Anda di halaman 1dari 22

CBD MODUL 3

( Lesi Jaringan Lunak Rongga Mulut )

PERIODONTITIS DISEBABKAN DIABETES


MELITUS

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam Melengkapi Kepaniteraan Klinik


Di Bagian Oral Medicine

Oleh:

ANGGIE MEYDIANSYAH H (09-040)

DEFRIZON AIRA J (08-015)

Pembimbing : drg. Leny sang surya ,M.KM

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2016
CBD MODUL 3
LAPORAN KASUS ORAL MEDICINE

Nama : Asnita
Umur : 49 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kalumbuik RT 2/4 Kuranji
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tindakan yang
Hari/tanggal Kasus Operator
dilakukan
Sistemik :
Rabu, Periodontitis 1. Pencatatan data Anggie M.H
12-10-2016 disebabkan diabetes 2. Anamnesa (09-040)
militus 3. Pemeriksaan Klinis Defrizon aira J
4. Diagnosa (08- 015)
5. KIE (Komunikasi,
Informasi dan
Edukasi)

Padang, oktober 2016


Pembimbing

(drg. Leny sang surya ,M.KM)


BAB 1

LAPORAN KASUS ORAL MEDICINE

A. DATA PASIEN

Nama : Asnita
Umur : 49 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kalumbuik RT 2/4 Kuranji
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

B.RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama

Pasien datang dengan keluhan gigi depan atas terasa goyah dan pasien

sering sering merasakan mulut kering, pasien memiliki riwayat diabetes

militus dan pasien sudah pernah kedokter gigi sebelumnya.

2. Anamnesa (Tanggal, 12-10-2016 )

Sudah berapa lama ibu merasakan gigi goyang ?

Setiap saya merasakan suhu tubuh panas gigi saya terasa goyang.

Apakah ibu sering merasa mulut kering ?

Iya, saya sering merasa mulut kering

Apakah saat sikat gigi gusi ibu sering berdarah ?


Tidak..
Apakah ibu mempunyai riwayat penyakit ?

Iya ,saya menderita diabetes melitus


Sudah berapa lama ibu menderita diabetes mellitus ?
Sejak 3 tahun yang lalu
Apakah ibu sering merasa pusing dan kelelahan ?
Ada, saya juga merasakan mudah mengantuk
Apakah ibu sedang dalam perawatan dokter ?
Iya., saya sedang dalam perawatan dokter 1 bulan 1 kali di

puskesmas

Apakah ibu sedang mengkonsumsi obat tertentu ?


Iya, saya sedang mengkonsumsi obat yang diberikan oleh dokter di

puskesmas.

Kalau boleh tau apa jenis obat yang sedang ibu konsumsi ?

Metformin dan glibenclamide


3. Riwayat Penyakit Yang Lalu : batu ginjal (nefrolitiasis)

4. Riwayat Penyakit Sekarang : diabetes mellitus dan batu ginjal

(nefrolitiasis)

5. Riwayat Penyakit Keluarga : diabetes melitus

E. PEMERIKSAAN KLINIS
a. Ekstra oral :
 Gaya berjalan :normal
 Sikap : kooperatif
 Warna kulit : sawo matang
 Bentuk muka : simetris
b. Intra Oral :
o Gingiva : udem dan pigmentasi
o Palatum : dalam
o Mukosa labial : pigmentasi
o Mukosa bukal : normal
o Lidah : fissure tongue
o Dasar Mulut : normal
o Oral Hygine : buruk
o Gigi :

18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28

48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

F. CIRI KLINIS :

 Mobility derajat 1

 Gingival udem

 Oh buruk

 Aroma mulut berbau logam

G. DIAGNOSIS SEMENTARA : periodontitis disebabkan diabetes mellitus

H. ETIOLOGI : Diabetes mellitus

I. DIAGNOSIS BANDING : periodontitis kronik

J. TERAPI

A. Scalling
B. Dianjurkan kepada pasien untuk melakukan pencabutan dan penambalan
pada gigi yang berlubang. Dan meningkatkan kebersihan gigi mulut
dengan rajin menyikat gigi pagi dan malam sebelum tidur
C. Disarankan kepada pasien untuk rutin kedokter gigi 6 bulan sekali

D. Pemberian antibiotik tetrasiklin


BAB 1

PENDAHULUAN

Tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit jaringan penyangga gigi

tidak menjamin keadaan sehat pada jaringan penyangga gigi oleh karena tanpa

dilakukan tindakan kebersihan gigi dan mulut. Masyarakat kurang memahami

tentang pentingnya kesehatan gigi dan kurang memahami penyebab terjadinya

Periodontitis. Penyakit karies gigi yang merupakan penyakit yang banyak terjadi

di masyarakat mereka kurang memahami apalagi penyakit Periodontitis.

Masyarakat hanya sebatas mempunyai pemahaman bahwa jika orang sudah tua

(lansia) maka giginya otomatis akan goyang dan tanggal. Masyarakat kurang

menyadari bahwa ada beberapa hal yang menyebabkan gigi goyang dan tanggal

sebelum waktunya dikarenakan adanya peradangan pada jaringan penyangga gigi

dan banyak faktor yang menyebabkan terjadinya periodontitis. Apalagi adanya

karang gigi yang tidak dibersihkan meskipun mereka tahu bahwa karang gigi

tersebut keras dan tidak bisa dihilangkan dengan menyikat gigi tetapi tidak

dianggap bahwa itu salah satu penyebab dari periodontitis.

Tingkat pengetahuan tentang kesehatan mulut penderita diabetes melitus

berhubungan dengan kepedulian/partisipasi mereka dalam menerima informasi .

Pendapat masyarakat dalam menyikapi tentang penyakit jaringan penyangga gigi

mendukung bahwa cara mencegah penyakit periodontal antara lain dengan

menyikat gigi, tetapi kondisi kebersihan gigi dan mulutnya tidak menunjukkan

sikap yang tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut.Mereka juga menyadari

bahwa adanya karang gigi menyebabkan bau mulut bahkan sampai gigi goyang,
oleh karena itu perlu dilakukan pembersihan karang gigi karena karang gigi tidak

dapat dihilangkan dengan menyikat gigi.

Diabetes Mellitus atau yang biasa dikenal oleh masyarakat awam sebagai

penyakit kencing manis semakin meningkat tiap tahunnya. Dari data yang dilansir

WHO,Indonesia menempati urutan keempat dalam urutan negara-negara yang

memiliki jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia. Para ahli dibidang

kedokteran gigi telah melakukan berbagai macam analisa secara medis tentang

gigi dan tulang disekitarnya guna mencoba menghubungkan dengan beberapa

macam diagnosa penyakit sistemik sekitarnya melalui citra radiografi. Ternyata

dengan menggunakan citra radiografi, banyak ditemukan hubungan antara kondisi

gigi dan jaringan sekitarnya terhadap beberapa penyakit sistemik diantaranya

adalah diabetes militus

Dalam menjalankan praktik dokter gigi seringkali ditemukan adanya gigi

sehat yang goyang tanpa mengalami lubang gigi. Setelah dilakukan pemeriksaan

baik didalam mulut maupun laboratorium ditemukan tanda-tanda adanya gigi

goyang pada semua gigi disertai adanya aroma aceton yang merupakan salah satu

ciri khas pada penderita Diabetus Melitus, dari hasil laboratorium didapatkan

kadar gula darah sewaktu diatas 200 mg/dl, ini menunjukkan kadar gula darah

tinggi (normal 120 mg/dl ).

Diabetes militus merupakan penyakit dikarenakan kelainan metabolik.

Karakteristik dari penyakit ini berkurangnya produksi insulin. Dikatakan bahwa

diabetes militus merupakan penyakit hormonal yang menyebabkan adanya

kelainan metabolisme yang akan menimbulkan kerusakan pada beberapa jaringan

tubuh. Kondisi dibetes militus sering kali menimbulkan komplikasi. Komplikasi


yang pasti terjadi pada kondisi dibetes militus adalah kelainan pada jaringan

periodontal dan penurunan densitas tulang (osteoporosis diabetes). Pada penderita

diabetes melitus dijumpai adanya periodontitis disertai resorpsi tulang alveolar.

BAB II
PEMBAHASAN

Laporan Kasus

Seorang Pasien perempuan berusia 48 tahun datang dengan keluhan gigi


depan goyang dan pasien juga sering merasakan mulut kering disertai rasa nyeri
pada gigi depan saat pasien merasa suhu tubuhnya meningkat. Pasien memiliki
riwayat sistemik diabetes militus dan juga batu ginjal ,dari pemeriksaan klinis
didapatkan kegoyahan gigi anterior atas gingiva udem , aroma mulut berbau
logam dan oh pasien buruk. Dari pemeriksaan 9diagnose yang didapatkan yaitu
periodontitis disebabkan diabetesmelitus.

Gambar 1. Gambaran klinis pasien

DISKUSI

A. PERIODONTITIS

Periodontitis ialah radang pada jaringan pendukung gigi .Selain

merusak sel darah putih, komplikasi lain dari diabetes adalah menebalnya

pembuluh darah sehingga memperlambat aliran nutrisi dan produk sisa dari

tubuh. Lambatnya aliran darah ini menurunkan kemampuan tubuh untuk

memerangi infeksi, Sedangkan periodontitis adalah penyakit yang disebabkan


oleh infeksi bakteri. Dan hal ini menjadi lebih berat dikarenakan infeksi

bakteri pada penderita Diabetes lebih berat. Ada banyak faktor yang menjadi

pencetus atau yang memperberat periodontitis, di antaranya akumulasi plak,

kalkulus (karang gigi), dan faktor sistemik atau kondisi tubuh secara umum.

Rusaknya jaringan Periodontal membuat gusi tidak lagi melekat ke gigi,

tulang menjadi rusak, dan lama kelamaan gigi menjadi goyang. Angka kasus

penyakit periodontal di masyarakat cukup tinggi meski banyak yang tidak

menyadarinya, dan penyakit ini merupakan penyebab utama hilangnya gigi

pada orang dewasa. Dari seluruh komplikasi Diabetes Melitus, Periodontitis

merupakan komplikasi nomor enam terbesar di antara berbagai macam

penyakit dan Diabetes Melitus adalah komplikasi nomor satu terbesar khusus

di rongga mulut. Hampir sekitar 80% pasien Diabetes Melitus gusinya

bermasalah. Tanda-tanda periodontitis antara lain pasien mengeluh gusinya

mudah berdarah,warna gusi menjadi mengkilat, tekstur kulit jeruknya

(stippling) hilang, kantong gusi menjadidalam, dan ada kerusakan tulang di

sekitar gigi, pasien mengeluh giginya goyah sehingga mudah lepas. Menurut

teori yang saya dapatkan hal tersebut diakibatkan berkurangnya jumlah air

liur, sehingga terjadi penumpukan sisa makanan yang melekat pada

permukaan gigi dan mengakibatkan gusi menjadi infeksi dan mudah

berdarah.

Bakteri yang terdapat dalam plak yang bila kondisi kebersihan mulut

terabaikan maka akan terjadi inflamasi pada jaringan periodontal sehingga

jumlah mikroorganisme dalam mulut akan bertambah yang terutama

padajaringan sekitar gigi yang menyebabkan terjadinya periodontitis.Infeksi


bakteri dalam mulut dapat menimbulkan abses. Hal tersebut sesuai dengan

keadaan yang terjadi pada masyarakat bahwa kebiasaan mereka dalam

menyikat gigi dilakukan pada saat bersamaan dengan mandi dan tidak dapat

mengukur kondisi kebersihan giginya.

B. Hubungan periodontitis dengan Diabetes Melitus

Diabetes melitus (DM) adalah gangguan yang disebabkan karena

kekurangan insulin relatif maupun absolut : kurangnya output insulin dari

pankreas, atau jaringan disekitarnya yang tidak responsif terhadap insulin.

Gejala utama pada Diabetes melitus adalah polydipsia, polyuria,

polyphagia, dan kehilangan berat badan yang merupakan akibat karena

kekurangan insulin. Insulin memainkan peran penting dalam regulasi

metabolisme karbohidrat, protein,dan lemak.

Penyakit periodontal merupakan yang paling sering ditemukan

pada pasien dengan diabetes mellitus yang tidak terkontrol. Rata-rata

75% pasien memiliki penyakit periodontal dengan peningkatan resorpsi

tulang alveolar dan perubahan inflamasi gingiva. Diabetes yang terkontrol

juga ditemukan insidensi dan penyakit periodontal yang parah.

Periodontitis adalah suatu inflamasi dari jaringan pendukung gigi

yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik atau kelompok

mikroorganisme spesifik, yang menyebabkan berkembangnya kerusakan

ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan peningkatan kedalaman

saat probing, resesi, atau keduanya.

Diabetes dan periodontitis adalah dua penyakit kronis yang saling

berhubungan. Periodontitis merupakan manifestasi klinis dari diabetes.


Diabetes merupakan faktor resiko penting periodontitis. The National

Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) III melaporkan

bahwa diabetes mempengaruhi 12,5% dari 1293 individu dengan

periodontitis dibandingkan dengan 6.3% dari 12178 individu tanpa

periodontitis (p= 0.0001).

Gambar 4. Hubungan antara Diabetes Melitus dan Periodontitia. Pg=

Porphyromonas gingivalis. LPS = Lipopylosaccharide. IL-Iβ=

interleukin-1 beta, TNF-α= Tumor necrosis factor alpha. MMP= matrix

metalloproteinase.

Beberapa mekanisme telah diusulkan untuk menjelaskan

kerentanan terhadap penyakit periodontal antara pasien dengan DM tidak

terkontrol, termasuk perubahan dalam host respon, metabolisme kolagen

dan vaskularisasi. Individu dengan DMT2 kurang terkontrol menyajikan

respon inflamasi berlebihan terhadap tantangan bakteri periodontitis.

Tanggapan hyperinflammatory ditambah dengan gangguan penyembuhan

luka dan perbaikan dapat meningkatkan reaksi inflamasi dan kerusakan

jaringan periodontal untuk pasien ini. Sang penyelenggara respon

inflamasi tampaknya menjadi penentu penting untuk kerentanan terhadap


dan keparahan periodontitis pada individu sistemik dikompromikan,

seperti pasien dengan DMT2.

Kondisi inflamasi periodontitis kronis di induksi oleh biofilm

patogenik atau plak dental yang menempel pada permukaan gigi. Patogen

periodontal klasik adalah bakteri gram negatif seperti Porphyromonas

gingivalis, Tannerella forsythia, and Treponema denticola. Meskipun

bakteri memainkan peran penting dalam penyakit periodontal, faktor host

yang beresiko juga dibutuhkan. Proses inflamasi yang terjadi pada

periodontitis ditandai dengan infiltrasi leukosit, yang membatasi tingkat

invasi bakteri namun secara bersamaan membahayakan jaringan

periodontal. Penghancuran ligamen periodontal dan tulang alveolar

diperkirakan karena hasil dari gangguan keseimbangan homeostatis

antara respon host dengan bakteri yang menyebabkan inflamasi di dekat

daerah proksimal tulang. Respon imun host kepada bakteri dan

produknya menstimulasi produksi faktor osteoklastogenik oleh sel imun

dan sel osteoblas, yang menginduksi kehilangan tulang. Beberapa

penelitian melaporkan bahwa individu dengan periodontitis mengalami

peningkatan level interleukin-1 (IL-1), Tumor Necrosis Factor-α (TNF-

α), dan interleukin-6 (IL-6) pada cairan gingiva dan cairan klefikular di

sulcus gingiva. Delesi genetik dan inhibisi spesifik dari sitokin ditemukan

menurunkan progresif dari penyakit periodontal. Dengan demikian

periodontitis adalah penyakit kompleks, yang memiliki beberapa faktor

penyebab yang memainkan peran simultan dan interaktif. Kehilangan

tulang disebabkan oleh pembentukan biofilm bakteri , kemampuan


bakteri dan produknya untuk menembus barrier epitel ke jaringan

penghubung, respon host, dan faktor lingkungan seperti stress dan adanya

penyakit sistemik seperti diabetes.

Diabetes juga dapat menyebabkan ketoasidosis, dimana tubuh

menggunakan lemak bukan glukosa akibat terlalu sedikit insulin dalam

darah, atau jika resistensi insulin terlalu tinggi . Hal ini menyebabkan

molekul asam yang dikenal sebagai keton untuk membentuk sebagai

produk limbah. Limbah keton dapat diekskresikan pada nafas,

menyebabkan nafas dan bau mulut untuk memiliki aroma yang mirip

dengan buah pir atau aseton.

Langkah pertama perawatan pasien dental dengan DM adalah

menentukan tipe DM yang diderita, metode perawatan (diet, oral

hypoglycemic, insulin, kombinasi), tingkat kontrol, dan adanya

komplikasi DM. Perlunya untuk konsultasi dengan dokter umum atau

internis yang merawat pasien. Presedur bedah oral dan dentoalveolar

harus direncanakan dengan hati-hati untuk menurunkan resiko

hipoglikemia dan defisiensi nutrisi. Glukometer sangat diperlukan untuk

mengecek kadar gula darah. Jika kadar glukosa dibawah 60 mg/dl,

modifikasi perawatan spesifik diperlukan, prosedur dental harus

dijadwalkan ulang, dan perlu konsultasi medis. Pasien yang menjalani

prosedur bedah oral atau periodontal, pencabutan gigi sederhana, harus

diberikan instruksi diet setelah selesai operasi, instruksi ini sesuai dengan

instruksi dokter umum dan nutrisionis. Jika terdapat infeksi akut pada

pasien DM tidak terkontrol harus diberikan antibiotik dan perlu


modifikasi pengobatan yang tepat. Biasanya pada pasien dengan

kompromis medis termasuk DM direkomendasikan untuk melakukan

perawatan dental pada pagi hari untuk menurunkan stress, namun in tidak

selalu tepat pada pasien DM. Umumnya waktu perawatan yang tepat

adalah sebelum atau setelah puncak aktivitas insulin. Ini dapat

menurunkan resiko reaksi hipoglikemik perioperative, yang terjadi pada

aktivitas puncak insulin.

C. BATU GINJAL

Batu ginjal adalah batu-batu kecil yang terbentuk di dalam ginjal

akibat pengendapan yang terjadi di urin bergerak turun ke pipa kemih

(ureter). Batu ini dapat menyumbat saluran air seni (urethra) dan sewaktu

buang air kecil menyebabkan terasa nyeri serta sukar keluar. Kandungan

batu ginjal dapat berupa kalsium oksalat dan kalsium pospat atau

gabungan keduanya Batu ginjal terbentuk akibat kejenuhan air kemih,

gangguan keasaman ginjal, dan menurunnya faktor penghambat

pembentukan Kristal pada orang dewasa sehat, pH urin berkisar antara

4,5-8,0 sedangkan pH urin rata-rata adalah 6,0. Air kemih yang bersifat

asam memudahkan terbentuknya batu kalsium dan asam urat, sedangkan

air kemih yang bersifat basa memudahkan terbentuknya batu sutruvit.

Beragam jenis kelainan tulang dapat dijumpai pada penyakit ginjal

kronis. Ini menunjukkan bermacam jenis kelainan metabolisme kalsium,

termasuk hidroksilasi dari 1- hidroksikolekalsiferol menjadi vitamin D

aktif, penurunan ekskresi ion hidrogen dan asidosis yang diakibatkannya,

hiperpospatemia, hipokalsemia,dan hiperparatiroidisme sekunder yang


diakibatkan, dan terakhir gangguan biokimiawi pospat oleh proses dialisis.

Hiperparatiroidisme sekunder mempengaruhi 92% pasien yang menerima

hemodialisis. Hiperparatiroidisme dapat berakibat antara lain menjadi

tumor coklat maksila, pembesaran tulang basis skeletal dan mempengaruhi

mobilitas gigi. Beberapa kelainan pada tulang yang lain antara lain adalah

demineralisasi tulang, fraktur rahang, lesi fibrokistik radiolusen,

penurunan ketebalan korteks tulang, dan lain-lain. Sedang pada gigi dan

jaringan periodonsium antara lain, terlambat tumbuh, hipoplasi enamel,

kalsifikasi pulpa, penyempitan pulpa, dan lain-lain.

KESIMPULAN
Diabetes melitus (DM) adalah gangguan yang disebabkan karena

kekurangan insulin relatif maupun absolut : kurangnya output insulin dari

pankreas, atau jaringan disekitarnya yang tidak responsif terhadap insulin.

Diabetes adalah gangguan umum dengan disertai manifestasi oral yang

berdampak pada kesehatan gigi dan ada kekhawatiran kemampuan

manifestasi oral yangsangat mempengaruhi kontrol metabolisme dari

diabetes. Diabetes dan periodontitis adalah dua penyakit kronis yang

saling berhubungan. Periodontitis merupakan manifestasi klinis dari

diabetes. Diabetes merupakan faktor resiko penting periodontitis.

Periodontitis adalah penyakit kompleks, yang memiliki beberapa faktor

penyebab yang memainkan peran simultan dan interaktif. Kehilangan

tulang disebabkan oleh pembentukan biofilm bakteri , kemampuan bakteri

dan produknya untuk menembus barrier epitel ke jaringan penghubung,

respon host, dan faktor lingkungan seperti stress dan adanya penyakit

sistemik seperti diabetes. Langkah pertama perawatan pasien dental

dengan DM adalah menentukan tipe DM yang diderita, metode perawatan

(diet, oral hypoglycemic, insulin, kombinasi), tingkat kontrol, dan adanya

komplikasi DM. Perlunya untuk konsultasi dengan dokter umum atau

internis yang merawat pasien.


REFERENSI

1. Casiglia. 2013. Oral Manifestations of Systemic Diseases.

http://emedicine.medscape.com/article/1081029-overview#showall.

Diakses tanggal 29 april 2016-04-29

2. Setiati Siti, dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna

Publishing; Jakarta Pusat. Hal: 2316

3. Leite et al. 2013. Oral Health adn Type 2 Diabetes. NIH Public Access

4. Scully Crispian. 2012. Medical Problem in Dentistry. Singapore: Elsevier

5. Sonis dkk. 1995. Principle and Practice of Oral Medicine. United states of

america. W.B Saunders Company

6. Carranza et al. 2012. Clinical Periodontology. 11th edition. Singapore:


Elsevier

7. Lecka Czernik and Fowlkes. 2016. Diabetic Bone Disease (Basic and

Transasional Research and Clinical Applications). United States of America:

Springer Hal 1, 98, 99

8. Burket et al. 2008. Oral Medicine Eleventh Edition. India: BC Decker Inc.

Hal: 517
HASIL DISKUSI

1. PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL


 Lymph Nodes / kelemjar getah bening
Kelenjar getah bening normal biasanya berdiameter kurang dari 1 cm dan
cenderung lebih besar pada orang dewasa muda. Pada orang normal, kelenjar
getah bening sering teraba di daerah inguinal karena trauma kronik dan infeksi
yang sering terjadi di ekstremitas bawah; dapat juga teraba di daerah leher
(terutama daerah submandibular) setelah infeksi daerah kepala dan leher. Pada
umumnya, kelenjar getah bening dengan ukuran lebih besar dari 1 cm
merupakan temuan abnormal.
 Mata
Menurut Perkeni (2011) dan ADA (2012) Diabetes Melitus adalah suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau keduanya, yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan
pembuluh darah. Retina mata Mengalami kebutaan atau pengurangan
penglihatan karena terjadi kelainan yang timbul pada retina akibat proses
retinopati diabetic menyebabkan lensa, saraf, otot, selaput pembuluh darah mata
dapat terganggu fungsinya dan bola mata cekung, Gangguan penglihatan Pada
fase awal penyakit Diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang
mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar ia tetap
dapat melihat dengan baik.

2. TERAPI
Apabila ingin diberikan terapi obat-obatan terhadap pasien , sebaiknya di
konsul kepada dokter spesialis internis terlebih dahulu.
Pemberian pengetahuan tentang cara sikat gigi yang baik .
3. PEMBAGIAN PENYAKIT PERIODONTITIS

PENYAKIT /KELAINAN
JARINGAN PERIODONTAL

GINGIVITIS
PERIODONTITIS

PATOGENESIS / PENYEBAB PATOGENESIS /PENYEBAB

Sebagian besar disebabkan oleh infeksi bakteri. INFEKSI; gingivitis karena bakteri periodontopatik
(Pada umumnya dijumpai di klinik), gingivitis herpes,
Walaupun faktor-faktor lain dapat mempengaruhi
gingivitis candida.
jaringan periodontal, penyebab utama periodontitis
HORMONAL : gingivitis kehamilan, gingivitis
adalah mikroorganisme yang berkolonisasi di menstruasi, epulis Gingivitis karena efek samping
permukaan gigi (plak bakteri dan produk-produk obat; gingival enlargement krn phenytoin, dilantin,
yang dihasilkan) (Fedi dkk., 2000). siklosporin, nifedipin
AUTOIMUN; pemphigoid (gingivosis)
ALERGI; obat, metal, plastik
KLASIFIKASI PERIODONTITIS INJURI ; trauma mekanis, khemis, panas
KELAINAN SEL DARAH; leukemia, netropenia

BERDASARKAN MANISFESTASI KLINIS MENURUT


Genco, Goldman, dan , Schluger, dan Fox (1956) TINGKAT KEPARAHAN DAN INDIKATOR KLINIS

1. Inflamasi RINGAN - inflamasi ditandai eritema ringan


a. Gingivitis (dengan/tanpa pembesaran - < stipling,
- perdarahan ringan
gingival akut/kronik) - probing (PBI :1, GI:1)
2. 2. Distropi
a. Difus
b. Traumatik oklusi : Malfungsi oklusi SEDANG
- inflamasi terlihat nyata,
Restorasi yang salah
- pembesaran kearah lateral
Periodontitis marginal - terbentuk poket gingival
Periodontitis. - eritema dan edema yang nyata,
c. 3. Penyakit degeneratif-periodontosis. - hilangnya stipling,
- hemorrhage
Menurut Genco, Goldman, dan Cohen (1990) - probing sulkus (PBI;2,GI:2)

 Klasifikasi AAP I, II, III, IV. BERAT


 Epidemiologik: moderately, rapidly progressing - poket gingival terlihat nyata,
- diikuti hiperplastik udema
periodontitis.
- pembengkakan gingiva ditandai
 Klinik berdasarkan terapi: refractory ,recurrent. ulserasi papila interdental
 Klinik berdasarkan etiologi: recurrent acute necrotizing - perdarahan spontan (PBI;3-4,
ulcerativeperiodontitis, post localized juvenile GI:3)
periodontitis (Prayitno dan Herman, 1996).
KLASIFIKASI PERIODONTITIS

MENURUT Ranney (1993)

Necrotizing ulcerative
Periodontal abscess
periodontitis

a. Systemic determinants unkown


b. Related to HIV Early-onset periodontitis
c. Related to nutrition Addison's
disease
 Localized early-onset periodontitis
 Neutrophil abnormality
 Generalized early-onset periodontitis
 Immunodeficient
Adult periodontitis  Early-onset periodontitis related to
systemic disease
 Leukocyte adhesion deficiency
 Hypophosphatasia
 Non-aggravated  Papillon-Lefevre syndrome
 Systemically aggravated  Neutropenias
 Neutropenias  Leukemias
 Leukemias  Chediak-Higashi syndrome
 Lazy leukocyte syndrome  AIDS
 AIDS  Diabetes mellitus type I Trisomy 21
 Diabetes mellitus  Histiocytosis X
 Crohn's disease  Ehlers-Danlos syndrome (Type VIII)
 Addison's disease  Early-onset periodontitis, systemic
determinants unknown

KLASIFIKASI PERIODONTITIS

MENURUT KONGGRES AAP (America Academy of


Periodontology)

 Periodontitis Kronis
 Periodontitis Agresif
 Periodontitis sebagai Manifestasi Penyakit Sistemik
CIRI KLINIS KHUSUS PADA PERIODONTITIS

Peridontitis terjadi secara lambat, pada usia 35 tahun ke atas, kerusakan


Dewasa Kronis tulang berkembang lambat dan didominasi oleh bentuk horizontal.
Periodontitis tipe ini paling sering terjadi dan disertai kehilangan tulang.

Periodontitis terjadi segera setelah erupsi gigi sulung. Terjadi dalam


Prapubertal
bentuk terlokalisir, dan menyeluruh.

Muncul pada masa pubertas, dengan gambaran klasik ditandai dengan


Juvenil
kehilangan tulang vertikal yang hebat pada molar pertama permanen, dan
mungkin pada insisif permanen. Biasanya akumulasi plak sedikit, dan hanya
sedikit inflamasi yang terjadi.

Dimulai sekitar masa pubertas hingga 35 tahun. Ditandai dengan resorbsi


Berkembang
tulang alveolar yang hebat, mengenai hampir seluruh gigi. Bentuk
Cepat/Progressive
kehilangan tulang yang terjadi vertiikal tau horizontal, atau kedua-duanya.
Banyaknya kerusakan tulang tidak berhubungan dengan banyaknya faktor
lokal, tetapi dikaitkan dengan penyakit sistemik seperti diabetes mellitus,
sindrom Down, dll.

Refraktori Pada daerah mulut terlihat kehilangan perlekatan yang berlanjut,


walaupun telah dilakukan terapi periodontal yang biasa.

Periodontitis yang terjadi setelah episode berulang dari gingivitis ulseratif


Gingivo-Periodontitis nekrosis akut dalam jangka lama dan tidak dirawat, atau dirawat tapi tidak
Ulseratif Nekrosis tuntas. Efek yang berulang menyebabkan kerusakan jaringan di
interproksimal, membentuk lesi seperti kawah pada jaringan lunak dan
tulang alveolar.

Telah lama diakui bahwa penyakit periodontal disebabkan oleh etiologi


Periodontitis Terkait lokal dalam mulut, khususnya plak bakteri. Meskipun demikian, dikenal
Penyakit Sistemik pula beberapa penyakit sistemik yang dapat menurunkan pertahanan
serta respon hospes. Hal ini dapat menyebabkan individu yang menderita
penyakit sistemik lebih mudah mengalami kerusakan jaringan periodontal.

 DIABETES MELITUS .
Periodontitis kronis lebih sering terjadi dan lebih parah pada individu
diabeti yang disertai komplikasi sistemik yang lebih parah. Penampakan
klinisnya adalah adanya Kehilangan perlekatan dan tulang, kedalaman
poket parah, hingga gigi lepas( Daliemunthe, 2003).
 AIDS
Insidensi kelainan periodontal meningkat seiring bertambahnya defisiensi
imun (Fedi, dkk., 2000). Setiyohadi dan Krishnamurthy (1993 menyatakan
bahwa pada pasien AIDS, periodontitis dikenal HIV-periodontitis. HIV-
periodontitis memilki gambaran adanya eritema gingiva bebas, gingival
attached, dan mukosa alveolar, adanya ulserasi berat pada jaringan lunak
dan kerusakan cepat pada periodontal attachments serta tulang.

Anda mungkin juga menyukai