Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penuaan merupakan proses alami, pertambahan usia yang

semakin tua dia nggap sebagai kejadian biologis yang normal dan tidak

bias dihindari. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

43 Tahun 2004, orang yang dikatakan sudah menginjak usia tua atau lansia

adalah seseorang yang berada pada usia 60 tahun keatas.

Pada usia 60 tahun atau lebih telah terjadi penurunan fungsi organ,

salah satunya adalah kelenjar saliva, baik itu kelenjar mayor ataupun

minor. Seiring dengan bertambahnya usia, kelenjar saliva mayor

mengalami beberapa perubahan,seperti,sel asinar yang mengalami atropi,

sel duktus yang mengalami proliferasi dan beberapa perubahan

degenerative dikelenjar saliva mayor. Perubahan ini cenderung terjadi

secara linear seiring bertambahnya usia. Pada kelenjar saliva minor juga

mengalami perubahan degenerative yang sama seiring dengan

bertambahnya usia. Dengan demikian, terdapat penurunan yang terjadi

secara normal dan seragam pada jumlah selasinar dikelenjar saliva yang

menyertai proses penuaan.

Penurunan fungsi kelenjar saliva akibat adanya perubahan dan

penurunan jumlah sel dikelenjar saliva ini akan menyebabkan penurunan

1
pula pada jumlah saliva. Xerostomia atau sindroma mulut kering

merupakan salah satu sindrom yang muncul akibat penurunan jumlah

saliva. Xerostomia ini akan memberikan dampak bagi kesehatan gigi dan

mulut,terutama pada jaringan periodonsium.

Jaringan periodonsium terdiri dari jaringan-jaringan untuk menahan

dan penunjang gigi seperti, gingiva, ligament periodontal, sementum, dan

tulangal veolar. Jaringan ini dibagi menjadi 2 berdasarkan fungsinya yaitu,

yang pertama adalah gingiva, yang memiliki fungsi utama untuk

melindungi jaringan dibawahnya dan yang kedua sebagai perlekatan gigi,

yang terdiri dari ligamen periodontal, sementum, dan tulang alveolar.

Sementum dianggap sebagai bagian dari periodonsium, sementum

berfungsi sebagai penopang untuk seratligamen periodontal.

Perubahan yang terjadi pada usia lanjut yang terjadi pada struktur

jaringan periodonsium antara lain, struktur jaringan periodonsium yang

menjadi semakin tidak teratur, deposisi kalsium pada sementum yang terus

berlanjutdan mulai banyaknya muncul kelainan periodontal, seperti,

periodontitis. Periodontitis adalah penyakit periodontal yang menghasilkan

poket gingiva karena kehilangan perlekatan periodontal, resesi gingiva,

peningkatan mobilitas gigi dan lepasnya gigiyang terkena. Kondisi ini

dapat semakin parah karena mengingat umumnya pada usia lanjut

memiliki berbagai kelainan sistemik, seperti diabetes, asma, dan berkaitan

dengan penatalaksanaan penyakit sistemik seperti, antihipertensi salahsatu

obat yang umum dikonsumsi oleh lansia, contohnya seperti obat golongan

2
Calcium Channel Blockersyakni amlodipin. Penyakit gigi dan mulut masih

memiliki prevalensi yang cukup tinggi di Indonesia. Menurut Riset

Kesehatan Dasar ( Riskesdas ) tahun 2013, persentase masyarakat

Indonesia yang memiliki masalah gigi dan mulut sebesar 25,9%.

Sementara, Kota Surabaya menuruthasil Riskesdas tahun 2013, persentase

masyarakat yang mengalami masalah gigi dan mulut lebih tinggi dari

persentasenasional, yaitu sebesar 37,9%. Walaupun pada dasarnya

penyakit gigi dan mulut tidak menyebabkan kematian, namun dapat

menurunkan produktivitas seseorang dan menjadi sumber infeksi serta

mengakibatkan penyakit sistemik.

Berdasarkan data di atas, penanggulangan penyakit gigi dan mulut

dimasyarakat merupakan masalah prioritas bagi pemerintah khususnya

dinas kesehatan, karena kesehatan gigi dan mulut pada dasarnya

merupakan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Salah satu penyakit gigi

dan mulut yang memiliki prevalensi cukup tinggi diIndonesia adalah

gingivitis. Di Indonesia, menurut Riskesdas tahun 2013, prevalensi

gingivitis menduduk urutan kedua terbanyak yaitu mencapai 96,58 %.

Gingivitis merupakan penyakit periodontal yang melibatkan

jaringan gingiva, disebabkan oleh invasibakteri dan bersifa treversible jika

dilakukan pembersihan plak dan sikat gigi secara teratur. Ciri khas dari

gingivitis adalah berubahnya warna gingiva menjadi lebih merah dari

normal, pembengkakan gingiva, dankondisi gingiva yang mudah berdarah

dikarenakan proses inflames.

3
Gingivitis yang tak terawatt dapat berlanjut pada periodontitis. Hal

ini disebabkan oleh plak sebagai media pertumbuhan mikroorganisme

yang dapat menyebar dan tumbuh dibawah gumline.

Toksin yang dihasilkan bakteri pada plak melalui proses inflamasi

kronis dapat menginvasi jaringan periodontal lain seperti tulang alveolar

sehingga terjadi kerusakan. Untuk mengetahui kesehatan gingiva, terutama

dalam hal tingkat keparahan gingivitis diperlukan indeks yang

menggambarkan kondisi gingiva. Salah satuindeks yang digunakan yaitu

Gingival Index ( GI ).

B. IDENTIFKASI MASALAH

Dalam tulisan ini kami simpulkan beberapa yang akan kami bahas,

yaitu

1. Apa yang dimaksud Periodontitis

2. Penyebab periodontitis dan faktor resiko pada lansia

3. Gejala periodontitis

4. Pegobatan periodontitis pada lansia

C. TUJUAN

Dari identifikasi masalah di atas, maka penulis tentunya bertujuan untuk

menjelaskan atau memaparkan point-point tersebut, sesuai dengan pengetahuan

yang kami peroleh, baik dari buku sumber maupun, beberapa jurnal Semoga

semuanya memberikan manfaat bagi kita.Bila ada kesalahan tulisan atau kata-kata

di dalam makalah ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Periodontitis

Periodontitis adalah sebutan lain untuk penyakit gusi. Ini adalah kondisi

saat gusi dan struktur periodontal (sekitar gigi) mengalami peradangan.Radang

gusi ini adalah respons tubuh terhadap bakteri yang terkumpul di gigi dan daerah

sekitarnya.Meskipun merupakan bentuk dari sistem pertahanan tubuh,

periodontitis dapat menyebabkan kerusakan serius.

2. Penyebab Periodontitis dan faktor resiko

Dalam kebanyakan kasus, periodontitis dimulai dengan plak (biofilm

lengket yang terdiri dari bakteri).Jika tidak ditangani, plak akhirnya dapat

berkembang menjadi periodontitis.Plak terbentuk pada gigi ketika pati dan gula

5
dalam makanan berinteraksi dengan bakteri yang biasanya ditemukan di

mulut.Menyikat gigi dua kali sehari dan flossing sekali sehari membantu

menghilangkan plak, tetapi plak dapat kembali terbentuk dengan cepat.Plak bisa

mengeras di bawah garis gusi dan menjadi karang gigi (kalkulus) yang jika tidak

dibersihkan akan lebih sulit dihilangkan sehingga bisa semakin dipenuhi

bakteri. Semakin panjang plak dan karang gigi yang tersisa di gigi, semakin

banyak kerusakan yang terjadi.Plak dapat menyebabkan gingivitis, bentuk

penyakit periodontal yang paling ringan. Gingivitis adalah iritasi dan peradangan

pada bagian gusi di sekitar pangkal gigi (gingiva).Gingivitis dapat disembuhkan

dengan perawatan profesional dan perawatan mulut yang baik.Peradangan gusi

yang berlangsung menyebabkan periodontitis, yang akhirnya menyebabkan

terbentuknya kantong di antara gusi dan gigi yang terisi oleh plak, karang gigi dan

bakteri. Pada akhirnya, kantong-kantong ini menjadi lebih dalam, terisi dengan

lebih banyak bakteri.Jika tidak diobati, infeksi yang dalam ini menyebabkan

hilangnya jaringan lunak dan juga tulang, yang pada akhirnya menyebabkan

pengidapnya kehilangan satu atau lebih gigi.Selain itu, peradangan kronis yang

sedang berlangsung dapat memberatkan sistem kekebalan tubuh pengidapnya.

Faktor Risiko Periodontitis pada Lansia

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko periodontitis meliputi:

 Radang gusi.

 Xerostomia pada lansia di sebabkan karena penurunan dari fungsi glandula

saliva dimana kelenjer paremkin digantikan oleh jaringan lemak ikat,

6
lining selductus intermediate mengalami atrofi, sehingga mengurangi

julah produksi saliva dan mengubah posisinya.

 Kebiasaan kesehatan mulut yang buruk.

 Merokok atau mengunyah tembakau.

 Usia yang lebih tua, salah satu penyebeb Periodontitis kronis pada lansia

karena penurunan dari sistem motorik pada lansia sehinga menurunkan

kebersihan mulut.

 Perubahan hormonal, seperti yang berkaitan dengan kehamilan atau

menopause.

 Penyalahgunaan obat-obatan terlarang.

 Kegemukan dan obesitas.

 Nutrisi yang tidak memadai, termasuk kekurangan vitamin C.

 Genetika.

 Obat-obatan tertentu yang menyebabkan mulut kering atau kondisi gusi

berubah.

 Kondisi itu menyebabkan kekebalan tubuh .menurun, seperti leukemia,

HIV / AIDS dan pengobatan kanker.

 Penyakit tertentu, seperti diabetes, rheumatoid arthritis dan penyakit

Crohn.

7
3. Gejala Periodontitis

Gusi yang sehat terlihat kokoh dan berwarna merah muda pucat, serta

menyokong gigi dengan baik. Gejala yang nampak pada periodontitis di

antaranya:

 Gusi bengkak.

 Gusi berwarna merah, gelap, atau keunguan.

 Gusi yang nyeri saat disentuh.

 Gusi yang berdarah dengan mudah.

 Gusi yang terlepas dari gigi, membuat gigi terlihat lebih panjang dari

normalnya.

 Terbentuknya rongga di antara gigi.

 Nanah antara gigi dan gusi.

 Napas bau.

 Gigi goyang.

 Nyeri saat mengunyah.

Diagnosis Periodontitis

Diagnosis biasanya akan dilakukan oleh dokter gigi dengan cara mengulas

riwayat medis pasien untuk mencari adanya faktor risiko terjadinya periodontitis.

Selain itu dokter gigi akan melakukan pemeriksaan mulut termasuk pengukuran

kedalaman kantong antara gusi dan gigi. Pemeriksaan penunjang yang dapat

dilakukan antara lain sinar X.

8
4. Pengobatan Periodontitis pada lansia

Pengobatan periodontitis bertujuan untuk membersihkan kantung

antara gigi dan gusi guna mencegah kerusakan lanjutan.

Penanganan non-operasi termasuk:

1. Gosok gigi

Gosok gigi setiap hari bisa mengurangi penumpukan plak pada permukaan

gigi, namun untuk lansia yang serig mengalami recesi gusi, maka perlu

berhati - hati dalam melakukanya. Gunakan sikat gigi berbuu halus dan

lembut serta pasta gigi yang mengandung fluride supaya gigig tetap kuat

dan sehat.

2. Lakukan flosing

Dental flosing dapat memebersihkan sela sela gigi, piih benang gigi atau

dental floss khusus agar tidak melukai gusi, lakukan flosing minimal satu

kali sehari

3. 7-9 Jangan lupa berkumur

Mengguakan obat kumur dengan antiseptik penting sebagai cara merawat

gigi dan mulut. Zat yang terkandung dalam obat kumur bermanfaat bagi

permukaan gigi dan aea sekitar mulut. Senyawa lain yang terkandung

9
dalam oat kumur juga dapat membunuh bateri sehigga dapat mengtasi

ginggivitis atau radang gusi

4. Periksa kedokter gigi

Rutin mengunjugi dokter gigi stiap 6 bulan skali menjadi cara mrawat gigi

yang efktif bagi siapapun temasuk lansia. Tujuannya untuk memeriksakan

kondisi kesehatan gigi dan mulut jika terdapat masalah, maka segera bisa

di atasi. Dan menjaga asupan nurisi agar gigi dan mult terjaga

kesehatannya.

 Scaling 

Untuk menghilangkan tartar dan bakteri dari permukaan gigi dan di balik gusi.

 Root Planing 

Untuk menghaluskan permukaan akar saraf dengan tujuan

mengurangi dan menghilangkan bakteri dan hal-hal lain yang

berkontribusi pada peradangan gusi.

 Antibiotik Topikal dan Oral 

Pengobatan topikal ini dilakukan untuk mengendalikan infeksi.

Jika periodontitis yang terjadi sudah masuk dalam tahap lanjut, maka

mungkin diperlukan tindakan operasi seperti:

10
 Operasi reduksi kantung.

 Cangkok jaringan lunak untuk memperbaiki struktur gusi.

 Cangkok tulang jika periodontitis sudah menyebabkan

kerusakan tulang yang menyokong akar gigi.

 Regenerasi jaringan.

 Aplikasi protein yang menstimulasi perbaikan jaringan pada akar gigi.

Komplikasi Periodontitis

Periodontitis yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi pada  jaringan

yang menopang gigi. Ada beberapa komplikasi yang terjadi, yaitu: 

 Abses gusi berulang (kumpulan nanah yang menyakitkan).

 Meningkatkan kerusakan pada ligamen periodontal (jaringan yang

menghubungkan gigi ke soket)

 Meningkatkan kerusakan dan hilangnya tulang alveolar (tulang di rahang

yang berisi soket gigi)

 Gusi surut.

 Gigi goyang kemudian tanggal.

Pencegahan Periodontitis

Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain adalah menjaga kebersihan

mulut dengan baik dengan cara menyikat gigi dan flossing, menjaga berat badan,

menghindari rokok dan penggunaan zat-zat berbahaya lainnya.

11
BAB III

KESIMPULAN

1. Pengertian Periodontitis adalah kondisi saat gusi dan struktur periodontal

(sekitar gigi) mengalami peradangan

2. Penyebab Periodontitis periodontitis dimulai dengan plak (biofilm lengket

yang terdiri dari bakteri). Jika tidak ditangani, plak akhirnya dapat

berkembang menjadi periodontitis

3. Gejala Periodontitis, Gusi bengkak., Gusi berwarna merah, gelap, atau

keunguan, Gusi yang nyeri saat disentuh, Gusi yang berdarah dengan mudah,

Gusi yang terlepas dari gigi, membuat gigi terlihat lebih panjang dari

normalnya, Terbentuknya rongga di antara gigi, Nanah antara gigi dan gusi.,

Napas bau, Gigi goyang, Nyeri saat mengunyah.

4. Pengobatan Periodontitis pada lansia antara lain : Gosok gigi, Lakukan

flosing, Jangan lupa berkumur, Periksa kedokter gigi, Scaling, Root Planing,

Antibiotik Topikal dan Oral.

12
DAFTARPUSTAKA

1. Laksmiarti,T.,Rachmawati,T.,&Angkasawati,TJ.Pokok-Pokok

Hasi lRiset Kesehatan Dasar, Riskesdas 2013.2013. Prov. Jawa

Timur. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,

Kementerian Kesehatan

2. Boedihardjo.Kesehatan Periodontal Masyarakat Indonesia. 2003

Maj.Ked.Gigi Edisi Khusus Temu Ilmiah Nas

3. Situmorang N. Profil penyakit periodontal penduduk di dua

kecamatan kota Medan tahun 2004 dibandingkan dengan

Kesehatan mulut tahun 2001. 2004. Dentika Dental Jurnal;9(2):

71-7.

4. Hiremath,S.S.TextbookofPreventiveand Community Dentistry,2nd

ed. 2011.Elsevier:India.p. 148-149

5. Newman,M.Takey,H.H.,Klokkevold,P.R., & Newman et al., F.A.

Newman etal.'s clinical periodontology, 11th. 2012.St. Louis, Mo.:

Elsevier Saunders. p.12-15,24-27, 34-44,76-83

6. Deepak P Bhayya, Tarulatha R Shyagali, MallikarjunK.

Studyoforalhygienestatus and prevalence of gingival diseasesin10-12year

school childrenin Maharashtra.2010.India.JIntOralHealth;2:21-26

7. Morris AL, Steele J, & White DA. Theoral cleanliness and periodontal

health ofUK adults in 1998. 2001. British DentalJournal, Vol. 191, No.4,

p. 186-192, ISSN0007-0610.

13
8. GundalaR&ChavaVK.EffectofLifestyle, Education And Socioeconomic

Status On Periodontal Health. Contemporary Clinical Dentistry. 2010

9. PintauliS,MelurT.Hubungantingkatpendidikan dan skor DMF-T pada

ibu-ibu rumah tangga berusia 20-45 tahun di Kecamatan Medan

Tuntungan.2004.DentikadentJ;9(2):78-83.

10. Nugroho, W. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik, Edisi Ketiga.2008.

Jakarta:EGC.

11. Potter & Perry. Buku Ajar Fundanmental Keperawatan (Yasmin Asih,

Penerjemah).2005.Jakarta:EGC.

14

Anda mungkin juga menyukai