Anda di halaman 1dari 30

Status Periodontitis

Nama Pasien : Samiati

Umur : 65 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaaan : IRT

Alamat : Jl. Gajah I Air Tawar Barat

Tanggal Pemeriksaan : 22 Agustus 2015

Dosen Pembimbing : drg. Fauzia Nilam .O., MDSc

Formulasi Gigi : 41 dan 42 (Periodontitis)

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang

banyak terjadi pada masyarakat. Survei epidemiologis yang dilakukan oleh

National Instiute of Dental Research (NDIR) dari Amerika Serikat menunjukkan

bahwa periodontitis mengenai penduduk seluruh negara di dunia meskipun

dengan keparahan yang berbeda. Dari hasil survei NHES, prevalensi penyakit

periodontal adalah 25,4%. Sepuluh tahun kemudian hasil survei menunjukkan

peningkatan penyakit periodontitis menjadi 33,9%. Penyakit pada jaringan

periodontal yang diderita manusia hampir di seluruh dunia dan mencapai 50% dari

jumlah populasi dewasa (Daliemunthe S.A. 2008, Erry 2007).


Periodontitis merupakan inflamasi jaringan pendukung gigi yang melibatkan

mikroorganisme tertentu termasuk Aggregatibacter actinomycetemcomitans,

Porphyromonas gingivalis, dan Tannerella forsythia. Hal ini dapat disebabkan

faktor lokal ataupun sistemik seperti adanya penumpukan plak dan kalkulus,

defisiensi nutrisi, gangguan hormonal dan lain-lain (Budiantono 2012,

Daliemaunthe S.A. 2008, Gokhale 2010).


Di Indonesia, menurut hasil survei kesehatan gigi dan mulut di Jatim tahun

1995, penyakit periodontal terjadi pada 459 orang diantara 1000 penduduk. Di

Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan ke dua utama yang masih

merupakan masalah di masyarakat. Oleh karena itu, sebagai tenaga medis di

bidang kedokteran gigi harus dapat melakukan pencegahan maupun perawatan

pada masyarakat luas yang berpotensi menderita penyakit periodontal.

1.2 Tujuan

Tujuan perawatan periodontal ini adalah :

2
1. Penyingkiran semua iritan lokal yang menyebabkan inflamasi gingiva.
2. Penyingkiran faktor etiologi penyakit periodontal.
3. Memotivasi pasien untuk melaksanakan kontrol plak.

1.3 Manfaat

Penulisan makalah ini memiliki manfaat untuk memberikan informasi

kepada mahasiswa, masyarakat, maupun praktisi kesehatan mengenai penyakit

periodontal, yakni berkaitan dengan kerusakan gigi, jaringan periodontal,

kehilangan tulang, serta rencana perawatan yang dapat dilakukan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Periodontitis


Periodontitis adalah suatu inflamasi yang melibatkan struktur periodontal

pendukung yang terdiri atas ligament periodontal, tulang alveolar dan sementum,

dimana terjadi kehilangan struktur kolagen pada daerah yang menyangga gigi

sebagai respon dari akumulasi bakteri dari jaringan periodontal (Lumentut et al

2013, Taqwim 2011). Periodontitis dapat terjadi adanya peradangan berkelanjutan

akibat gingivitis yang tidak dirawat. Apabila proses berlanjut maka akan

menginvasi struktur di bawahnya sehingga akan terbentuk poket yang

menyebabkan peradangan berlanjut dan merusak tulang serta jaringan penyangga

gigi, akibatnya gigi menjadi goyang dan akhirnya harus dilakukan pencabutan

(Adulgopar 2009, Daliemunthe 2008).

Gambar 1. Gambaran gingiva normal dan periodontitis


2.2 Etiologi Periodontitis

Faktor etiologi penyakit periodontal dibagi menjadi 2, yaitu faktor etiologi

lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal merupakan faktor-faktor yang berada di

sekitar periodonsium dan berada di luar jaringan periodontium. Sedangkan faktor

sistemik merupakan faktor etiologi yang berkaitan dengan kondisi umum pasien

dan berada di dalam tubuh pasien (Budiantono 2012, Daliemunthe 2008).

4
2.2.1 Faktor lokal

1. Plak Dental

Plak dental atau plak bakteri adalah deposit lunak yang membentuk

biofilm dan mengandung bakteri, produk bakteri dan sisa makanan yang

menumpuk ke permukaan gigi atau permukaan keras lainnya di rongga

mulut. Plak dental dibagi menjadi plak supragingival yaitu berada pada

tepi gingiva, dan plak subgingival yaitu berada di apikal dari tepi gingiva

dan diantara gigi dan jaringan yang mendindingi sulkus gingiva. Plak

subgingival yang mengandung bakteri berperan dalam penghancuran

jaringan pada periodontitis.

Gambar 2. Plak dan kalkulus dapat menyebabkan periodontitis

2. Kalkulus

Kalkulus merupakan suatu massa yang mengandung plak bakteri

dan terkalsifikasi atau terjadi pengapuran yang melekat pada gigi.

Kalkulus merupakan faktor pendukung dari penyebab terjadinya gingivitis

yang akhirnya apabila tidak dilakukan perawatn akan berlanjut ke tahap

periodontitis.

5
3. Impaksi makanan

Impaksi makanan (food impaction) merupakan makanan yang

terdesak secara paksa dan akhirnya terperangkap ke periodonsium oleh

tekanan oklusal, dapat terjadi pada permukaan interproksimal ataupun

permukaan vestibular/oral. Terjadinya impaksi makanan dapat terjadi

karena keausan oklusal yang tidak sam rata, ekstruksi atau terbukany atitik

kontak sebagai hilangnya dukungan proksimal, restorasi yang tidak baik,

dan impaksi makan juga dapat disebabkan impaksi lateral dimana tekanan

lateral lidah, pipi dan bibir terhadap makanan. Hal ini merupakan keadaan

yang dapat menyebabkan dan memperparah terjadinya penyakit

periodontal.

4. Faktor Iatrogenik

Faktor iatrogenik merupakan iritasi yang ditimbulkan karena

pekerjaan dokter gigi yang tidak hati-hati dan tidak adekuat sewaktu

melakukan perawatan pada gigi dan jaringan sekitarnya sehingga

mengakibatkan kerusakan pada jaringan sekitar gigi. Seperti pada

restorasi, protesa dan teknik pencabutan gigi serta penskeleran dan

penyerutan akar yang salah sehingga akan menyebabkan inflamasi pada

gingiva dan kerusakan jaringan periodontal.

2.2.2 Faktor Sistemik


1. Defisiensi Nutrisi

6
Defisiensi vitamin C dan protein berhubungan dengan penyakit

periodontal. karena fungsinya dalam pembentukan serat jaringan ikat.

Defisiensi vitamin C dapat memperhebat respon gingiva terhadap plak dan

memperparah pembesaran dan pendarahan yang terjadi akibat inflamasi

yang diakibatkan oleh plak. Begitu juga jika terjadi defesiensi protein,

maka dapat menyebabkan terhambatnya aktivitas pembentukan tulang

yang normal, dan memperparah efek destruktif dari iritan lokal dan trauma

oklusal pada jaringan periodonsium. Namun demikian iritan lokal

memegang peranan penting dalam terjadinya periodontitis (Pinborg 2006).

2. Gangguan Hormonal

Gangguan hormonal seperti penyakit endokrin dapat

mempengaruhi jaringan periodonsium dan menimbulkan perubahan

anatomis di rongga mulut yang mempermudah penumpukan plak atau

trauma karena oklusi.

3. Diabetes Melitus

Penyakit ini merupakan penyakit metabolisme yang ditandai dengan

defisiensi insulin absolut maupun relatif atau resistensi insulin, yang dapat

mengakibatkan level glukosa darah meningkat dan eksresi gula melalui

urin. Xerostomia biasanya terdapat pada pasien DM yang tidak terkontrol.

Pasien dengan DM cenderung terjadi pembentukan plak, gingiva mudah

berdarah pembentukan poket, gigi goyah, kehilang tulang periodontal dan

juga dapat terjadi kehilangan gigi (Afriza 2011).

4. Obat-Obatan

7
Jenis obat-obatan tertentu dapat menyebabkan hiperplasia gingiva,

seperti fenitoin atau dilantin, siklosporin, nifedipin dan lain-lain. Akibat

terjadinya hiperplasia dapat menyebabkan sulitnya pembersihan daerah

gigi tersebut dan pada akhirnya akan memudahkan penumpukan plak dan

kalkulus (Langlais, Craig 2000).

2.3 Klasifikasi Periodontitis

Klasifikasi periodontitis berdasarkan the International Workshop for

Classificication of Periodontal Disease (Daliemunthe 2008, Hodges 1998, Wiebe,

Edward 2000) :

1. Periodontitis kronis (chronic periodontitis)


a. Lokalisata (localized)
b. Generalisata (generalized)
2. Periodontitis agresif (agressive periodontitis)
a. Lokalisata (localized)
b. Generalisata (generalized)
3. Periodontitis sebagai manifestasi penyakit sistemik (periodontitis as a

manifestations of systemic diseases)


a. Berkaitan dengan gangguan hematologis
1. Neutropenia yang didapat (acquired neutropenia)
2. Leukemia
3. Bentuk gangguan lain

b. Berkaitan dengan gangguan genetik


1. Neutropenia familial dan siklik
2. Sindroma Down
3. Sindroma defisiensi adhesi leukosit
4. Sindroma Papillon-Lafevre
5. Sindroma Chediak-Higashi
6. Sindroma histiositosis
7. Penyakit penyimpanan glikogen
8. Agranulositosis genetik infantil
9. Sindroma Cohen
10. Sindroma Ehlers-Danlos (Tipe IV dan VIII)
11. Hipoposfatasia
12. Gangguan lainnya
c. Tidak spesifik

8
4. Penyakit periodontal nekrotik (necrotizing periodontal diseases)
a. Gingivitis ulseratif nekrotik (necrotizing ulcerative gingivitis)
b. Periodontitis ulseratif nekrotik (necrotizing ulcerative periodontitis)
5. Abses periodonsium (abscesses of the periodonsium)
a. Abses gingival (gingival abscesses)
b. Abses periodontal (periodontal abscesses)
6. Periodontitis berkaitan dengan lesi endodontik (periodontitis associated

with endodontic lesions)


a. Lesi kombinasi periodontik-endodontik
7. Deformitas dan kondisi perkembangan atau didapat (developmental or

acquired deformities and conditions)


a. Faktor-faktor lokalisata yang berkaitan dengan gigi yang menjadi

predisposisi bagi penyakit gingiva atau periodontitis yang diinduksi plak

(localized tooth related factors that predispose to plaque-induced gingiva

diseases or periodontitis)
1. Faktor-faktor anatomis gigi
2. Restorasi/piranti dental
3. Fraktur akar
4. Resorpsi akar servikal dan cemental tears
b. Deformitas dan kondisi mukogingival disekeliling gigi geligi

(mucogingival deformities and conditions around teeth)


1. Resesi gingival/jaringan lunak
a. permukaan vestibular/oral
b. interproksimal (papilari)
2. Gingiva berkeratin inadekuat
3. Kedalaman vestibulum berkurang
4. Posisi frenulum/otot terlalu ke marginal
5. Gingiva yang berlebihan
a. saku semu
b. tepi gingiva yang tidak konsisten
c. excessive gingival display
d. pembesaran gingiva

6. Warna abnormal
c. Deformitas dan kondisi mukogingival pada linggir tak bergigi

(mucogingival deformities and conditions on edentulous ridges)


1. Defisiensi linggir vertikal dan /atau horizontal
2. Gingiva/jaringan berkaitan inadekuat
3. Pembesaran gingival/jaringan lunak
4. Posisi frenulum/otot terlalu ke marginal
5. Kedalaman vestibulum berkurang

9
6. Warna abnormal
d. Trauma oklusal (occlusal trauma)
1. Trauma oklusal primer
2. Trauma oklusal sekunder

2.4 Patogenesis periodontitis

Gambar 3. Penampang Melintang Gingiva

Periodontitis terdapat plak mikroba negatif gram yang berkolonisasi

dalam sulkus gingiva (plak subgingiva) dan memicu respon inflamasi kronis.

Sejalan dengan bertambah matangnya plak, plak menjadi lebih patogen dan

respon inflamasi pejamu berubah dari keadaan akut menjadi keadaan kronik.

Apabila kerusakan jaringan periodontal, akan ditandai dengan terdapatnya

poket. Semakin dalamnya poket, semakin banyak terdapatnya bakteri

subgingiva yang matang. Hal ini dikarenakan poket yang dalam terlindungi dari

pembersih mekanik (penyikatan gigi) juga terdapat aliran cairan sulkus gingiva

yang lebih konstan pada poket yang dalam dari pada poket yang diangkat (Arief

2007, Fancis dan Duncan).

10
Gambar 4. Kerusakan jaringan periodonsium

2.5 Perawatan Penyakit Periodontal

Penyakit periodontal harus ditemukan secepatnya dan dirawat segera

mungkin setelah penyebab penyakit itu ditemukan. Oleh karena itu harus dapat

menentukan rencana perawatan yang tepat. Tujuan utama dari rencana perawatan

penyakit periodontal adalah mengeleminasi dari gingiva yang terinflamasi dan

mengkoreksi dari keadaan yang dapat menyebabkan dan atau memperparah

penyakit (Carranza et al 2010). Perawatan periodontitis kronis dapat dibagi

menjadi 3 fase, yaitu ( Scribd 2011) :

I. Fase I : Fase terapi inisial, merupakan fase dengan cara menghilangkan

beberapa faktor etiologi yang mungkin terjadi tanpa melakukan tindakan

bedah periodontal atau melakukan perawatan restoratif dan prostetik.

Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada fase I :


1. Memberi pendidikan pada pasien tentang kontrol plak.
2. Scaling dan root planning
3. Perawatan karies dan lesi endodontik
4. Menghilangkan restorasi gigi yang over kontur dan over hanging
5. Penyesuaian oklusal (occlusal ajustment)
6. Splinting temporer pada gigi yang goyah
7. Perawatan ortodontik
8. Analisis diet dan evaluasinya
9. Reevaluasi status periodontal setelah perawatan tersebut diatas

11
II. Fase II : Fase terapi korektif, termasuk koreksi terhadap deformitas

anatomikal seperti poket periodontal, kehilangan gigi dan disharmoni

oklusi yang berkembang sebagai suatu hasil dari penyakit sebelumnya dan

menjadi faktor predisposisi atau rekurensi dari penyakit periodontal.

Berikut ini adalah bebertapa prosedur yang dilakukun pada fase ini:
1. Bedah periodontal, untuk mengeliminasi poket dengan cara antara lain:

kuretase gingiva, gingivektomi, prosedur bedah flap periodontal,

rekonturing tulang (bedah tulang) dan prosedur regenerasi periodontal

(bone and tissue graft)


2. Penyesuaian oklusi
3. Pembuatan restorasi tetap dan alat prostetik yang ideal untuk gigi yang

hilang.
III. Fase III: fase terapi pemeliharaan, dilakukan untuk mencegah terjadinya

kekambuhan pada penyakit periodontal. Berikut ini adalah beberapa

prosedur yang dilakukan pada fase ini:


1. Riwayat medis dan riwayat gigi pasien
2. Reevalusi kesehatan periodontal setiap 6 bulan dengan mencatat scor

plak, ada tidaknya inflamasi gingiva, kedalaman poket dan mobilitas

gigi.
3. Melekukan radiografi untuk mengetahui perkembangan periodontal

dan tulang alveolar tiap 3 atau 4 tahun sekali.


4. Scalling dan polishing tiap 6 bulan seksli, tergantung dari evektivitas

kontrol plak pasien dan pada kecenderungan pembentukan kalkulus


5. Aplikasi tablet fluoride secara topikal untuk mencegah karies

2.6 Pencegahan Penyakit Periodontal

Penyakit periodontal dan kehilangan gigi dapat dicegah karena penyakit

ini disebabkan faktor-faktor lokal yang dapat ditemukan, dikoreksi dan dikontrol.

Sasaran yang ingin dicapai adalah mengontrol penyakit gigi untuk mencegah

12
perawatan yang lebih parah. Secara umum tindakan pencegahan dibedakan atas 3

fase yaitu (Daliemunthe 2006):

a. Pencegahan primer (prepatogenesis), yaitu fase pencegahan

timbulnya lesi inisial atau penyakit pada jaringan sehat.

b. Pencegahan sekunder (Patogenesis), yaitu fase pencegahan untuk

mengintersepsi penyakit begitu penyakit telah terjadi, dengan

tujuan untuk mencegah timbulnya cacat atau membatasi kecacatan.

c. Pencegahan tersier, yaitu fase terakhir yang bertujuan untuk

memperbaiki cacat yang ditimbulkan oleh penyakit.

2.7 Metode Penyikatan Gigi

Tiga metode penyikatan gigi yang sering digunakan, yaitu : metode Bass,

metode Stillman, dan metode Charter.

1. Metode Bass

Penyikatan gigi dengan metode Bass dianjurkan untuk pembersihan rutin

sehari-harinya bagi pasien dengan atau tanpa penyakit periodontal. Sikat

gigi yang digunakan adalah yang bulu sikatnya lembut sampai sedang.

Secara garis besar penyikatan pada permukaan vestibular dan oral rahang

atas dan bawah dilakukan sebagai berikut:

1. Bulu sikat ditempatkan pada tepi gingival dengan membentuk sudut d5

derajat terhadap poros panjang gigi

2. Dengan tekanan yang disertai getaran, uung bulu sikat ditekankan masuk

ke sulkus gingiva dank e embrasure interproksimal. Bila hal ini dilakukan

dengan benar, akan terlihat bahwa gingival menjadi pucat.

13
Gambar 5. Penempatan ujung bulu sikat pada metode Bass. A. Kedalam sulkus; B. Di

daerah interproksimal.

3. Dalam keadaan ujung bulu sikat tetap berada di dalam sulkus dan

embrasur interproksimal, sikat gigi digerakkan mau-mundur pendek-

pendek. Gerak maju mundur ini dilakukan sebanyak 20 kali pada setiap

posisi. Harus diperhatikan bahwa selama sikat gigi digerakkan, ujung bulu

sikat tidak pernah keluar dari daerah sulkus atau embrasur interproksimal.

Gambar 6. Arah gerakan sikat gigi. A. Pada permukaan vestibular; B. Pada permukaan

oral.

14
Gambar 7. Penyikatan permukaan vestibular gigi kaninus dengan metode Bass. A.

Penyikatan pada separoh bagian distal; B. Penyikatan pada separoh bagian mesial.

Gambar 8. Penyikatan permukaan oral regio anterior dengan metode Bass apabila

lengkung giginya cukup lebar.

15
Gambar 9. Penyikatan pada permukaan oral regio anterior dengan metode Bass pada

lengkung gigi yang sempit. A. Rahang atas; B. Rahang bawah.

Gambar 10. Penyikatan permukaan oklusal dengan metoda Bass.

Penyikatan pada permukaan oklusal

16
Untuk menyikat permukaan oklusal, bulu sikat ditekankan kuat-kuat ke

permukaan oklusal gigi geligi sampai ujung bulu sikat tertekan sedalam

mungkin ke pit dan fissure. Sikat gigi digerakkan maju-mundur pendek-

pendek sebanyak 20 kali pada setiap segmen.

2. Metode Stilman

Penyikatan dengan metode stilman dianjurkan untuk pembersihan pada

daerah dengan resesi gingiva yang parah disertai dengan tersingkapnya

akar gigi, guna menghindari destruksi yang lebih parah pada jaringan

akibat abrasi sikat gigi. Jenis sikat gigi yang dianjurkan adalah sikat gigi

dengan kekerasanbulu sikat sedang sampai keras.

Penyikatan gigi pada permukaan vestibular dan oral

Penyikatan dilakukan dengan menempatkan bulu sikat sebagian berada

pada bagian servikal gigi dan sebagian pada gingiva didekatnya, dengan

ujung bulu sikat mengarah ke apical membentuk sudut miring dengan

poros panjang gigi. Bulu sikat ditekankan ke arah gingiva sehingga

gingiva terlihat pucat. Sikat gigi kemudian digerakkan maju-mundur

pendek-pendek sebanyak 20 kali pada setiap posisi, sambil bergerak ke

arah koronal sepanjang gingival cekat, gingival bebas dan permukaan gigi.

17
Gambar 11. Penyikatan gigi dengan metode Stillman.

Penyikatan pada permukaan oklusal

Penyikatan permukaan oklusal pada prinsipnya adalah sama dengan

metode Bass.

3. Metode Charter

Metode Charter dianjurkan untuk 1. mendapatkan efek masase gingiva.

Sikat gigi yang digunakan adalah sikat gigi dengan bulu sikat sedang

sampai keras, dengan 2-3 baris rumpun bulu sikat. 2. Penyikatan

sementara bagi daerah penyembuhan luka pasca perawatan bedah

periodontal.

Penyikatan pada permukaan vestibular dan oral

Cara penempatan bulu sikat adalah dengan bulu sikat mengarah ke apikal

membentuk sudut 45 derajat terhadap poros panjang gigi. Sikat gigi

digerakkan dengan gerak sirkuler (memutar) sebanyak 20 kali pada setiap

posisi.

18
Gambar 12. Penyikatan gigi dengan metode Charter.

Penyikatan pada permukaan oklusal

Pada prinsipnya serupa dengan metoda Bass.

19
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identifikasi Masalah


No. RM : 03 45 96
Nama Pasien : Samiati
Umur : 65 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Gajah I Air Tawar Barat
Tanggal Pemeriksaan : 22 Agustus 2015

3.2 Pemeriksaan Subjektif


1. Keluhan Utama : Pasien datang ke RSGMP

Universitas Baiturrahmah Padang ingin

membersihkan karang gigi atas dan bawah.


2. Keluhan Tambahan : Pasien mengeluh adanya

perdarahan saat menyikat gigi dan gigi depan bawah

terasa goyang.
3. Riwayat Medis Gigi dan Mulut : Pasien sudah pernah

ke dokter gigi sebelumnya untuk mencabut gigi.


4. Riwayat Medis Umum : Pasien memiliki penyakit

sistemik yaitu hipertensi.

5. Riwayat Kesehatan Gigi dan Mulut :


a. Menyikat Gigi
 Interval : 2 kali sehari
 Waktu : Pagi sewaktu mandi dan sore sewaktu mandi
 Gerakan : Horizontal
 Yang disikat : Bagian gigi yang menghadap ke bibir dan pipi

serta bagian kunyah.


b. Pasta : Pepsodent
c. Obat kumur : Tidak ada

3.3 Pemeriksaan Objektif

1. General Jasmani : Dalam batas normal

2. Lokal :

20
a. Ekstra Oral

1) Wajah : Lonjong

2) Bibir : Simetris

3) TMJ : Normal

4) Kelenjar submandibula : Normal

b. Intra Oral

1) Tonsil : Normal

2) Lidah : Normal

3) Palatum : Normal

4) Mukosa mulut : Normal

5) Gingiva :

a. Warna
 Merah : Vestibular = 32, 31, 41, 42, 43
Oral = 32, 31, 41, 42, 43
 Merah Kebiruan : Vestibular =-
Oral =-
 Pucat : Vestibular =-
Oral =-
b. Konsistensi
 Oedema : Vestibular = 32, 31, 41, 42, 43
Oral = 32, 31, 41, 42, 43
c. Resesi Gingiva : Vestibular = 32, 31, 41, 42
Oral = 32, 31, 41, 42
d. Gingiva Enlargement : Vestibular = -
Oral =-

21
(a) (b)

Gambar 13. Periodontitis pada kasus bagian (a) vestibular dan (b) oral

6) Gigi

FORMULA GIGI

1 8 1 7 1 6 1 5 1 4 1 3 1 2 11 21 22 23 24 25 26 27 28

48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

Keterangan :

14 : Nekrosis pulpa
17 : Karies superfasialis
16, 15 : Radik
13 : Karies media
23, 24, 25, 26 : Radik
27 : Karies media
38, 37 : Radik
41,42 : Periodontitis (mobility I)
42 : Nekrosis pulpa
43 : Karies media

RA/RB : C/S : 3/3

7) Oral Hygiene (OH) : Sedang


Alasan : Berdasarkan hasil pemeriksaan Oral Hygiene Index didapat skor

debris index (1,95) dan skor kalkulus index (2,4), sehingga skor

oral hygiene index pasien adalah (skor debris index + skor

kalkulus index = (1,95+2,4) = 4 (Buruk).

Derajat Kebersihan Mulut Skor


Baik 0,0 – 1,2

Sedang 1,3 – 3,0

Buruk 3,1 – 6,0

22
Tabel 1. Derajat kebersihan mulut

3.4 Pemeriksaan Rontgen Foto


Kerusakan tulang : Regio 41, 42 (Horizontal)
3.5 Diagnosis
Dignosis : Periodontitis Kronis Lokalisata
Alasan : Periodontitis kronis lokalisata biasanya terjadi kehilangan perlekatan

dan kehilangan tulang akibat penumpukan plak subgingiva, dan tejadi pada

pada pasien sekitar usia 35 tahun atau lebih, stadium lanjut terjadi pada usia

40-an atau 50-an (Daliemunthe, S.D. 2008).

3.6 Faktor Etiologi


Adanya penumpukan plak dan kalkulus dalam jumlah banyak disertai

dengan cara dan waktu penyikatan gigi yang salah.


3.7 Prognosis
Prognosis : Baik
Alasan :
 Pasien kooperatif
 OH pasien kategori sedang
 Faktor penyebab dapat dihilangkan
 Perkembangan penyakit berjalan lambat
 Pasien bisa datang dalam waktu yang disepakati

BAB IV
RENCANA PERAWATAN

4.1 Alat dan Bahan

Alat: 1. Alat standar: kaca mulut, pinset, sonde, ekscavator

2. Prob periodontal

3.Neirbeken
4. Handuk bersih berukuran kecil
5. Rekam medik
6. ATK (Alat Tulis Kantor)
7.Scaller manual (chisel, sickle, hue)
8.Kuret Grecy
Bahan: 1. Masker
2. Handscoon
3. Providone iodine

23
4. Disclossing solution

5. Iodine tincture

6. Pasta + Fletcher

7. Alkohol 70%

8. Kapas

4.2 Rencana Perawatan

Rencana perawatan dilakukan sesudah menegakkan diagnosis penyakit dan

setelah meramalkan prognosis. Perawatan periodontitis lebih diarahkan untuk

menciptakan dan memelihara kesehatan periodonsium di rongga mulut pasien.

Perawatan yang diberikan berupa perbaikan OH dan penskeleran dengan tiga kali

kunjungan, dan jarak antar perkunjungan 1 minggu, yaitu :

1. Setting I
a. Melakukan pengukuran kedalaman saku, level attachment (jarak dari

cemento enamel junction (CEJ) ke dasar saku), attached gingiva (jarak

dari setentang dasar saku sampai mukogingiva junction (MGJ), resesi

gingiva (jarak dari cemento enamel junction (CEJ) ke crest gingiva margin

(CGM)), kreatinized gingiva (jarak dari crest gingiva margin ke

mukogingiva junction).
b. Melakukan pengukuran papilary bleeding index dan oral hygiene index

sebelum dan sesudah perawatan.


c. Kontrol Plak sebelum dan sesudah perawatan.
d. Scalling, root planning dan kuretase supragingiva dan subgingiva pada

rahang atas.
e. Instruksikan cara penyikatan gigi yang benar dengan menggunakan

metode stillman, serta menginstruksikan cara pemakaian dental floss sekali

24
sehari yang bertujuan untuk mengangkat plak dan sisa makanan yang

tersangkut di antara celah gigi.


f. Instruksi untuk mengkonsumsi makan-makanan yang berserat seperti buah

dan sayur.
g. Instruksikan kepada pasien agar tetap menjaga kebersihan gigi dan mulut

dirumah.
h. Pemberian obat kumur chlorhexidine serta vitamin C.
i. 1 minggu kemudian pasien disuruh datang kembali.
2. Setting II
a. Melakukan pengukuran kedalaman saku, level attachment (jarak dari

cemento enamel junction (CEJ) ke dasar saku), attached gingiva (jarak

dari setentang dasar saku sampai mukogingiva junction (MGJ), resesi

gingiva (jarak dari cemento enamel junction (CEJ) ke crest gingiva margin

(CGM)), kreatinized gingiva (jarak dari crest gingiva margin ke

mukogingiva junction).
b. Melakukan pengukuran papilary bleeding index dan oral hygiene index

sebelum dan sesudah perawatan.


c. Kontrol Plak sebelum dan sesudah perawatan.
d. Scalling, root planning dan kuretase supragingiva dan subgingiva pada

rahang bawah.
e. Instruksikan cara penyikatan gigi yang benar dengan memakai metode

stillman, serta menginstruksikan cara pemakaian dental floss sekali sehari

yang bertujuan untuk mengangkat plak dan sisa makanan yang tersangkut

di antara celah gigi.


f. Instruksi untuk mengkonsusmsi makan-makanan yang berserat seperti

buah dan sayur.


g. Instruksikan kepada pasien agar tetap menjaga kebersihan gigi dan mulut

dirumah.
h. Pemberian obat kumur chlorhexidine serta vitamin C (jika dibutuhkan).
i. 1 kemudian minggu pasien disuruh datang kembali.

3. Setting III

25
a. Melakukan pengukuran kedalaman saku, level attachment (jarak dari

cemento enamel junction (CEJ) ke dasar saku), attached gingiva (jarak

dari setentang dasar saku sampai mukogingiva junction (MGJ), resesi

gingiva (jarak dari cemento enamel junction (CEJ) ke crest gingiva margin

(CGM)), kreatinized gingiva (jarak dari crest gingiva margin ke

mukogingiva junction).
b. Melakukan pengukuran papilary bleeding index dan oral hygiene index

sebelum dan sesudah perawatan (melihat ada atau tidaknya perubahan

pada rahang atas dan rahang bawah).


c. Kontrol plak (melihat ada atau tidaknya perubahan pada rahang atas dan

rahang bawah).
d. Scalling, root planning dan kuretase supragingiva dan subgingiva pada

rahang atas dan rahang bawah (apabila belum bersih dan tidak ada

perubahan setelah perawatan).


e. Instruksikan cara penyikatan gigi yang benar dengan memakai metode

stillman, serta menginstruksikan cara pemakaian dental floss sekali sehari

yang bertujuan untuk mengangkat plak dan sisa makanan yang tersangkut

di antara celah gigi.


f. Instruksikan untuk mengkonsumsi makan-makanan yang berserat seperti

buah dan sayur.


g. Instruksikan kepada pasien agar tetap menjaga kebersihan gigi dan mulut

di rumah.
h. Pemberian obat kumur chlorhexidine serta vitamin C (jika dibutuhkan).
i. Instruksikan untuk periksa ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali untuk

kontrol rutin dan pembersihan.

26
BAB V
HASIL PERAWATAN

Hasil perawatan pada kasus periodontitis ini adalah :

Setting Setting I Setting II Setting III


Awal V: 85 % O: 90% V:61,9% O: 76 % V: 42% O: 38%
Akhir V:66,7% O : 80% V: 52% O: 57 % V:4% O: 4%
Tabel 2. Pengukuran Papilary Bleeding Index

Setting Setting I Setting II Setting III


Awal 65 % 39% 15%
Akhir 45 % 23% 5%
Tabel 3. Pengukuran Plaque index

Setting I Setting II Setting III


KS 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2
CC 1 3 3 2 1 3 3 2 1 3 3 2
LA 3 4 5 4 3 4 5 4 3 4 5 4
KG 8 9 8 10 8 9 8 10 8 9 8 10
AG 6 8 6 8 6 8 6 8 6 8 6 8

Tabel 4. Pengukuran Kedalaman Saku (KS), Resesi Gingiva/Jarak CEJ-CGM (CC) Level
Attachment (LA), Lebar Keratin Ginginva (KG), Lebar Attached Gingiva (AG) pada
regio 43, 42, 41, 31, 32, 33

Setting Skor CI Skor DI Skor OH Level OH


I 2,4 1,95 4,35 Buruk
II 1,3 1,3 2,6 Sedang
III 0,3 0,8 1,1 Baik
Tabel 5. Skor CI, DI, OH dan level OH

(a) (b)

Gambar 14. Periodontitis pada kasus setelah perawatan, (a) vestibular dan (b) oral

27
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif pada kasus di atas

diketahui diagnosa penyakit adalah periodontitis kronis lokalisata, karena

kerusakan tulang terjadi pada regio 41 dan 42 dan pasien berusia 65 tahun, pasien

juga mengeluhkan adanya perdarahan pada gusi saat pasien menyikat gigi dan gigi

depan bawah terasa goyang. Selain itu, pada hasil pemeriksaan gingiva terdapat

warna gingiva yang merah pada bagian vestibular dan oral regio 32, 31, 41, 42,

dan 43. Selain itu konsistensi gingiva oedem pada bagian vestibular dan oral pada

28
regio 32, 31, 41, 42 dan 43, serta terdapat resesi gingiva pada vestibular di regio

32, 31, 41 dan 42. Setelah dilakukan pemeriksaan OH pasien termasuk kategori

sedang yaitu sebanyak 1,5. Pemeriksaan rontgen foto diketahui terjadi kerusakan

tulang horizontal pada regio 41 dan 42. Salah satu penyebab ini adalah

penumpukan plak dan kalkulus dimana pasien menyikat gigi pada waktu dan cara

yang tidak tepat. Dari hasil pemeriksaan dan diagnosa diketahui prognosis adalah

baik.

Perawatan yang telah dilakukan berupa perbaikan OH dengan penskeleran

dan pemberian obat kumur dengan 3 kali kunjungan dan jarak 1 minggu tiap

kunjungan.

6.2 Saran

1. Diharapkan adanya laporan-laporan kasus yang lebih mendalam mengenai

periodontitis sebagai data di bagian periodonsia RSGMP Baiturrahamah.

2. Diharapkan masyarakat semakin peduli terhadap kesehatan gigi dan

mulutnya.

3. Sebaiknya dilakukan penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut

khususnya penyakit pada jaringan pendukung gigi seperti periodontitis.

29
DAFTAR PUSTAKA

Afiza, Dona. 2011. Manifestasi Penyakit Sistemik di Rongga Mulut. Padang:


Universitas Baiturrahmah.
Adulgopar. 2009. Periodontitis [online]. Diakses tanggal 24 Juni 2014. Dari:
http://adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/periodontitis.pdf
Arief, Erry Mochamad. 2007. Pathogenesisi of Periodontal Desease [online]. 24
Juni 2014. Dari: http://www.kck20Erry/PATHOGENESIS%2.pdf
Budiantono, 2012. Penyakit Periodontal [online]. Diakses tanggal 24 Juni 2014.
Dari: ocw.usu.ac.id/ kgm-427_slide_penyakit_periodontal.pdf

Daliemunthe, Saidina Hamzah. 2008. Periodonsia. Medan: FKG USU.

Daliemunthe, Saidina Hamzah. 2006. Terapi Periodontal. Medan: FKG USU.

Erry. 2007. Epidemiologi Penyakit Gingiva dan Periodontal [online]. 24 Juni


2014. Dari: http://www.kck.usm.my/ppsg/notes/DEPIDEMIOLOGI0.pdf

Francis, Duncan Teresa. The Pathogenesis and Treatment of Periodontal Deases.

Gokhale SR, Sumanth S, Padhye AM. Evaluation of blood parameters in patients


with chronic periodontitis for signs of anemia. J periodontal
201;81:1202-6

Gill, Jaspreet Singh et all. 2011. Non-surgical management of chronic


periodontitis. J Clin Exp Dent. Vol 3, No. 5 : e424-9.

Hodges Kathleen, 1998. Concept in Nonsurgical Periodontal Therapy. USA

Langlais, RP., Craig SM., 2000. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut yang
Lazim. Hipokrates: Jakarta.

Lumentut dkk. 2013. Status Periodontal dan Kebutuhan Perawatan pada Usia
Lanjut. Jurnal e-GiGi. Vol 1, No 2.

Michael G. Newman, Henry Takei, Perry R. Klokkevold, Fermin A. Carranza.


2010. Clinical Periodontology. Elsevier

Pinborg, JJ. 2006. Atlas Penyakit Mukosa Mulut. Jakarta: Binarupa Aksara.

Scribd. 2011. Penanganan Penyakit Periodontal. Diakses tanggal 24 Juni 2014.


Dari: http://www.scribd.com/doc/Penanganan-Penyakit-Periodontal

Taqwim, Ali. 2011. Anatomi dan Histologi Jaringan Periodontal [online]. 24 Juni
2014. Dari: http://wor/2012/05/anantomihistologijaringanperiodontal.pdf

30

Anda mungkin juga menyukai