Anda di halaman 1dari 9

SCENARIO PBL1

A 30 years old male patient went to dental hospital because he felt


uncomfortable due to his gingival bleeding when brushing his tooth. He
felt the roughness of his tooth although he brush his tooth frequently and
never visit the dentist before. Patient consumed coffee routinely every
morning and smoked cigarette one box everyday. Intra oral examination
showed gingival generalised oedema, erythema and heavy calculus located
on teeth all region. Oral Hygiene Index is 8,7 , Plak Index is 80%, bleeding on probing positif.

Seorang pasien laki2 berusia 30 th pergi ke RS gigi karena merasa tdk nyaman akibat gusi berdarah
saat menyikat gigi. Dia merasakan kekasaran giginya meskipun dia sering menyikat gigi & tdk pernah
mengunjungi drg seblmnya. Pasien mengkonsumsi kopi secara rutin setiap pagi dan merokok satu
kotak setiap hari. Pemeriksaan intraoral menunjukkan oedema generalisata gingiva, eritema dan
kalkulus berat yang terdapat pada seluruh regio gigi. Oral Hygiene Index 8,7 , Plak Index 80%,
perdarahan saat probing positif.
KLARIFIKASI ISTILAH
1. Oedema generalisata gingiva
2. Eritema
RUMUSAN MASALAH
1. DIAGNOSIS KASUS
Gingivitis : Menurut Pratiwi dan Mumpuni (2013), gingivitis adalah peradangan pada gusi, Gingivitis
sering terjadi kapan saja setelah tumbuh gigi. Gingivitis adalah imflamasi gingiva pada kondisi
gingivitis tidak terjadi kehilangan perlekatan. Pada pemeriksaan klinis terdapat gambaran kemerahan
di margin gingiva.
2. INTERPRETASI PEMERIKSAAN
3. ETIOLOGI
• Etiologi gingivitis Menurut Dalimunte (1996), faktor tersebut dapat diklasifikasikan atas:
a. Faktor lokal
1) Dental plaque adalah deposit lunak yang membektuk biofilm yang menumpuk kepermukaan gigi
atau permukaan keras lainnya dirongga mulut seperti restorasi lepasan dan cekat.
2) Dental calculus adalah massa terkalsifikasi yang melekat kepermukaan gigi asli maupun gigi tiruan.
Biasanya calculus terdiri dari plaque bakteri yang telah mengalami mineralisasi. Berdasarkan lokasi
perlekatannya di kaitkan dengan tepi gingiva, calculus dapat dibedakan atas calculus supragingiva dan
subgingiva.
3) Material alba adalah deposit lunak, bersifat melekat, berwarna kuning atau putih keabu-abuan,
dan daya melekatnya lebih rendah dibandingkan plaque dental
4) Dental stain adalah deposit berfigmen pada permukaan gigi.
5) Debris /sisa makanan
b. Faktor sistemik Faktor-faktor sistemik adalah faktor yang diubungkan dengan kondisi tubuh, yang
dapat mempengaruhi respon periodontium terhadap penyebab lokal. Faktor-faktor sistemik tersebut
adalah :
1) Faktor-faktor endokrin (hormonal) meliputi: pubertas, kehamilan, dan monopouse
2) Gangguan dan defisiensi nutrisi meliputi: defisiensi vitamin
3) Defisiensi protein serta obat-obatan meliputi :obat-obatan yang menyebabkan hyperplasia gingiva
non imflamatoris dan kontrasepsi hormonal.
4) Penyakit hematologis: leukimia dan anemia.
• Etiologi gingivitis secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi plaque induced
gingivitis dan non-plaque induced gingivitis.
Gingivitis Diinduksi Plak (Plaque Induced Gingivitis)
Plak gigi merupakan etiologi paling umum dari gingivitis. Plak merupakan tempat berbagai bakteri,
yang dapat memicu respon inflamasi. Pada dasarnya, respon inflamasi terjadi karena interaksi
antara host, invasi mikroba, dan faktor modifikasi lainnya. Invasi mikroba memicu respon inflamasi
dari host, yang pada awalnya memiliki tujuan protektif. Akan tetapi, jika respon inflamasi menjadi
berlebihan, kerusakan jaringan gingiva dan jaringan sekitar dapat terjadi.[1,6]
Gingivitis Tidak Diinduksi Plak (Non-plaque Induced Gingivitis)
Gingivitis yang tidak dipicu oleh penumpukan plak dapat dipicu oleh:
- Kelainan genetik atau perkembangan: Hereditary gingival fibromatosis (HGF)
- Infeksi bakteri: Necrotizing periodontal disease akibat Selenomonas spp atau Fusobacterium
spp; gonorrhea, sifilis, tuberkulosis, dan Streptococcal gingivitis
- Infeksi virus: virus coxsackie, herpes simpleks 1 dan 2, virus varicella‐zoster, dan human
papilloma virus
- Infeksi jamur: kandidosis, histoplasmosis, aspergillosis
- Reaksi hipersensitivitas: plasma cell gingivitis, eritema multiforme
- Penyakit autoimun pada kulit dan mukosa: pemfigus vulgaris, pemfigoid, lichen planus
- Kondisi inflamasi granulomatosa: Crohn's disease, sarkoidosis
- Neoplasma: leukoplakia, eritroplakia, karsinoma sel skuamosa, leukemia, limfoma
- Gangguan nutrisi: defisiensi vitamin C
- Lesi traumatik: frictional keratosis, toothbrushing‐induced gingival ulceration, penggunaan
cocaine, luka bakar mukosa, penggunaan deterjen pada gigi
- Pigmentasi gingiva: melanoplakia, melanosis perokok, drug induced (minosiklin atau obat
antimalaria), tato amalgam[7]
• Etiologi gingivitis
Faktor yang menyebabkan gingivitis ada 2 yaitu faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor sistemik
aberupa faktor asupan nutrisi, genetik, hematologi atau penyakit darah, hormonal dan obat-
obatan tertentu. Faktor lokal berupa kalkulus, plak, karies, impaksi makanan, restorasi yang
berlebih (Eley dan Manson, 2004).
4. TANDA DAN GEJALA
• Tanda-tanda gingivitis
Menurut Wikipedia (2014) gingivitis merupakan tahap awal dari penyakit periodontal,
gingivitis biasanya ditandai dengan tanda-tanda sebagai berikut:
a. Adanya peradangan pada gingiva
b. Perubahan warna gingiva
c. Perubahan tekstur gingiva
d. Perubahan posisi dari gingiva
e. Perubahan kontur gingiva
f. Adanya rasa nyeri
5. MEKANISME
• Patofisiologi gingivitis
Patofisiologi gingivitis mayoritas berkaitan dengan proses pembersihan rongga mulut yang
tidak adekuat dan menyebabkan akumulasi plak dan bakteri. Jika tidak diatasi, akumulasi plak
tersebut dapat memicu respon inflamasi akut dalam waktu kurang dari satu minggu.
Berdasarkan karakteristik histologi, patofisiologi gingivitis dapat dibagi menjadi initial
lesion, early lesion, established lesion, dan advanced lesion.[1,6]
Lesi Awal (Initial Lesion)
Jaringan gingiva akan merespon akumulasi dari plak mikroba dalam 2-4 hari. Ciri-ciri respon awal
inflamasi pada gingivitis tahap awal adalah bertambahnya cairan krevikular gingiva atau gingival
crevicular fluid (GCF) dan pertambahan jumlah dari neutrofil (PMN). PMN akan bermigrasi
dari junctional epithelium ke sulkus gingiva dan menjadi eksudat dalam GCF. Selain itu, terjadi
kerusakan pada serat kolagen perivaskular akibat deposisi fibrin.[1,6]
Lesi Dini (Early Lesion)
Fase ini berkembang dalam 4-10 hari, di mana gingivitis mengalami transisi dari fase predominan
infiltrasi neutrofilik menjadi infiltrasi limfositik. Progresi penyakit pada tahap ini memasuki tahap
inflamasi kronis yang memiliki karakteristik infiltrasi dominan dari sel limfosit T dan sel mononuklear,
yang disertai dengan perubahan patologis dari sel fibroblast.[1,6]
Lesi Mapan (Established Lesion)
Established lesion berkembang dalam 2-3 minggu. Tahap ini didominasi oleh sel limfosit B yang
teraktivasi dan diikuti oleh kehilangan matriks jaringan ikat pada gingiva marginal, tetapi tidak ada
kehilangan tulang. Sejumlah PMN akan berlanjut untuk bermigrasi melalui junctional epithelium dan
pembentukan poket gingiva mulai terjadi. Secara klinis, lesi akan bermanifestasi sebagai gingivitis
sedang hingga parah. Gingivitis pada tahap ini dapat stabil dalam waktu beberapa bulan hingga
tahun, atau dapat berkembang menjadi advanced lesion yang lebih merusak.[1,6]
Lesi Lanjut (Advanced Lesion)
Pada tahap ini, kerusakan jaringan gingiva terus berlanjut disertai dengan dominasi dari sel plasma,
diikuti oleh kerusakan ligamen periodontal dan tulang alveolar. Secara klinis, tahap initial, early, dan
established lesion adalah manifestasi dari gingivitis, sedangkan advanced lesion adalah manifestasi
dari periodontitis. Perubahan dari established lesion menjadi advanced lesion ditandai dengan:
- Perubahan dari junctional epithelium yang terulserasi menjadi pocket epitelium
- Pembentukan infiltrat inflamasi yang lebih padat, yang terdiri dari sel plasma dan makrofag
- Kehilangan perlekatan kolagen pada permukaan akar gigi
- Resorpsi dari tulang alveolar[1,6]
• Mekanisme gingivitis
Terjadinya gingivitis dimulai pada daerah margin gingiva disebabkan invasi bakteri atau
rangsangan endotoksin. Endotoksin dilepas oleh bakteri Gram negatif yang dihancurkan substansi
interseluler epitel sehingga menimbulkan ulserasi pada ulkus. Terjadi dilatasi pada jaringan
pendukung dan permeabilitas pembuluh darah meningkat, sehingga menyebabkan warna merah
pada jaringan, perdarahan, edema, dan disertai adanya eksudat (Reddy, 2008).
4 tahap terjadinya proses perkembangan penyakit gingivitis :
1) Initial lesion
Tanda-tanda pada fase gingivitis tahap pertama :
a) Eksudasi cairan pada sulkus gingiva
b) Terjadi perubahan pada koronal hampir seluruh epitel junction
c) Vaskulitas pembuluh darah yang memiliki letak lebih rendah dari epitel junctional
d) Peningkatan migrasi leukosit ke epitel junctional dan sulkus gingiva
e) Terdapat protein serum
f) Kehilangan kolagen perivaskuler
2) Early lesion
Tahap early lesion bisa terjadi bila :
a) Deposit plak masih ada
b) Fibroblas mengalami perubahan sitotoksik yang menyebabkan produksi kolagen mengalami
penurunan
c) Jaringan kolagen mengalami kerusakan merupakan jaringan pendukung pada tepi gingiva
d) Inflamasi terlihat jelas
e) Papilla interdental bengkak dan berwarna merah serta mudah berdarah
f) Perdarahan terjadi saat dilakukan probing
3) Estabilished lesion
Keparahan gingivitis akan berlanjut dalam waktu 2-3 minggu. Perubahan klinis yang terjadi pada
tahap Estabilished lesion :
a) Terdapat rona kebiruan pada gingiva yang merah karena gangguan aliran darah pada pembuluh
darah vena.
b) Gingiva terinflamasi cukup sedang sampai parah.
4) Advanced lesion
Tahap Advanced lesion disebut juga tahap sampai kerusakan jaringan periodontal. Tanda klinis
yang terlihat yaitu :
a) Pada tahap estabilished lesion tidak menunjukan kesembuhan.
b) Perpenjangan lesi pada tulang alveolar dan ligamen periodontal dapat menyebabkan
kehilangan tulang alveolar.
c) Pembentukan poket periodontal
d) Kehilangan serabut kolagen yang semakin banyak.
e) Adanya semua tipe sel inflamasi (Reddy, 2008).
• Mekanisme periodontitis
Mekanisme terjadinya periodontitis melibatkan mikroorganisme pada plak gigi pada jumlah
yang besar dalam meresorbsi puncak tulang alveolar. Terjadinya kehilangan kolagen
menyebabkan sel epitelium penyatu pada bagian apikal berpoliferasi sepanjang akar gigi dan
bagian korona dari epitelium penyatu dapat terlepas dari akar gigi. Neutrofil menginvasi pada
bagian korona epitelium penyatu dan memperbanyak jumlahnya. Jaringan akan terlepas dari
permukaan gigi dan kehilangan kesatuan. Sulkus akan meluas secara apikal dan pada tahap ini
sulkus gingiva akan berubah menjadi poket periodontal (Quamilla, 2016).
6. TAHAPAN PERAWATAN
• Penatalaksanaan gingivitis
Berikut perawatan yang dapat dilakukan pada peradangan gingiva yaitu:
1. Scaling dan Root Planing
Scaling adalah suatu proses membuang plak dan kalkulus dari permukaan gigi, baik supragingiva
maupun subgingiva. Sedangkan root planing adalah proses membuang sisa – sisa kalkulus yang
terpendam dan jaringan nekrotik pada sementum untuk menghasilkan permukaan akar gigi yang
licin dan keras. Tujuan utama skeling dan root planing adalah untuk mengembalikan kesehatan
gusi dengan cara membuang semua elemen yang menyebabkan radang gusi baik plak maupun
kalkulus dari permukaan gigi.
2. Penyikatan gigi
Dalam suatu penelitian mengenai kebiasaan menyikat gigi di Amerika menunjukkan hanya 60%
masyarakat melakukannya dengan ketat. Hasil ini menunjukkan pentingnya motivasi dan
penyuluhan tentang penjagaan kebersihan mulut. Selain itu kesempurnaan hasil penyikatan lebih
penting dari pada teknik penyikatannya.
3. Flossing
Flossing sebagai alat yang berguna untuk menentukan status peradangan gingiva interproksimal
pada anak, khususnya pada kondisi kesehatan gingiva.
4. Berkumur dengan obat
Berbagai obat kumur hanya sedikit yang berisi bahan kimia yang mampu mematikan bakteri plak,
sehingga hanya obat kumur tertentu yang mendapatkan pengakuan dari American Dental
Assosiation. Keunggulan obat kumur adalah dapat menyerap ke daerah subgingiva walaupun
hanya beberapa milimeter saja. Jadi obat kumur tetap paling efektif terhadap plak supragingiva
(Reddy, 2008).
7. FAKTOR PREDISPOSISI
• faktor predisposisi gingivitis
Gingivitis merupakan inflamasi yang mengenai jaringan gingiva yang disebabkan oleh plak. Faktor
hormonal yang menjadi faktor predisposisi gingivitis tersebut salah satunya adalah
ketidakseimbangan hormon yaitu peningkatan hormon endokrin pada usia pubertas. 3 Peningkatan
hormon endokrin selama usia pubertas dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah dan
meningkatnya kepekaan iritasi lokal, seperti biofilm plak bakteri, yang mengakibatkan gingivitis
pubertas. 4 Gingivitis pubertas adalah salah satu jenis dari gingivitis yang kadang-kadang berkembang
pada anak-anak dan pubertas dengan keadaan plak yang sedikit dan bahkan sangat sedikit.5
8. TAHAPAN GINGIVITIS

9. GAMBARAN KLINIS
• Gambaran klinis periodontitis
Gambaran klinis periodontitis yaitu terdapat peningkatan kedalaman probing. Perdarahan saat
probing (ditempat aktifnya penyakit) yang dilakukan dengan perlahan dan perubahan kontur.
Fisiologis dapat juga ditemukan kemerahan dan pembengkakan gingiva (Peter, 2002). Tanda klinis
yang membedakan periodontitis dengan gingivitis adalah adanya attachment loss (hilangnya
perlekatan), kehilangan perlekatan ini seringkali dihubungkan dengan pembentukan poket
periodontal dan Berkurangnya kepadatan serta ketinggian dari tulang alveolar dibawahnya
(Newmann, dkk,. 2002).
10. KLASIFIKASI PERIODONTITIS
• Klasifikasi periodontitis berdasarkan etiologi
1) Periodontitis Dewasa Kronis
Periodontitis dewasa adalah tipe periodontitis yang biasanya berjalan lambat. Terjadi pada
usia 35 tahun ke atas. Kehilangan tulang berkembang lambat dan didominasi oleh bentuk
horizontal.
2) Periodontitis Prapubertas
Periodontitis prapubertas adalah tipe periodontitis yang terjadi segera setelah erupsi gigi
sulung. Terjadi dalam bentuk terlokalisir dan menyeluruh. Penyakit periodontal tipe ini jarang
terjadi dan penyebarannya tidak begitu luas.
3) Periodontitis Juvenile
Penyakit periodontal yang mengenai sebagian kecil orang dewasa. Ini adalah bentuk
periodontitis yang muncul pada masa pubertas.
4) Periodontitis Refraktori
Kondisi dimana beberapa daerah pada rongga mulut pasien memperlihatkan kehilangan
perlekatan yang berlanjut, walaupun telah dilakukan terapi periodontal (Peter, 2002).
11. CIRI CIRI GINGIVA SEHAT
• Gingiva sehat:
1. Bewarna merah muda
Bewarna merah muda karena adanya suplai darah dan derajat lapisan keratin epitelium serta
sel-sel pigmen
2. Tidak udem atau bengkak
3. Kenyal
4. melekat erat pada gigi dan prosesus alveolaris
5. tidak mudah berdarah dan tidak mengandung eksudat
6. teksturnya berbintik-bintik seperti kulit jeruk (stiplling) yang akan terlihat jelas saat gingiva
dikeringkan dengan semprotan udara
7. papila interdental lancip
• Gambaran klinis gingiva sebagai dasar untuk mengetahui perubahan patologis yang terjadi
pada gingiva yang terjangkit suatu penyakit. Menurut (Herijulianti, 2009) gambaran klinis
gingiva normal terdiri dari:
1) Warna Gingiva
Warna gingiva normal umumnya berwarna merah jambu (coral pink) yang diakibatkan oleh
adanya suplai darah dan derajat lapisan keratin epitelium serta sel-sel pigmen. Warna ini
bervariasi pada setiap orang dan erat hubungannya dengan pigmentasi kutaneous. Pigmentasi
pada gingiva biasanya terjadi pada individu yang memiliki warna kulit gelap. Pigmentasi pada
attached gingiva mulai dari coklat sampai hitam. Warna pada alveolar mukosa lebih merah
disebabkan oleh mukosa alveolar tidak mempunyai lapisan keratin dan epitelnya tipis.
2) Ukuran Gingiva
Ukuran gingiva ditentukan oleh jumlah elemen seluler, interseluler dan suplai darah. Perubahan
ukuran gingiva merupakan gambaran yang paling sering dijumpai pada penyakit periodontal.
3) Kontur Gingiva
Kontur dan ukuran gingiva sangat bervariasi. Keadaan ini dipengaruhi oleh bentuk dan susunan
gigi geligi pada lengkungnya, lokalisasi dan luas area kontak proksimal dan dimensi embrasure
(interdental) gingiva oral maupun vestibular. Interdental papil menutupi bagian interdental
gingiva sehingga tampak lancip.
4) Konsistensi Gingiva
Gingiva melekat erat ke struktur dibawahnya dan tidak mempunyai lapisan submukosa sehingga
gingiva tidak dapat digerakkan dan kenyal.
5) Tekstur Gingiva
Permukaan attached gingiva berbintik-bintik seperti kulit jeruk. Bintik- bintik ini biasanya disebut
stippling. Stippling akan terlihat jelas apabila permukaan gingiva dikeringkan
12.HUBUNGAN MEROKOK DAN MINUM KOPI DENGAN KONDISI PASIEN
Beberapa penyakit dalam rongga mulut, seperti; karsinoma rongga mulut, leukoplakia, periodontitis,
acute necrotizing ulcerative gingivitis, gangguan proses penyembuhan luka, karies gigi, halitosis,
perubahan pada indra perasa, stomatitis nikotina berhubungan dengan kebiasaan merokok 14.
Nikotin, akrolean, dan sianida menurunkan aktivitas dan fungsi leukosit PMN, sehingga aliran darah
ke gingiva akan menurun, yang berakibat pada menurunnya respon imun jaringan gingiva tersebut14.
Selain itu nikotin juga merupakan senyawa yang potensial untuk meningkatkan kadar epinefrin
dalam darah, menyebabkan penurunan aliran darah ke gingiva sehingga respon imum jaringan turun.
Pengaruh asap rokok yang ditimbulkan secara langsung dapat mengiritasi gusi dan secara tidak
langsung melalui produk-produk rokok seperti nikotin yang masuk melalui aliran darah dan ludah,
jaringan pendukung gigi yang sehat seperti gusi, selaput gigi, semen gigi dan tulang tempat
tertanamnya gigi menjadi rusak karena terganggunya fungsi normal mekanisme pertahanan tubuh
terhadap infeksi dan dapat merangsang tubuh untuk menghancurkan jaringan sehat disekitarnya.
13. JENIS PEMERIKSAAN YG DILAKUKAN
• Diagnosis Gingivitis
Gingivitis dapat didiagnosis pada awal pemeriksaan gigi rutin dan melibatkan tahapan berikut:
- Anamnesis riwayat kesehatan pasien untuk memeriksa apakah pasien pernah mengalami penyakit
gusi atau kondisi yang mendasarinya yang dapat berkontribusi terhadap perkembangan
periodontitis. Dokter gigi juga menanyakan tentang rutinitas kebersihan mulut, obat-obatan yang
dikonsumsi pasien, kebiasaan makan dan kebiasaan gaya hidup seperti minuman manis, alkohol
dan rokok.
- Gigi dan gusi diperiksa secara detail untuk bukti tahap awal kerusakan gigi dan plak. Dokter gigi
memeriksa bentuk dan warna jaringan gusi pada sisi bukal (pipi) dan lingual (lidah) setiap gigi.
Bengkak, nyeri, merah atau gusi mengelupas dan adanya ulser atau abses semua dicatat, begitu
juga dengan jumlah plak dan tartar yang ada. Dokter gigi juga akan memeriksa seberapa sensitif
gigi Anda, apakah ada gigi yang rapuh, dan apakah posisi setiap gigi benar dan selaras. Kekuatan
gigi diuji dengan mendorong setiap gigi. Jika gigi ada yang mengalami gerakan, itu indikator kuat
bahwa telah terjadi kerapuhan tulang gigi.
- Salah satu cara yang paling bermanfaat untuk mendeteksi masalah dan kerusakan pada rongga
mulut adalah dengan melaksanakan X-ray gigi. X-ray dapat membantu mendeteksi lesi kecil
kerusakan gigi yang belum menyebabkan gigi berlubang. Sinar X-ray juga dapat membantu
melihat tingkat kesehatan gusi dan bisa dilihat kualitas kekuatan tulang gigi.

14. PENGUKURAN OHI DAN PLAK INDEX


• OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified)
Indeks yang digunakan untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut yaitu OHI (Oral Hygiene Index),
OHI-S (Simplified Oral Hygiene Index), PHP-M (Modified Patient Hygiene Performance), Plaque Free
Score Index, Plaque Control Record, dan Oral Health Status Index (Marya, 2011). OHI-S diperkenalkan
oleh Green dan Vermillion (Herijulianti dkk, 2001). Tujuan penggunaan OHI-S ini adalah
mengembangkan suatu tehnik pengukuran yang dapat dipergunakan untuk mempelajari
epidemiologi dari penyakit periodontal dan kalkulus, untuk menilai hasil dari cara sikat gigi, menilai
kegiatan kesehatan gigi dari masyarakat,serta menilai efek segera dan jangka panjang dari program
pendidikan kesehatan gigi (Notohartojo dan Halim, 2010). OHI-S digunakan karena dapat mengukur
kebersihan gigi dan mulut suatu kelompok dengan metode yang sederhana dan cepat (Hiremath,
2011).
Syarat gigi yang dapat diperiksa sebagai kriteria OHI-S yaitu (Marya, 2011):
1) Gigi permanen yang sudah erupsi sempurna
2) Gigi yang di restorasi full crown tidak di skoring
3) Hilangnya tinggi permukaan gigi karena karies atau trauma tidak di skoring
4) Pada gigi posterior, gigi yang pertama kali erupsi diperiksa, biasanya molar pertama
5) Pada gigi anterior, yang diperiksa adalah insisivus sentralis kanan atas dan insisivus sentralis kiri
bawah
6) Jika gigi insisivus sentralis yang akan diperiksa tidak ada, dapat digantikan dengan insisivus sentralis
yang berlawanan sisi.
Penilaian kebersihan gigi dan mulut ini dilihat dari debris (plak) dan kalkulus yang terdapat di
permukaan gigi. (Herijulianti dkk, 2001).
1) Debris
Debris merupakan bahan lunak yang terdapat di permukaan gigi, dapat berupa plak, material alba,
dan debris makanan (Putri dkk, 2009). Plak merupakan substansi yang terkumpul di permukaan gigi
yang mengandung bakteri dan biasa ditemukan pada pit dan fissure oklusal gigi, margin servikal gigi,
serta poket periodontal (Felton dkk, 2009). Pemeriksaan Debris Index yaitu dengan cara
menggunakan sonde yang diletakkan pada permukaan gigi secara mendatar (Herijulianti dkk, 2001).
Skor untuk penilaian debris adalah:
0= Tidak terdapat debris atau pewarnaan ekstrinsik
1= Terdapat debris lunak yang menutupi kurang dari 1/3 atau 1/3 permukaan gigi, atau tidak ada
debris lunak namun ada pewarnaan ekstrinsik yang menutupi sebagian atau seluruh permukaan gigi ‘’
2= Terdapat debris lunak yang menutupi lebih dari 1/3 namun kurang dari 2/3 permukaan gigi
3= Terdapat debris lunak yang menutupi lebih dari 2/3 atau seluruh permukaan gigi.

Debris Index diperoleh dengan menjumlahkan skor penilaian debris kemudian dibagi dengan
banyaknya gigi yang diperiksa. Penilaian Debris Index yaitu: 0-0,6= Baik; 0,7-1,8= Sedang ; 1,9-3,0=
Buruk.

2) Kalkulus
Kalkulus merupakan deposit bakteri dari plak yang termineralisasi atau terkalsifikasi di gigi. Kalkulus
yang sudah mengeras tidak dapat dihilangkan dengan cara menyikat gigi atau menggunakan floss
(Felton dkk, 2009). Calculus Index diperiksa dengan cara yang sama seperti Debris Index.
Penjumlahan penilaian kalkulus kemudian dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa akan didapatkan
Calculus Index (Herijulianti dkk, 2001). Skor penilaian kalkulus adalah:
0= Tidak ada kalkulus
1= Terdapat kalkulus supragingival yang menutupi kurang dari 1/3 permukaan gigi
2= Terdapat kalkulus supragingival yang menutupi lebih dari 1/3 namun kurang dari 2/3 permukaan
gigi, atau sekitar bagian servikal gigi terdapat sedikit kalkulus subgingival
3= Terdapat kalkulus supragingival yang menutupi lebih dari 2/3 atau seluruh permukaan gigi, atau
pada permukaan gigi ada kalkulus subgingival yang menutupi dan melingkari seluruh servikal.

Skor OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified) diperoleh dari penjumlahan Debris Index dan Calculus
Index. Penilaian skor OHI-S yaitu: 0-1,2= Baik ; 1,3-3,0= Sedang ; 3,1-6,0= Buruk
• Indeks Plak
Terdapat beberapa jenis indeks yang dapat digunakan untuk mengukur plak seseorang, diantaranya
yaitu : Indeks plak O’Leary, indeks plak Loe dan Silness, dan indeks plak Personal Hygiene
Performance
a. Indeks plak O’Leary
Indeks plak O’Leary menggunakan gambar atau grafik yang digunakan untuk menunjukan lokasi plak,
sehingga memungkinkan dokter gigi melihat kemajuan pasien setelah melakukan kontrol plak.
Tahapan dalam pengukuran indeks plak O’Leary adalah sebagai berikut :
1) Gigi dibagi menjadi 4 bagian, yaitu: mesial, distal, bukal, dan lingual/palatal.
2) Semua gigi yang hilang diberi tanda ‘x’, dan gigi yang masih ada dicatat. Untuk tujuan dari kontrol
plak, semua pontik atau bridge harus diberikan skor yang sama seperti gigi yang asli.
3) Instruksikan pasien untuk berkumur dahulu, fungsinya untuk menghilangkan sisa makanan atau
debris yang masih menempel pada gigi.
4) Semua permukaan gigi diolesi disclosing solution.
5) Pasien diinstruksikan berkumur dengan menggunakan air, untuk memeriksa plak pada daerah
dentogingival junction bisa menggunakan ujung sonde. Bila plak ditemukan pada daerah
dentogingival junction, maka pada kartu diberi warna hitam atau merah.

Untuk mendapatkan nilai indeks plak dapat dihitung dengan cara menjumlah total permukaan gigi
yang diberi skor kemudian ditambahkan dan dibagi dengan jumlah permukaan yang ada di dalam
rongga mulut pasien dan dikalikan seratus (O’Leary, 1972 dalam Pintauli dan Hamada, 2010).
b. Indeks plak Loe dan Silness
Indeks plak Loe dan Silness digunakan untuk mengukur plak berdasarkan pada lokasi dan kuantitas
plak yang berada dekat dengan margin gingiva. Gigi yang diperiksa meliputi empat permukaan yaitu:
mesial, distal, lingual dan fasial, kemudian dihitung skornya. Skor 0 - 1 baik, 1,1 - 2 sedang, dan 2,1 - 3
buruk. Untuk menghitung satu gigi, jumlah seluruh skor dari empat permukaan dibagi empat. Untuk
menghitung keseluruhan gigi jumlah skor indeks plak dibagi jumlah gigi yang ada (Loe dan Silness,
1964 dalam Pintauli dan Hamada, 2010).

c. Indeks plak Personal Hygiene Performance


Podshadley dan Haley (1968) dalam pintaulli dan Hamada, (2010) menjelaskan bagaimana cara
pemeriksaan indeks plak Personal Hygiene Performance (PHP) sebagai berikut:
1) Untuk memeriksa plak yang terbentuk pada permukaan gigi bisa dengan menggunakan larutan
disclosing solution.
2) Lakukan pemeriksaan mahkota gigi pada bagian fasial atau lingual dengan membagi tiap
permukaan mahkota menjadi lima bagian, yaitu D (distal), G (sepertiga tengah gingiva), M (mesial), C
(sepertiga tengah), I/O (sepertiga tengah insisal atau oklusal).

3) Pemeriksaan secara sistematis:


a) Pemeriksaan pada permukaan labial gigi incisivus satu kanan atas.
b) Pemeriksaan pada permukaan labial gigi incisivus satu kiri bawah.
c) Pemeriksaan pada permukaan bukal gigi molar satu kanan atas.
d) Pemeriksaan pada permukaan bukal gigi molar satu kiri atas.
e) Pemeriksaan pada permukaan lingual gigi molar satu kiri bawah.
f) Pemeriksaan pada permukaan lingual gigi molar satu kanan bawah.

4) Cara penilaian plak: nilai 0 = tidak terdapat plak, nilai 1 = terdapat plak.
5) Untuk menentukan indeks plak Personal Hygiene Performance digunakan rumus jumlah total skor
plak seluruh permukaan gigi yang diperiksa dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa.
6) Kriteria penilaian 0 = sangat baik; 0,1-1,7 = baik ; 1,8-3,4 = sedang ;3,5-5 = buruk
Gingival Index (GI)
Gingival Index digunakan untuk menilai tingkat peradangan gusi pada seseorang atau subjek di
kelompok populasi besar. Menurut metode Loe dan Silness ini, keempat area gusi pada masing-
masing gigi (fasial, mesial, distal, dan lingual) dinilai tingkat peradangannya dan diberi skor 0 sampai
dengan 3.
a. Skor penilaian Gingival Index :
Skor 0 : Gingival normal tidak terdapat peradangan, tidak ada perubahan warna dan tidak ditemukan
perdarahan.
Skor 1 : Terdapat peradangan ringan, ada sedikit perubahan warna, terdapat sedikit edema, namun
tidak terdapat perdarahan.
Skor 2 : Terdapat peradangan sedang, terlihat warna kemerahan, terdapat edema, terdapat pula
perdarahan.
Skor 3 : Terlihat warna merah terang, terdapat edema, ada ulserasi, cenderung terjadi perdarahan
spontan.
b. Skor penilaian dan kriteria Gingival Index :
Skor 0 : Sehat
Skor 0,1 - 1,0 : Peradangan ringan
Skor 1,2 - 2,0 : Peradangan sedang
Skor 2,1 - 3,0 : Peradangan berat

Pendarahan dinilai dengan menelusuri dinding margin gusi pada bagian dalam saku gusi dengan
probe periodontal. Skor keempat area selanjutnya dijumlahkan dan dibagi empat. Untuk
mempermudah pengukuran, dapat dipakai enam gigi terpilih yang digunakan sebagai gigi indeks,
yaitu 16, 21, 24, 36, 41, 44.

Anda mungkin juga menyukai