Anda di halaman 1dari 8

6WUHV 2NVLGDWLI GDQ 6WDWXV «

Fafa Nurdyansyah

STRES OKSIDATIF DAN STATUS ANTIOKSIDAN


PADA LATIHAN FISIK

Fafa Nurdyansyah
Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Universitas PGRI Semarang
Jalan Sidodadi Timur No 24 Dr. Cipto Semarang
fa2_2009@yahoo.com

Abstrak

Aktivitas fisik memicu terjadinya reactive oxygen species (ROS), yang menghasilkan kerusakan
pada sel. Latihan fisik juga meningkatkan produksi peroksidasi lipid yang ditandai dengan terbentuknya
malondialdehyde (MDA). Pembentukan radikal bebas dalam tubuh pada seseorang yang sedang
beraktivitas fisik dapat berasal dari jenis aktivitas fisik yang dilakukan seperti pada latihan aerobik
(berlari, bersepeda, dan renang). Besaran stress oksidatif diukur berdasarkan kemampuan jaringan
dalam menetralisir ROS oleh antioksidan dalam jaringan. Latihan fisik berat akan memicu peroksidasi
lipid pada beberapa jaringan termasuk otot rangka, hati, jantung, eritrosit dan plasma. Latihan fisik baik
level ringan maupun berat akan memicu terbentuknya radikal bebas yang dihasilkan oleh tubuh sebagai
hasil samping metabolit sekunder proses metabolisme. Latihan fisik berat akan memicu stress oksidatif
terutama menimbulkan kerusakan oksidatif jaringan terutama jaringan otor rangka. Suplementasi
antioksidan baik yang berasal dari diet dan suplemen antioksidan mampu melindungi tubuh terhadap
kerusakan jaringan pada latihan fisik.

Kata Kunci: radikal bebas, antioksidan, latihan fisik,stress oksidatif.

PENDAHULUAN fisiologi terhadap stress. Kemampuan fisiologis


Aktivitas fisik baik ringan maupun berat seseorang didasarkan pada kemampuannya
dapat menyebabkan terjadinya peningkatan dalam menggunakan oksigen atmosfer dalam
reactive oxygen species (ROS) yang dapat jangka waktu tertentu setiap kilogram berat
memicu terjadinya peningkatan radikal bebas badan, hal ini dapat disebut sebagai kapasitas
dalam tubuh. Selama aktivitas fisik akan terjadi aerobik.
peningkatan pembentukan malondialdehide Latihan fisik menyebabkan terjadinya
(MDA) pada darah serta pentane pada peningkatan pengikatan oksigen sebesar 10-20
pernafasan. Secara umum pembentukan radikal kali oleh tubuh. Pada latihan fisik berat dapat
bebas dalam tubuh pada seseorang yang sedang menyebabkan kerusakan oksidatif pada lipid
beraktivitas fisik dapat berasal dari jenis aktivitas berbagai jaringan (Dillard and Koppler, 1978).
fisik yang dilakukan seperti pada latihan aerobik Davies et al. (2005) melaporkan hasil risetnya
(berlari, bersepeda, dan renang). Hasil-hasil menggunakan electron spin resonance atau
penelitian telah banyak menunjukkan bahwa electron paramagnetic resonance (ESR/EPR)
latihan fisik digunakan sebagai model untuk untuk mendeteksi adanya radikal bebas pada
mempelajari mekanisme pengaturan fungsi jaringan, hal ini menunjukkan bahwa latihan fisik

105
berat akan menyebabkan peningkatan sebanyak dan status antioksidan (endogen dan eksogen),
2-3 kali radikal bebas yang terdapat pada serta kejadian stress oksidatif pada individu yang
jaringan otot dan hati pada hewan percobaan melakukan latihan fisik.
yang diberikan latihan fisik berat berpua treadmill.
Selama latihan fisik (terutama latihan fisik STRESS OKSIDATIF DAN RADIKAL BEBAS
berat) pembentukan ROS akan semakin Stres oksidatif merupakan keadaan
meningkat dan sebagai aksi pertahanan tubuh dimana terjadi ketidakseimbangan jumlah
akan dilawan oleh sistem antioksidan endogen oksidan (radikal bebas) dengan jumlah
yang ada dalam tubuh (Atsumi et al., 1999), hal antioksidan dalam tubuh sehingga menyebabkan
ini biasa disebut sebagai stress oksidatif. terjadinya kerusakan beruntun yang dimulai dari
Besaran stress oksidatif diukur berdasarkan sel hingga tingkatan yang lebih tinggi. Stres
kemampuan jaringan dalam menetralisir ROS oksidatif dapat menyebabkan kerusakan sel dan
oleh antioksidan dalam jaringan (Wilson and merupakan dasar patogenesis bagi proses
Jhonson, 2000). Antioksidan yang diproduksi penyakit kronik seperti kardiovaskuler, autoimun,
oleh tubuh akan bekerjasama dengan antioksidan pulmoner, gangguan metabolik dan Aging
eksogen yang berasal dari luar (diet makanan) (penuaan) (Halliwel dan Gutteridge, 2007).
dalam melindungi jaringan dari kerusakan yang Radikal bebas adalah suatu gugus molekul atom
disebabkan oleh ROS maupun dari spesies atau ion yang mempunyai satu elektron yang
nitrogen (reactive nitrogen species/RNS) (Sen, tidak berpasangan. Radikal bebas merupakan
1995). molekul yang tidak stabil dan sangat reaktif
Stress oksidatif mencerminkan yang memiliki kecenderungan untuk menangkap
ketidakseimbangan antara oksidan yang elektron dari molekul lain (oksidasi) (Rimbach et
diproduksi dengan antioksidan dalam tubuh. al., 1999). Beberapa radikal bebas dalam tubuh
Setiap individu memiliki mekanisme merupakan derivat nitrogen yang disebut reactive
keseimbangan yang berbeda, tergantung pada nitrogen species (RNS) - dan derivat oksigen yang

banyak faktor seperti pola makan, gaya hidup disebut reactive oxygen species (ROS).
(merokok, konsumsi alkohol, latihan fisik, dan ROS bisa terdapat dalam bentuk O2,
lain-lain), umur, serta faktor genetik (Sen et al., radikal hidroksil (OH), asam hipoklorit (HOCL),
2000). Pembentukan radikal bebas selama radikal alkoksil dan radikal peroksil. ROS dapat
aktivitas fisik dapat disebabkan oleh beberapa merusak sel dengan merusak membran lipid
tahapan antara lain : 1) peningkatan ephinephrin melalui serangkaian reaksi kimia yang disebut
dan beberapa catecholamins yang dapat peroksidasi lipid. Hal ini terjadi karena membran
menyebabkan terbentuknya radikal bebas jika sel mengandung asam lemak tak jenuh ganda
dimetabolisme dalam bentuk inaktif; (2) produksi (Polyunsaturated Fatty Acid ± PUFA) dalam
asam laktat yang akan mengubah senyawa jumlah tinggi. Peroksidasi membran lipid akan
radikal yang lemah (superoxide) menjadi menyebabkan perubahan pada sel, seperti
senyawa radikal yang lebih kuat (hydroxyl); (3) peningkatan permeabilitas membran, penurunan
respon inflamasi sebagai akibat dari kerusakan transport kalsium dalam retikulum sarkoplasma,
otot sekunder yang terjadi pada aktivitas berat gangguan fungsi mitokondria (Halliwel and
(Kanter, 1998). Gutteridge, 2007).
Tujuan dari review ini yaitu untuk
mennyelidiki hubungan antara stress oksidatif

106
6WUHV 2NVLGDWLI GDQ 6WDWXV «
Fafa Nurdyansyah

LATIHAN FISIK DAN PEMICU STRESS dalam jaringan pada saat seseorang melakukan
OKSIDATIF latihan fisik. Dalam pandangan diatas disebutkan
Latihan fisik (ringan hingga berat) baik bahwa peningkatan stress oksidatif akibat latihan
secara aerobik maupun anaerobik akan memicu fisik yang dicirikan dengan penurunan kadar
terbentuknya radikal bebas dalam tubuh. Adanya antioksidan dalam jaringan sebagai akibat dari
Polyunsaturated fatty acid (PUFA) akan respon terhadap aktivitas fisik yang merupakan
menyebabkan semakin rentan terserang oleh hasil dari peningkatan penggunaan antioksidan
ROS dan kerusakan oksidatif pada sel maupun dalam jaringan untuk menetralisir adanya radikal
jaringan.kerusakan oksidatif yang bersifat bebas yang terjadi dalam jaringan (Sen, 2001)
autokatalitik dan tidak terkontrol pada PUFA Sen et al. (1994) melaporkan mengenai
yang biasa disebut sebagai peroksidasi lipid, latihan fisik dapat menurunkan kadar tokoferol
dimulai ketika ROS memiliki energi yang cukup dalam jaringan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
untuk menangkap atom H dari gugus metilen (- latihan fisiki akan memicu perpindahan asam
CH2) dari rantai PUFA (Sen, 2001). lemak bebas dari jaringan adiposa yang diikuti
Dillard et al. (1978) dalam Sen (2001) dengan kehilangan tokoferol dari dalam jaringan.
melaporkan bahwa individu yang melakukan Sebagai dampaknya kadar tokoferol meningkat
latihan fisik dengan pengikatan oksigen maksimal dalam darah individu yang melakukan latihan fisik
75% (VO2max) meningkatkan level pentane, prduk bersepeda. Peningkatan tokoferol bersifat
samping yang mungkin dihasilkan dari sementara dan akan kembali normal pada fase
peroksidasi lipid, meningkat 1,8 kali dibanding pemulihan.
individu tidak melakukan aktivitas (istirahat).
Latihan fisik berat akan memicu peroksidasi lipid RESPON KRONIK LATIHAN FISIK
pada beberapa jaringan termasuk otot rangka, Respon kronik aktivitas fisik didapat
hati, jantung, eritrosit dan plasma (Sen, 2001). setelah individu melakukan aktivitas fisik secara
Oksidasi protein terjadi baik pada individu yang teratur selama 8 sampai 12 minggu . Beberapa
melakukan aktivitas fisik maupun dalam keadaan teori menjelaskan bahwa respon kronik aktivitas
istirahat. Protein yang mengalami kerusakan fisik dapat menurunkan stres oksidatif melalui
akibat ROS akan rentan terkena degradasi beberapa mekanisme sebagai berikut:
proteolitik. 1. Peningkatan aktivitas proteasome dan
Reznick et al. (1992) melaporkan bahwa aktivitas enzim perbaikan DNA. Proteasome
latihan fisik secara mendalam dapat memicu adalah kompleks protein yang terlibat dalam
terjadinya oksidasi protein pada otot rangka proses proteolitik protein lain yang teroksidasi.
padsa tikus. Kadar protein karbonil pada red Protein teroksidasi berpotensi menjadi
gastrocnemius muscles lebih besar 3 kali lipat prooksidan. Dengan demikian peningkatan
pada tikus yang diberikan aktivitas fisik berat. proteasome mengakibatkan penurunan
Pada hasil studi lain menyebutkan bahwa latihan jumlah prooksidan. Sedangkan enzim
fisik berupa renang dengan intensitas rata-rata perbaikan DNA yang terkait dengan aktivitas
10-15 menit dapat menghasilkan oksidasi pada fisik teratur adalah enzim oxoguanine DNA
sel eritrosit protein membran (Sen, 1997). glycosylase (OGG1) dan uracil DNA
Pada beberapa hasil penelitian yang glycosylase (UDG). Aktivitas fisik teratur
mendukung bahwa latihan fisik memicu stress meningkatkan aktivitas kedua enzim ini di inti
oksidatif yaitu menurunnya level antioksidan sel otot dan sel hati sehingga menurunkan

107
mutasi DNA. Penurunan mutasi DNA fisik (Dawson et al., 2002).
menjadikan sel lebih tahan terhadap serangan Baik antioksidan enzimatik dan non-
prooksidan sehingga menurunkan kejadian enzimaik memiliki peranan yang penting terhadap
stres oksidatif (Radack et al., 2008). pertahanan kerusakan jaringan akibat kerusakan
2. Peningkatan aktivitas antioksidan enzimatik di oksidatif berlebih. Peranan antioksidan penting
sel hati seperti superoxide dismutase (SOD) selama proses latihan fisik, yang berasosiasi
dan glutathione peroxidase (GSH-px), dengan produksi radikal bebas kaitanya dengan
sehingga terjadi penurunan stres oksidatif durasi, intensitas, dan status tarining. Dengan
(Gotto et al., 2007). demikian, karena rendahnya asupan makanan
Beberapa peneliti mengemukakan respon yang mengandung antioksidan maka harus
kronis aktivitas fisik teratur, antara lain adalah dianjurkan untuk pemberian asupan suplemen
Vasankari (1998) dan Tessier (1995), yang antioksidan tambahan. Suplementasi antioksidan
mengemukakan bahwa pada individu terlatih harus selalu di kontrol terkait dengan komposisi,
terdapat penurunan kadar LDL teroksidasi dan durasi, serta dosis (tergantung pada asupan gizi)
peningkatan kadar SOD dan aktivitas GSH-Px. untuk meningkatkan efisiensi kesehatan dan
Selain itu penelitian oleh Covas16 menunjukkan performa atlete (Childs et al., 2001).
peningkatan kadar SOD dan GSH-Px pada
wanita yang melakukan aktivitas rumah tangga SIMPULAN
secara teratur. Penurunan kadar LDL teroksidasi Secara umum bahwa latihan fisik baik
dan peningkatan kadar SOD serta GSH-Px akan level ringan maupun berat akan memicu
menurunkan stres oksidatif. terbentuknya radikal bebas yang dihasilkan oleh
tubuh sebagai hasil samping metabolit sekunder
EFEK FUNGSIONAL SUPLEMENTASI proses metabolisme. Latihan fisik berat akan
ANTIOKSIDAN TERHADAP LATIHAN FISIK memicu stress oksidatif terutama menimbulkan
Suplementasi antioksidan pada subjek kerusakan oksidatif jaringan terutama jaringan
yang dikenai latihan fisik selalu kontradiktif hal ini otor rangka. Suplementasi antioksidan baik yang
dikarenakan perbedaan senyawa antioksidan berasal dari diet dan suplemen antioksidan
serta pengaruh kuantitas suplemen yang mampu melindungi tubuh terhadap kerusakan
diberikan. Beberapa studi menyebutkan jaringan pada latihan fisik.
pemberian suplemen antioksidan memberikan
pengaruh positif terhadap sistem antioksidan DAFTAR PUSTAKA
dalam tubuh setelah mengkonsumsi antioksidan Atsumi T, Iwakura I, KashiwagiY, et al. 1999.
single (Palazzeti et al., 2003 dan 2004) Namun, Free radical scavenging in the
beberapa studi menyebutkan suplementasi nonenzymatic fraction of human saliva: a
antioksidan yang dilakukan pada athlete mampu simple DPPH assay showing the effect of
menjaga kesehatan optimal atlete dengan cara physical exercise. Antioxid Redox Signal;
mencegah peningkatan kerusakan jaringan 1: 537-46
akibat stress oksidatif reaksi berantai radikal Childs A, Jacobs C, Kaminski T, et al. 2001.
bebas dalam tubuh. Beberapa antioksidan Supplementation with Vitamin C and N-
(seperti vitamin A, E, dan C) mampu melindungi acetyl-cysteine increases oxidative
individu yang melakukan aktivitas fisik dari radikal stress in humans after an acute muscle
bebas yang merusak jaringan otot selama latihan

108
6WUHV 2NVLGDWLI GDQ 6WDWXV «
Fafa Nurdyansyah

injury induced by eccentric exercise. dari (20 Oktober 2010) :


Free Radic Biol Med; 31 (6): 745-53 http://www.sciencedirect.com
Dawson B, Henry GJ, Goodman C, et al. 2002. Rimbach G, Hohler D, Fischer A. 1999. Methods
Effect of vitamin C and E to assess free radicals and oxidative
supplementation on biochemical and stress in biological systems. Arch
ultrastructural indices of muscle damage Tierernahr 1999; 52 (3): 203-2.
after 21 km run. Int J Sports Med; 23: 10- Reznick AZ, Witt E, Matsumoto M, et al. 1992.
5. Vitamin E inhibits protein oxidation in
Dillard CJ, Litov RE, Savin WM, et al. 1978. skeletal muscle of resting and exercised
Effects of exercise, vitamin E, and ozone rats. Biochem Biophys Res Commun
on pulmonary function and lipid 189: 801-6.
peroxidation. J Appl Physiol 45: 927-32 Sen CK, Atalay M, Agren J. 1997. Fish oil and
Davies KJ, Quintanilha AT, Brooks GA, et al. vitamin E supplementation in oxidative
1982. Free radicals and tissue damage stress at rest and after physical exercise.
produced by exercise. Biochem Biophys J Appl Physiol : 83 ; 189-95.
Res Commun; 107: 1198-205 Sen CK, Packer L, Hanninen O, editors. 1994.
Goto, Sataro et al. 2007. Hormetic effects of Exercise and oxygen toxicity.
regular exercise in aging : correlation Amsterdam: Elsevier Science Publishers
with oxidative stres. Appl Physiol Nutr B.
Metab. Vol 32. Vasankari et al. 1998. Reduced oxidized LDL
Halliwell B & Gutteridge JMC. 2007. Cellular levels after a 10-month exercise
response to oxidative stress : adaptation, program. Med. Sci. Sports Exerc.
damage repair, senescence and death. 30:1496±1501.
In Free Radical in Biology and Medicine. Tessier et al. 1995. Selenium and training effects
4th ed. London, Oxford : University Press on the glutathione system and aerobic
: 187 ± 267 performance. Med. Sci. Sports Exerc.
Kanter M. Free radicals, exercise and antioxidant 27:390±396,
supplementation.1998. Proc Nutr Soc.
57:9±13.
Palazzetti S, Richard MJ, Favier A, et al. 2003.
Overload training increases exercise-
induced oxidative stress and damage.
Can Appl Physiol; 28 (4): 588-604 174.
Palazzetti S, Rousseau AS, Richard MJ, et al.
2004. Antioxidant supplementation
preserves antioxidant response in
physical training and low antioxidant
intake. Br J Nutr 91: 91-100
Radak, Zsolt et al. Systemic adaptation to
oxidative challenge induced by regular
exercise. Free Radical Biology &
Medicine 44 (2008) 153±159. Diunduh

109

Anda mungkin juga menyukai