Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH JUS JAMBU BIJI MERAH DAN MINUMAN TEMPE

AKTIVITAS SUBMAKSIMAL DAN TINGKAT RADIKAL BEBAS


TERHADAP PEMULIHAN OTOT

Disusun Oleh

NAMA MAHASISWA : Zurriyana Nainggolan


NIM : 1183111100
DOSEN PENGAMPU : Winara, S.Si., M. Pd.
MATA KULIAH : Seminar Masalah Aktual Bid. Pendidikan

PROGRAM STUDI S1 PGSD


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
Oktober 2020
Pengaruh Jus Jambu Biji Merah dan Minuman Tempe Aktivitas Submaksimal dan
Tingkat Radikal Bebas Terhadap Pemulihan Otot

a. Kelelahan Fisik
Kelelahan merupakan suatu keadaan yang dialami individu yang dapat mengakibatkan
penurunan vitalitas dan produktivitas. Kelelahan yang dimaksud dalam kajian kepustakaan
ini adalah kelelahan umum yang dialami setiap individu, ditandai dengan perlambatan waktu
reaksi dan perasaan lelah.
Suma’mur (2009) mengatakan kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan
efisiensi dan ketahan dalam beraktivitas, yang dapat disebabkan oleh:
a. Kelelahan yang sumber utamanya adalah mata
b. Kelelahan fisik umum
c. Kelelahan saraf
d. Kelelahan oleh lingkungan yang monoton
e. Kelelahan lingkungan kronis terus menerus
Kelelahan menunjukkan kondisi yang berbeda tiap individu, tetapi semuanya bermuara
pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh.
Salah satu contoh kelelahan pada manusia adalah Kelelahan otot (Muscular Fatigue).
Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui fisik untuk suatu
waktu disebut kelelahan otot secara fisiologis, dan gejala yang ditunjukkan tidak hanya
berupa berkurangnya tekanan fisik, namun juga pada makin rendahnya gerakan.
Aktifitas fisik dapat menyebabkan peningkatan produksi berbagai jenis radikal bebas
yang dapat mengakibatkan kerusakan pada sel-sel (Dekany et al, 2008). Radikal bebas yang
terbentuk di dalam tubuh akan dinetralkan oleh elaborasi sistem pertahanan antara
antioksidan enzim-enzim seperti katalase (CAT), superoksid dismutase (SOD), glutation
peroxidase (GPx) dan sejumlah anti oksidan non enzim termasuk diantaranya vitamin A, E
dan C, glutatione, ubiquinone dan flavonoid (Urso, 2003). Pada saat produksi radikal bebas
melebihi antioksidan pertahanan seluler maka dapat terjadi stres oksidatif (Daniel et al,
2010). Pada kondisi stres oksidatif, radikal bebas akan menyebabkan terjadinya peroksidasi
lipid (Evans, 2000), kerusakan pada jaringan otot (Vina, et al., 2000) dan perubahan aktifitas
antioksidan enzim (Urso, 2003) yang akhirnya dapat mempengaruhi performance atlet.
Turunnya kadar antioksidan dan peroksidasi lipid yang berdampak kepada penurunan
haemoglobin dan VO2max akibat aktifitas fisik maksimal sejalan dengan pernyataan Colgan,
1986 yang mengemukakan bahwa bahwa atlet di bawah pelatihan berat dan kompetisi tidak
mampu mempertahankan kadar antioksidan secara optimal pada jaringan. Sehubungan
dengan itu, Gomez (2008) mengatakan kerusakan oksidatif akibat aktifitas fisik mungkin
dapat dicegah dengan mengoptimalkan gizi, terutama dengan meningkatkan kandungan
antioksidan makanan. Menurut Silalahi (2006) khasiat antioksidan akan lebih efektif bila
mengkonsumsi sayur-sayuran atau buah-buahan yang kaya antioksidan dari berbagai jenis
dari pada menggunakan antioksidan tunggal seperti vitamin E. Hal ini mungkin dikarenakan
oleh adanya komponen lain dan interaksinya dalam sayur-sayuran dan buah-buahan yang
berperan secara positif.

b. Radikal Bebas
Radikal ebas menurut Halliwel pada tahun 1999 adalah suatu atom, gugus, molekul
atau senyawa yang dapat berdiri sendiri yang mengandung satu atau lebih elektron yang tidak
berpasangan pada orbit yang paling luar. Molekul tersebut diantaranya aton hydrogen, logam-
logam transisi, dan molekul oksigen. Kehadiran satu atau lebih elektron tak berpasangan
menyebabkan molkeul ini mudah tertarik pada suatu medan magnetik (paramagnetik) yang
menyebabkan molekul sangat reaktif. Radikal bebas dapat bermuatan positif (kation),
bermuatan negatif (anion) atau tidak bermuatan.
Sel manusia seperti pada umumnya eukariotik, untuk hidup dan mempertahankan
kehidupannya membutuhkan energi yang dihasilkan dari metabolisme dan pernafasan
(respirasi) sel itu sendiri. Energi itu dihasilkan dari berbagai tingkat proses atau reaksi
oksidasi kimiawi intraseluler. Oksidasi didefinisikan sebagai pengurangan elektron sehingga
terjadi peningkatan muatan positif. Sebaliknya, akan pula selalu terjadi suatu proses reduksi
(dalam keseimbangan) yaitu penambahan jumlah elektron dari substrat yang menerima
elektron tersebut reaksi oksidasi terjadi setiap saat termasuk ketika bernafas dan
prosesmetabolisme dalam tubuh. Reaksi ini dapat menyebabkan radikal bebas.
Radikal bebas dalam jumlah normal bermanfaat bagi kesehatan misalnya, memerangi
peradangan, membunuh bakteri, dan mengendalikan tenus otot polos pembuluh darah serta
organ-organ dalam tubuh sementara dalam jumlah berlebih mengakibatkan stress oksidatif.
Keadaan tersebut dapat menyebabkan kerusakan oksidatif mulai dari tingkat sel, jaringan,
hingga ke organ tubuh yang mempercepat terjadinya proses penuaan dan munculnya
penyakit.
c. Hubungan Radikal Bebas dengan Kelelahan Otot
Beberapa hasil studi melaporkan bahwa aktifitas fisik aerobik akut berkontribusi
terhadap stress oksidatif khususnya ketika latihan dengan intensitas tinggi. Dua mekanisme
yang menyebabkan stress oksidatif pada latihan aerobik dengan intensitas tinggi adalah
meningkatnya pro-oksidan melalui efek peningkatan konsumsi oksigen yang meningkat 10
sampai 15 kali dibandingkan pada saat istirahat dan antioksidan yang relatif tidak mencukupi
dibandingkan pro-oksidan. Sementara itu menurut Ji (1999), selama aktifitas fisik maksimal
konsumsi oksigen seluruh tubuh meningkat sampai 20 kali, sedangkan konsumsi oksigen
pada serabut otot diperkirakan meningkat sampai 100 kali lipat.
Peningkatan radikal bebas di dalam tubuh akibat aktifitas fisik dapat mempengaruhi
penampilan atlet. Berbagai efek yang dapat ditimbulkan diantaranya adalah: radikal bebas
berkontribusi terhadap kelelahan otot (Barclay dan Hansel, 1991), terjadi defisiensi
antioksidan di dalam tubuh yang dapat mengurangi daya tahan (endurance) selama aktifitas
fisik yang melelahkan (Coombes et al, 2002), penurunan imunitas (Niemann, 2005) dan
berbagai efek lainnya.
Secara alamiah di dalam sel terdapat berbagai antioksidan baik enzimatik maupun
nonezimatik yang berfungsi sebagai pertahanan bagi organel-organel sel dari pengaruh
kerusakan akibat reaksi radikal bebas (Evans, 2000., Marciniak et al., 2009). Antioksidan
enzimatik disebut juga antioksidan pencegah, terdiri dari superoksid dismutase (SOD),
katalase, dan glutathione peroxidase. Antioksidan nonenzimatik disebut juga antioksidan
pemecah rantai yang dari vitamin C, vitamin E, dan beta karoten (Chevion, 2003; Ji, 1999).
Antioksidan biologi ini memainkan peran penting melindungi sel akibat pengaruh stress
oksidatif yang dipicu oleh latihan.

d. Pengaruh Jambu Biji terhadap Radikal Bebas dan Kelelahan Otot


Tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) termasuk genus Psidium, famili Myrtaceae.
Bagian yang paling penting dari jambu biji adalah buahnya. Buah yang sudah masak atau
matang mengandung gizi yang cukup tinggi.Buah jambu biji biasanya dimanfaatkan sebagai
buah segar atau olahan berupa jus (Rismunandar, 1989).
Buah jambu biji merah mengandung vitamin C, vitamin A, zat besi, kalsium dan fosfor.
Kandungan vitamin C buah jambu biji merah 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan jeruk
(Kumar, 2012). Senyawa lain dalam buah jambu biji yang berfungsi sebagai antioksidan
adalah karotenoid seperti betakaroten, lycopene, beta-cryptoxanthin dan polifenol
(Nascimento et al, 2010;. Oliveira et al, 2010; Ordonez-Santos dan Vazquez-Riascos, 2010).
Pada buah jambu biji merah juga dijumpai fosfat, oksalat asam, asam malat. Buah juga
mengandung saponin, asam oleanolic, morin-3-O-lyxo pyranoside, morin-3-O-α-
Larabopyranoside dan flavonoid, guaijavarin dan quercetin. Minyak atsiri yang terdapat pada
buah jambu biji merah diantaranya mengandung heksanal, -2-Hexenal, 2,4-hexadienal, 3-
Hexenal, 2-Hexenal, asam 3-metilbutanoik, (Z) -3-Hexen-1-ol, 6- metil-5-hepten-2-satu,
limonene, oktanol, etil octanoate terdapat pada buah jambu biji merah muda. Konstituen
aromatik aktif dalam buah jambu biji merah muda didapati senyawa 3-penten-2-ol dan 2-
butenil asetat (Kumar, 2012).
Sebagai salah satu bahan alam yang mengandung berbagai jenis antioksidan, aktivitas
antioksidan buah jambu biji merah telah diuji di laboratorium dengan menggunakan metode
DPPH (2,2-diphenil-1-picrilhidrazyl) dengan menggunakan spektrofotometer visible. Hasil
penelitian menunjukkan ekstrak buah jambu biji merah memiliki IC50 = 45,5 μg/mL
sedangkan vitamin C yang dijadikan sebagai standart memiliki IC50 = 25,8 μg/mL (Vyas et
al, 2010).
Efek hepatoprotective dari aktivitas antioksidan daun jambu biji merah juga sudah
dievaluasi secara invivo menggunakan tikus wistar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
jambu biji merah dengan dosis 500 mg/kg peroral dapat menurunkan peningkatan kadar
peroksidasi lipid dan memulihkan menjadi normal kadar enzim GPx, GSH, CAT dan SOD
dan hasil ini juga didukung oleh hasil pemeriksaan secara histopatologi (Taju et al, 2011).
Aktivitas antioksidan buah jambu biji merah juga telah diteliti terhadap peroksidasi lipid pada
tikus hiperkolesterol. Hasil penelitian menunjukkan pemberian buah jambu biji merah dapat
meningkatkan SOD serta menurunkan kadar MDA pada tikus hiperkolesterolemia (Maryanto,
2013).
Berikut salah satu hasil penelitian pengaruh jus jambu biji terhadap kelelahan otot pada
jurnal “Pengaruh Pemberian Jus Buah Jambu Biji (Psidium Guajava L) Terhadap
Kelelahan Otot Anaerob Dan Kadar Glukosa Darah Pada Atlet Sepakbola Remaja Di
Salatiga Training Center (STC)”
Glukosa darah adalah gula yang terdapat didalam darah yang terbentuk darikarbohidrat
dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka.Glukosa merupakan
sumber energy utama bagi sel manusia. Glukosa dibentuk dari karbohidratyang dikonsumsi
melalui makanan dan disimpan sebagai glikogen dihati dan di otot.
Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang tidak bermaknaantara kadar
glukosa darah sebelum dan setelah pemberian intervensi pada perlakuan jus jambubiji (p =
0,194), tetapi terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar glukosa darah sebelumdan
setelah simulasi pertandingan pada kelompok kontrol (p = 0.000). Ada penurunan kadar
glukosa darah selama pemberian jus jambu biji sebanyak 5,38 ± 14,11mg/dl, sedangkan pada
kelompok kontrol penurunan kadar glukosa darah sebesar 22,84 ± 15,68mg/dl. Selisih
penurunan kadar glukosa darah antara kelompok perlakuan dan kontrol pvalue = 0,012 maka
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan selisih kadar glukosa darah sewaktu antara
kelompok perlakuan jus jambu biji dan kelompok kontrol.
Hasil penelitian ini menunjukkan terjadi penurunan kadar glukosa darah selama latihan
baik pada kelompok minuman jus jambu biji merah maupun kontrol. Seseorang yang
berpuasa atau sedang melakukan aktivitas (latihan olahraga, bekerja) akan menyebabkan
turunnya kadar glukosa darah menjadi 60mg/dl26. Selama latihan fisik akan terjadi
peningkatan penggunakan glikogen otot dan glukosa darah sesuai dengan beratnya aktifitas
fisik. Penurunan kadar glukosa darah pada kelompok jus jambu biji merah lebih kecil
daripada air putih. Pemberian minuman dengan kandungan karbohidrat 6-8% selama latihan
atau pertandingan dapat mempertahankan konsentrasi glukosa darah sewaktu yang bertujuan
agar tidak terjadi hipoglikemi pada saat latihan dan mampu menyediakan sumber energi di
dalam darah dan mempertahankan cadangan glikogen dalam otot.
Kelelahan yang dihasilkan oleh aktivitas fisik dianggap sebagai kelelahan yang berasal
dari kondisi fisiologis maupun yang berasal dari kondisi psikologis. Kelelahan dapat
didefinisikan sebagai berkurangnya kinerja otot dibarengi dengan sensasi rasa lelah. Definisi
lain dari kelelahan adalah ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan power output otot.
Hasil penelitian ini menunjukkan rata rata tingkat kelelahan otot sebelum pemberian
intervesi pada atlet berdasarkan perhitungan sebesar 2,57 ± 1,42 dan setelah pemberian
intervensi menjadi rata rata 2,13 ± 0.8, terjadi penurunan sebesar 0,43 ± 1.74 walaupun
penurunannya tidak sigifikan. Kelompok kontrol menunjukkan rata rata tingkat kelelahan
otot sesudah pemberian intervesi pada atlet berdasarkan perhitingan sebesar 2.46 ± 1,10 dan
setelah pemberian intervensi menjadi rata rata 2,75 ± 0.88, terjadi peningkatan indeks
kelelahan pada kelompok kontrol sebesar -2,28 ± 1,18 walaupun peningkatannya tidak
sigifikan. Selisih kelelahan otot antara kelompok perlakuan dan kontrol p value = 0,26, maka
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan selisih nilai kelelahan otot antara kelompok
perlakuan jus jambu biji dan kelompok kontrol. Nilai Anaerobik pada kelompok perlakuan
dan kelompok control dapat diartikan semakin rendah nilai Anaerobic Fatigue (AF) maka
dapat dikatakan bahwa atlet semakin tidak lelah sehingga bisa meningkatkan performa ketika
berolahraga maupun bertanding. Kelelahan otot pada atlet setelah diberikan intervensi
menunjukkan atlet dalam range (0,21-3,21) maka termasuk kategori baik. Berbeda dengan
kontrol meskipun menurut statistik hasilnya tidak bermakna tetapi terdapat perbedaan nilai
kelelahan otot. Kelompok kontrol nilai kelelahannya lebih besar daripada kelompok
perlakuan. Hal ini dikarenakan kelelahan otot dipengaruhi oleh kondisi atlet dalam keadaan
aktivitas yang ringan karena libur sekolah dan dalam keadaan menjalankan puasa ramadhan.
Atlet Salatiga Training Center memiliki jadwal latihan 2 kali sehari dalam keadaan tidak
puasa Ramadhan dan 1 kali sehari pada saat bulan puasa. Intensitas latihan yang sering atlet
mampu mempertahankan fisik secara optimal. Latihan anaerobik merangsang aktivitas otot
dalam intensitas tinggi sehingga meningkatkan kekuatan dan daya tahan.39 Kelelahan otot
dipengaruhi oleh pengosongan ATP-CP, pengosongan simpanan glikogen otot, Akumulasi
asam laktat, aktivitas fisik tinggi, penurunan pH cairan tubuh, penurunan kadar elektrolit
cairan tubuh.

e. Pengaruh Minuman Tempe terhadap Radikal Bebas dan Kelelahan Otot


Tempe merupakan makanan tradisional yang sangat populer di Indonesia, sebagian
penduduk Indonesia biasa mengonsumsi tempe sebagai lauk pauk atau sebagai kudapan.
Sebagai pangan tradisional, tempe mempunyai komposisi gizi dan non gizi seperti isofl avon
yang lebih baik dibanding kedelai. Selain itu tempe mudah diproduksi, banyak tersedia di
pasaran, harga relatif terjangkau ,serta mudah pengolahannya. Menurut Wang dkk. (1996)
Tempe merupakan produk olahan kedelai melalui proses fermentasi dengan penambahan
Rhizopus oligosporus. Tempe mempunyai banyak keunggulan, jumlah total asamamino
kedelai meningkat bermakna saat proses fermentasi.Formasi total dari asam amino kedelai
meningkat 3-10 kalisetelah menjadi tempe. Hal tersebut karena R. oligosporus menghidrolisis
protein asam amino dan peptida. Tempe juga mengandung asam amino rantai bercabang
(branch chainamino acid/BCAA), yaitu valin, leusin, isoleusin yang tinggi, yang sangat
dibutuhkan dalam pemulihan kerusakan ototsetelah latihan kekuatan. Tempe mempunyai
nilai cerna yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai, keadaan tersebut meningkatkan
mutu gizi protein tempe (Hermana dkk., 1996). Menurut Utari (2011) tempe juga
mengandung isofl avon, dan isofl avon merupakan golongan fi tokimia yang mempunyai
peran sebagai antioksidan.
Di pasaran produk minuman olahraga yang mengandung protein yang dapat digunakan
untuk pemulihan kerusakan otot, umumnya berbasis dari susu, yang harganya relatif lebih
mahal. Oleh karena itu perlu dicari alternatif untuk menciptakan suatu minuman yang
mempunyai nilai gizi yang baik, rasanya nikmat dan harganya terjangkau. Berdasarkan
potensi yang dimiliki tempe, tempe dapat dijadikan salah satu alternatif sebagai minuman
olahraga untuk pemulihan kerusakan otot, selain mempunyai kualitas protein yang baik yang
mengandung asam amino BCAA, tempe juga mengandung isofl avon yang diharapkan dapat
memberikan manfaat terhadap pemulihan kerusakan otot setelah melakukan latihan olahraga.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari formula minuman olahraga berbasis tempe
yang tepat dalam kandungan gizi dan sensorinya untuk pemulihan kerusakan otot.
Tempe adalah makanan berasal dari fermentasi kedelai dengan kandungan antioksidan
yang dapat menghambat radikal bebas, seperti timbal. Malondialdehid (MDA) adalah
indikator adanya radikal bebas. Tujuan penelitian ini adalah menentukan pengaruh tempe
terhadap kadar MDA Hati Mencit Jantan Putih yang dipapar Pbasetat. Penelitian telah
dilakukan di laboratorium Farmasi dan Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
pada bulan April 2015 hingga Mei 2015. Perlakuan diberikan selama 4 minggu dengan
menggunakan 25 ekor mencit jantan putih yang dibagi kedalam 5 kelompok yang terdiri dari:
K1 kelompok kontrol negatif; K2 kelompok kontrol positif yang diberikan Pb-asetat
40mg/kgBB/hari; P1 kelompok perlakuan dengan pemberian tempe sebanyak 5 g/kgBB/hari
dan induksi Pb-asetat; P2 kelompok perlakuan dengan pemberian tempe sebanyak 10
g/kgBB/hari dan induksi Pb-asetat; dan P3 kelompok perlakuan dengan pemberian tempe
sebanyak 20 g/kgBB/hari dan induksi Pb-asetat. Hasil penelitian menunjukkan kadar MDA
hati kelompok K1 sebesar 4,95 nmol/ml, K2 sebesar 7,08 nmol/ml, P1 sebesar 6,73 nmol/ml,
P2 sebesar 5,32 nmol/ml, dan P3 sebesar 6,26nmol/ml. Analisis uji Anova menunjukkan hasil
yang signifikan (p=0,000). Disimpulkan bahwa pemberian tempe dapat menurunkan kadar
MDA hati mencit yang dipapar Pb-asetat, dengan dosis tempe 10g/kgBB/hari yang mampu
menurunkan kadar MDA hati bermakna secara statistik.
Daftar Pustaka
Yulistianti, Euis Reni. 2018. Pengantar Radikal Bebas dan Antioksidan. Yogyakarta:
Deepublish
Susianto. 2013. Fakta Ajaib Khasiat Tempe. Jakarta: Penebar Plus
Rahayu, Puji. 2010. Budi Daya jambu Biji, Buah Multimanfaat. Semarang: CV. Aneka Ilmu
Redaksi Trubus. 2019. Jambu Biji Baru: Manis, Renyah, Tanpa Biji. Depok: PT. Trubus
Sanjaya
Musarofah. 2015. Tumbuhan Antioksidan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Fajar Apollo. 2017. Pengaruh Pemberian Jus Buah Jambu Biji Merah Terhadap Kadar
Haemoglobin Dan Vo2max Pada Aktifitas Fisik Maksimal. 1(2): 35-46
Rudi Widyasulistya. 2018. Pengaruh Pemberian Jus Buah Jambu Biji (Psidium Guajava L)
Terhadap Kelelahan Otot Anaerob Dan Kadar Glukosa Darah Pada Atlet Sepakbola
Remaja Di Salatiga Training Center (STC). 6(1): 40-47
Alfia Ansarullah. 2017. Efek Intervensi Minuman Tempe Terhadap Tekanan Darah Penderita
Hipertensi Dan Hiperkolesterolemia. 12(2): 101-108
Mansur Jauhari. 2014. Pengembangan Formula Minuman Olahraga Berbasis Tempe Untuk
Pemulihan Kerusakan Otot. 34(3): 285-290
Fajar Apollo. 2016. Stress Oksidatif Dan Status Antioksidan Pada Aktivitas Fisik Maksimal.
9(2): 176-189

Anda mungkin juga menyukai