Disusun Oleh
a. Kelelahan Fisik
Kelelahan merupakan suatu keadaan yang dialami individu yang dapat mengakibatkan
penurunan vitalitas dan produktivitas. Kelelahan yang dimaksud dalam kajian kepustakaan
ini adalah kelelahan umum yang dialami setiap individu, ditandai dengan perlambatan waktu
reaksi dan perasaan lelah.
Suma’mur (2009) mengatakan kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan
efisiensi dan ketahan dalam beraktivitas, yang dapat disebabkan oleh:
a. Kelelahan yang sumber utamanya adalah mata
b. Kelelahan fisik umum
c. Kelelahan saraf
d. Kelelahan oleh lingkungan yang monoton
e. Kelelahan lingkungan kronis terus menerus
Kelelahan menunjukkan kondisi yang berbeda tiap individu, tetapi semuanya bermuara
pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh.
Salah satu contoh kelelahan pada manusia adalah Kelelahan otot (Muscular Fatigue).
Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui fisik untuk suatu
waktu disebut kelelahan otot secara fisiologis, dan gejala yang ditunjukkan tidak hanya
berupa berkurangnya tekanan fisik, namun juga pada makin rendahnya gerakan.
Aktifitas fisik dapat menyebabkan peningkatan produksi berbagai jenis radikal bebas
yang dapat mengakibatkan kerusakan pada sel-sel (Dekany et al, 2008). Radikal bebas yang
terbentuk di dalam tubuh akan dinetralkan oleh elaborasi sistem pertahanan antara
antioksidan enzim-enzim seperti katalase (CAT), superoksid dismutase (SOD), glutation
peroxidase (GPx) dan sejumlah anti oksidan non enzim termasuk diantaranya vitamin A, E
dan C, glutatione, ubiquinone dan flavonoid (Urso, 2003). Pada saat produksi radikal bebas
melebihi antioksidan pertahanan seluler maka dapat terjadi stres oksidatif (Daniel et al,
2010). Pada kondisi stres oksidatif, radikal bebas akan menyebabkan terjadinya peroksidasi
lipid (Evans, 2000), kerusakan pada jaringan otot (Vina, et al., 2000) dan perubahan aktifitas
antioksidan enzim (Urso, 2003) yang akhirnya dapat mempengaruhi performance atlet.
Turunnya kadar antioksidan dan peroksidasi lipid yang berdampak kepada penurunan
haemoglobin dan VO2max akibat aktifitas fisik maksimal sejalan dengan pernyataan Colgan,
1986 yang mengemukakan bahwa bahwa atlet di bawah pelatihan berat dan kompetisi tidak
mampu mempertahankan kadar antioksidan secara optimal pada jaringan. Sehubungan
dengan itu, Gomez (2008) mengatakan kerusakan oksidatif akibat aktifitas fisik mungkin
dapat dicegah dengan mengoptimalkan gizi, terutama dengan meningkatkan kandungan
antioksidan makanan. Menurut Silalahi (2006) khasiat antioksidan akan lebih efektif bila
mengkonsumsi sayur-sayuran atau buah-buahan yang kaya antioksidan dari berbagai jenis
dari pada menggunakan antioksidan tunggal seperti vitamin E. Hal ini mungkin dikarenakan
oleh adanya komponen lain dan interaksinya dalam sayur-sayuran dan buah-buahan yang
berperan secara positif.
b. Radikal Bebas
Radikal ebas menurut Halliwel pada tahun 1999 adalah suatu atom, gugus, molekul
atau senyawa yang dapat berdiri sendiri yang mengandung satu atau lebih elektron yang tidak
berpasangan pada orbit yang paling luar. Molekul tersebut diantaranya aton hydrogen, logam-
logam transisi, dan molekul oksigen. Kehadiran satu atau lebih elektron tak berpasangan
menyebabkan molkeul ini mudah tertarik pada suatu medan magnetik (paramagnetik) yang
menyebabkan molekul sangat reaktif. Radikal bebas dapat bermuatan positif (kation),
bermuatan negatif (anion) atau tidak bermuatan.
Sel manusia seperti pada umumnya eukariotik, untuk hidup dan mempertahankan
kehidupannya membutuhkan energi yang dihasilkan dari metabolisme dan pernafasan
(respirasi) sel itu sendiri. Energi itu dihasilkan dari berbagai tingkat proses atau reaksi
oksidasi kimiawi intraseluler. Oksidasi didefinisikan sebagai pengurangan elektron sehingga
terjadi peningkatan muatan positif. Sebaliknya, akan pula selalu terjadi suatu proses reduksi
(dalam keseimbangan) yaitu penambahan jumlah elektron dari substrat yang menerima
elektron tersebut reaksi oksidasi terjadi setiap saat termasuk ketika bernafas dan
prosesmetabolisme dalam tubuh. Reaksi ini dapat menyebabkan radikal bebas.
Radikal bebas dalam jumlah normal bermanfaat bagi kesehatan misalnya, memerangi
peradangan, membunuh bakteri, dan mengendalikan tenus otot polos pembuluh darah serta
organ-organ dalam tubuh sementara dalam jumlah berlebih mengakibatkan stress oksidatif.
Keadaan tersebut dapat menyebabkan kerusakan oksidatif mulai dari tingkat sel, jaringan,
hingga ke organ tubuh yang mempercepat terjadinya proses penuaan dan munculnya
penyakit.
c. Hubungan Radikal Bebas dengan Kelelahan Otot
Beberapa hasil studi melaporkan bahwa aktifitas fisik aerobik akut berkontribusi
terhadap stress oksidatif khususnya ketika latihan dengan intensitas tinggi. Dua mekanisme
yang menyebabkan stress oksidatif pada latihan aerobik dengan intensitas tinggi adalah
meningkatnya pro-oksidan melalui efek peningkatan konsumsi oksigen yang meningkat 10
sampai 15 kali dibandingkan pada saat istirahat dan antioksidan yang relatif tidak mencukupi
dibandingkan pro-oksidan. Sementara itu menurut Ji (1999), selama aktifitas fisik maksimal
konsumsi oksigen seluruh tubuh meningkat sampai 20 kali, sedangkan konsumsi oksigen
pada serabut otot diperkirakan meningkat sampai 100 kali lipat.
Peningkatan radikal bebas di dalam tubuh akibat aktifitas fisik dapat mempengaruhi
penampilan atlet. Berbagai efek yang dapat ditimbulkan diantaranya adalah: radikal bebas
berkontribusi terhadap kelelahan otot (Barclay dan Hansel, 1991), terjadi defisiensi
antioksidan di dalam tubuh yang dapat mengurangi daya tahan (endurance) selama aktifitas
fisik yang melelahkan (Coombes et al, 2002), penurunan imunitas (Niemann, 2005) dan
berbagai efek lainnya.
Secara alamiah di dalam sel terdapat berbagai antioksidan baik enzimatik maupun
nonezimatik yang berfungsi sebagai pertahanan bagi organel-organel sel dari pengaruh
kerusakan akibat reaksi radikal bebas (Evans, 2000., Marciniak et al., 2009). Antioksidan
enzimatik disebut juga antioksidan pencegah, terdiri dari superoksid dismutase (SOD),
katalase, dan glutathione peroxidase. Antioksidan nonenzimatik disebut juga antioksidan
pemecah rantai yang dari vitamin C, vitamin E, dan beta karoten (Chevion, 2003; Ji, 1999).
Antioksidan biologi ini memainkan peran penting melindungi sel akibat pengaruh stress
oksidatif yang dipicu oleh latihan.