OBESITAS
By : Novia Kartika Sari (MBK. 1913010144)
Magister Biomedik
Introduction
Obesitas merupakan kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak
tubuh yang berlebihan. Secara umum obesitas dapat disebabkan oleh
ketidakseimbangan kalori, yang diakibatkan asupan energi yang jauh melebihi
kebutuhan tubuh. (1)
• Hipotalamus merupakan pusat pengaturan homeostasis nafsu makan dan energi serta menerima
input dari semua organ perifer. (4) Peptida Orexigenic dan anorexigenic adalah integrator utama dari
berbagai informasi nutrisi. Kedua jenis peptida ini memiliki resepon secara langsung yang berbeda-
beda kepekaannya terhadap hormon seperti leptin, insulin, dan ghrelin, tetapi juga terhadap
metabolit, termasuk glukosa, asam lemak, dan asam amino.
• Sistem nonhomeostatic (hedonis) juga memainkan peran utama dalam perilaku makan. Pada
obesitas, respons hedonis yang dihasilkan dalam struktur dopamin mesolimbik mengesampingkan
regulasi homeostatis untuk mengurangi defisit pemberian laju sinyal, yang mengakibatkan makan
berlebihan yang berkelanjutan dan meningkat. Akibatnya, meskipun penyimpanan energi normal
maupun berlebihan, makanan tetap enak dikonsumsi secara berlebihan untuk efek yang
menyenangkan. (5)
Pengaturan keseimbangan energi diperankan
oleh hipotalamus melalui tiga proses fisiologis
yaitu pengendalian rasa lapar dan kenyang,
mempengaruhi laju pengeluaran energi dan
regulasi sekresi hormon.
(Rosen, 2008).
• Jaringan adiposa merupakan organ endokrin,
parakrin dan autokrin yang mengatur proses proses Tabel 1
fisiologi dan patologis (Gambar 1) .
• Jaringan adiposa yang berwarna coklat terlibat
dalam termogenesis, jaringan adiposa yang
berwarna putih memiliki fungsi yang beragam. Di
antaranya adalah produksi banyak adipokin seperti
sebagai leptin dan adiponektin, keduanya berperan
dalam obesitas, serta memiliki efek kardiometabolik
yang penting (Tabel 1). (6)
• Bahan aktif yang disekresi oleh adiposity adalah
leptin, adipsin, adiponectin, resistin, tumor necrosis
factor- (TNF- ), transforming growth factor-T(GF-
), vascular endothelial growth factor (VEGF),
Interleukin-6 (IL-6), angiotensinogen, apoliproprotein-
E, plasminogen activating inhibitor-1 (PAI-1), tissue
factor dll. Bahan bahan bioaktif inilah yang
menentukan patofisiologi terhadap beberapa
penyakit yang berhubungan dengan obesitas.
Figure 1
Sinyal- Sinyal Eferen
Sinyal yang bersifat Anabolik
• Yaitu sinyal yang meningkatkan rasa lapar serta menurunkan pengeluaran energi
• Yaitu sinyal anoreksia, yang meningkatkan pengeluaran energi, dibagi menjadi dua :
• (1) Sinyal Pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta
berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang
diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar
• (2) Sinyal Panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang
mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi.
(Sherwood, 2012).
Jaringan lemak menghasilkan sinyal
eferen yang mengaktifkan hipotalamus
untuk mengatur nafsu makan dan
kekenyangan. Sinyal ini menurunkan
intake makanan dan menghambat
siklus anabolik. Sinyal ini juga
mengaktifkan pemakaian energi dan
mengaktifkan siklus katabolik
•Leptin merupakan salah satu hormon yang disekresi oleh jaringan lemak atau adiposit yang berefek pada jaringan
sistem saraf pusat yang mengatur pola makan dan keseimbangan energi tubuh. Dalam keadan normal leptin
menghambat nafsu makan dengan menekan neuropeptide Y. Peningkatan leptin akan meningkatkan nafsu makan
Leptin sehingga meningkatkan energi ekspenditur yang akan meningkatkan timbunan lemak viseral.
•Peroxisome proliferator activated receptor- (PPAR-) merupakan gen yang mengatur thermoregulasi
(PPAR-).
•Ghrelin merupakan gen yang meningkatkan berat badan. Hormon ini disintesis oleh gaster yang merangasang masukan
makanan pada manusia.. Dalam keadaan normal hormon ini didalam palsma meningkat setelah puasa dan menurun
Ghrelin setelah diberi makan.
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat disertai dengan
peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Kemudian, leptin merangsang neuron anoreksigenik di
hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptida Y (NPY) sehingga terjadi penurunan nafsu makan
Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa
berkurang dan terjadi rangsangan pada pusat neuron orogenesik di hipotalamus yang menyebabkan
peningkatan nafsu makan.
Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak
menyebabkan penurunan nafsu makan.
(Jeffrey, 2009).
• Energy homeostasis is
largely regulated by the
brain, with input from the
gastrointestinal (GI)
tract, other organ
systems, and adipose
tissue to control food
intake, satiety, and
energy expenditure
Keterangan dari Figure 3
Nukleus arkuatus dalam hipotalamus memproses dan mengintegrasikan sinyal periferal dan menghasilkan sinyal eferen
pada 2 jenis neuron orde pertama, yaitu (a) POMC (pro-opiomelanocortin) dan CART (cocaine and amphetamine-
regulated transcripts) neuron, (b) neuropeptida Y (NPY), dan AgRP (Agouli-related peptide). Neuron orde pertama akan
berkomunikasi dengan neuron orde kedua.
Sistem eferen yang menerima sinyal yang diberikan neuron orde pertama dari hipotalamus mempunyai tugas dalam
mengontrol asupan makanan dan penggunaan energi. Hipotalamus juga berkomunikasi dengan otak depan dan
tengah untuk mengontrol sistem saraf otonom.
Neuron POMC dan CART meningkatkan penggunaan energi dan penurunan berat badan dengan menghasilkan MSH (-
Melanocyte Stimulating Hormone), dan mengaktifkan reseptor melanokortin nomor 3 dan 4 (MC3/4R) sebagai neuron
orde ke 2 sebagai efek anoreksigenik. Sedangkan neuron NYP dan AgRP merangsang lapar (food intake) dan
peningkatan berat badan dengan mengaktifkan reseptor Y1/5 pada neuron orde ke2nya sebagai efek oreksigenik.
(1)Pengendalian asupan makanan
•Pengendalian asupan makanan melibatkan proses biokimiawi yang menentukan rasa
lapar dan kenyang termasuk penentuan selera jenis makanan, nafsu makan dan frekuensi
makannya.
Leptin merupakan hormon peptida yang disekresi terutama oleh jaringan adiposa dan bertugas
mengirimkan sinyal ke otak tentang jumlah simpanan lemak. Pada subjek normal kadar leptin
didalam sirkulasi, proporsional dengan simpanan lemak dan Indeks Massa Tubuh. Sekresinya bersifat
pulsatif dan berhubungan terbalik dengan kadar hidrokortison. Pembentukan leptin mengalami
peningkatan akibat pengaruh glukokortikoid, estrogen serta insulin dan menurun karena pengaruh a-
adrenergic agonist. Dari tempat penyimpanan lemak, leptin mencapai otak dan menuju hipothalamus.
Leptin disekresi adiposit ke sirkulasi dan ditranspor ke sistem
saraf pusat untuk berikatan dengan reseptor leptin di nukleus
arkuatus hipotalamus
(c) Termogenesis adalah pemanfaatan kandungan (d) Uncoupling protein tersebut mengendalikan
energi dalam makanan untuk pembentukan panas, penggunaan energi pada proses oksidasi di
di samping penimbunan dalam bentuk lemak di mitokondria dan ternyata ada kaitan antara
adiposit. obesitas dengan polimorfisme gen penyandi UCP.
(3) Pengendalian Adipogenesis