PEMICU 1
Disusun Oleh :
200600169
KELOMPOK 5
2021
Nama Pemicu : Badan ku kok gini ya...
Penyusun : dr. Rusdiana, M. Kes; dr. M. Aron Pase, M. Ked (PD)., Sp. PD;
Dr. dr. Yetty Machrina., M.Kes
Hari/Tanggal : Senin/10 Mei 2021
Pukul : 07.30 – 09.30 WIB
Skenario :
Seorang laki-laki berusia 49 tahun, datang ke dokter gigi dengan keluhan gigi goyang.
Pada pemeriksaan intra oral terlihat bahwa gigi depan bawah goyang. Dari anamnesis
diketahui pasien tidak pernah mengalami trauma pada giginya dan akhir-akhir ini pasien
sering merasa lesu dan sakit kepala. Os mengakui bahwa setiap hari makan siang berupa
makanan siap saji dan pekerjaan sehari-hari sering duduk di depan komputer mengingat
pekerjaannya sebagai pegawai bank dan jarang berolahraga. Dari hasil pemeriksaan diketahui
BB = 90 Kg dan TB = 165 cm.
More Info:
TD = 130/ 80 mmHg, frekuensi nadi = 80x/ menit, frekuensi nafas = 16x/ menit Hasil
pemeriksaan Lab:
a. Darah rutin:
Hb: 14,5 gr/ dl; Leukosit: 7.500/ mm3; LED: 10 mm/jam; Trombosit: 165.000/ mm3
b. Hitung jenis: 1/ 0/ 6/ 55/ 35/ 3
c. KGD puasa: 110 mg/dl; KGD 2 jam pp: 160 mg/dl (normal: 70 - 100 mg/dl;
postprandial: 135 - 140 mg/dl)
d. Kolesterol total: 270 mg/dl; Trigliserida: 203 mg/dl; LDL kolesterol: 194 mg/dl; HDL
kolesterol: 35 mg/dl
Pertanyaan:
LDL
< 100 mg/dL Optimal
100-129 mg/dL Hampir optimal
130-159 mg/dL Garis batas – waspada
160-189 mg/dL Melebihi batas
> 190 mg/dL Risiko tinggi penyakit kardiovaskular
HDL
< 40 mg/dL Risiko tinggi penyakit kardiovaskular
40-59 mg/dL Waspada
> 60 mg/dL Optimal
Total Cholesterol
< 200 mg/dL Optimal
200-239 mg/dL Waspada
>240 mg/dL Risiko tinggi penyakit kardiovaskular
Trigliserida
< 150 mg/dL Optimal
150-199 mg/dL Garis batas-waspada
200-499 mg/dL Risiko tinggi penyakit kardiovaskular
>500 mg/dL Risiko sangat tingi penyakit
kardiovaskular
Berdasarkan table diatas, kadar lipid yang memiliki risiko terhadap penyakit
kardiovaskular apabila LDL >190 mg/dL, HDL <40 mg/dL, Total Cholesterol 240
mg/dL dan trigliserida >200 mg/dL.8
8. Jelaskan kriteria diagnostic sindrom metabolic secara klinis dan laboratorium!
Hingga saat ini ada 3 definisi SM yang telah di ajukan, yaitu definisi World
Health Organization (WHO), NCEP ATP–III dan International Diabetes Federation
(IDF). Kriteria yang sering digunakan untuk menilai pasien SM adalah NCEP–ATP
III, yaitu apabila seseorang memenuhi 3 dari 5 kriteria yang disepakati, antara lain5:
a. Lingkar perut pria >102 cm atau wanita >88 cm
b. Hipertrigliseridemia (kadar serum trigliserida >150 mg/dL)
c. Kadar HDL–C <40 mg/dL untuk pria, dan <50 mg/dL untuk wanita
d. Tekanan darah >130/85 mmHg
e. Kadar glukosa darah puasa >110 mg/dL
1) Trigliserida >150 mg/dL (1,7 mmol/L) atau sedang dalam pengobatan untuk
hipertrigliseridemia
2) HDL–C: 130 mmHg atau diastolik >85 mmHg atau sedang dalam pengobatan
hipertensi
3) Gula darah puasa (GDP) >100 mg/dL (5,6 mmol/L), atau diabetes tipe 2.
Hingga saat ini masih ada kontroversi tentang penggunaan kriteria indikator SM
yang terbaru tersebut. Sedangkan, pemeriksaan secara laboratorium:
a. Kadar glukosa plasma dan profil lipid puasa
b. Pemeriksaan klem euglikemik atau HOMA (homeostatis model assessment)
untuk menilai resistensi insulin secara akurat biasanya hanya dilakukan dalam
penelitian dan tidak praktis diterapkan dalam penilaian klinis
c. Highly sensitive C-reactive protein
d. Kadar asam urat dan tes faal hati dapat menilai adanya NASH
e. USG abdomen diperlukan untuk mendiagnosis adanya fatty liver karena kelainan
ini dapat dijumpai walaupun tanpa adanya gangguan faal hati
9. Jelaskan pathogenesis sindrom metabolic!
Mekanisme yang dipercaya menyebabkan terjadinya sindroma metabolik
hingga saat ini bersumber pada resistensi insulin dan obesitas sentral (viseral). Lemak
viseral secara metabolik lebih aktif daripada lemak perifer. Penumpukan sel lemak
akan meningkatkan asam lemak bebas/NEFA dari hasil lipolisis, yang akan
menurunkan sensitifitas terhadap insulin. Peningkatan NEFA ini di liver akan
meningkatkan gluconeogenesis, meningkatkan produksi glukose dan menurunkan
ekstraksi insulin, sehingga terjadi hiperinsulinemia. Di otot akan menurunkan
pemakaian glukose dan di sel â pankreas akan menurunkan sekresi insulin. Sel lemak
juga mengeluarkan sitokin (adipositokin) seperti angiotensin, TNF α, resistin dan
leptin yang berhubungan dengan penurunan resitensi terhadap insulin. TNF α
menyebabkan resistensi dengan cara menghambat aktifitas tirosin kinase pada
reseptor insulin dan menurunkan ekspresi glucose transporter-4 (GLUT-4) di sel
lemak dan otot. Sementara adiponectin yang dapat menurunkan resistensi terhadap
insulin, kadarnya menurun pada sindroma metabolik. Resistensi insulin dan
hiperinsulinema ini pada gilirannya akan menyebabkan perubahan metabolik,
sehingga timbul hipertensi, dislipidemia, peningkatan respon inflamasi dan koagulasi,
melalui mekanisme yang komplek; diantaranya mekanisme disfungsi endotel dan
oksidatif stres. Resistensi insulin semakin lama semakin berat dan sekresi insulin
akhirnya menurun, sehingga terjadi hiperglikemia dan manifestasi DM type 2.9
10. Jelaskan komplikasi sindrom metabolic!
Beberapa komplikasi sindrom metabolic meliputi10:
a. Penyakit kardiovaskular: kolesterol tinggi dan tekanan darah tinggi dapat
berkontribusi pada penumpukan plak di arteri. Plak ini dapat menyebabkan arteri
mengeras dan sempit, yang dapat menyebabkan serangan jantung atau stroke
b. Diabetes: apabila tidak mengontrol resistensi insulin, kadar glukosa akan terus
meningkat menyebabkan diabetes
c. Timbunan kemak pada hati (fatty liver) yang pada akhirnya akan menyebabkan
terjadinya sirosis
d. Terjadinya kebocoran protein pada urine yang berpotensi terjadinya kerusakan
ginjal
DAFTAR PUSTAKA
1. Alvita, G. Hubungan faktor kelelahan terhadap prestasi belajar mahasiswa
Fakultas Kedokteran Angkatan 2017.
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/
OTNkYTNiNWViZGU4NmRjM2QwMjBkMWY1ZTFkNzFhNmFkZjE2MDFjZ
Q==.pdf. [7 Mei 2021]
2. Wulandari E, Hapsari RAF. Peran hormone sebagai regulator fungsi organ.
Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013:69-73