ABSTRAK
Hepar mempunyai peranan yang penting dalam mempertahankan homeostasis metabolisme tubuh. Stres oksidatif akibat
aktifitas fisik berat dapat meningkatkan produksi Reactive Oxygen Species (ROS) yang kemudian menyebabkan kondisi
patologis pada sel hepatosit, ditandai dengan perubahan struktur dan fungsinya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dampak stres oksidatif akibat aktifitas fisik berat terhadap kerusakan sel hepatosit. Penelitian ini
menggunakan 16 ekor tikus putih Wistar jantan yang berumur 3 bulan, dengan berat badan antara 150 s.d. 200 gram yang
dibagi ke dalam kelompok kontrol dan perlakuan. Aktifitas fisik berat yang berupa renang dengan beban dan intensitas
maksimal diberikan pada kelompok kontrol, dilakukan setiap pagi selama 30 hari. Penilaian stres oksidatif ditentukan
melalui pengukuran kadar MDA serum menggunakan teknik Thiobarbituric Acid Reactive Substance (TBARS). Perubahan
histopatologi sel hepatosit berupa degenerasi sel dinilai berdasarkan klasifikasi sistem skoring NAFLD dari the Pathology
Committee of the NASH Clinical Research Network. Rerata kadar MDA pada kelompok kontrol sebesar 42,38 nmol/ml,
sedangkan pada kelompok perlakuan sebesar 89,63 nmol/ml. Pada pengamatan histopatologi hepar menunjukkan
adanya proses degenerasi sel. Dapat disimpulkan bahwa aktifitas fisik berat dapat menyebabkan degenerasi sel hepatosit
melalui mekanisme stres oksidatif.
Kata Kunci: Aktifitas fisik berat, degenerasi, sel hepatosit, stres oksidatif
ABSTRACT
Liver has important role for maintaining metabolic homeostasis. The damage can be caused by various factors, including
oxidative stress. Oxidative stress can occur due to strenuous physical activity that increase the production of ROS. Inducing
pathological reaction of hepatocyte resulted in change its structure and function. The purpose of this research was to
determine the impact of oxidative stress due to strenuous physical activity on hepatocyte damage. This research used 16
male Wistar aged 3 months, 150-200 gram body weight and divided into 2 groups. Strenuous physical activity, swimming
with maximum burden and intensity, was performed every morning for 30 days in treatment group. Oxidative stress was
assessed through the measurements of serum MDA level, using Thiobarbituric Acid Reactive Substance (TBARS) technique.
The change of hepatocyte histopathological could be seen through degeneration that occurred and assessed based on the
classification of NAFLD scoring system from the Pathology Committee of the NASH Clinical Research Network. The results
of measurements of serum MDA levels after treatment showed the average in the control group was 42,38 nmol/ml while
in the treatment group was 89,63 nmol/ml. The liver histopathological feature shown the process of degeneration. It can
be concluded that oxidative stress due to strenuous physical activity will induce hepatocyte damage.
Keywords: Degeneration, hepatocytes, oxidative stress, strenuous physical activity
Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 27, No. 2, Agustus 2012; Korespondensi: Hairrudin. Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran
Universitas Jember Kampus Bumi Tegal Boto Jember, Jl. Kalimantan No.37 Jember Tel. (0331) 337877 Email: biokimpspd@yahoo.com
61
Aktifitas Fisik Berat Menyebabkan... 62
Committee of the NASH (Non Alcoholic Steatohepatitis) tanda-tanda kelainan. Jika dibandingkan dengan
Clinical Research Network. gambaran histopatologi hepar pada kelompok perlakuan
Sistem skoring NAFLD mengklasifikasikan degenerasi sel (Gambar 1B), pada Gambar 1B menunjukkan adanya
dengan mengamati beberapa kriteria, yaitu: 1) steatosis dilatasi sinusoid (tanda panah).
(low to medium power evaluation of parenchymal
involvement); 2) Lobuler inflammation (jumlah fokus
inflmasi yang diamati per 200 lapangan pandang); 3) ada A B
tidaknya hepatocyte balloning (10). Pembuatan preparat,
pengamatan dan pembacaan hasil dilakukan di VS 1
Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Gigi 2 2
menetralisirnya. Kondisi inilah yang disebut dengan stres radikal basa yang dapat mengganggu fungsi replikasi,
oksidatif. Pada kondisi demikian ROS yang tidak transkripsi maupun perbaikan. Senyawa hasil peroksidasi
ternetralisir akan menyerang berbagai komponen di lipid dapat merusak struktur DNA melalui ikatan silang
dalam tubuh termasuk lipid yang menghasilkan berbagai dengan DNA. Fakta ini dapat mengganggu kemampuan
produk, diantaranya MDA. MDA yang dihasilkan akan regenerasi dari hepatosit (5,6,9).
dilepaskan ke darah sehingga bisa terdeteksi di dalam Pengaruh stres oksidatif terhadap DNA juga dapat terjadi
serum. Penelitian ini mendapatkan hasil yang sesuai secara langsung yang mengakibatkan kerusakan molekul
dengan pernyataan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari hasil DNA. Kerusakan molekul DNA dapat menyebabkan
pengukuran kadar MDA serum dari kelompok perlakuan gangguan fungsi replikasi dan transkripsi. Bila jumlah DNA
yang lebih besar yaitu 89,63 nmol/ml dibandingkan yang rusak sangat banyak maka akan terjadi aktifitas yang
kelompok kontrol (42,38 nmol/ml). Nilai tersebut berbeda sangat tinggi dari enzim perbaikan DNA (DNA repair
secara bermakna dengan p=0,00 (melalui two sample system) antara lain enzim poli-ADP-ribose-polimerase
independent t-test). Hasil ini membuktikan bahwa stresor (PARP). Enzim ini menggunakan NAD+ untuk memperbaiki
fisik yang diberikan telah mengakibatkan kondisi stres DNA. Aktifitas yang sangat tinggi dari enzim ini dapat
oksidatif. menguras cadangan NAD+ dalam tubuh yang juga
Pada kondisi stres oksidatif, ROS yang tidak ternetralisir diperlukan dalam proses pembentukan ATP sehingga
akan menyerang sel-sel disekitarnya, termasuk sel pembentukan ATP dapat terganggu atau terhenti, pada hal
hepatosit. Aktifitas fisik yang sama telah terbukti dapat aktifitas fisik berat membutuhkan ATP yang lebih besar.
merusak sel sperma, sel sertoli dan sel leydig (7). Hepar Gangguan proses pembentukan ATP dapat mengganggu
memiliki sistem pertahanan yang baik, termasuk terhadap fungsi, menyebabkan kematian sel, dan bahkan
serangan ROS, tetapi tentunya kemampuan ini terbatas. mengganggu proses regenerasi hepatosit. Keadaan ini
Penelitian ini dapat memberikan gambaran keterbatasan memperbanyak hepatocyte plate yang irreguler (14,15).
tersebut. Stres oksidatif akan mengakibatkan peroksidasi Jalur yang ketiga dapat terjadi melalui serangan terhadap
lipid membran, degradasi enzim-enzim penting di hepar, lipid. Peningkatan produksi ROS yang terjadi selama
serta kerusakan DNA. Kerusakan pada hepar dapat perlakuan akan mengakibatkan jumlah dan kemampuan
mengakibatkan influks sel-sel radang akut dan kronik atau antioksidan endogen menurun. Walaupun pada penelitian
yang disebut dengan hepatitis. Adanya Influks sel-sel ini tidak dilakukan pembuktian secara langsung, tetapi
radang ditandai dengan adanya lobuler inflamation pada peningkatan MDA serum yang terjadi membuktikan
gambaran histopatologi sel hepatosit (gambar 1 dan 2). kebenaran dugaan tersebut. Serangan ROS terhadap lipid
Terjadinya inflamasi dapat merupakan onset dari adanya akan menghasilkan produk-produk diantaranya MDA dan
nekrosis (5,13). 4-hydroxynonenal (HNE). Kondisi tersebut dapat terjadi
Dampak kondisi stres oksidatif terhadap sel hepatosit pula pada sel hepatosit. MDA dan HNE menyebabkan
dapat melalui berbagai jalur. Salah satu jalur dapat aktivasi sel stellate hepar. Sel stellate ini berperan dalam
melalui serangan terhadap protein, baik secara primer mensintesis kolagen. Kondisi ini mengakibatkan sintesis
maupun sekunder. Dampak primer terjadi sebagai akibat kolagen pada hepar meningkat yang pada akhirnya
gangguan langsung dari kerusakan protein fungsional mengakibatkan fibrosis. Selain itu, HNE mempunyai
hepar seperti enzim, reseptor, sistem transpor ion, dan aktifitas kemotaktik terhadap netrofil. Fakta-fakta
sitoskeleton. Dampak sekunder peristiwa stres oksidatif tersebut, ditambah kenyataan bahwa ROS juga mampu
pada protein antara lain adalah terjadinya perubahan sifat menginduksi terbentuknya sitokin-sitokin proinflamasi
protein misalnya protein teroksidasi dapat bersifat memicu terjadinya inflamasi (14,16). Pada penelitian ini
antigenik serta lebih mudah atau lebih sukar didegradasi. ditunjukan dengan tanda-tanda radang di daerah portal
Gangguan fungsi enzim dapat mengganggu proses pada hepar kelompok perlakuan.
metabolisme dan pembentukan ATP serta menghambat ROS yang terbentuk selama aktifitas fisik berat dapat
proses perbaikan molekul teroksidasi, sedangkan mengganggu oksidasi beta peroxisomal dan mitokondrial.
kerusakan protein sitoskeleton dapat mengganggu Oksidasi beta peroxisomal yang terganggu mengakibatkan
integritas membran sel. Adanya gangguan integritas acyl-coenzyme A (asil-KoA) tidak termatabolisme atau
membran ditunjukan dengan gambaran hepatocyte plate tidak teroksidasi. Asil-KoA tersebut akhirnya dapat
yang irreguler. Gangguan tersebut pada akhirnya akan berfungsi sebagai PPAR ligand. PPAR adalah reseptor
menyebabkan kematian sel. Keadaan ini dapat nuklear yang mengatur ekspresi dari gen yang terlibat
mengakibatkan gangguan fungsi hepar dan homeostasis dalam metabolisme lipid dan homeostasis glukosa.
metabolisme (5,6,13). Aktivasi PPAR menyebabkan induksi dari fatty acid
Jalur yang kedua stress oksidatif dapat terjadi melalui oxidative systems (10,15). PPAR berfungsi sebagai sensor
serangan terhadap DNA, baik secara tidak langsung asam lemak (lipid sensor), dan ketidak efektifan sensor
maupun langsung. Kerusakan DNA secara tidak langsung PPAR dapat mengarah ke penurunan pembakaran energi
akibat kondisi stres oksidatif dapat terjadi antara lain yang kemudian menyebabkan steatosis hepar dan
karena kenaikan kadar kalsium sitosol serta ikatan dengan steatohepatitis (17). Pada penelitian ini ditunjukkan
senyawa hasil peroksidasi lipid. Kenaikan kadar kalsium dengan adanya pembentukan makrovesikuler lemak pada
bisa disebabkan diantaranya akibat terjadi kerusakan sitoplasma hepatosit hingga mengakibatkan clear
pada pompa kalsium. Kondisi stres oksidatif dapat citoplasm inti terdesak ke tepi pada hepatosit kelompok
perlakuan.
merusak pompa kalsium. Kenaikan kadar kalsium pada
sitosol dapat mengaktivasi enzim endonuklease sehingga Gangguan pada oksidasi beta mitokondrial dipercaya
pemotongan DNA meningkat. Protein radikal yang sebagai penyebab kerusakan utama pada sel hepatosit.
terbentuk akibat peristiwa stres oksidatif pada Gangguan tersebut dapat melalui tiga mekanisme, yaitu;
nukleoprotein dapat mengadakan ikatan silang dengan peroksidasi lipid, induksi sitokin, dan induksi dari Fas
Aktifitas Fisik Berat Menyebabkan... 65
ligand. Peroksidasi lipid dapat menyebabkan apoptosis Degenerasi sel hepatosit akan mengakibatkan gangguan
dan nekrosis dari sel hepatosit, dengan pelepasan produk fungsi hepar. Mengingat gangguan fungsi hepar
seperti malondialdehid (MDA) dan 4-hydroxynonenal insidensinya cukup tinggi, hasil penelitian ini perlu
(HNE) yang menyebabkan inflamasi dan mekanisme jejas mendapatkan perhatian khusus karena menunjukkan
hepatosit terkait sistem imun karena aktivasi langsung bahwa aktifitas fisik berat bisa menjadi salah satu faktor
dari sel stellate hepatic. Induksi sitokin makin penyebab gangguan fungsi hepar. Masalahnya, banyak
memperparah terjadinya proses inflamasi, sedangkan masyarakat yang tidak bisa menghindari aktifitas fisik yang
induksi Fas ligand dapat menginduksi terjadinya termasuk berat karena sudah menjadi pekerjaannya. Jika
apoptosis (10). diekstrapolasi pada manusia, penelitian ini identik dengan
aktifitas fisik yang mempunyai intensitas maksimal, yaitu
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa aktifitas fisik aktifitas dengan besaran kinerja lebih dari 80 persen VO2
berat dapat mengakibatkan degenerasi pada sel hepatosit max atau denyut nadi maksimal. Diperlukan penelitian
melalui mekanisme stres oksidatif. Degenerasi tersebut lebih lanjut untuk mengetahui batasan aktifitas fisik
dapat dibuktikan melalui pemeriksaan histopatologi yang seperti apa yang dapat menyebabkan gangguan pada
menunjukkan komponen yang mengalami degenerasi. hepar dan bagaimana mengatasinya.