Anda di halaman 1dari 16

ANATOMI FISIOLOGI

REVIEW JURNAL METABOLISME

Semester 115

DISUSUN OLEH:

Amira Thifalli – 1514620026


Siti Patimah Tuzahra – 1514620012
Irfan Sigit Dwisatrio – 1514620018
Zahra Alexandra Choirunnisa – 1514620022
Muhamad Yanuar Ihsan – 1514620003

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Rusilanti, M.Si.

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TATA BOGA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2021
Jurnal 1
Judul Artikel Human Protein Metabolism: Its Measurement And
Regulation
Penulis Zhenqi Liu, and Eugene J. Barrett
Nama Jurnal American Journal of Physiology
Tahun, halaman Volume 283, No. 6, September 2002, hal 1105 - 1112
https://doi.org/10.1152/ajpendo.00337.2002

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti pengukuran


dan regulasi metabolisme protein dengan
mengaplikasikan metode in vivo (istilah yang digunakan
dalam penelitian medis yang mengacu pada tes,
eksperimen, dan prosedur yang dilakukan para peneliti
di dalam atau pada seluruh organisme hidup, seperti
manusia).
Populasi dan Penelitian ini dilakukan terhadap makhluk hidup seperti
Sampel manusia atau hewan.
Metode Penelitian Pada penelitian ini, penulis meninjau secara singkat
aspek yang dipilih dari kemajuan ini, khususnya metode
isotop yang digunakan untuk mengukur pergantian
protein seluruh tubuh dan jaringan spesifik serta metode
pelacak-independen yang lebih baru untuk mempelajari
regulasi metabolisme protein tubuh.
Hasil Penelitian Untuk setiap sel atau jaringan, keseimbangan protein
mencerminkan jaringan sintesis dan degradasi protein.
Tingkat sintesis dan degradasi protein berbeda secara
drastis di antara organ/jaringan, dan antara
kompartemen sitosol, nucleus, dan mitokondria sel.
Informasi yang dapat diperoleh dari metode pergantian
protein seluruh tubuh adalah fenomena yang disebut
“paradoks protein” yang cukup sederhana dan berasal
dari pengukuran kondisi stabil setelah pergantian bahan
bakar pada manusia pasca-penyerapan. Hal tersebut
diawali dengan perbandingan tingkat pergantian tiga
bahan bakar utama tubuh, yaitu protein, karbohidrat,
dan lemak. Diantara ketiga bahan tersebut, protein
bersifat unik karena tidak memiliki bentuk penyimpanan
yang sudah digunakan untuk hal lain. Selain itu,
pengeluaran energi yang ikut serta dalam pergantian
kumpulan protein tubuh ini tidak signifikan jika
dibandingkan dengan pengeluaran energi total tubuh
saat istirahat.
Kemudian, Sintesis dan degradasi protein masing-
masing diatur oleh berbagai faktor hormonal dan nutrisi,
dan keseimbangan protein jaringan individu dan seluruh
tubuh berubah secara konstan. Studi terbaru di tingkat
molekuler dan seluler, ditambah dengan metode
pelacak, telah secara bertahap meningkatkan
pemahaman tentang regulasi metabolisme protein in
vivo. Penulis secara selektif meninjau studi yang
berkaitan dengan tindakan tiga hormon peptida, yaitu
insulin, IGF-I, dan GH, dan asam amino yang telah
dipelajari lebih luas dan yang mempengaruhi
metabolisme protein tubuh secara akut dan karenanya
dapat dipelajari dengan menggunakan beberapa
metode pelacak dan biopsi yang telah dijelaskan.
Kesimpulan Dengan demikian, pengukuran dan pengaturan
metabolisme protein manusia dengan metode in vivo
dapat dilakukan melalui beberapa proses, yaitu
keseimbangan nitrogen seluruh tubuh dan organ
spesifik, perputaran protein seluruh tubuh dan organ
spesifik, pergantian seluruh tubuh menggunakan
pelacak isotop, pengukuran pergantian protein pada
jaringan/organ tertentu, pengukuran sintesis protein
spesifik atau kelas protein, dan Teknik nontracer yang
diterapkan pada studi metabolisme protein in vivo.
Selain itu, penyelidikan yang lebih baik untuk mengatasi
status fungsional jalur proteolitik ubiquitin-proteasomal
perlu dikembangkan untuk memeriksa peran jalur yang
berpotensi sangat penting ini dalam regulasi
metabolisme protein in vivo.
Keunggulan Penelitian ini menambah pemahaman tentang
pengukuran dan regulasi metabolisme protein manusia
dengan metode in vivo.
Kekurangan Penelitian ini tidak secara jelas menunjukkan populasi
dan sampel yang digunakan. Selain itu, hasil penelitian
yang dipaparkan terlalu menitikberatkan pada
pengukuran metabolisme protein sehingga sedikit tidak
sesuai dengan judul dimana terdapat regulasinya juga.
Jurnal 2
Judul Artikel Carbohydrate Metabolism: A Constant Supply Of Energy
Penulis Hamegowda. R, Sanjana. M.C, Sushma. R.E.
Nama Jurnal EPRA International Journal Of Research & Development
(IJRD)
Tahun, Volume 4, Edisi : 2, Februari 2019, hal 151-156
halaman https://www.researchgate.net/publication/331534074_CARBO
HYDRATE_METABOLISM-
A_CONSTANT_SUPPLY_OF_ENERGY
Tujuan Menjelaskan tentang proses metabolisme karbohidrat dengan
Penelitian glikosis atau dikenal dengan Embden-Meyerhof Pathway.
Semua jalur utama metabolisme karbohidrat terkait dengan
perubahan glukosa. Karena glukosa adalah gula esensial
dalam darah dan bahan bakar energi utama dalam tubuh. Jalur
metabolisme adalah Glikolisis, Oksidasi Piruvat, Siklus Asam
Sitrat dan Rantai transpor elektron (ETC). Makanan yang kita
konsumsi terutama terdiri dari protein, polisakarida
(karbohidrat) dan lemak. Pertama-tama diubah menjadi unit
yang lebih kecil: protein menjadi asam amino, polisakarida
menjadi gula, dan lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
Proses pencernaan ini terjadi di luar sel. Asam amino, gula
sederhana, dan asam lemak kemudian masuk ke dalam sel
dan mengalami oksidasi melalui glikolisis (dalam sitosol) dan
siklus asam sitrat (dalam mitokondria) untuk menghasilkan
ATP (dari ADP dan Pi). Glikolisis adalah rangkaian reaksi yang
mengubah glukosa menjadi dua molekul piruvat. Pada proses
ini juga dihasilkan ATP.

Metode 10 tahapan glukosa menjadi piruvat :


Penelitian 1. Tahapan heksokinase/glukokinase
a. Fosforilasi glukosa
b. Reaksi yang irreversibel
c. Heksokinase : tranfer gugus fosfat pada molekul
heksosa
d. Memerlukan Mg sebagai kofaktorTerdapat di
semua jenis sel
2. Fosfoglukoisomerase/fosfoheksoisomerase
a. Dikatalisis fosfoglukoisomerase
b. Perubahan isomer dari aldosa ke ketosa (reaksi
isomerasi)
c. Reaksi berlangsung dengan cepat krn standar
energi bebas yang kecil
d. Tidak memerlukan kofaktor
3. Fosofruktokinase
a. Dikatalisis oleh fosfofruktokinase
b. Dibantu oleh ion Mg sebagai kofaktor
4. Aldolase
a. Menghasilkan 2 molekul tiga karbon : DHAP dan
G3P
b. Dikatalisis oleh fructose-1,6-biphospate
c. Meskipun energi bebas nya sangat positif, akan
tetapi di dalam sel  dapat diatur agar tetap
cenderung ke arah pembentukan produk dengan
cara : konsentrasi produk dibuat sangat rendah
5. Triose Phosphate Isomerase
a. Dikatalisis oleh Triosse Phosphate Isomerase
b. Reaksi lebih cenderung ke arah kanan, dan
dilakukan dengan tetap menjaga konsentrasi G3P
rendah
6. Gliseraldehida 3 Fosfat Dehydrogenase
a. Memerlukan 2 fosfat anorganik dan 2 NAD+
b. Dehidrogenasi menyebabkan 2 atom H lepas dan
ditangkap oleh NaD+ sebagai pembawa elektron
membentuk NADH dan H+
c. G3P mengalami fosforilasi membentuk 2 molekul
1,3-bisfosfogliserat
d. Ratio NAD+/NADH+H di dalam sel sangat penting
untuk pengaturan laju dan arah reaksi.
7. Fosfogliserilkinase
a. Merupakan reaksi fosforilasi tingkat substrat untuk
ADP menjadi 3PG dan ATP
b. Dibantu oleh ion Mg sebagai kofaktor
c. Karena dihasilkan 2 molekul ATP untuk setiap 1
glukosa, maka pada tahap ini, reaksi menjadi impas
8. Fosfogliseril Mutase
a. Reaksi pada kondisi standar cenderung lebih ke
arah kiri untuk membentuk 3PG
b. Dibantu oleh ion Mg sebagai kofaktor
c. Di dalam sel, konsentrasi 3PG dijaga pada
konsentrasi yg selalu tinggi, sehingga reaksi
cenderung ke arah kanan
9. Enolase
a. Dibantu oleh ion Mg sebagai kofaktor
b. Terjadi pembentukan molekul H2OMerupakan reaksi
dehidrasi sederhana dari 2PG menjadi PEP
c. Mempunyai efek naiknya energi hidrolisis ikatan
fosfat (dr -15.6 kJ/mol dalam 2PG menjadi -61.9
kJ/mol dalam PEP )
d. Energi bebas tersebut digunakan utk reaksi
berikutnya  fosforilasi tingkat substrat utk ADP
menjadi ATP
10. Piruvat Kinase
a. Menghasilkan ATP dari reaksi fosforilasi tingkat subtrat
ADP
b. Reaksi ini secara energetik sangat bagus, sehingga
berfungsi untuk menarik dua reaksi sebelumnya
c. Enzim yg mengkatalisis reaksi ini secara allosterik
dinon aktifkan oleh : ATP, alanine, and acetyl-CoA
d. Diperlukan atom H, ion Mg & K sebagai kofaktor
Hasil Persambungan Glikolisis – Kerbs. Proses Pengubahan Piruvat
Penelitian menjadi Asetil CoA:
a. Asam piruvat dari sitosol melewati protein dlm ke matriks
mitokondria.
b. Enzim Piruvat dehidrogenase menyebabkan oksidasi
pelepasan 1 atom C dari as. piruvat menjadi CO2•NAD+
direduksi menjadi NADH.
c. Fragmen berkarbon 2 terbentuk (Asetil grup). Penambahan
Koenzim-A membentuk Asetil Ko-A.
d. Koenzim A memiliki 1 atom S yang diikat pada fragmen
asetil (tidak stabil).

Sebanyak 10 molekul NADH dan 2 molekul FADH2 dihasilkan


selama tahap glikosis dan siklus kreb. Seluruhnya akan
masuki reaksi redoks pada sistem transport elektron. Mula-
mula molekul NADH memasuki reaksi dan dihidrolisis oleh
enzim dehidrogenase kembali menjadi ion NAD+ diikuti
pelepasan 3 ATP. Kemudian diikuti molekul FADH2 yang
dihidrolisis oleh enzim flavoprotein kembali menjadi ion FAD+
dan menghasilkan 2 molekul ATP. Keduanya juga melepaskan
ion Hidrogen diikuti elektron. Elektron ini akan ditangkap oleh
Fe sebagai akseptor elektron. Hasil akhir dari respirasi aerob
sistem transpor elektron ini adalah 34 molekul ATP.
Kesimpulan Makanan yang kita konsumsi terutama terdiri dari protein,
polisakarida (karbohidrat) dan lemak. Ini pertama dikompresi
menjadi unit yang lebih kecil: protein menjadi asam amino,
polisakarida menjadi gula, dan lemak menjadi asam lemak dan
gliserol. Proses pencernaan ini terjadi di luar sel. Lebih dari
60% makanan kita adalah karbohidrat. Pati, glikogen, sukrosa,
laktosa, dan selulosa adalah Karbohidrat utama dalam
makanan kita. Sebelum penyerapan usus, mereka dihidrolisis
menjadi gula heksosa. Makanan yang kita konsumsi terutama
terdiri dari protein, karbohidrat, dan lemak.
Jurnal 3
Judul Artikel Pengaruh Konsumsi Serat Pangan Barley Pada
Metabolisme Lipid
Penulis M. Khoiron Ferdiansyah
Nama Jurnal Jurnal Ilmu Pangan dan Hasil Pertanian
Tahun, halaman Vol. 2 No. 1 Thn. 2018 Versi online :
http://journal.upgris.ac.id/index.php

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui


pengaruh positif atau efek pemulihan terhadap objek
percobaan yang telah mengalami gangguan
metabolisme lipid.
Populasi dan Sampel Dilakukan eksperimen percobaan pada hewan dan
manusia secara langsung.
Metode Penelitian Penelitian metode percobaan yang dilakukan dengan
cara pemberian diet experiment yang mengandung
komponen dietary fiber barley pada objek penelitian.
Hasil Penelitian Adanya pengaruh konsumsi dietary fiber barley pada
penelitian Lahouar et al. (2011) ternyata tidak
memberikan pengaruh secara signifikan terhadap
food intake dari hewan percobaan. Selain itu, dari
hasil pengamatan juga tidak ditemukan perilaku yang
menyimpang dari hewan coba. Beberapa penelitian
dilakukan dengan pemberian diet yang mengandung
komponen dietary fiber barley pada objek penelitian.
Hasil yang didapatkan adalah bahwa diet barley
tersebut dapat mempengaruhi metabolisme lipid
dalam tubuh.
Kesimpulan Dari beberapa penelitian diketahui bahwa konsumsi
barley dapat menurunkan konsentrasi total
triasilgliserida (TG), total kolesterol (TC), dan LDL
serta meningkatkan konsentrasi HDL pada serum
darah dan liver.
Azoxymethane (AOM) merupakan senyawa
karsinogen yang dapat menyebabkan gangguan
metabolisme lipid dalam tubuh. Gangguan
metabolisme lipid akan mengakibatkan kenaikan
konsentrasi TG, TC, dan LDL serta menurunkan
konsentrasi HDL. Adanya konsumsi dietary fiber
barley dapat memberikan pengaruh positif atau efek
pemulihan terhadap objek percobaan yang telah
mengalami gangguan metabolisme lipid tersebut.
Keunggulan Sumber data jurnal sudah lengkap dan jelas.
Kekurangan Tidak tercantum populasi dan sampel yang jelas
(berapa jumlah banyaknya).
Jurnal 4
Judul Artikel PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH PADA WANITA
PENGGUNA KONTRASEPSI ORAL DAN PADA
WANITA HAMIL TRIMESTER III
Penulis Rianti Nurpalah, Dede Nita S, Nur Holis
Nama Jurnal Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Tahun, halaman Volume 17 Nomor 2 (385-388), 2017

Tujuan Penelitian Untuk mengetahui gambaran kadar glukosa pada


wanita yang kondisi hormonnya tidak normal.
Subjek Penelitian Pemeriksaan kadar glukosa darah pada wanita hamil
dan wanita pengguna kontrasepsi oral.
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif, yaitu melihat kadar glukosa darah
dari serum pengguna kontrasepsi pil KB kombinasi
dan wanita hamil trimester III, data yang diperoleh
dari hasil wawancara terhadap pengguna
kontrasepsi pil KB kombinasi dan wanita hamil
trimester III serta dari pemeriksaan laboratorium.
Hasil Penelitian Hasil penelitian tersebut menunjukan pada kelompok
wanita hamil sebanyak 95% mempunyai kadar gula
darah yang nomal dan 5% mempunyai kadar yang
abnormal, sedangkan pada wanita pengguna
kotrasepsi oral sebanyak 80% mempunyai kadar
glukosa yang normal dan sebanyak 20% mempunyai
kadar glukosa yang meningkat.
Pada penelitian yang telah dilakukan, jumlah
responden pada kedua kelompok dengan
kemungkinan terdapat gangguan hormon, baik pada
ibu hamil maupun pada wanita pengguna kontrasepsi
oral, jumlah responden yang kadar glukosanya
meningkat hanya sebagian kecil saja, bahkan pada
ibu hamil terdapat beberapa yang mengalami
penurunan, sesuai kuesioner yang didapat hal ini
kemungkinan terjadi karena sebagian besar
responden tersebut mempunyai pola makan yang
baik, sehingga adanya perubahan kondisi hormon
tidak sampai menyebabkan adanya kelainan
metabolismme karbohidrat yang dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar glukoda
di dalam darah. Hai ini juga mungkin terjadi karena
pada saat ini sudah banyak digunakan jenis hormon
yang sudah mengalami perubahan struktur kimia
hasil riset para ahli, dimana sebagian besar dari hasil
riset tersebut menyatakan bahwa, obat-obat
kontrasepsi oral generasi baru sebagian besar tidak
menunjukkan adanya gangguan pada metabolisme
karbohidrat. Walaupun sebagian kecil ada gangguan,
sifatnya hanya ringan saja, tidak sampai
menunjukkan adanya kemaknaan secara klinis.
Gejala klinis akan timbul apabila pemakai
kontrasepsi oral tersebut sebelumnya telah memiliki
faktor risiko yang mendasari.
Kesimpulan Pada wanita pengguna kontrasepsi oral dapat timbul
beberapa efek samping yang merugikan
pemakainya, yang salah satunya adalah peningkatan
kadar glukosa dalam darah, sebagai akibat toleransi
glukosa darah yang menurun. Formulasi kontrasepsi
oral dengan progesteron dosis tinggi menunjukkan
tes toleransi glukosa yang abnormal pada
pemakainya, dengan tingkat insulin yang meningkat
pada rata-rata pasien. Efeknya pada metabolisme
karbohidrat, akan menurunkan toleransi glukosa
Progesteron juga dapat menurunkan kecepatan
absorpsi karbohidrat dari sistem pencernaan
makanan. Hal-hal tersebut diatas terkait dengan
potensi androgenik dari progesteron, serta
tingirendahnya dosis progesterone.
Keunggulan Penelitian ini sangat bermanfaat bagi wanita
pengguna kontrasepsi oral dan pada wanita hamil
trimester iii untuk mengetahui kadar glukosa pada
wanita yang kondisi hormonnya tidak normal
Kekurangan Dalam jurnal tersebut penulis hanya memyampaikan
materi dan dipenuhi kalimat-kalimat saja. Selain itu
pemaparan dalam bentuk tabel, grafik pada jurnal ini
hanya sedikit.
Jurnal 5

Judul Hubungan Asupan Protein dengan Kadar Ureum dan Kreatinin pada
Artikel Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Sedang Menjalani Hemodialisa di
Unit Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Penulis Irma Ibrahim, Isti Suryani, dan Elza Ismail
Nama Jurnal Nutrisia
Jurnal
Tahun, 2017, Vol. 19 No. 1, hal 1-6.
halaman https://www.nutrisiajournal.com/index.php/JNUTRI/article/view/34/13

Tujuan Mengetahui hubungan antara asupan protein dengan kadar ureum


Penelitian dan kreatinin pada pasien gagal ginjal kronik yang sedang menjalani
hemodialisa di Unit Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta
Populasi Populasi
dan Sampel Semua penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa, di
Unit Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang
memenuhi kriteria inklusi bersedia ikut dalam penelitian dan berusia
30-60 tahun dengan jumlah 32 responden.
Sampel
Sebagian penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa,
di Unit Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Metode Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif analitik dengan
Penelitian menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan di RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta dilaksanakan pada bulan agustus
2016.
Hasil Hasil analisis hubungan asupan protein dengan kadar ureum pada
Penelitian penelitian ini, dengan menggunakan uji korelasi Spearmans adalah
p=0,438 (p>0,05) maka berarti tidak ada hubungan antara asupan
protein dengan kadar ureum darah pada penderita gagal ginjal yang
menjalani hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Adanya peningkatan kadar ureum darah juga di pengaruhi oleh
faktor lain, yaitu adanya peradangan gastrointestinal (saluran cerna)
dan infeksi saluran kemih, tingginya kadar ureum darah
menyebabkan responden sering mengalami rasa mual, muntah dan
penurunan selera makan sehingga asupan protein kurang dari
kebutuhan yang di anjurkan.Hubungan anatomi ginjal dengan kolon
(fleksura lienalis), lambung, pankreas, dan limpa juga menimbulkan
gejala intestinal. Gejala ini mencakup mual, muntah, diare,
anoreksia, napas berbau ammonia, gangguan rasa nyaman
abdomen dan ileus paralitik.
Hasil penelian didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang
menunjukkan tidak ada hubungan asupan protein nabati dan hewani
dengan kadar ureum dan kreatinin pada penderita gagal ginjal kronik
dengan hemodialisa di RSUP dr Soeradji Tirtonegoro.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Rata-rata
asupan protein responden 81,03 g. Asupan tertinggi 118,86 g dan
terendah 54,18g. (2) Rata-rata kadar ureum responden 139,88 mg/dl.
Kadar ureum tertinggi 210 mg/dl dan terendah 70 mg/dl. (3) Rata-rata
kadar kreatinin responden 7,93 mg/dl. Kadar kreatinin tertinggi
130 mg/dl dan terendah 4,2 mg/dl. (4) Tidak ada hubungan antara
asupan protein dengan kadar ureum, dengan p=0,438 (p>0,05) dan
tidak ada hubungan asupan protein dengan kreatinin, dengan
p=0,205 (p>0,05). Perlu adanya program edukasi bagi pasien
mengenai pengaturan makanan yang tepat untuk pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa
Keunggulan Jurnal ini sudah dilengkap dengan adanya (abstrak, pendahuluan,
metode, tujuan, populasi, hasil dan kesimpulan) dan juga dengan
penyampaian hasil penelitian berupa tabel dan penjelasan dapat
memudahkan para pembaca.
Kekurangan Dalam jurnal ini sebaiknya penulis menebalkan kata-kata yang
penting seperti poin-poin yang ada di dalam hasil penelitian.

Anda mungkin juga menyukai