Anda di halaman 1dari 19

Nama: Clara Ester Octaviana Pasaribu

NIM: 205160101111023

Kelompok: 5

Fasilitator: drg. MALIANAWATI FAUZIA, Sp.Perio.

Skenario 1: Gusiku merah dan mudah berdarah

Perempuan berusia 29 tahun datang ke dokter gigi dengan keluhan gusi berwarna merah dan
sering berdarah saat sikat gigi sejak 1 tahun yang lalu. Anamnesis: pasien mengaku menyikat
gigi 3x sehari karena merasa terdapat lapisan kuning pada pemukaan giginya, selain itu
pasien sering mengkonsumsi kopi dan belum pernah perawatan ke dokter gigi sebelumnya.
Pemeriksaan intra oral : Bleeding On Probing (+) , oedem (+) yang melibatkan margin
gingiva dan interdental papil. Pada bagian anterior terdapat gigi malposisi dan probing depth
= 5 mm tetapi tidak terdapat Loss of Attachment (LOA), terdapat noda kecoklatan pada
bagian palatal serta terdapat kalkulus pada bagian lingual anterior rahang bawah, nilai OHI-S
= 3. Dokter gigi menegakkan diagnosis penyakit periodontal, menjelaskan tentang perawatan
yang akan dilakukan dan kemungkinan keberhasilan perawatan serta melakukan Dental
Health Education kepada pasien.

Learning Issues:

1. Gingivitis
 Definisi
 Etiologi
 Ciri klinis
 Factor predisposisi dan factor resiko
 Patogenesa
 Klasifikasi
 Tahapan gingivitis
 Pencegahan dan perawatan
2. Dental deposit
 Definisi
 Macam-macam
3. Pocket
 Macam-macam
 Definisi
 Gambaran klinis
 Gambaran radiologis
 Anatomi normal jaringan periodontal secara radiologis
 Gambaran pada penyakit periodontal secara radiologis
4. Dental health education
5. Pocket content

Learning Outcomes:

1. Gingivitis
 Definisi
Menurut Pratiwi dan Mumpuni (2013), gingivitis adalah peradangan pada
gusi, Gingivitis sering terjadi kapan saja setelah tumbuh gigi. Gingivitis adalah
imflamasi gingiva pada kondisi gingivitis tidak terjadi kehilangan perlekatan.
Pada pemeriksaan klinis terdapat gambaran kemerahan di margin gingiva.
 Etiologi
Faktor-faktor etiologi penyakit gingiva dapat diklasifikasikan dengan berbagai
dan berdasarkan keberadaannya menurut Dalimunte (1996), faktor tersebut
dapat diklasifikasikan atas:
a. Faktor lokal
1) Dental plaque adalah deposit lunak yang membektuk biofilm yang
menumpuk kepermukaan gigi atau permukaan keras lainnya dirongga mulut
seperti restorasi lepasan dan cekat.
2) Dental calculus adalah massa terkalsifikasi yang melekat
kepermukaan gigi asli maupun gigi tiruan. Biasanya calculus terdiri dari
plaque bakteri yang telah mengalami mineralisasi. Berdasarkan lokasi
perlekatannya di kaitkan dengan tepi gingiva, calculus dapat dibedakan atas
calculus supragingiva dan subgingiva.
3) Material alba adalah deposit lunak, bersifat melekat, berwarna
kuning atau putih keabu-abuan, dan daya melekatnya lebih rendah
dibandingkan plaque dental.
4) Dental stain adalah deposit berfigmen pada permukaan gigi.
5) Debris /sisa makanan
b. Faktor sistemik Faktor-faktor sistemik adalah faktor yang diubungkan
dengan kondisi tubuh, yang dapat mempengaruhi respon periodontium
terhadap penyebab lokal. Faktor-faktor sistemik tersebut adalah :
1) Faktor-faktor endokrin (hormonal) meliputi: pubertas, kehamilan,
dan monopouse
2) Gangguan dan defisiensi nutrisi meliputi: defisiensi vitamin
3) Defisiensi protein serta obat-obatan meliputi :obat-obatan yang
menyebabkan hyperplasia gingiva non imflamatoris dan kontrasepsi hormonal.
4) Penyakit hematologis: leukimia dan anemia.

c. Faktor Genetik Peradangan gingiva yang berasal dari faktor genetik terlihat
pada Hereditary gingival fibromatosis dan beberapa kelainan mukokutaneus
yang bermanifestasi sebagai peradangan gingiva. Hereditary gingival
fibromatosis (HGF) adalah suatu keadaan yang tidak biasa yang ditandai oleh
diffuse gingival enlargement, kadang-kadang menutupi sebagian besar
permukaan atau seluruh gigi. Peradangan timbul tanpa tergantung dari
pengangkatan plak secara efektif. Macam-macam lesi yang dapat
mempengaruhi adalah lichen planus, pemphigoid, pemphigus vulgaris dan
erythema multiforme. Hyperplasia gingiva dapat berasal dari faktor genetik.
Hyperplasia gingiva (sinonim dengan gingival overgrowth, gingival
fibromatosis) dapat terjadi sebagai efek dari pengobatan sistemik seperti
phenytoin, sodium valproate, cyclosporine dan dihydropyridines. Peradangan
tergantung pada perluasan plak.

 Ciri klinis
Karakteristik gingivitis menurut Manson & Eley (1993) adalah sebagai
berikut:
1) Perubahan Warna Gingiva
Tanda klinis dari peradangan gingiva adalah perubahan warna. Warna
gingiva ditentukan oleh beberapa faktor termasuk jumlah dan ukuran
pembuluh darah, ketebalan epitel, keratinisasi dan pigmen di dalam epitel.
Gingiva menjadi memerah ketika vaskularisasi meningkat atau derajat
keratinisasi epitel mengalami reduksi atau menghilang. Warna merah atau
merah kebiruan akibat proliferasi dan keratinisasi disebabkan adanya
peradangan gingiva kronis. Pembuluh darah vena akan memberikan
kontribusi menjadi warna kebiruan. Perubahan warna gingiva akan
memberikan kontribusi pada proses peradangan. Perubahan warna terjadi
pada papila interdental dan margin gingiva yang menyebar pada attached
gingiva.
2) Perubahan Konsistensi
Kondisi kronis maupun akut dapat menghasilkan perubahan pada
konsistensi gingiva normal yang kaku dan tegas. Pada kondisi gingivitis
kronis terjadi perubahan destruktif atau edema dan reparatif atau fibrous
secara bersamaan serta konsistensi gingiva ditentukan berdasarkan kondisi
yang dominan.
3) Perubahan Klinis dan Histopatologis
Gingivitis terjadi perubahan histopatologis yang menyebabkan perdarahan
gingiva akibat vasodilatasi, pelebaran kapiler dan penipisan atau ulserasi
epitel. Kondisi tersebut disebabkan karena kapiler melebar yang menjadi
lebih dekat ke permukaan, menipis dan epitelium kurang protektif
sehingga dapat menyebabkan ruptur pada kapiler dan perdarahan gingiva.
4) Perubahan Tekstur Jaringan Gingiva
Tekstur permukaan gingiva normal seperti kulit jeruk yang biasa disebut
sebagai stippling. Stippling terdapat pada daerah subpapila dan terbatas
pada attached gingiva secara dominan, tetapi meluas sampai ke papila
interdental. Tekstur permukaan gingiva ketika terjadi peradangan kronis
adalah halus, mengkilap dan kaku yang dihasilkan oleh atropi epitel
tergantung pada perubahan eksudatif atau fibrotik. Pertumbuhan gingiva
secara berlebih akibat obat dan hiperkeratosis dengan tekstur kasar akan
menghasilkan permukaan yang berbentuk nodular pada gingiva.
5) Perubahan Posisi Gingiva
Adanya lesi pada gingiva merupakan salah satu gambaran pada gingivitis.
Lesi yang paling umum pada mulut merupakan lesi traumatik seperti lesi
akibat kimia, fisik dan termal. Lesi akibat kimia termasuk karena aspirin,
hidrogen peroksida, perak nitrat, fenol dan bahan endodontik. Lesi karena
fisik termasuk tergigit, tindik pada lidah dan cara menggosok gigi yang
salah yang dapat menyebabkan resesi gingiva. Lesi karena termal dapat
berasal dari makanan dan minuman yang panas. Gambaran umum pada
kasus gingivitis akut adalah epitelium yang nekrotik, erosi atau ulserasi
dan eritema, sedangkan pada kasus gingivitis kronis terjadi dalam bentuk
resesi gingiva.
6) Perubahan Kontur gingiva
Perubahan pada kontur gingiva berhubungan dengan peradangan gingiva
atau gingivitis tetapi perubahan tersebut dapat juga terjadi pada kondisi
yang lain. Peradangan gingiva terjadi resesi ke apikal menyebabkan celah
menjadi lebih lebar dan meluas ke permukaan akar. Penebalan pada
gingiva yang diamati pada gigi kaninus ketika resesi telah mencapai
mucogingival junction disebut sebagai istilah McCall festoon.
 Factor predisposisi dan factor resiko
 salah satu faktor predisposisi gingivitis adalah ketidakseimbangan
hormon endokrin pada waktu pubertas. Peningkatan kadar hormon
endokrin selama usia pubertas menyebabkan vasodilatasi jaringan
gingiva yang mengakibatkan gingivitis
 A. Faktor Resiko Yang Dapat Di Modifikasi
1. Merokok
Merokok adalah salah satu faktor risiko paling penting untuk
periodontitis, dan prevalensi merokok juga dapat menyebabkan
pengurangan prevalensi penyakit periodontal. Perokok 3 kali lebih
mungkin untuk memiliki penyakit periodontal yang parah daripada
yang bukan perokok. Para perokok juga secara signifikan
meningkatkan kehilangan tulang alveolar dan prevalensi
kehilangan gigi yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak
merokok, dan mereka juga memiliki hasil yang buruk dari semua
bentuk perawatan periodontal. Bukti menunjukkan bahwa merokok
mengubah flora mikroba oral yang dapat meningkatkan
mikroorganisme periodontal tertentu atau memengaruhi respons
inang. Nikotin telah terbukti menyebabkan kerusakan jaringan
periodontal, secara langsung atau tidak langsung melalui interaksi
dengan faktor-faktor lain.
2. Kebersihan Mulut Yang Buruk
Kebersihan mulut yang buruk terkait dengan penyakit periodontal
yaitu dengan ditunjukkan dengan kurangnya penyikatan gigi yang
tepat dan tindakan kebersihan mulut lainnya yang dapat mendorong
penumpukan bakteri dan penimbunan plak gigi pada gigi dan gusi
yang dapat menyebabkan tahap perubahan inflamasi pada jaringan
periodontal. Ada hubungan nyata antara kebersihan mulut yang
buruk dan peningkatan akumulasi plak gigi, prevalensi tinggi dan
peningkatan keparahan penyakit periodontal.
3. Perubahan Hormon Pada Wanita
Perubahan hormon pada wanita meningkatkan kemungkinan
penyakit periodontal. Wanita mungkin mengalami gingiva
peradangan sebelum menstruasi dan selama ovulasi karena
tingginya tingkat progesteron yang menghambat perbaikan serat
kolagen dan menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Demikian
pula, wanita hamil sering menunjukkan perubahan pada gingiva,
terjadi gingivitis, dan kadang-kadang pertumbuhan jaringan
gingiva lokal.
4. Diabetes Millitus
Literatur secara konsisten menunjukkan bahwa diabetes mellitus
adalah salah satu faktor risiko sistemik untuk penyakit periodontal
yang dapat menjadi peran utama dalam inisiasi dan perkembangan
penyakit. Diabetes mellitus dikaitkan dengan kerusakan ligamen
periodontal yang selanjutnya dapat menyebabkan kehilangan gigi .
Cairan crevicular dan saliva gingiva memiliki konsentrasi mediator
inflamasi yang lebih tinggi termasuk berbagai jenis sitokin di
antara pasien diabetes dengan periodontitis dibandingkan dengan
individu nondiabetes dengan penyakit periodontal .
5. Obat – obatan
Kerentanan terhadap infeksi dan penyakit periodontal meningkat
ketika aliran saliva berkurang karena obat-obatan tertentu. Obat
yang paling umum yang bisa meminimalkan aliran air liur dan
menghasilkan kekeringan mulut termasuk antidepresan trisiklik,
atropin, antihistamin, dan beta blocker. Beberapa obat (fenitoin,
siklosporin, dan nifedipin) dapat menginduksi pertumbuhan
abnormal jaringan gingiva yang sering mempersulit pengambilan
plak gigi yang tepat di bawah massa gingiva yang membesar, dan
dengan demikian, dapat semakin memperburuk penyakit
periodontal yang ada.
6. Stress
Stres dapat mengurangi aliran sekresi saliva yang pada gingiva
yang dapat meningkatkan pembentukan plak gigi. Sebuah meta-
analisis dari sekitar 300 artikel empiris telah menunjukkan bahwa
stres berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh dan perubahan
imunologis yang berbeda terjadi sebagai respons terhadap berbagai
peristiwa stres. Individu yang depresi telah terbukti memiliki
konsentrasi kortisol yang lebih tinggi dalam cairan crevicular
gingiva, dan mereka merespon buruk terhadap perawatan
periodontal. Stres akademis juga mengakibatkan kebersihan mulut
yang buruk dan radang gingiva dengan peningkatan konsentrasi
interleukin-1β.

B. Faktor Resiko Tidak Dapat Dimodifikasi

1. Usia

Risiko penyakit periodontal meningkat dengan bertambahnya usia,


itulah sebabnya prevalensi tinggi penyakit periodontal terlihat di antara
populasi lansia. Usia dikaitkan dengan penyakit periodontal, dan secara
signifikan lebih tinggi di antara individu berusia 60-69 tahun
dibandingkan dengan kelompok orang dewasa 40-50 tahun ( Nazir,
2017).

2. Turun Temurun
Turunan adalah salah satu faktor yang berhubungan dengan
periodontitis yang membuat beberapa orang lebih rentan terhadap
penyakit daripada yang lain. Interaksi yang rumit antara faktor genetik
dengan faktor lingkungan dan demografis telah dihipotesiskan untuk
menunjukkan variasi yang luas di antara populasi ras dan etnis yang
berbeda ( Nazir, 2017 ) Menurut Solomon (et all 2017) faktor risiko
penyakit periodontal termasuk faktor lokal dan sistemik. Di antara
yang lokal kita dapat menghitung kebersihan mulut yang buruk,
berbagai cedera, maloklusi, gigi yang belum diganti, parafungsi,
pernapasan mulut, merokok, iatrogenies dan lain - lain. Faktor sistemik
dapat dibagi menjadi faktor fisiologis (seperti pubertas, kehamilan,
menopause) dan faktor umum patologis yang meliputi penyakit
sistemik, seperti diabetes, penyakit kardiovaskular, osteoporosis,
penyakit ginjal, aterosklerosis dan lain – lain.
 Patogenesa
Terdapat 4 tahapan lesi pada patogenesis gingivitis:
Lesi dini (initial lesion): Terbentuk karena ada akumulasi plak di sekitar tepi
gingiva. Dalam 24 jam terdapat vasodilatasi di jaringan gingiva terdekat.
Dalam 2-4 hari: pelebaran rang interselular sehingga aliran cairan krevikular
gingiva membasuh substansi berbahaya keluar dan melepas antibodi,
komplemen, dan inhibitor protease. Sel neutrofil mulai muncul.
Lesi awal: Dapat bertahan untuk waktu yang cukup lama. Setelah beberapa
hari ditemukan terjadinya peningkatan jumlah unit vaskular sehingga secara
klinis tampak adanya eritema.
Lesi menetap: Aliran cairan krevikular gingiva meningkat. Terdapat
peningkatan jumlah limfosit dan sel plasma dalam jaringan ikat dan epitel
penghubung. Epitel penghubung berubah menjadi epitel poket. Lesi menetap
dapat tetap stabil tapa ada perkembangan selama beberapa bulan atau tahun,
atau dapat berkembang menjadi les lanjut yang destruktif.
Lesi lanjut: Sejalan dengan bertambah dalamnya poket, biofilm terus
berkembang ke arah apikal. Infiltrat sel peradangan melas lebih ke apikal ke
dalam jaringan ikat. Banyak ditemukan sel plasma. Terdapat kehilangan
perlekatan jaringan ikat dan tulang alveolar yang menunjukkan permulaan
terjadinya periodontitis. Penyakit dimulai dan dipertahankan ole substansi
yang dihasilkan oleh biofilm. Beberapa (seperti protease) menyebabkan
menyebabkan kerusakan langsung pada sel-sel hopes, beberapa menyebabkan
kerusakan dengan mengaktifkan respons peradangan dan respons imun
hospes.
 Klasifikasi
1. Gingivitis marginalis kronis Menurut Rosad (2008) dalam (Hirdayanti,
Kuswardani dan Gustria, R. 2012) gingivitis merupakan suatu
peradangan gingiva pada daerah margin yang banyak dijumpai pada
anak, ditandai dengan perubahan warna, ukuran konsistensi, dan
bentuk permukaan gingiva. Penyebab peradangan yang paling umum
yaitu disebabkan oleh penimbunan bakteri plaque. Perubahan warna
dan pembengkakan gingiva merupakan gambaran klinis terjadinya
gingivitis marginalis kronis.
2. Eruption gingivitis Merupakan peradangan yang terjadi di sekitar gigi
yang sedang erupsi dan berkurang setelah gigi tumbuh sempurna
dalam rongga mulut, sering terjadi pada anak usia 6-7 tahun ketika gigi
permanen mulai erupsi. Eruption gingivitis berkaitan dengan
akumulasi plaque.
3. Gingivitis Artefacta Peradangan karena perilaku yang sengaja
melakukan cedera fisik dan menyakiti diri sendiri. Salah satu penyakit
periodontal yang disebabkan oleh adanya cedera fisik pada jaringan
gingiva disebut sebagai gingivitis artefakta yang memiliki varian
mayor dan minor.
Gingivitis artefakta minor merupakan bentuk yang kurang parah dan
dipicu oleh iritasi karena kebiasaan menyikat gigi yang terlalu
berlebihan. Kondisi ini juga dapat terjadi akibat menusuk gingiva
dengan menggunakan jari kuku atau benda asing lainnya.
Gingivitis artefakta mayor merupakan bentuk yang lebih parah, karena
melibatkan jaringan periodontal. Perilaku ini berhubungan dengan
gangguan emosional. Peradangan gingiva oleh karena perilaku
mencederai diri sendiri terjadi pada anak-anak dibandingkan pada
orang dewasa dan prevalensinya lebih banyak terjadi pada perempuan.
4. Gingivitis Akut Gambaran klinis pada gingivitis akut adalah
pembengkakan yang berasal dari peradangan akut dan gingiva yang
lunak. Debris yang berwarna keabu-abuan dengan pembentukan
membran yang terdiri dari bakteri, leukosit polimorfonuklear dan
degenarasi epitel fibrous. Pada gingivitis akut terjadi pembentukan
vesikel dengan edema interseluler dan intraseluler dengan degenarasi
nukleus dan sitoplasma serta rupture dinding sel.
5. Gingivitis Kronis Gambaran gingivitis kronis adalah pembengkakan
lunak yang dapat membentuk cekungan sewaktu ditekan yang terlihat
infiltrasi cairan dan eksudat pada peradangan. Pada saat dilakukan
probing terjadi perdarahan dan permukaan gingiva tampak kemerahan.
Degenerasi jaringan konektif dan epitel dapat memicu peradangan dan
perubahan pada jaringan tersebut. Jaringan konektif yang mengalami
pembengkakan dan peradangan sehingga meluas sampai ke permukaan
jaringan epitel. Penebalan epitel, edema dan invasi leukosit dipisahkan
oleh daerah yang mengalami elongasi terhadap jaringan konektif.
Konsistensi kaku dan kasar dalam mikroskopis nampak fibrosis dan
proliferasi epitel adalah akibat dari peradangan kronis yang
berkepanjangan.
6. Gingivitis pada gigi karies dan loose teeth (eksfoliasi parsial). Pada
pinggiran margin yang tererosi akan terdapat akumulasi plak, sehingga
dapat terjadi edema sampai dengan abses.
7. Gingivitis pada maloklusi dan malposisi. Gingivitis disertai dengan
perubahan warna gusi menjadi merah kebiruan, pembesaran gusi,
ulserasi, dan bentuk poket dalam yang menyebabkan terjadinya pus,
meningkat pada anak-anak yang memiliki overjet dan overbite yang
besar, kebiasaan bernafas melalui mulut, open bite, edge to edge, dan
protrusif.
8. Gingivitis pada mucogingival problems. Mucogingival problems
merupakan salah satu kerusakan atau penyimpangan morfologi,
keadaan, dan kuantitas dari gusi di sekitar gigi (antara margin gusi dan
mucogingival junction) yang ditandai oleh mukosa alveolar yang
tampak sangat tipis dan mudah pecah, susunan jaringan ikatnya yang
lepas serta banyaknya serat elastis (Richardson, 1979).
9. Gingivitis karena resesi gusi lokalisata. Terjadi karena trauma sikat
gigi, alat ortodontik, frenulum labialis yang tinggi, dan kebersihan
mulut yang buruk (Koch,1991; Andlaw dan Rock, 1992; Carranza,
2002).
10. Gingivitis karena alergi. Adanya gingivitis yang bersifat sementara
terutama berhubungan dengan perubahan cuaca (McDonald dan
Avery).
 Tahapan gingivitis
Menurut Besford (1996), proses terjadinya gingivitis dibagi menjadi beberapa
tahap yaitu:
a. Tahap pertama Plaque yang terdapat pada gigi dekat gusi menyebabkan gusi
menjadi merah (lebih tua dari merah jambu), sedikit membengkak (membulat,
dan bercahaya, tidak tipis dan berbintik seperti kulit jeruk), mudah berdarah
ketika disikat (karena adanya luka kecil pada poket gusi), tidak ada rasa sakit.
b. Tahap kedua Setelah beberapa bulan atau beberapa tahun peradangan ini
berlangsung. Plaque dapat menyebabkan serabut paling atas antara tulang
rahang dan akar gigi membusuk, dan ini diikuti dengan hilangnya sebagian
tulang rahang pada tempat perlekatan. Poket gusi juga menjadi lebih dalam
dengan penurunan tinggi tulang rahang, gusi tetap berwarna merah, bengkak
dan mudah berdarah ketika disikat, tetapi tidak terasa sakit.
c. Tahap ketiga Setelah beberapa bulan tanpa pembersihan plaque yang baik,
dapat terjadi tahap ketiga. Saat ini akan lebih banyak lagi tulang rahang yang
rusak dan gusi semakin turun, meskipun tidak secepat kerusakan tulang.gusi
menjadi lebih dalam (lebih dari enam mm), karena tulang hilang, gigi menjadi
sakit, goyang dan kadang-kadang gigi depan mulai bergerak dari posisi
semula. Kemerahan, pembengkakan, dan perdarahan masih tetap seperti
sebelumnya, dan tetap tidak ada rasa sakit.
d. Tahap keempat Tahap-tahap ini biasanya terjadi pada usia 40-an atau 50-an
tahun, tetapi terkadang dapat lebih awal. Setelah beberapa tahun lagi tetap
tanpa pembersihan plaque yang baik dan perawatan gusi, tahap terkhir dapat
dicapai, sekarang kebanyakan tulang di sekitar gigi telah mengalami
kerusakan sehingga beberapa gigi menjadi sangat goyang, dan mulai sakit,
pada tahap ini merupakan suatu tahap gingivitis yang di biarkan, sehingga
gingivitis terus berlanjut ketahap paling paling akut yaitu periodontitis.
 Pencegahan dan perawatan
- Pencegahan gingivitis Menurut Depkes RI., ( 2002 ), untuk mencegah
terjadinya gingivitis, pertumbuhan bakteri dan plaque pada permukaan gigi
jangan dibiarkan kesempatan untuk bertambah dan harus dihilangkan,
sebenarnya tiap orang mampu, tetapi untuk melakukannya secara teratur dan
berkesinambungan diperlukan kedisiplinan pribadi masing-masing, cara
mencegah terjadinya gingivitis yaitu :
a. Menjaga kebersihan mulut, yaitu; sikatlah gigi secara teratur setiap sesudah
makan dan sebelum tidur.
b. Mengatur pola makan dan menghindari makanan yang merusak gigi, yaitu:
makanan yang banyak gula.
c. Periksalah gigi secara teratur ke dokter gigi dan Puskesmas setiap 6 bulan
sekali. - Perawatan gingivitis Menurut Menson dan Eley (1993),
perawatan gingivitis terdiri dari tiga komponen yang dapat dilakukan bersama
yaitu:
a. Interaksi kebersihan mulut
b. Menghilangkan plaque dan calculus dengan scalling
c. Memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan plaque.
Ketiga macam perawatan ini saling berhubungan, pembersihan plaque dan
calculus tidak dapat dilakukan sebelum faktor-faktor retensi plaque diperbaiki.
- Berikut perawatan yang dapat dilakukan pada peradangan gingiva yaitu:
1. Scaling dan Root Planing Scaling adalah suatu proses membuang plak dan
kalkulus dari permukaan gigi, baik supragingiva maupun subgingiva.
Sedangkan root planing adalah proses membuang sisa – sisa kalkulus yang
terpendam dan jaringan nekrotik pada sementum untuk menghasilkan
permukaan akar gigi yang licin dan keras. Tujuan utama skeling dan root
planing adalah untuk mengembalikan kesehatan gusi dengan cara membuang
semua elemen yang menyebabkan radang gusi baik plak maupun kalkulus dari
permukaan gigi.
2. Penyikatan gigi Dalam suatu penelitian mengenai kebiasaan menyikat gigi
di Amerika menunjukkan hanya 60% masyarakat melakukannya dengan ketat.
Hasil ini menunjukkan pentingnya motivasi dan penyuluhan tentang penjagaan
kebersihan mulut. Selain itu kesempurnaan hasil penyikatan lebih penting dari
pada teknik penyikatannya.
3. Flossing Flossing sebagai alat yang berguna untuk menentukan status
peradangan gingiva interproksimal pada anak, khususnya pada kondisi
kesehatan gingiva.
4. Berkumur dengan obat Berbagai obat kumur hanya sedikit yang berisi
bahan kimia yang mampu mematikan bakteri plak, sehingga hanya obat kumur
tertentu yang mendapatkan pengakuan dari American Dental Assosiation.
Keunggulan obat kumur adalah dapat menyerap ke daerah subgingiva
walaupun hanya beberapa milimeter saja. Jadi obat kumur tetap paling efektif
terhadap plak supragingiva (Reddy, 2008).
2. Dental deposit
 Definisi
Deposit merupakan lapisan yang menumpuk dan melekat pada permukaan
gigi.
 Macam-macam
1. Aquired pellicle
Merupakan lapisan tipis, licin, dan tidfak berwarna, translusen, aseluler,
dan bebas bakteri. Lokasi tersebar secara meratapad apermukaan gigi dan
lebih banyak pada area yang berdkatan dengan gingiva. Aquired pellicle
inidapat terbentuk setelah gigi erupsi, juga setelah kutikula email primer
dan reduced email epithelium (membran Nasymith) hilang karena adanya
abrasiatau pada permukaan gigi yang baru saja disikat, sehingga gigi
langsung berkontak dengan saliva dan flour mikroorganisme. Lapisan ini
terditi atas mukoprotein dan glikoprotein dengan sedikit lipid. Lapisan
dapat dihilangkan dengan cara menyikat gigi, kemudian akan terbentuk tak
lama setelah dibersihkan.
2. Materia Alba
Materia alba merupakan suatu deposit lunak, berwarna kuning atau putih
keabuabuan yang melekat pada permukaan gigi, restorasi, kalkulus, dan
gingiva. Tidak memeiliki struktur yang spesifik sehimgga mudah
dibersihkan, tetapi untuk pembersihan yang sempuna dapat ditangani
dengan pembersihan secara mekanis. Dapat menyabakan iritasi lokal pada
gingiva sehingga dapat merupakan penyebab umu dari gingivitis. Dapat
terbentuk beberapa jam setelah gigi dibersihkan.
3. Debris Makanan
Mengalami likuifikasi oleh enzim bakteri dan bersih selana 5-30 menit.
Walaupun ada kemungkinan tertinggal pada permukaan gigi dan membran
mukosa. Debris lebih mudah dibersihkan daripada materia alba, dan plak
denagn pengunyahan dan saliva. Kecepatan pembersihan debris tergantung
dari jenis makanan dan individunya. Bahan yang lebih cair lebih mudah
dibersihkan daripada padat. Contoh : Air gula akan tertinggal dalam saliva
selama 15 menit, sedangkan gula pasir akan tertinggal dalam saliva
sebanyak 30 menit. Di sisi lain, makanan yang lengket akan lebih bertahan
lama dalam saliva daripada makanan yang kasar atau tidak lengket. Juga
makanan yang dingin lebih cepat dibersihkan daripada makanan panas.
4. Plak gigi
Merupakan deposit lunak yang menempel pada permukaan gigi, terdiri
dari mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matrik
interseluler ketika individu melalikan kebersihan giginya. Tidak dapat
dibersihkan denagn cara kumur biasa, hanya dapat dibersihka dengan cara
sempurna dan mekanis. Faktor-faktor yang memeangaruhi pembentukan
plak yaitu, Lingkungan fisik, friksi atau gesekan dengan makanan, dan
pengaruh diet.
3. Pocket
 Macam-macam
a) Poket Suprabony (suprakrestal/supraalveolar) Ditandai dengan dasar poket
terletak lebih koronal di banding puncak tulang alveolar.
b) Poket Infrabony (Infrabony, Subkrestal, Intraalveolar) Ditandai dengan
dasar poket terletak lebih apikal dibanding puncak tulang alveolar. Dinding
poket lateral terletak di antara permukaan gigi dan tulang alveolar.
I. Berdasarkan permukaan yang terlibat
c) Simple pocket : hanya mengenai permukaan gigi.
d) Compound pocket : poket yang hanya mengenai 1 atau lebih permukaan
gigi, dimana besar poket berhubungan langsung dengan marginal gingiva
masing-masing permukaan yang terkena poket : bukal, distal, mesial, lingual
pada satu gigi.
e) Complex pocket / spiral pocket / multiple pocket : berasal dari satu
permukaan gigi dan sekelilling gigi meliputi 1 atau lebih permukaan
tambahan.
II. Berdasarkan morfologi
f) Poket gingiva
• Pseudo poket, artifisial poket, poket semu, false pocket
• Dibentuk oleh gingival enlargement
• Tidak terjadi destruksi underlying jaringan periodontal
• Pendalaman sulcus karena kenaikan bagian terbesar gingiva
g) Poket periodontal (true pocket)
• Terbentuk karena destruksi jaringan pendukung periodontal
• Proses pendalaman poket progresif dapat merusak jaringan pendukung
periodontal, melonggarkan dan melepaskan gigi
 Definisi
• Poket periodontal merupakan sebuah sulkus (ruang sempit berbentuk V)
gingiva yang bertambah dalam secara patologis. Poket periodontal,
didefinisikan sebagai proses bertambah dalamnya sulkus gingiva, merupakan
salah satu gambaran klinis penyakit periodontal.
• Poket periodontal adalah pendalaman sulkus gingiva yang bersifat patologis.
Poket periodontal merupakan gambaran klinis penyakit periodontal
 Gambaran klinis
• Disklorasi warna menjadi merah kebiruan pada dinding gingiva
• Lembek
• Adanya pembengkakan atau edema
• Adanya Pus
• Terjadi malposisi pada gigi
• Terjadi Bleeding On Probing
• Pasien merasa sakit bila dilakukan probing
• Diastema
 Gambaran radiologis
Radiografi menunjukkan area yang kehilangan tulang dimana dicurigai adanya
poket. Radiografi tidak menunjukkan kedalaman poket sehingga radiografi
tidak menunjukkan perbedaan antara sebelum dan sesudah penyisihan poket
kecuali kalau tulangnya sudah diperbaiki.
Pada poket infrabony, dasar poket terletak di ujung puncak tulang alveolar,
dan dinding poket terletak di antara gigi dan tulang. Pengeroposan tulang
dalam banyak kasus terjadi secara vertikal. Atau, dalam poket suprabony,
dasarnya berada di koronal ke puncak alveolar tulang, dan dinding poket
terletak di koronal ke tulang. Jenis alveolar crest selalu terjadi secara
horizontal (Newman et al, 2019).
 Anatomi normal jaringan periodontal secara radiologis
Untuk dapat menginterpretasi radiograf, klinikan harus mengetahui bentuk
jaringan sehat yang mana tidak adanya kehilangan tulang/ bone loss. Bentuk
radiograf yang berkaitan yaitu hubungan antara crestal bone margin dan
cemento-enamel junction. Jika terdapat jarak normal (2-3 mm) dan tidak ada
tanda klinik dari hilangnya perlekatan maka bisa dikatakan tidak terdapat
periodontitis. Gambaran radiografi yang menunjukkan tulang alveolar yang
sehat biasanya adalah :
- Pipih, halus, margin kortiasi merata ke tulang crestal interdental di daerah
posterior. - Pipih, rata, titik margin ke interdental crestal bone pada daerah
anterio
- Kortikasi pada atas crest tidak selalu jelas, karena hanya sedikit pada tulang
diantara gigi anterior
- Interdental crestal bone diteruskan dengan lamina dura dari perlekatan gigi.
Sambungan antara keduanya membentuk sudut yang tajam.
- Pipih meskipun lebar pada mesial dan space pada bagian distal ligament
periodontal. (Whaites, 2013)
 Gambaran pada penyakit periodontal secara radiologis
- Gingival diseases Radiograf memperlihatkan tidak adanya hubungan
keterlibatan langsung jaringan lunak pada gingival diseases. Meskipun, pada
beberapa kass Necrotizing Ulcerative Gingivitis (NUG) atau Acute Ulcerative
Gingivitis (AUG) dimana terdapat lubang yang luas pada interdental papilla,
kerusakan inflamasi dari crestal bone yang mendasar dapat diamati. (Whaites,
2013)
- Periodontitis Periodontitis merupakan nama yang diberikan pada penyakit
periodontal ketika inflamasi superficial pada jaringan gingiva menyebar ke
dalam tulang alveolar dan terdapat kehilangan perlekatan. Kerusakan dapat
terlokalisir, pada beberapa area mulut, atau secara general ke seluruh
permukaan. Pada chronic periodontitis progress dan kelanjutan kerusakan
tulang biasanya terjadi secara lambat dan berlanjut dalam beberapa tahun.
Sedangkan, agresif periodontitis biasanya berulang. Gambaran radiograf dari
jenis periodontitis adalah sama, penyebarannya dan tingkat kerusakan tulang
yang bervariasi. Hal-hal yang mendeskripsikan terjadi kerusakan tulang
termasuk ; Horizontal bone loss, Vertical bone liss. Furcation ivolvements.
- Periodontitis akut
o Kehilangan dari kortikat interdental crestal margin, tepi tulang menjadi
irregular atau tumpul.
o Pelebaran jarak dari ligamen periodontal pada crestal margin
o Lokalisasi atau secara umum kehilangan pendukung tulang alveolar.
o Bentuk dari kehilangan tulang-horizontal dan atau vertical. Hasil dari
hilangnya tulang atau bentuk kerusakan kompleks intra bony.
o Kehilangan tulang pada daerah furkasi pada gigi yang memiliki banyak akar.
o Pelebaran dari interdental periodontal ligament.
- Agresif periodontitis
o Beberapa kerusakan tulang vertical pada molar pertama atau insisif
o Kerusakan yang berbentuk seperti piring atau cekungan
o Terkadang kerusakan tulang lebih generalized
o Perpindahan dari insisif dengan formasi diastema
o Kehilangan tulang dengan cepat.
4. Dental health education
Pendidikan kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu proses pendidikan yang
timbul atas dasar kebutuhan kesehatan gigi dan mulut yang bertujuan
untuk menghasilkan kesehatan gigi dan mulut yang baik dan meningkatkan
taraf hidup.
5. Pocket content
Periodontal pocket terdiri dari koloni mikroba dan produknya (enzim, endotoksin, dan
produk metabolisme lainnya), cairan sulkus gingiva, musin saliva, sisa makanan, sel
epitel yang mengalami deskuamasi, dan leukosit. Eksudat purulen terdiri dari hidup,
leukosit yang mengalami degenerasi dan nekrotik, bakteri hidup dan mati, serum dan
fibrin.

Daftar Pustaka

NI, I. (2018). GAMBARAN GINGIVITIS PADA IBU HAMIL YANG BERKUNJUNG KE


PUSKESMAS PAYANGAN TAHUN 2018 - Repository Politeknik Kesehatan
Denpasar. Poltekkes-Denpasar.ac.id.
‌ Jannah, Luthfi Laukhatul, Noor, & drg. Suyadi. (2014). Perbedaan Nilai Status Kesehatan
Gingiva Antara Prapubertas Di SD Dengan Pubertas Di SMP Ta’mirul Islam Surakarta
- UMS ETD-db. Ums.ac.id.
HUSEN, G. H., & PRAPTIWI, YENNI HENDRIANI. (2020). GAMBARAN INDEKS
GINGIVITIS PADA KOMUNITAS ANAK JALANAN TANPA ATAS DI KOTA
BANDUNG - Repository Poltekkes Kemenkes Bandung. Poltekkesbandung.ac.id.
Permatasari,Mughni, J. (2018). PERBANDINGAN EFEKTIVITAS FLAVONOID DAN
TANIN EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L.) DALAM
MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Porphyromonas gingivalis (in vitro) -
Repository Universitas Muhammadiyah Semarang. Unimus.ac.id.
Rana Amira Sari. (2015). HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN TERJADINYA POKET
PERIODONTAL PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 - Repository
Poltekkesjogja. Poltekkesjogja.ac.id.
Wahyuningtyas, A. (2021). FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TERJADINYA PENYAKIT PERIODONTAL PADA REMAJA DI POLI GIGI RSU
UMM - UMM Institutional Repository. Umm.ac.id.
Ragil Afriansyah Ali. (2016). EFEKTIVITAS DENTAL HEALTH EDUCATION
DISERTAI DEMONSTRASI CARA MENYIKAT GIGI TERHADAP TINGKAT
KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT ANAK SEKOLAH
DASAR. PHARMACON, 5(1).
Shantipriya reddy. 2011. Essentials of Clinical Periodontology and Periodontics 3rd edition.
Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd; India.
Whaites E. 2013. Essentials of dental radiography and radiology 5 th edition. Elsevier;
Singapore.

Anda mungkin juga menyukai