, gangguan pada pencernaan, kulit, otot
serta persendian dan komplikasi akibat gabungan makroangiopati dan
mikroangiopati yaitu ulkus diabetikum (Beshyah, 2011; Orasanu & Plutzky,
2010)
 Hubungan diabetes dg hipertensi
o Kondisi hiperglikemia pada penderita diabetes sangat mendudung
terbentuknya proses aterosklerosis. Kondisi ini dicetuskan oleh resistensi
insulin yang dapat menyebabkan hipertrofi otot polos vaskular. Tingginya
kadar insulin dalam darah dan menurunnya jumlah NO juga berpengaruh
dalam meningkatnya kontraksi otot polos pada vakular. Kontraksi dan
hipertrofi dari vaskular menyebabkan hipertensi (Beshyah, 2011

Anda mungkin juga menyukai