Anda di halaman 1dari 6

PROSES MENUA PADA JARINGAN LUNAK

RONGGA MULUT

Diajukan guna melengkapi Tugas Mata Kuliah Degenerative Disease, It’s Impact On Sensory
Organs : Oral Biomedicine In Aging Male And Female
Dosen Pengampu : drg. Rama Putranto, M. Kes, Ph.D.,Orth

Disusun Oleh:

Annisa Nurul Hikmah


(MBK.1812010139)

PROGRAM STUDI MAGISTER BIOMEDIK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap orang sadar akan adanya perubahan-perubahan pada tubuh
yang terjadi sejalan dengan meningkatnya usia, keadaan ini dikenal dengan
penuaan. Penuaan merupakan bagian integral kehidupan; berawal pada
konsepsi, terjadi pada tataran kromosom, sel dan organ, dan berakhir pada
kematian. Proses menua merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari
oleh setiap orang, dimana pada proses ini terjadi perubahan jaringan tubuh
yang sangat komplek, demikian pula halnya pada jaringan rongga mulut. Pada
proses menua terjadi dari dua faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor
internal meliputi radikal bebas, hormon yang menurun kadarnya, proses
glikosilasi, sistem kekebalan tubuh yang menurun dan juga faktor genetik.
Faktor Eksternal meliputi gaya hidup yang tidak sehat, diet yang tidak sehat,
kebiasaan hidup yang salah, paparan polusi lingkungan dan sinar ultraviolet,
stress dan penyebab sosial lain seperti kemiskinan.
Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
(Departemen Kesehatan RI, 2001). Kondisi kesehatan lanjut usia berbeda
dengan dewasa muda, karena pada proses menua terdapat manifestasi
perubahan fisiologis, degeneratif dan morfologis (Kobylarek, 2011). Proses
penuaan yang terjadi menyebabkan lanjut usia rentan terhadap berbagai
pengaruh yang bersifat merusak sistem oral (Irfan and Bagchi, 2013). Proses
penuaan yang dialami lanjut usia tidak hanya mengenai organ sistemik tetapi
juga berpengaruh terhadap rongga mulut. Perubahan pada jaringan rongga
mulut lanjut usia pada dasarnya terjadi sebagai akibat penurunan mekanisme
adaptasi dan potensi regenerasi jaringan. Perubahan dapat terjadi pada
jaringan pendukung gigi, mukosa rongga mulut, kelenjar saliva, dan jaringan
gigi (Martono and Pranaka, 2011).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk lanjut
usia (lansia) di Indonesia setiap tahunnya selalu mengalami kenaikan. Sejak
tahun 2000, persentase penduduk lansia lebih dari 7% yang berarti Indonesia
mulai masuk ke dalam kelompok negara berstruktur tua (ageing population).
Hal ini menunjukkan tingginya ratarata usia harapan hidup (UHH) di
Indonesia.1 Saat memasuki usia lanjut, manusia mengalami proses penurunan
fungsi tubuh (penuaan/degeneratif), tetapi kualitas hidup tetap perlu dijaga,
salah satu usahanya dengan menjaga kesehatan tubuh termasuk kesehatan
rongga mulut.
Kondisi gigi pada lansia dapat mengalami perubahan, diantaranya gigi
karies, gigi goyang sampai kehilangan gigi. Kondisi mukosa mulut lansia juga
dapat mengalami suatu kelainan. Beberapa kondisi berikut dilaporkan sering
ditemukan pada lansia, yaitu denture stomatitis, angular stomatitis, karsinoma,
herpes zoster, post-herpetic neuralgia, liken planus, mucous membrane
pemphigoid, lesi premalignan, sindrom Sjögren, dan trigeminal neuralgia.2
Kondisi lansia pada suatu komunitas seperti Panti Sosial menjadi tempat yang
tepat untuk mengetahui berbagai variasi kondisi kesehatan lansia termasuk
kesehatan mulutnya. Bervariasinya faktor yang mendukung kondisi kesehatan
mulut lansia diantaranya faktor nutrisi, penyakit degeneratif dan efek obatnya
dapat mempengaruhi munculnya lesi pada mukosa mulut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pendahuluan pada latar belakang di atas, dapat
dirumuskan bagaimana perubahan klinis jaringan lunak di rongga mulut pada
proses menua ?

C. Tujuan Makalah
Untuk mengetahui perubahan klinis jaringan lunak di rongga mulut
pada proses menua.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mukosa Mulut
Gambaran klinis yang dapat dilihat adalah mukosa tampak mengkilap
licin (tidak ada stipling) mudah mengalami iritasi dan pembengkakan, dapat
timbul rasa sakit dan fissure, pendarahan bila terkena trauma serta
elastisitasnnya berkurang.
Perrubahan pada mukosa mulut berupa atropi, mulut terasa kering
oleh karena sekresi saliva yang berkurang. Selain itu juga terdapat perubahan
enzim yaitu berkurangnya ptyalin 2/3 dan penambahan jumlah mucin,
sehingga viskositas saliva bertambah. Mukosa bertambah rentan terhadap
iritasi mekanis (makanan yang keras). Khemis, dan bakteri, kedaan ini dapat
diperberat dnegan kekeringan mulut tadi.
Pada usia lanjut yang kesehatannya buruk, sekresi salivanya lebih
sedikit disbanding orang sehat pada usia yang sama.
Mukosa Ginggiva tampak edematous, tidak ada stipling. Lapisan
keratis tipis atau hilang sama sekali, jaringannnya menjadi rapuh dan mudah
mengalami luka. Vaskularisasinya juga berkurang sehingga gingiva
mengalami atropi. Sebagian akar gigi terbuka dan menimbulkan rasa ngilu
terutama bila kena rangsangan panas dan dingin. Begitu pula perubahan yang
terjadi pada jaringan penyambung yang ada di bawah epitelium. Yang tidak
mengalami perubahan pada jaringan mukosa mulut adalah populasi sel
gingiva, yang relative tetap konstan seumur hidup.
Pada mukosa bibir terlihat pembengkakan dan kadang-kadang disertai
angular cheilosis yang biasanya disebabkan oleh defisiensi vitamin B
komplek. Cheilitis yang juga disebut purse string biasanya disebabkan karena
dehidrasi juga sering ditemukan.
Menurut Bhaskar (1962) pada survey orangtua lebih dari 20 %
ditemukan adanya lesi leukoplakia dimana 12 % merupakan lesi premaligna.
Kondisi lain yang menunjukkan insiden cukup tinggi adalah nicotinic
stomatitis.

B. Lidah
Gejala klinik yang sering adalah glossodymia dan glossopyrosis,
aktivitas pergerakan berkurang oleh karena hilangnya tonus otot dan sering
tampak adanya fisure-fisure.
Pada usia lanut yang kehilangan geligi sering dijumpai bentuk lidah
yang melebar, karena tidak adanya tahanan oleh lengkung gigi, sehingga
fungsi pengunyahan berpindah dari gigi ke lidah. Adanya reduksi taste buds di
daerah papila circumvallata sering dihubungkan dengan persepsi rasa dan ini
diperkirakan makin meningkat pada usia diatas 50 tahun. Terjadi pengurangan
jumlah taste buds pada papila circumvallata sejalan dengan meningkatnya
usia.sensivitas untuk rasa-rasa yang spesifik lebih condong untuk
diperlihatkan, dalam hal ini orang tua sering mengeluh adanya kesulitan
membedakan rasa misalnya sepat, pahit, dan asin, merokok akan merubah
reduksi dari respon pengecapan pada usia tua.
Pada usia lanjut, lidah mengalami kehilangan tonus otot. Didapatu
jumlah papilla berkurang dan terjadi penurunan yang bersamaan didalam
sensivitas perasa terhadap rasa manis, asam pahit dan asin. Hal ini
kemungkinan berhubungan dengan defisiensi nutrisi disamping factor-faktor
seperti abrasi dan suplai pembuluh darah. Pada usia lanjut dijumpai pula
peningkatan viskositas vena di daerah, sub lingual mencapai 40-50%.
Berkurangnya jumlah putik pengecap dengan disertai menurunnya produksi
saliva dapat mengakibatkan menurunnya nafsu makan pada usia lanjut.

C. Kedaan kelenjar saliva pada proses menua


Perubahan pada kelenjar saliva dan atropi saluran kelenjar saliva akan
menyebabkan produksi air ludah berkurang, pada keadaan ini tidak hanya
saliva yang berkurang tetapi terjadi pula perubahan konsistensi dimana
konsistensi mucous lebih banyak serous.
Perubahan morfologi kelenjar saliva pada usia lanjut berupa
meningkatnya infiltrasi parenchim kelenjar oleh jaringan lemak dan jaringan
ikat. Akumulasi granula autophagik, dijumpai sel oncosit dan perubahan sel-
sel jinak. Akibatnya terlihat kelenjar saliva minor yang terdapat dirongga
mulut dengan beberapa acini yang masih berfungsi. Jamicson (1958)
melaporkan adanya atropi pada sel yang membentuk ductus intermedialis.
Fungsi yang utama kelenjar saliva adalah memproduksi saliva yang
berperan untuk mempertahankan kesehatan rongga mulut. Dengan
meningkatknya usia, kandungan musin dalam saliva akan meningkat yang
menyebabkan saliva yang kental dan lengket, hal tersebut akan menimbulkan
saliva kehilangan daya self cleansing dimana akan mengakibatkan turunnya
daya proteksi. Demikian pula PH saliva menjadi lebih netral atau alkali.
Pada usia 45 tahun ke atas ditemukan adanya infiltrasi sel limfosit
yang tersebar lebih dari 70 % pada kelenjar. Pada kelenjar saliva mayor
menunjukkan hal yang sama. Penurunan fungsi pada kelenjar saliva ini dapat
menyebabkan mulut kering (Xerostomia) yang bersifat absolut atau relatif.
D. k

Anda mungkin juga menyukai